Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.

1 (2016)

PENDEKATAN EKSPLORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


BERPIKIR KREATIF DAN DISPOSISI MATEMATIS

Daniar Rosdiana1, Herman Subarjah2, Isrok’atun3

1,2,3
Program Studi PGSD Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
1
Email: dnrrosdiana@gmail.com
2
Email: hermansubarjah@upi.edu
3
Email: isrokatun@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
sekolah dasar. Salah satu pendekatan yang dapat mengembangkan kemampuan tersebut
adalah pendekatan eksploratif. Berdasarkan tahapan dan prinsip pendekatan eksploratif,
ada kecenderungan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis, juga
disposisi matematis. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kreatif dan disposisi matematis siswa. Penelitian eksperimen ini menggunakan
desain kelompok kontrol pretes-postes. Populasi pada penelitian ini ialah seluruh siswa kelas
V SD se-Kecamatan Sumedang Selatan pada level unggul. Adapun sampel yang digunakan
yaitu siswa kelas V SDN Sukaraja I sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SDN
Cipameungpeuk sebagai kelas kontrol. Sampel dipilih secara acak. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan berpikir kreatif matematis, skala sikap
disposisi matematis, lembar observasi, dan catatan lapangan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pendekatan eksploratif dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dan disposisi matematis, serta lebih baik dibandingkan menggunakan pendekatan
konvensional.
Kata Kunci: pendekatan eksploratif, kemampuan berpikir kreatif, disposisi matematis.

PENDAHULUAN Berbicara mengenai kemampuan berpikir


Berbagai permasalahan datang silih berganti kreatif tidak terlepas dari kata kreativitas.
menuntut manusia untuk menciptakan Kreativitas sendiri sering diasumsikan
berbagai solusi melalui kemampuannya. sebagai suatu kemampuan untuk
Salah satu kemampuan yang dapat menciptakan hal-hal yang baru dan unik.
mendukung terciptanya berbagai solusi Sebenarnya tidak ada standar batasan untuk
adalah kemampuan berpikir kreatif. mendefinisikan kreativitas. Meskipun
Kemampuan berpikir kreatif telah menjadi demikian, beberapa ahli mencoba
tujuan pendidikan di Indonesia. Hal ini mengemukakan konsepnya mengenaii
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 kreativitas. Berdasarkan pendapat dari
Tahun 2003 Pasal 3. beberapa ahli, dapat diambil suatu simpulan
bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematis ialah aktivitas mental yang

