Anda di halaman 1dari 6

Indo. J. Chem. Sci.

3 (1) (2014)
Indonesian Journal of Chemical Science
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

PENURUNAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU MENGGUNAKAN TANAMAN CATTAIL


DENGAN SISTEM CONSTRUCTED WETLAND

Mika Septiawan*), Sri Mantini Rahayu Sedyawati dan Fransiska Widhi Mahatmanti
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Limbah cair dari industri tahu mengandung padatan tersuspensi dan terlarut yang
Diterima Pebruari 2014 mencemari perairan, oleh karena itu perlu perlakuan sebelum dibuang ke
Disetujui Pebruari 2014 perairan. Salah satu cara menggunakan biofilter. Biofilter menggunakan tanaman
Dipublikasikan Mei 2014 cattail (Thypa Angustifolia) dengan sistem constructed wetland untuk mengetahui
penurunan kadar limbah BOD, COD dan TSS pada limbah cair tahu. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan limbah BOD, COD, dan TSS dengan variasi
Kata kunci:
lama penanaman terjadi penurunan maksimum pada hari ke 20 dengan nilai
BOD
BOD 177 mg/L (78%), COD 277 mg/L (77,3%), dan TSS 146 mg/L (78%).
COD
Penurunan maksimum limbah cair BOD, COD dan TSS pada variasi berat
constructed wetland
tanaman cattail terjadi pada berat 4 kg dengan nilai BOD 80 mg/L (87,6 %),
industri tahu
COD 165 mg/L (86,7%) dan TSS 63 mg/L (90,2%). Tanaman cattail dalam
constructed wetland perlu diaplikasikan dengan tanaman air dan media lainnya
yang memiliki kemampuan aklimatisasi lebih baik sehingga menghasilkan variasi
penurunan kadar BOD, COD dan TSS yang lebih maksimum.

