1 (2016)
1,2,3
Program Studi PGSD Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
1
Email: dnrrosdiana@gmail.com
2
Email: hermansubarjah@upi.edu
3
Email: isrokatun@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
sekolah dasar. Salah satu pendekatan yang dapat mengembangkan kemampuan tersebut
adalah pendekatan eksploratif. Berdasarkan tahapan dan prinsip pendekatan eksploratif,
ada kecenderungan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis, juga
disposisi matematis. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kreatif dan disposisi matematis siswa. Penelitian eksperimen ini menggunakan
desain kelompok kontrol pretes-postes. Populasi pada penelitian ini ialah seluruh siswa kelas
V SD se-Kecamatan Sumedang Selatan pada level unggul. Adapun sampel yang digunakan
yaitu siswa kelas V SDN Sukaraja I sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SDN
Cipameungpeuk sebagai kelas kontrol. Sampel dipilih secara acak. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan berpikir kreatif matematis, skala sikap
disposisi matematis, lembar observasi, dan catatan lapangan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pendekatan eksploratif dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dan disposisi matematis, serta lebih baik dibandingkan menggunakan pendekatan
konvensional.
Kata Kunci: pendekatan eksploratif, kemampuan berpikir kreatif, disposisi matematis.
231
Daniar Rosdiana, Herman Subarjah, Isrok’atun
232
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
233
Daniar Rosdiana, Herman Subarjah, Isrok’atun
oleh siswa tidak dibiarkan begitu saja, berbagai alternatif untuk memecahkannya,
melainkan dikonfirmasi melalui tahapan siswa dapat menunjukkan sikap ulet dalam
presentasi dan diskusi yang bertujuan untuk mengerjakan soal atau tugas yang diberikan,
menguatkan pemahaman siswa. menunjukan minat belajar sebagai salah satu
bentuk refleksi dari rasa ingintahunya,
Melalui pendekatan eksploratif yang memiliki daya cipta bermatematika dan
memberikan kebebasan pada siswa untuk melakukan refleksi atau peninjauan ulang
mengembangkan kemampuannya, siswa baik dalam pemikiran maupun kinerja dalam
akan secara alami menyukai pembelajaran. kegiatan pembelajaran sehingga dalam
Tidak ada unsur paksaan karena siswa kehidupan sehari-hari siswa menjadi terbiasa
merasa bahwa belajar tidak selalu tentang untuk mampu mengapresiasi dan
aturan yang ketat. Sesuai dengan salah satu mengetahui peranan matematika dalam
prinsip pendekatan eksploratif menurut aktivitas kehidupannya. Dengan demikian,
Rieber (dalam Bidarra & Olimpio, 2010, hlm. secara sadar siswa dapat mengetahui
174) bahwa, “It is possible for learning to feel kegunaan matematika dalam berbagai
natural; that is, it does not have to be forced aktivitas pada kehidupan sehari-hari.
or contrived”.
Disposisi matematis menjadi salah satu sikap
Berdasarkan tahapan dan prinsip tersebut, yang perlu untuk dikembangkan. Melalui
maka pembelajaran dengan menggunakan disposisi matematis diharapkan siswa dapat
pendekatan eksploratif tidak hanya memiliki pandangan positif terhadap
mengembangkan kemampuan berpikir matematika sehingga mampu mencapai
kreatif matematis siswa, melainkan ada efek tujuan pembelajaran matematika. Sikap
lain yaitu timbulnya rasa suka terhadap positif yang siswa berikan terhadap
pembelajaran khususnya matematika. Rasa pembelajaran matematika dapat
suka terhadap matematika ini kemudian kita mempengaruhi pula peningkatan
sebut sebagai disposisi matematis. Secara kemampuan matematisnya. Selain itu,
garis besar pengertian disposisi matematis disposisi matematis juga merupakan
dapat disimpulkan sebagai suatu sikap dan kepribadian atau karakter yang diperlukan
tindakan yang diperlukan oleh siswa seperti oleh seorang individu untuk bertahan dalam
berupa kesadaran, keingintahuan, dedikasi menghadapi berbagai masalah, memiliki rasa
yang kuat, percaya diri, tekun, menyukai tanggungjawab terhadap belajar dan
tantangan, dan kecenderungan merefleksi menunjukkan kebiasaan kerja yang baik
cara berpikir dalam memecahkan dan dalam bermatematika.