231
Daniar Rosdiana, Herman Subarjah, Isrok’atun

disadari maupun diarahkan agar siswa matematika diberikan untuk membekali


memiliki kemampuan dan keterampilan peserta didik dengan kemampuan berpikir
untuk menghasilkan solusi yang bervariasi logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
dan bersifat baru terhadap masalah serta kemampuan bekerjasama.
matematika yang bersifat terbuka dengan
mudah dan fleksibel. Sesuatu yang lahir dari Pada kenyataannya, kemampuan berpikir
pemikiran kreatif haruslah bersifat praktis, kreatif matematis siswa jenjang SD masih
solusi yang tidak biasa tetapi berguna. rendah. Rendahnya kemampuan berpikir
kreatif ditunjukkan oleh beberapa hasil
Kemampuan berpikir kreatif menjadi salah penelitian diantaranya hasil PISA, TIMSS, dan
satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang hasil uji coba terbatas. Menurut Utomo
harus dikembangkan dalam diri siswa. (2011), berdasarkan data yang diperoleh dari
Seseorang yang kreatif tidak melihat sesuatu hasil Programme for International Student
hal/masalah dari sudut pandang yang umum Assessment (PISA), kemampuan literasi
tetapi dari sudut pandang yang berbeda dari matematika siswa Indonesia masih berada di
orang lain. Artinya jika setiap orang dalam bawah standar internasional. Selain PISA,
memandang dan memecahkan menurut Utomo (2011) hasil Trends in
permasalahan melihat pada kesamaan maka International Mathematics and Science Study
berbeda dengan orang kreatif karena (TIMSS) pada tahun 2011 menunjukkan
seseorang yang kreatif akan memandang peringkat anak-anak Indonesia dalam
sesuatu hal/masalah dari berbagai sudut prestasi matematika hanya mampu berada di
pandang sehingga dalam memberikan posisi 38 dari keseluruhan peserta berjumlah
alternatif penyelesaian permasalahan juga 42 negara. TIMSS maupun PISA keduanya
akan beragam/bervariasi. mengukur kemampuan berpikir tingkat
Hal yang mendasari pentingnya tinggi. Soal-soal pada TIMSS dan PISA
mengembangkan kemampuan berpikir umumnya bersifat kontekstual, menuntut
kreatif dalam diri anak melalui pendidikan di penalaran, argumentasi, dan kreativitas
sekolah. Munandar (1999) menjawab, alasan dalam menyelesaikannya. Dengan demikian,
pentingnya kreativitas dikembangkan dalam kedua hasil penelitian tersebut sedikitnya
diri anak. Pertama, kreativitas berfungsi memberikan gambaran bahwa kemampuan
sebagai perwujudan diri yang mana hal berpikir kreatif matematis siswa di Indonesia
tersebut merupakan salah satu kebutuhan masih rendah.
hidup manusia. Kedua, kemampuan berpikir
kreatif dinilai masih kurang mendapat Berdasarkan kemampuan berpikir kreatif
perhatian di sekolah padahal melalui berpikir masih rendah, maka dilakukan uji coba
kreatif seseorang akan mampu melihat terbatas terhadap 40 orang siswa SD dengan
berbagai cara dalam memecahkan memberikan tes tertulis berupa soal yang
permasalahan. Ketiga, berpikir kreatif bukan mengukur kemampuan berpikir kreatif.
saja bermanfaat tetapi juga memberikan Berdasarkan hasil uji coba tersebut diperoleh
kepuasan tersendiri bagi seseorang. nilai rata-rata sebesar 28,43. Angka ini masih
Keempat, kreativitas memungkinkan jauh dari harapan dan tentunya tergolong
seseorang untuk meningkatkan kualitas rendah.
hidup.
Kondisi rendahnya kemampuan berpikir
Kemampuan berpikir kreatif tertuang dalam kreatif matematis diantaranya disebabkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), oleh pembelajaran matematika saat ini
disebutkan bahwa mata pelajaran kurang menstimulasi ke arah peningkatan

232
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

kemampuan berpikir kreatif. Perkembangan untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam


kurikulum yang terus diperbaiki tidak membangun pemahaman melalui
diimbangi dengan pelaksanaan nyata di pembelajaran yang bermakna. Melalui
kelas. Guru kebanyakan masih menggunakan kegiatan eksplorasi siswa mampu
metode ceramah dan ekspositori dalam mengembangkan kemampuan belajar
pembelajaran matematika di kelas. Siswa berdasarkan pengalaman yang diperolehnya
lebih banyak berada di posisi penerima sehingga penguasaan dan pemahaman yang
informasi dan kurang aktif dalam diperolehnya dimasukkan ke dalam struktur
pembelajaran. Siswa tidak diberikan waktu kognitif masing-masing siswa. Berdasarkan
untuk melakukan penyelidikan secara hal tersebut, siswa dapat mengeksplorasi
mandiri maupun kolaboratif. Kesempatan informasi tertentu dalam
siswa untuk mengalami langsung apa yang mengaplikasikannya di dalam kehidupan
dipelajari masih sangat minim. Sementara sehari-hari sebagai salah satu hasil produk
itu, pembelajaran yang baik adalah belajar siswa.
pembelajaran yang bermakna dimana siswa
terlibat langsung. Dampaknya, siswa tidak Pendekatan eksploratif ini memiliki beberapa
mendapatkan sesuatu yang menantang karakteristik yang di antaranya menurut Ramlan dan
sehingga sulit muncul ide-ide kreatif. Arie (2011) adalah sebagai berikut 1) Melibatkan
siswa untuk mencari informasi (topik
Temuan mengenai rendahnya kemampuan tertentu), 2) Menggunakan beragam
berpikir kreatif matematis dapat diusahakan metode, media dan sumber belajar, 3)
dengan menyelenggarakan pembelajaran Memfasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa,
yang memberikan dorongan ke arah 4) Guru memberi umpan balik positif
peningkatan kemampuan berpikir kreatif. terhadap hasil belajar siswa, 5) Guru
Senada dengan pendapat Jeff Dyer, dkk. memberi konfirmasi hasil eksplorasi siswa, 6)
(dalam Yuniardi, 2014, hlm.5) bahwa, Guru memberi kesempatan kepada siswa
“Kreativitas tidak hanya sifat-sifat genetik untuk merefleksi pengalaman belajarnya.
yang dikaruniakan pada saat lahir, akan
tetapi dapat dikembangkan”. Lebih lanjut lagi Menurut Dwirahayu (2013) pendekatan
Rezkinoff, dkk. (dalam Yuniardi, 2014, hlm. 5) eksploratif memiliki lima tahapan yaitu
mengemukakan hasil penelitian bahwa, “25- pemberian masalah, eksplorasi individu,
40% apa yang kita lakukan secara inovatif presentasi, eksplorasi kelompok, dan diskusi.
berasal dari genetik”. Hal ini berarti Berdasarkan kelima tahapan tersebut dapat
duapertiga dari keterampilan inovasi dilihat bahwa pembelajaran menggunakan
termasuk kemampuan berpikir kreatif datang pendekatan eksploratif mencoba mengubah
melalui belajar. Sekolah sebagai salah satu paradigma pembelajaran yang mulanya
sarana untuk belajar semestinya teacher centered menjadi student centered.
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran Siswa diberikan tantangan berupa masalah
yang mendukung ke arah peningkatan yang harus mereka selesaikan melalui
tersebut. kemampuannya dalam mengeksplorasi
Pembelajaran yang dapat meningkatkan segala hal yang menjadi sumber belajar.
kemampuan berpikir kreatif adalah Eksplorasi yang dilakukan terbagi menjadi
pembelajaran menggunakan pendekatan eksplorasi individu dimana siswa akan
eksploratif. Pendekatan eksploratif adalah mandiri mengkonstruksi pengetahuannya
cara yang dilakukan oleh guru dalam dan eksplorasi kelompok yang menuntut
pembelajaran dengan memberikan siswa untuk belajar secara kolaboratif.
kesempatan kepada masing-masing siswa Pengetahuan yang telah dibangun sendiri