Abstract

Wastewater was generated from industry tofu still contains suspended and
dissolved solid that can pollute the water, therefore must prior to discharge into
water. One of the ways that by biofilter. Biofilter using cattail plants (thypa
angustifolia) constructed wetland system aims to determine the decrease of BOD,
COD and TSS in the tofu wastewater. The result showed decreased levels
wastewater of BOD, COD and TSS in the tofu wastewater with variation time of
planting maximum decrease occured retention time of 20 days with a BOD value
of 177 milligrams/L (78%), COD 277 milligrams/L (77.3%) and TSS 146
milligrams/L (78%). The maximum decrease occurred of effluent BOD, COD
and TSS in the variation of weight cattail plant accurs at 4 killograms with value
BOD 80 milligrams/L (87.6%), COD 165 milligrams/L (86.7%), and TSS 63
milligrams/L (90.2%). Cattail plant in constructed wetland should be applied
with water plants and other media that have better acclimatization decreased
levels of BOD, COD dan TSS are higher maximum.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
E-mail: Micakallio@yahoo.com ISSN NO 2252-6951
M Septiawan / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (1) (2014)
Pendahuluan sistem constructed wetland. Lahan basah buatan
Industri tahu merupakan usaha yang atau constructed wetland merupakan sistem
didirikan dalam rangka pengembangan kegiatan pengolahan terencana atau terkontrol yang telah
di bidang pangan yang mempunyai dampak didesain dan dibangun menggunakan proses
positif dan negatif bagi lingkungan. Dampak alami yang melibatkan vegetasi, media, dan
positif berupa pemenuhan kebutuhan masya- mikroorganisme untuk mengolah air limbah.
rakat akan sumber pangan sedangkan dampak Penelitian Rizka (2005) menggunakan tanaman
negatif dari industri tahu berupa limbah air kanna (Canna sp) sebagai media untuk
buangan yang menimbulkan masalah pencemar- menurunkan kadar COD. Pada penelitiannya
an sehingga merusak lingkungan. Pencemaran tersebut diperoleh prosentase penurunan
lingkungan tersebut berupa hasil pembuangan konsentrasi COD sebesar 71,8% pada waktu
limbah padat (ampas tahu) dan limbah cair. tinggal 12 dan 15 hari. Penurunan kandungan
Limbah cair yang mengandung padatan BOD tertinggi terjadi pada waktu tinggal 15
tersuspensi maupun terlarut, mengalami peru- hari sebesar 81,6% dan penurunan kandungan
bahan fisik, kimia, dan hayati yang akan TSS tertinggi sebesar 83,3%.
menghasilkan zat beracun atau menciptakan Secara umum sistem pengolahan limbah
media untuk tumbuhnya kuman. Limbah akan dengan lahan basah buatan (constructed wetland)
berubah warnanya menjadi coklat kehitaman ada 2 (dua) tipe, yaitu sistem aliran permukaan
dan berbau busuk. Bau busuk ini akan meng- (Surface Flow Constructed Wetland) adalah sistem
akibatkan gangguan pernafasan. Apabila limbah aliran yang mengalir dipermukaan tanah, dan
ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari Sub­Surface Flow yaitu sistem aliran yang meng-
sungai dan bila masih digunakan maka akan alir melalui bawah tanah (Leady; 1997).
menimbulkan penyakit gatal, diare, dan mual. Penelitian Supradata (2005) sistem aliran bawah
Salah satu cara untuk mengetahui sebe- permukaan menggunakan tanaman rumput hias
rapa jauh beban pencemaran pada air limbah (Cyperus alterifolius) menurunkan BOD dan
adalah dengan mengukur BOD (Biological COD masing-masing sebesar 89% dan 70%.
Oxygen Demand), dan COD (Chemical Oxygen Dari uraian di atas, maka dilakukan penelitian
Demand) (Masturi; 1997). BOD adalah jumlah tentang penurunan limbah cair BOD dan COD
kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh mikro- pada industri tahu menggunakan tanaman
organisme untuk mengoksidasi senyawa organik cattail (typha angustifolia) dengan sistem construc­
yang ada dalam limbah. COD adalah banyak- ted wetland.
nya oksigen yang diperlukan untuk mengoksi- Metode Penelitian
dasi senyawa organik secara kimiawi (Alaerts Alat yang digunakan dalam penelitian ini
dan Santika; 1984). meliputi: buret, erlenmeyer, pipet volume, gelas
Sumber limbah industri tahu di Semarang ukur, labu ukur, botol Winkler yang volumenya
berasal dari beberapa tahapan proses yang telah diketahui dengan ketelitian ± 0,1 mL
menghasilkan nilai rata-rata BOD, COD total, lengkap dengan tutupnya.
dan TSS berturut-turut adalah 3,500 mg/L, Bahan-bahan yang digunakan dalam
7,300 mg/L dan 500 mg/L (Romli; 2009). Hal penelitian ini adalah tanaman cattail, limbah
ini sangat jauh dari ambang batas yang cair industri tahu di desa Sumur Jurang,
ditentukan baku mutu air limbah industri tahu kecamatan Gunungpati, kota Semarang, larutan
oleh pemerintah menurut Perda Provinsi Jawa standar kalium bikromat, Ag2SO4, Ag2SO4,
Tengah No.10 Tahun 2004 yaitu pH 6-9; kadar H2SO4, feroin, Fe(NH4)2(SO4)2, Na2SO3,
BOD 150 mg/L, COD 275 mg/L; dan TSS 100 MnSO4, HgSO4, alkil azida dengan grade pro
mg/L. Dengan demikian diperlukan upaya analysist buatan Merck.
untuk mengatasi permasalahan yang ditimbul- Limbah industri tahu di alirkan secara
kan oleh limbah ctahu tersebut, sehingga proses vertikal dan horisontal kedalam masing-masing
pengolahan limbah wajib dilakukan sebelum bak yang berisi media serta tanaman cattail
limbah tersebut dibuang ke badan perairan. dengan berat 1, 2, 3 dan 4 kg untuk proses
Pengolahan limbah yang cukup murah dan constructed wetland, dihitung kadar BOD, COD
aman adalah biofilter menggunakan tanaman dan TSS limbah awal sebelum perlakuan.
air, contohnya cattail (Typha Angustifolia). Ber- Langkah selanjutnya melakukan pengukuran
dasarkan morfologi dari tumbuhan cattail sangat kadar BOD, COD dan TSS sampel limbah cair
cocok untuk pengolahan limbah cair dengan tahu menggunakan sistem subsurface wetland

