DISUSUN OLEH
NAMA : LULUK NURROYAN H
NIM : P07131219004
A. Pendahuluan
B. Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya
(empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat (Mardikanto,
2014). Pemberdayaan bertujuan meningkatkan kemampuan dan kemauan dalam
bertindak mengatasi masalah dan ancaman yang masyarakat hadapi sendiri dalam
kehidupan sehari-hari. Pemberdayaan masyarakat ini merupakan bentuk aktualisasi
dari Program Pembangunan Nasional, yang mana didalamnya terdapat program
Pembangunan Kesehatan dan salah satu bagian dari program Pembangunan
Kesehatan ini ialah Program Pemberdayaan Gizi yang berbasis masyarakat.
Program Pemberdayaan Gizi Berbasis Masyarakat merupakan salah satu bagian
pembangunan kesehatan yang mana dalam menjalankan program pemberantasan
masalah kesehatan khususnya masalah gizi di masyrakat ini dilakukan proses
pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki masyarakat, sehingga tumbuh
kapasitas masyarakat untuk mau dan mampu memecahkan masalah-masalah gizi
yang masyarakat hadapi. Atau dengan kata lain disini masyarakatlah yang
berinisiatif sendiri secara gotong royong memecahkan masalah gizi yang ada di
masyarakat.
Anemia merupakan penurunan jumlah hemoglobin darah masih menjadi
permasalahan kesehatan saat ini, serta merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi
tertinggi di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya anemia ke dalam daftar
Global Burden of Disease dengan jumlah penderita sebanyak 1,159 miliar orang di
seluruh dunia (sekitar 25 % dari jumlah penduduk dunia). Sekitar 50% dari semua
penderita anemia mengalami defisiensi besi (Mairita dkk, 2018).
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang
tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita
anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan
Afrika. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa anemia merupakan
10 masalah kesehatan terbesar di abad modern, kelompok yang berisiko tinggi
anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak usia sekolah, dan remaja (WHO,
2016).
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih
rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis
kelamin. Penyebab anemia pada negara dengan prevalensi anemia di atas 20%
adalah anemia defisiensi Fe atau kombinasi defisiensi Fe. Anemia yang terjadi
karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel - sel darah merah dan fungsi
lain dalam tubuh terganggu adalah anemia gizi besi.
Anemia masih menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat global
dengan jumlah penderita yang mencapai hingga 2,3 miliar-diperkirakan 50
persennya disebabkan oleh ADB.
Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %,
artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh
kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik. dan 41,8
persen ibu hamil dan kurang lebih 600 juta anak sekolah dasar dan anak usia sekolah
di seluruh dunia adalah penderita anemia.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta jumlah penduduk pada
tahun 2014 tercatat yang bersekolah di SMA/SMK/MA dengan jenis kelamin
perempuan berjumlah 59.901 jiwa. Dengan jumlah penduduk tersebut ditemukan
prevalensi anemia pada remaja putri umur 12-19 tahun sebesar 36.00%
(Riskesdes,2013).
Berdasarkan pemaparan prevalensi tersebut, perempuan di Indonesia
termasuk remaja putri memiliki prevalensi anemia yang lebih tinggi daripada laki -
laki. Umumnya perempuan lebih rentan mengalami anemia daripada laki – laki
salah satunya, karena setiap bulan perempuan mengalami menstruasi yang secara
otomatis mengeluarkan darah sehingga kebutuhan zat besi pada 3 perempuan lebih
besar daripada laki - laki untuk mengembalikan kondisi tubuhnya pada keadaan
semula. Bagi remaja putri yang mengalami anemia masalah anemia akan terus
berlanjut setelah remaja, karena mengalami menstruasi dilanjutkan proses
kehamilan dan menyusui. Mengingat adanya dampak yang merugikan dari anemia,
maka perlu upaya untuk menanggulangi maupun mencegah kejadian anemia
khususnya pada remaja putri (Dinas Kesehatan, 2015).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut tidak bisa dikerjakan oleh sektor
kesehatan sendiri akan tetapi memerlukan kerja sama lintas sektor untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebagai tindak lanjut maka puskesmas
sebagai lini terdepan dari struktur jajaran kementrian kesehatan menjadi penggerak
utama di masyarakat dalam penanggulangan masalah gizi yaitu dengan pemberian
TTD pada remaja putri. Sekolah yang berisikan siswa/ remaja merupakan ujung
tombak dalam pembangunan bangsa ini yang memiliki karakteristik berjiwa muda,
semangat tinggi, loyalitas tinggi dan intelektual tinggi sehingga para remaja harus
dalam keadaan sehat untuk meraih cita-citanya.
D. Nama Program
- PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN
MASALAH GIZI ANEMIA
BAB II
B. Program Pengembangan
kelas
Memantau kepatuhan minum TTD
H. Sasaran
Sasaran semua remaja putri setingkat SMA/SMK di sekolah yang
digunakan sebagai sasaran program.