233
Daniar Rosdiana, Herman Subarjah, Isrok’atun

oleh siswa tidak dibiarkan begitu saja, berbagai alternatif untuk memecahkannya,
melainkan dikonfirmasi melalui tahapan siswa dapat menunjukkan sikap ulet dalam
presentasi dan diskusi yang bertujuan untuk mengerjakan soal atau tugas yang diberikan,
menguatkan pemahaman siswa. menunjukan minat belajar sebagai salah satu
bentuk refleksi dari rasa ingintahunya,
Melalui pendekatan eksploratif yang memiliki daya cipta bermatematika dan
memberikan kebebasan pada siswa untuk melakukan refleksi atau peninjauan ulang
mengembangkan kemampuannya, siswa baik dalam pemikiran maupun kinerja dalam
akan secara alami menyukai pembelajaran. kegiatan pembelajaran sehingga dalam
Tidak ada unsur paksaan karena siswa kehidupan sehari-hari siswa menjadi terbiasa
merasa bahwa belajar tidak selalu tentang untuk mampu mengapresiasi dan
aturan yang ketat. Sesuai dengan salah satu mengetahui peranan matematika dalam
prinsip pendekatan eksploratif menurut aktivitas kehidupannya. Dengan demikian,
Rieber (dalam Bidarra & Olimpio, 2010, hlm. secara sadar siswa dapat mengetahui
174) bahwa, “It is possible for learning to feel kegunaan matematika dalam berbagai
natural; that is, it does not have to be forced aktivitas pada kehidupan sehari-hari.
or contrived”.
Disposisi matematis menjadi salah satu sikap
Berdasarkan tahapan dan prinsip tersebut, yang perlu untuk dikembangkan. Melalui
maka pembelajaran dengan menggunakan disposisi matematis diharapkan siswa dapat
pendekatan eksploratif tidak hanya memiliki pandangan positif terhadap
mengembangkan kemampuan berpikir matematika sehingga mampu mencapai
kreatif matematis siswa, melainkan ada efek tujuan pembelajaran matematika. Sikap
lain yaitu timbulnya rasa suka terhadap positif yang siswa berikan terhadap
pembelajaran khususnya matematika. Rasa pembelajaran matematika dapat
suka terhadap matematika ini kemudian kita mempengaruhi pula peningkatan
sebut sebagai disposisi matematis. Secara kemampuan matematisnya. Selain itu,
garis besar pengertian disposisi matematis disposisi matematis juga merupakan
dapat disimpulkan sebagai suatu sikap dan kepribadian atau karakter yang diperlukan
tindakan yang diperlukan oleh siswa seperti oleh seorang individu untuk bertahan dalam
berupa kesadaran, keingintahuan, dedikasi menghadapi berbagai masalah, memiliki rasa
yang kuat, percaya diri, tekun, menyukai tanggungjawab terhadap belajar dan
tantangan, dan kecenderungan merefleksi menunjukkan kebiasaan kerja yang baik
cara berpikir dalam memecahkan dan dalam bermatematika.
melaksanakan kegiatan matematika dalam
kegiatan pembelajaran yang dapat Berdasarkan pemaparan tersebut,
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan eksploratif dapat
Berbagai sikap yang harus ditunjukan siswa dijadikan solusi untuk meningkatkan
dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu kemampuan berpikir kreatif dan disposisi
salah satunya berupa keberanian dalam matematis.
berkomunikasi untuk menyampaikan ide
atau memberikan argumen, siswa juga harus
memiliki sikap percaya diri akan METODE PENELITIAN
kemampuannya, dalam proses berpikir siswa Desain Penelitian
diarahkan untuk berpikir fleksibel dalam Penelitian ini menggunakan desain
Memecahkan masalah dan menemukan penelitian eksperimen murni dimana

234
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

pengelompokkan subjek dilakukan secara Data kuantitatif yaitu hasil pretes dan postes
acak. Bentuk desain yang digunakan adalah kemampuan berpikir kreatif matematis serta
desain kelompok kontrol pretes-postes. data skor awal dan skor akhir disposisi
Artinya subjek dikelompokkan secara acak matematis. Sedangkan data kualitatif yaitu
dan diberikan pretes berkaitan dengan hasil observasi dan catatan lapangan. Untuk
materi penelitian serta di akhir diberikan data kuantitatif, setelah dilakukan penskoran
postes untuk mengetahui hasil dari dan penilaian selanjutnya dilakukan analisis
perbedaan perlakuan yang diberikan. Pada statistik. Analisis yang dilakukan disesuaikan
kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan rumusan masalah yang akan dijawab.
dengan menggunakan pendekatan Untuk mengetahui bagaimana peningkatan
eksploratif. Untuk kelas kontrol, diberikan kemampuan berpikir kreatif dan disposisi
perlakuan berupa pendekatan konvensional. matematis di kelas eksperimen, dilakukan uji
gain ternormalisasi. Sedangkan untuk
Lokasi Penelitian mengetahui perbedaan peningkatan
Lokasi penelitian ini bertempat di SDN kemampuan berpikir kreatif maupun
Sukaraja I dan SDN Cipameungpeuk yang disposisi matematis, dilakukan beberapa
berada di Kecamatan Sumedang Selatan, pengujian. Pertama, dilakukan uji asumsi
Kabupaten Sumedang. terhadap hasil pretes (kemampuan berpikir
kreatif) atau skor awal (disposisi matematis)
Subjek Penelitian dari kedua kelas yang dilanjutkan dengan uji
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh beda rata-rata. Hal ini bertujuan untuk
siswa kelas V se-Kecamatan Sumedang mengetahui bagaimana kemampuan awal
Selatan yang sekolahnya berlevel unggul. kedua kelas. Jika diketahui kemampuan awal
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara kedua kelas sama, maka dilanjutkan dengan
cluster sampling. analisis hasil postes atau skor akhir
Berdasarkan hasil pengundian maka menggunakan cara yang sama dengan
diperoleh sampel yaitu SDN Sukaraja I dan analisis pretes atau skor awal. Akan tetapi,
SDN Cipameungpeuk. jika kemampuan awal berbeda maka harus
SDN Sukaraja I terpilih sebagai kelompok dilakukan perhitungan gain terlebih dahulu
eksperimen dan SDN Cipameungpeuk untuk kemudian dilakukan uji asumsi dan uji
sebagai kelompok kontrol. beda rata-rata terhadap N-gain. Hasilnya
akan mengarah pada kesimpulan
Instrumen Penelitian pendekatan mana yang lebih baik.
Penelitian ini menggunakan dua macam Sementara itu, lembar observasi dan catatan
instrumen yaitu tes dan nontes. Instrumen lapangan dianalisis secara kualitatif untuk
tes berupa soal tertulis bertipe subjektif mengetahui apakah pembelajaran telah
untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dilaksanakan secara optimal serta factor apa
matematis. Sedangkan untuk nontes, saja yang mendukung dan menghambat
digunakan skala sikap, pedoman observasi proses pembelajaran terutama di kelas
kinerja guru dan aktivitas siswa, dan catatan eksperimen.
lapangan. Keseluruhan instrumen telah
divalidasi oleh pihak ahli yang dalam hal ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah dosen pembimbing. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis di Kelas Eksperimen
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Sejalan dengan rumusan masalah pertama
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dari penelitian ini yang berbunyi “Bagaimana
berupa data kuantitatif dan data kualitatif. peningkatan kemampuan berpikir kreatif