23
M Septiawan / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (1) (2014)

dengan berat tanaman cattail 2 kg dan lama dengan cara alat DO-meter. Hal yang perlu
penanaman selama 10 hari untuk mencari hasil diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah
optimum. Selanjutnya dilakukan perlakuan penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi
berat tanaman cattail 2 kg dengan variasi hari ke larutan tiosulfat dan penambahan indikator
5, 10, 15 dan ke 20 hari. Perlakuan selanjutnya amilumnya, sedangkan cara DO-meter, harus
menggunakan tanaman cattail dengan variasi memperhatikan suhu dan salinitas sampel yang
berat 1, 2, 3 dan 4 kg dengan waktu yang mak- akan diperiksa. Disamping itu, sebagaimana
simum, dilanjutkan proses pengujian parameter lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat
BOD, COD dan TSS. sangat menentukan akurasinya hasil penentuan.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentu-
Sebelum diberi perlakuan dengan metode an oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih
wetland limbah cair tahu dianalisis BOD, COD, dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih
TSS dan pH untuk mengetahui kualitas dari akurat. Alat DO-meter masih dianjurkan jika
limbah tersebut. Hasil analisis limbah cair tahu sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.
dapat dilihat pada Tabel 1. Berikut ini reaksi dalam metoda titrasi Winkler
Tabel 1. Kualitas awal limbah tahu desa Sumur yaitu:
Jurang

Berdasarkan Tabel 1. diatas, dapat Penentuan nilai COD pada penelitian ini
diketahui bahwa limbah tahu desa Sumur dengan titrasi metode refluks tertutup. Sampel
Jurang tidak layak dibuang langsung ke perairan diambil sebanyak 5 mL, kemudian dimasukkan
karena nilai BOD, COD, TSS dan pH nya ke dalam tabung, ditambah dengan 1 g H2SO4, 1
melebihi baku mutu air limbah. Dengan mL K2Cr2O7 0,25 N, dan 3 mL reagen yang
demikian limbah perlu diberi perlakuan sebelum berisi campuran Ag2SO4 dan H2SO4 kemudian
di buang ke perairan. Pada penelitian ini mulut tabung COD ditutup rapat, dikocok
perlakuan limbah tahu dilakukan dengan sistem sampai homogen. Selanjutnya tabung beserta
constructed wetland menggunakan tanaman isinya dimasukkan ke dalam COD reaktor, yang
cattail. dioperasikan pada suhu 150oC selama 120
Parameter uji penurunan kadar limbah cair menit. selanjutnya larutan yang telah dingin
pada industri tahu di desa Sumur Jurang, dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambah 2
kecamatan Gunungpati, kota Semarang meli- tetes indikator ferroin, dan dititrasi dengan
puti BOD, COD dan TSS yang menggunakan larutan ferro ammonium sulfat (FAS) 0,1 N.
tanaman cattail dengan sistem constructed wet­ Analisis BOD, COD dan TSS dilakukan pada
land. Penentuan nilai BOD pada percobaan ini limbah industri tahu baik sebelum perlakuan
adalah dengan menggunakan metode titrasi maupun sesudah perlakuan dengan sistem
Winkler yang secara umum banyak digunakan constructed wetland (Alaerts dan Santika; 1984).
untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Penurunan limbah industri dengan sistem
Prinsip metode Winkler adalah oksigen didalam constructed wetland dengan menanam tanaman
sampel akan mengoksidasi MnSO4 yang ditam- cattail seberat 2 kg selama 10 hari penanaman
bahkan ke dalam larutan pada keadaan alkalis, mampu menurunkan kadar limbah cair industri
sehingga terjadi endapan MnO2. Penambahan tahu. Hasil pengukuran terhadap parameter uji
asam sulfat dan kalium iodida menyebabkan (BOD, COD dan TSS) menggunakan perban-
dibebaskannya iodin yang ekuivalen dengan dingan sistem constructed wetland dapat dilihat
oksigen terlarut. Iodin yang dibebaskan tersebut pada Tabel 2.
kemudian dianalisis dengan metode titrasi Tabel 2. Data penurunan limbah menggunakan
iodometri dengan larutan standard tiosulfat dan subsurface wetland
indikator kanji.
Kelebihan metode Winkler dalam meng-
analisis oksigen terlarut (DO) adalah lebih
mudah karena hanya dilakukan cara titrasi,
lebih teliti dan akurat apabila dibandingkan