melaksanakan kegiatan matematika dalam
kegiatan pembelajaran yang dapat Berdasarkan pemaparan tersebut,
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan eksploratif dapat
Berbagai sikap yang harus ditunjukan siswa dijadikan solusi untuk meningkatkan
dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu kemampuan berpikir kreatif dan disposisi
salah satunya berupa keberanian dalam matematis.
berkomunikasi untuk menyampaikan ide
atau memberikan argumen, siswa juga harus
memiliki sikap percaya diri akan METODE PENELITIAN
kemampuannya, dalam proses berpikir siswa Desain Penelitian
diarahkan untuk berpikir fleksibel dalam Penelitian ini menggunakan desain
Memecahkan masalah dan menemukan penelitian eksperimen murni dimana
234
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
pengelompokkan subjek dilakukan secara Data kuantitatif yaitu hasil pretes dan postes
acak. Bentuk desain yang digunakan adalah kemampuan berpikir kreatif matematis serta
desain kelompok kontrol pretes-postes. data skor awal dan skor akhir disposisi
Artinya subjek dikelompokkan secara acak matematis. Sedangkan data kualitatif yaitu
dan diberikan pretes berkaitan dengan hasil observasi dan catatan lapangan. Untuk
materi penelitian serta di akhir diberikan data kuantitatif, setelah dilakukan penskoran
postes untuk mengetahui hasil dari dan penilaian selanjutnya dilakukan analisis
perbedaan perlakuan yang diberikan. Pada statistik. Analisis yang dilakukan disesuaikan
kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan rumusan masalah yang akan dijawab.
dengan menggunakan pendekatan Untuk mengetahui bagaimana peningkatan
eksploratif. Untuk kelas kontrol, diberikan kemampuan berpikir kreatif dan disposisi
perlakuan berupa pendekatan konvensional. matematis di kelas eksperimen, dilakukan uji
gain ternormalisasi. Sedangkan untuk
Lokasi Penelitian mengetahui perbedaan peningkatan
Lokasi penelitian ini bertempat di SDN kemampuan berpikir kreatif maupun
Sukaraja I dan SDN Cipameungpeuk yang disposisi matematis, dilakukan beberapa
berada di Kecamatan Sumedang Selatan, pengujian. Pertama, dilakukan uji asumsi
Kabupaten Sumedang. terhadap hasil pretes (kemampuan berpikir
kreatif) atau skor awal (disposisi matematis)
Subjek Penelitian dari kedua kelas yang dilanjutkan dengan uji
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh beda rata-rata. Hal ini bertujuan untuk
siswa kelas V se-Kecamatan Sumedang mengetahui bagaimana kemampuan awal
Selatan yang sekolahnya berlevel unggul. kedua kelas. Jika diketahui kemampuan awal
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara kedua kelas sama, maka dilanjutkan dengan
cluster sampling. analisis hasil postes atau skor akhir
Berdasarkan hasil pengundian maka menggunakan cara yang sama dengan
diperoleh sampel yaitu SDN Sukaraja I dan analisis pretes atau skor awal. Akan tetapi,
SDN Cipameungpeuk. jika kemampuan awal berbeda maka harus
SDN Sukaraja I terpilih sebagai kelompok dilakukan perhitungan gain terlebih dahulu
eksperimen dan SDN Cipameungpeuk untuk kemudian dilakukan uji asumsi dan uji
sebagai kelompok kontrol. beda rata-rata terhadap N-gain. Hasilnya
akan mengarah pada kesimpulan
Instrumen Penelitian pendekatan mana yang lebih baik.
Penelitian ini menggunakan dua macam Sementara itu, lembar observasi dan catatan
instrumen yaitu tes dan nontes. Instrumen lapangan dianalisis secara kualitatif untuk
tes berupa soal tertulis bertipe subjektif mengetahui apakah pembelajaran telah
untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dilaksanakan secara optimal serta factor apa
matematis. Sedangkan untuk nontes, saja yang mendukung dan menghambat
digunakan skala sikap, pedoman observasi proses pembelajaran terutama di kelas
kinerja guru dan aktivitas siswa, dan catatan eksperimen.
lapangan. Keseluruhan instrumen telah
divalidasi oleh pihak ahli yang dalam hal ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah dosen pembimbing. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis di Kelas Eksperimen
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Sejalan dengan rumusan masalah pertama
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dari penelitian ini yang berbunyi “Bagaimana
berupa data kuantitatif dan data kualitatif. peningkatan kemampuan berpikir kreatif
235
Daniar Rosdiana, Herman Subarjah, Isrok’atun
236
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
yang berbeda. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
mengetahui perbedaan peningkatan matematis siswa.