235
Daniar Rosdiana, Herman Subarjah, Isrok’atun

matematis siswa dengan menggunakan eksperimen memiliki selisih yang tinggi


pendekatan eksploratif?” maka dilakukan antara nilai pretes dan postes. Artinya, siswa
perhitungan gain ternormalisasi (N-gain) di kelas eksperimen yang mendapatkan
untuk mengetahui gambaran peningkatan pembelajaran dengan menggunakan
setelah diberikan perlakuan berupa pendekatan eksploratif mengalami
pendekatan eksploratif. Setelah diperoleh peningkatan yang tinggi. Dengan demikian,
hasil N-gain, kemudian diinterpretasikan dapat disimpulkan bahwa kemampuan
untuk mengetahui kategori peningkatan berpikir kreatif matematis di kelas
apakah tinggi, sedang, atau rendah. eksperimen mengalami peningkatan. Selain
itu, peningkatan juga dapat dilihat secara
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui sepintas melalui selilih rata-rata nilai pretes
bahwa rata-rata N-gain kemampuan berpikir dan postes yaitu sebesar 16,24. Untuk lebih
kreatif matematis di kelas eksperimen adalah jelasnya, berikut disajikan diagram yang
sebesar 0,708. Nilai tersebut jika menggambarkan peningkatan nilai pretes
diinterpretasikan temasuk ke dalam kategori dan postes.
tinggi. Secara keseluruhan siswa di kelas

Gambar 1. Diagram Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


di Kelas Eksperimen

Melalui pendekatan eksploratif yang merancang pembelajaran yang bermakna


memberikan kebebasan pada siswa untuk bagi siswa.
mengeksplor kemampuannya, siswa akan
secara alami menyukai pembelajaran. Tidak Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir
ada unsur paksaan karena siswa merasa Kreatif Matematis di Kelas Eksperimen dan
bahwa belajar tidak melulu soal aturan yang Kelas Kontrol
ketat. Siswa lebih berkembang baik kognitif, Selanjutnya untuk menjawab rumusan
afektif dan psikomotornya. Namun masalah kedua yang berbunyi “Bagaimana
demikian, kebebasan yang diberikan guru perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
merupakan kebebasan terbatas dimana guru kreatif matematis siswa yang menggunakan
tetap mengontrol kendali pembelajaran agar pendekatan eksploratif dengan siswa yang
menggunakan pendekatan konvensional?”
siswa tidak salah memahami arti kebebasan maka dilakukan analisis data hasil pretes dan
yang diberikan. postes di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil pretes perlu dianalisis untuk
Diketahui bahwa pembelajaran dengan mengetahui kemampuan awal siswa.
pendekatan eksploratif dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis, Siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol
salah satunya karena pendekatan eksploratif ternyata berangkat dari kemampuan awal