24
M Septiawan / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (1) (2014)

Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan (21,5%). Penurunan yang sangat maksimum


penurunan kadar BOD, COD dan TSS pada terjadi pada hari ke 20 dengan nilai BOD 177
limbah industri tahu tersebut menunjukkan mg/L (77,8%), COD 277 mg/L (77,1%),
sistem subsurface wetland mampu menurunkan sedangkan TSS 146 mg/L (78,4%). Hal ini
kadar dengan prosentase BOD 30,3%, COD dapat dilihat Gambar 2.
20%, dan TSS 17,9%. Ditinjau dari pola aliran
air limbah terlihat bahwa aliran air limbah yang
masuk secara horizontal kedalam lahan basah
ternyata lebih efektif menurunkan kadar
pencemaran (COD, BOD dan TSS) daripada
yang mengalir secara vertikal kebawah. Hal ini
dapat ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 2. Penurunan kadar BOD, COD dan


TSS dengan variasi lama penanaman
Hasil penelitian ini menunjukkan kadar
nilai BOD, COD dan TSS terjadi penurunan
walaupun masih dibawah standar baku mutu
limbah industri tahu Perda Jawa Tengah 2004.
Berdasarkan waktu tinggal penanaman, maka
penggunaan tanaman air jenis Cattail memiliki
efektivitas/kinerja yang tidak jauh berbeda
Gambar 1. Grafik sistem SSFW terhadap dengan jenis tanaman yang telah umum
penurunan limbah cair BOD, COD dan TSS
digunakan dalam SSFWetlands.
Sistem horizontal subsurface wetland (aliran
dari bawah) lebih efektif untuk proses Langkah selanjutnya penurunan BOD,
berlangsungnya degradasi secara simultan COD dan TSS dari keempat reaktor bak wetland
antara kondisi aerobik dan anaerobik. Dengan dengan variasi berat tanaman sebesar 1, 2, 3 dan
demikian proses biodegradasi lebih besar 4 kg selama 20 hari. Hasil penelitian dapat
daripada sistem aliran dari atas (vertical surface dilihat pada Tabel 4.
wetland) yang kontak awal berlangsungnya Tabel 4. Penurunan kadar BOD, COD dan TSS
dengan variasi berat cattail
degradasi dalam kondisi aerobik, sehingga
proses biodegradasi hanya terbatas pada
senyawa organik sederhana saja (Supradata;
2005).
Langkah selanjutnya adalah pengaruh
waktu penanaman cattail untuk mengetahui Penurunan kadar BOD, COD dan TSS
penurunan maksimum kadar BOD, COD dan terhadap variasi waktu penanaman dapat
TSS terhadap variasi waktu penanaman selama menurunkan kadar BOD, COD dan TSS , akan
5, 10, 15 dan 20 hari dengan berat tanaman tetapi hasil tersebut masih belum layak untuk
cattail sebanyak 2 kg. Hasil analisis kadar BOD, dibuang keperairan sehingga masih dibutuhkan
COD dan TSS terhadap variasi waktu penanam- suatu perlakuan lebih lajut untuk mendapatkan
an dapat dilihat pada Tabel 3. hasil yang diinginkan. Berdasarkan hasil
Tabel 3. Penurunan BOD, COD dan TSS pemeriksaan BOD, COD dan TSS dari keempat
dengan variasi lama penanaman
reaktor bak wetland dengan berat tanaman
sebesar 1, 2, 3 dan 4 kg selama 20 hari terjadi
penurunan kadar yang maksimum dilihat pada
Gambar 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin Gambar 3. menunjukkan pengaruh berat
lama waktu penanaman semakin besar penu- tanaman cattail terhadap penurunan kadar
runan kadar BOD, COD dan TSS pada limbah BOD, COD dan TSS dengan lama penanaman
tahu. Setelah perlakuan kadar BOD, COD dan selama 20 hari sangat signifikan dari limbah
TSS mengalami penurunan pada hari ke 5 awal. Hasil penurunan terendah terjadi pada
dengan nilai kadar BOD 640 mg/L (14,2%), berat tanaman cattail 1 kg selama penanaman 20
COD 1072 mg/L (12,9%) dan TSS 520 mg/L hari menghasilkan kadar BOD sebesar 400