kemampuan berpikir kreatif antara kelas
eksperimen dan kontrol perlu dihitung dan Peningkatan Disposisi Matematis di Kelas
dilakukan analisis nilai gain normal. Eksperimen
Sebelumnya, dilakukan analisis terlebih Skala sikap yang digunakan untuk mengukur
dahulu nilai postes kemampuan berpikir disposisi matematis terdiri dari 28 butir
kreatif matematis di kelas eksperimen dan pernyataan. Pernyataan tersebut terbagi
kelas kontrol. menjadi dua jenis yaitu pernyataan positif
dan pernyataan negatif. Skor awal terendah
Setelah itu dilakukan perhitungan N-gain di kelas eksperimen adalah 85 dan skor
terhadap kelas eksperimen dan kelas control. tertingginya 114. Sedangkan, skor akhir
Kelas eksperimen memiliki rata-rata N-gain terendah adalah 100 dan skor tertingginya
sebesar 0,70 yang termasuk ke dalam 133. Secara sepintas rata-rata skor disposisi
kategori tinggi. Artinya, secara keseluruhan matematis mengalami peningkatan dengan
siswa di kelas eksperimen mengalami selisih sebesar 15,66. Sama halnya dengan
peningkatan yang tinggi dalam hal kemampuan berpikir kreatif, peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematis. disposisi matematis juga dapat diketahui
Sementara itu, rata-rata N-gain di kelas melalui N-gain. Interpretasi dari N-gain akan
kontrol adalah sebesar 0,37. Nilai tersebut menggambarkan peningkatan yang terjadi.
termasuk ke dalam kategori sedang. Interpretasi dibagi menjadi tiga kategori
yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya
bahwa kemampuan awal kedua kelas Berdasarkan perhitungan dapat diketahui
berbeda, sehingga untuk mengetahui bahwa rata-rata N-gain disposisi matematis
perbedaan peningkatan kedua kelas tersebut di kelas eksperimen sebesar 0,39. Rata-rata
harus diuji melalui gain normal. Adanya tersebut termasuk ke dalam kategori sedang.
perbedaan peningkatan akan terlihat dari uji Lebih rinci lagi diketahui bahwa sebanyak 5
beda rata-rata N-gain. Berdasarkan hasil uji orang sswa mengalami peningkatan yang
statistik terhadap N-gain dapat diketahui tergolong tinggi, 15 orang siswa mengelami
bahwa N-gain tidak memenuhi asumsi peningkatan yang tergolong sedang, dan
normalitas. Oleh karena itu, pengujian sisanya sebanyak 10 orang siswa mengalami
dilanjutkan dengan uji nonparametrik yaitu peningkatan yang tergolong rendah. Jika
uji Mann Whitney untuk mengetahui beda dipersentasekan maka diperoleh hasil yaitu
rata-rata. Hasilnya menunjukkan bahwa 50% siswa mengalami peningkatan sedang,
terdapat perbedaan antara siswa yang 33% siswa mengalami peningkatan rendah,
belajar dengan menggunakan pendekatan dan 17% siswa mengalami peningkatan yang
eksploratif dan siswa yang menggunakan tinggi. Secara keseluruhan skor awal dan skor
pendekatan konvensional. Siswa di kelas akhir disposisi matematis siswa di kelas
eksperimen menunjukkan peningkatan yang eksperimen mengalami peningkatan dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa di taraf sedang. Dengan demikian, dapat
kelas kontrol dalam hal kemampuan berpikir disimpulkan bahwa pembelajaran
kreatif matematis. Dengan demikian, dapat matematika dengan menggunakan
disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan eksploratif dapat meningkatkan
matematika dengan menggunakan disposisi matematis.
pendekatan eksploratif lebih baik daripada
pendekatan konvensional dalam
237
Daniar Rosdiana, Herman Subarjah, Isrok’atun
Gambar 2. Diagram Perbedaan Peningkatan Skor Awal dan Skor Akhir Disposisi Matematis
di Kelas Eksperimen dan Kontrol
238
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
239
Daniar Rosdiana, Herman Subarjah, Isrok’atun
DAFTAR PUSTAKA
Bidarra J. & Olimpio, M. (2010). Exploratory
learning with geodromo: design
of emotional and cognitive factors
within an educational cross-media
experience. Journal of Research on
Technology in Education, 43 (2),
hlm. 171-183.
240