236
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

yang berbeda. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
mengetahui perbedaan peningkatan matematis siswa.
kemampuan berpikir kreatif antara kelas
eksperimen dan kontrol perlu dihitung dan Peningkatan Disposisi Matematis di Kelas
dilakukan analisis nilai gain normal. Eksperimen
Sebelumnya, dilakukan analisis terlebih Skala sikap yang digunakan untuk mengukur
dahulu nilai postes kemampuan berpikir disposisi matematis terdiri dari 28 butir
kreatif matematis di kelas eksperimen dan pernyataan. Pernyataan tersebut terbagi
kelas kontrol. menjadi dua jenis yaitu pernyataan positif
dan pernyataan negatif. Skor awal terendah
Setelah itu dilakukan perhitungan N-gain di kelas eksperimen adalah 85 dan skor
terhadap kelas eksperimen dan kelas control. tertingginya 114. Sedangkan, skor akhir
Kelas eksperimen memiliki rata-rata N-gain terendah adalah 100 dan skor tertingginya
sebesar 0,70 yang termasuk ke dalam 133. Secara sepintas rata-rata skor disposisi
kategori tinggi. Artinya, secara keseluruhan matematis mengalami peningkatan dengan
siswa di kelas eksperimen mengalami selisih sebesar 15,66. Sama halnya dengan
peningkatan yang tinggi dalam hal kemampuan berpikir kreatif, peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematis. disposisi matematis juga dapat diketahui
Sementara itu, rata-rata N-gain di kelas melalui N-gain. Interpretasi dari N-gain akan
kontrol adalah sebesar 0,37. Nilai tersebut menggambarkan peningkatan yang terjadi.
termasuk ke dalam kategori sedang. Interpretasi dibagi menjadi tiga kategori
yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya
bahwa kemampuan awal kedua kelas Berdasarkan perhitungan dapat diketahui
berbeda, sehingga untuk mengetahui bahwa rata-rata N-gain disposisi matematis
perbedaan peningkatan kedua kelas tersebut di kelas eksperimen sebesar 0,39. Rata-rata
harus diuji melalui gain normal. Adanya tersebut termasuk ke dalam kategori sedang.
perbedaan peningkatan akan terlihat dari uji Lebih rinci lagi diketahui bahwa sebanyak 5
beda rata-rata N-gain. Berdasarkan hasil uji orang sswa mengalami peningkatan yang
statistik terhadap N-gain dapat diketahui tergolong tinggi, 15 orang siswa mengelami
bahwa N-gain tidak memenuhi asumsi peningkatan yang tergolong sedang, dan
normalitas. Oleh karena itu, pengujian sisanya sebanyak 10 orang siswa mengalami
dilanjutkan dengan uji nonparametrik yaitu peningkatan yang tergolong rendah. Jika
uji Mann Whitney untuk mengetahui beda dipersentasekan maka diperoleh hasil yaitu
rata-rata. Hasilnya menunjukkan bahwa 50% siswa mengalami peningkatan sedang,
terdapat perbedaan antara siswa yang 33% siswa mengalami peningkatan rendah,
belajar dengan menggunakan pendekatan dan 17% siswa mengalami peningkatan yang
eksploratif dan siswa yang menggunakan tinggi. Secara keseluruhan skor awal dan skor
pendekatan konvensional. Siswa di kelas akhir disposisi matematis siswa di kelas
eksperimen menunjukkan peningkatan yang eksperimen mengalami peningkatan dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa di taraf sedang. Dengan demikian, dapat
kelas kontrol dalam hal kemampuan berpikir disimpulkan bahwa pembelajaran
kreatif matematis. Dengan demikian, dapat matematika dengan menggunakan
disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan eksploratif dapat meningkatkan
matematika dengan menggunakan disposisi matematis.
pendekatan eksploratif lebih baik daripada
pendekatan konvensional dalam