25
M Septiawan / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (1) (2014)

mg/L (41,8%), COD 400 mg/L (41,8%), dan tanaman yang menutupi permukaan air limbah.
TSS 353 mg/L (45,6%), sedangkan penurunan Keberadaan tanaman tersebut dapat menyerap
tertinggi terjadi pada berat tanaman cattail 4 kg zat organik yang terdapat dalam air limbah.
dengan nilai BOD sebesar 80 mg/L (86,7%), Semakin banyak tanaman, maka semakin
COD 165 mg/L (88,8%), dan TSS 63 mg/L banyak bahan organik yang terserap dan bahan
(90,2%). organik yang harus didegradasi oleh mikro-
organisme semakin sedikit. Semakin sedikit
bahan organik yang harus didegradasi oleh
mikrobia, maka kandungan oksigen dalam air
limbah semakin tinggi. Oksigen terlarut dalam
air limbah juga semakin banyak karena adanya
suplai oksigen dari hasil fotosintesis tanaman.
Jadi semakin banyak tanaman, maka nilai BOD
semakin kecil yang berarti semakin baik kualitas
air limbah tersebut (Suriawira; 1996).
Gambar 3. Penurunan kadar BOD, COD dan Nilai COD merupakan jumlah oksigen
TSS dengan variasi berat cattail
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan
Gambar 3 menunjukkan penurunan kadar
organik dalam air secara kimiawi. Jika bahan
BOD, COD dan TSS pada hari ke 20 dengan
organik yang belum diolah dibuang ke badan
berat 1 kg sudah terjadi penurunan selama
perairan, maka bakteri akan menggunakan
proses wetland. Hal ini menunjukkan berat
oksigen untuk proses pembusukannya. Nilai
jumlah tanaman dan lama waktu tinggal
COD biasanya lebih tinggi dari pada nilai BOD
ternyata akan meningkatkan penurunan kadar
karena bahan buangan yang dapat dioksidasi
BOD, COD dan TSS yang terjadi. Semakin
melalui proses kimia lebih banyak dari pada
lama waktu kontak antara air limbah dengan
bahan buangan yang dapat dioksidasi melalui
biomassa maka proses degradasi parameter-
proses biologi. Penurunan ini juga dikarenakan
parameter pencemar organik dapat berlangsung
suplai oksigen terlarut cukup banyak terutama
lebih lama sehingga kinerja reaktor akan
dari hasil fotosintesis tanaman sehingga menye-
semakin baik dan konsentrasi effluent yang
babkan dekomposisi bahan organik menjadi
dihasilkan juga semakin rendah.
lebih efektif.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang
Menurut Haberl dan Langergraber (2002),
dilakukan Fachrurrozi (2010) memakai tanam-
bahwa proses fotosintetis pada tanaman cattail
an kayu apu dengan variasi berat tanaman dari
memungkinkan adanya pelepasan oksigen pada
50 gram sampai 250 gram dengan waktu
daerah sekitar perakaran (zona rhizosphere).
penanaman selama 7 hari dapat menurunkan
Kondisi zona rhizosphere yang kaya akan
kadar BOD, COD dan TSS pada limbah cair
oksigen, menyebabkan perkembangan bakteri
tahu di dusun Klero Sleman Yogyakarta. Hasil
aerob di zona tersebut. Sebagaimana yang
penelitian menunjukkan bahwa penurunan
dikemukakan oleh Suriawiria (1996), bahwa
kadar BOD, COD dan TSS terjadi pada berat
kadar oksigen bebas suatu perairan dapat
250 gram dengan waktu tinggal optimal adalah
ditentukan oleh adanya aktivitas fotosintesis
7 hari dapat menurunkan prosentase BOD
didalamnya, serta hubungan antara permukaan
sebesar 91,7%, COD 89,9%, dan TSS 84,6%.
perairan dengan udara bebas.
Jumlah biomassa atau berat tanaman
sangat mempengaruhi proses penurunan kadar
Nilai padatan tersuspensi total menunjuk-
BOD, COD dan TSS. Semakin kecil berat
kan banyaknya bahan yang tersuspensi di dalam
tanaman akan semakin besar kemungkinan
air. TSS (Total Suspended Solid) adalah berat
tanaman tersebut akan mati mengakibatkan
mg/L kering lumpur yang ada dalam air limbah
proses penurunan kadar limbah cair akan
setelah mengalami penyaringan dengan mem-
terganggu, sehingga jumlah berat tanaman
bran berukuran 0,45 mikron. Analisa TSS atau
sangat diperlukan untuk menggantikan tanaman
padatan tersuspensi penting dilakukan untuk
yang mati (Suriawira; 2003). Hasil penelitian
mengetahui kuantitas senyawa-senyawa organik
menunjukkan biomassa berat tanaman cattail
dan anorganik yang larut dalam air, mineral,
sangat berpengaruh terhadap penurunan
dan garam.
maksimal kadar limbah BOD, COD dan TSS.
Penurunan nilai TSS juga disebabkan
Nilai BOD dipengaruhi juga oleh adanya
karena tanaman Thypa Angustifolia memiliki
26
M Septiawan / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (1) (2014)