237
Daniar Rosdiana, Herman Subarjah, Isrok’atun

Perbedaan Peningkatan Disposisi Matematis analisis perbedaan rata-rata. Perbedaan rata-


di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol rata yang akan dianalisis adalah perbedaan
Sama halnya dengan perbedaan peningkatan rata-rata skor awal dan akhir disposisi
kemampuan berpikir kreatif, untuk matematis. Berikut analisis skor awal
mengetahui perbedaan peningkatan disposisi matematis.
disposisi matematis pun perlu dilakukan
Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji Statistik Skor Awal Disposisi Matematis
Rata- Simpangan Uji Uji Uji Beda
Kelas n Keterangan
rata Baku Normalitas Homogenitas Rata-rata
Eksperimen 30 99,70 7,61 Normal Tidak Disposisi
Homogen terdapat awal
Kontrol 33 96,51 7,69 Normal perbedaan siswa sama
Keterangan: α = 0,05
disposisi matematis siswa yang belajar
Pengujian beda rata-rata ternyata menggunakan pendekatan eksploratif lebih
menunjukkan tidak terdapat perbedaan data meningkat dibandingkan dengan siswa yang
skor awal disposisi matematis antara kelas belajar menggunakan pendekatan
eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan konvensional. Dengan kata lain, dapat
kata lain, disposisi matematis awal siswa di disimpulkan bahwa pembelajaran
kedua kelas sama. Berikutnya, mengingat matematika dengan menggunakan
bahwa siswa sama-sama berangkat dari pendekatan eksploratif lebih baik daripada
disposisi matematis awal yang sama, maka pendekatan konvensional dalam
untuk mengetahui perbedaan meningkatkan disposisi matematis siswa.
peningkatannya perlu dianalisis skor akhir
disposisi matematis. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah diagram
yang menggambarkan perbedaan
Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa peningkatan disposisi matematis di kelas
skor akhir disposisi matematis memenuhi eksperimen dan kelas kontrol. Melalui
asumsi normalitas dan homogenitas. diagram tersebut dapat diketahui bahwa
Selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata rata-rata skor disposisi matematis di kelas
menggunakan uji-t sampel bebas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
(Independent Sample T-Test). Perhitungan uji kontrol.
beda rata-rata menunjukkan bahwa disposisi
akhir siswa berbeda. Diketahui bahwa

Gambar 2. Diagram Perbedaan Peningkatan Skor Awal dan Skor Akhir Disposisi Matematis
di Kelas Eksperimen dan Kontrol