akar serabut yang dapat menjadi tempat me- Daftar Pustaka


nempelnya koloid yang melayang di air. Alaerts G. & S.S. Santika. 1984. Metode Peneliti­
Semakin tinggi biomassa tanaman, semakin an Air. Usaha Nasional. Surabaya. Indo-
nesia.
banyak akar serabutnya, maka semakin banyak
Fachrurrozi. 2010. Pengaruh Variasi Biomassa
koloid yang menempel di akar-akar tersebut. Pistia stratiotes L. Terhadap Penurunan Kadar
Endapan dan koloid serta bahan terlarut yang BOD, COD, dan TSS Limbah Cair Tahu.
berasal dari bahan buangan yang berbentuk Fakultas Kesehatan Masyarakat. Univer-
padat akan mengendap di dasar bila tidak dapat sitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta
larut dan sebagian akan menjadi koloidal bila Haberl R. and Langergraber H. 2002. Cons-
dapat larut. Endapan yang tidak dapat larut tructed wetlands: a chance to solve waste-
sebelum mencapai dasar akan melayang-layang water problems in developing countries.
Wat. Sci. Technol. 40:11-17
dalam air bersama koloidial. Akar tanaman
Leady B. 1997. Constructed Subsurface Flow Wet­
cattail yang panjang dan lebat dapat menjangkau lands For Wastewater Treatment. Purdue
area yang lebih dalam dan luas sehingga dapat University
lebih banyak menyerap nutrien seperti senyawa Masturi. 1997. Pengambilan Minyak Kedelai Pra
organik, phospat dan nitrogen dalam tanah serta Proses Pembuatan Tahu. Laporan Penelitian
mentransfer oksigen ke dalam dasar media dan Badan Penelitian dan Pengembangan
memungkinkan mikroorganisme tumbuh di Industri Semarang
sekitar perakaran sehingga oksidasi zat organik Rizka. 2005. Studi Penurunan Kandungan COD
berlangsung lebih baik. dan BOD Air Limbah Domestik dengan
Menggunakan Tanaman Kana (Canna Sp)
Simpulan dalam Sistem Sub­Surface Flow Constructed
Sistem sub­surface wetland mampu menu- Wetland. Tugas Akhir. Jurusan Teknik
runkan kadar BOD dengan prosentase sebesar Lingkungan ITS. Surabaya
30,3%, COD: 20% dan TSS: 17,9%, dibanding- Romli. 2009. Beban Pencemaran Limbah Cair
kan surface wetland prosentase penurunan BOD Industri Tahu. Jurnal Vo1. 10. No. 2.
Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB
hanya sebesar 23,3%, COD: 13,3% dan TSS:
6,8%. Waktu lama penanaman cattail pada hari Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan
Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Seba-
ke 5 mampu menurunkan prosentase kadar gai Salah Satu Indikator untuk Menentu-
BOD sebesar 14,6%, COD: 12,2% dan TSS: kan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana. Vol
23,4%, dan penurunan maksimum terjadi pada xxx. No 3: 21-26
hari ke 20 dengan prosentase BOD sebesar 78%, Supradata. 2005. Pengolahan Limbah Mengguna­
COD: 77,3% dan TSS: 78%. Berat tanaman kan Tanaman Rumput Hias (Cyperus
cattail 1 kg mampu menurunkan kadar BOD alterifolius L) dengan Sistem Aliran Bawah
Permukaan. Program Pasca Sarjana
sebesar 38,2%, COD: 39,4% dan TSS: 45,6%, Universitas Diponegoro
dan penurunan maksimum terjadi pada berat 4
Suriawiria U. 1996. Mikrobiologi Air. Bandung.
kg dengan prosentase BOD sebesar 86,7%, Karya Cipta. Edisi 2
COD: 88,8 % dan TSS: 90,2%. Tanaman cattail
dalam constructed wetland perlu diaplikasikan
dengan tanaman air dan media lainnya yang
memiliki kemampuan aklimatisasi lebih baik
untuk menghasilkan variasi penurunan kadar
BOD, COD dan TSS yang lebih maksimum.

27

Anda mungkin juga menyukai