238
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

Faktor Pendukung dan Penghambat siswa laki-laki terkadang bersikap jahil


Pembelajaran Matematika di Kelas kepada temannya dan memicu perkelahian.
Eksperimen
Hasil analisis faktor pendukung dan SIMPULAN
penghambat pembelajaran matematika di Berdasarkan pembahasan dan pengolahan
kelas eksperimen diperoleh dari hasil analisis data hasil penelitian, dapat disimpulkan
lembar observasi kinerja guru dan aktivitas mengenai pembelajaran matematika dengan
siswa serta dari catatan lapangan. Berikut menggunakan pembelajaran konvensional
merupakan faktor pendukung pembelajaran dan pendekatan eksploratif sebagai berikut.
matematika yang menggunakan pendekatan
eksploratif di kelas eksperimen. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa setelah melaksanakan
Letak ruang kelas yang berada di lantai 2 dan pembelajaran dengan pendekatan
cukup jauh dari jalan raya membuat suasana eksploratif berdasarkan perhitungan N-gain
kelas cenderung lebih tenang tanpa diperoleh rata-rata yang termasuk ke dalam
terganggu kendaraan yang lalu lalang. Selain kategori tinggi.
itu, ruang kelas yang berada di lantai 2 hanya
terdiri dari kelas tinggi sehingga lebih Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
kondusif dibandingkan dengan kelas rendah. matematis siswa yang memperoleh
Ruangan kelas juga cukup luas disertai pembelajaran dengan pendekatan
ventilasi udara yang memadai sehingga lebih eksploratif lebih baik dibandingkan siswa
leluasa. Pembelajaran yang dilakukan di kelas yang memperoleh pembelajaran dengan
eksperimen kebanyakan dilakukan di pagi pendekatan konvensional. Hal ini didasarkan
hari di jam pertama sehingga siswa masih hasil perhitungan uji beda rata-rata N-gain
semangat dan konsentrasi untuk belajar. antara siswa yang belajar menggunakan
Antusias siswa dalam belajar menggunakan pendekatan eksploratif dan siswa yang
pendekatan eksploratif. Aktivitas siswa belajar menggunakan pendekatan
selama proses pembelajaran tergolong aktif. konvensional. Siswa di kedua kelas berangkat
Hal ini didukung pula adanya media dari kemampuan awal yang berbeda dan
pembelajaran. Kinerja guru yang optimal memiliki kemampuan akhir yang berbeda
serta adanya LKS yang dapat mengarahkan pula. Oleh karena itu, peningkatan dianalisis
pembelajaran menjadi student centered. berdasarkan N-gain. Peningkatan disposisi
matematis siswa setelah melaksanakan
Di samping adanya faktor pendukung selama pembelajaran dengan pendekatan
proses pembelajaran, juga ada beberapa hal eksploratif berdasarkan perhitungan N-gain
di luar dugaan yang terjadi selama proses diperoleh rata-rata yang termasuk ke dalam
pembelajaran di kelas eksperimen. Hal itu kategori sedang.
sedikitnya menghambat proses
pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang Peningkatan disposisi matematis siswa yang
menjadi penghambat yaitu siswa mengalami memperoleh pembelajaran dengan
kendala dalam mengerjakan LKS dikarenakan pendekatan eksploratif lebih baik
belum terbiasa. Seringkali siswa kebingungan dibandingkan peningkatan disposisi
dalam mengerjakan LKS karena tidak matematis siswa yang memperoleh
membaca petunjuk di LKS dengan benar, pembelajaran matematika dengan
rata-rata siswa memiliki dan membawa pendekatan konvensional. Hal ini didasarkan
gadget ke sekolah, dan beberapa orang pada hasil perhitungan uji beda rata-rata
terhadap skor akhir disposisi matematis

239
Daniar Rosdiana, Herman Subarjah, Isrok’atun

siswa dan terdapat perbedaan dimana skor 1/07/pembelajaran-dengan-


akhir disposisi matematis siswa kelas eksplorasi.html#.[8 November 2015].
eksperimen lebih baik.
Utomo, S.Y.(2011).PISA (Programme For
Pembelajaran matematika dengan International Student
menggunakan pendekatan eksploratif tidak Assessment).[Online]. Diakses dari:
terlepas dari faktor pendukung dan faktor litbang.kemdikbud.go.id/index.php/s
penghambat sekalipun telah diusahakan urvey-internasional-pisa.[5 November
secara optimal. Secara umum yang termasuk 2015].
faktor pendukung terkait dengan sarana dan
prasarana, kinerja guru yang optimal, adanya Yuniardi, M. (2014). Efektivitas model
LKS serta aktivitas siswa yang terus pembelajaran berbasis masalah
menunjukkan kemajuan. Sedangkan faktor untuk meningkatkan kemampuan
penghambatnya terkait kesiapan siswa berpikir kreatif siswa. (Tesis). Sekolah
dalam beradaptasi dengan situasi belajar Pascasarjana, Universitas Pendidikan
yang baru serta penggunaan gadget yang Indonesia, Bandung.
dapat mengganggu konsentrasi siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Bidarra J. & Olimpio, M. (2010). Exploratory
learning with geodromo: design
of emotional and cognitive factors
within an educational cross-media
experience. Journal of Research on
Technology in Education, 43 (2),
hlm. 171-183.

Dwirahayu, G. (2013). Pengaruh strategi


pembelajaran eksploratif terhadap
peningkatan kemampuan visualisasi,
pemahaman konsep geometri, dan
karakter siswa. [Online]. Diakses dari:
http://a-
research.upi.edu/disertasiview.php?n
o_disertasi=540. [11 November
2015].

Munandar, U. (1999). Mengembangkan


bakat dan kreativitas anak sekolah:
penuntun bagi guru dan orang tua.
Jakarta: Grasindo.

Ramlan dan Arie. (2011).Pembelajaran


dengan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.[Online].Diakses dari:
http://ramlannarie.blogspot.com/201

240

Anda mungkin juga menyukai