MINANGKABAU
Dosen Pengampu :
Di Indonesia terdapat baragam corak dan kebudayaan. Salah satunya mengenai sistem tali
kekerabatan atau garis keturunan yang ada di Minangkabau. Di Minangkabau sendiri sistem
kekerabatan terdiri dari garis keturunan Ayah (patrilineal) dan dari garis keturan Ibu
(matrilineal). Pada dasarnya di Minangkabau menganut sistem kekerabatan dari garis
keturunan Ibu (matrilineal), karena kedudukan seorang Ibu di Minangkabau selain ada
ikatan tali darah juga dapat memberikan suku/gelar kepada anak-anaknya. Dengan adanya
sistem ini, mengharuskan setiap anggota suku yang akan melaksanakan perkawinan
hendaklah dengan anggota suku lainnya, karena mengingat keterkaitan yang diberlakukan
oleh adat mianangkabau. Dimana perkawinan itu dilaksanakan melalui serangkaian acara
yang sesuai dengan ketentuan kedua suku berbeda tersebut, sehingga membuat seorang
laki-laki (suami) dari perempuan menjadi bagian keluarganya serta sebagai seorang
sumando dalam suku perempuan (istrinya) itu dengan kewajiban dan hak yang telah
ditentukan.1
1
Mahasiswa FEBI dengan NIM 1816010087, email : rahmadyogi40@gmail.com
PENDAHULUAN
Pada masa lalu masyarakat belum mengetahui tentang nilai-nilai norma, maka untuk
memudahkan kelahiran seorang anak, menggunakan silsilah alam takambang jadi guru
maka yang melahirkan anak adalah seorang wanita, oleh karena itu keturunan berdasarkan
Ibu mendapatkan kedudukan pertama. Masyarakat Minangkabau masih bertahan dengan
sistem kekerabatan matrilineal, selain itu sistem ini erat ikatannya dengan sako dan
pusako. Dalam Minangkabau harta warisan tidak hanya menentukan garis keturunan
anak-anaknya akan tetapi erat sekali hubungannya dengan adat istiadat.
Pepatah adat yaitu adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah disana berarti
bahwa Adat Minangkabau sejalan atau berlandaskan Islam. Tetapi ada juga salah satu
tradisi adat yang berbeda dengan Islam salah satunya yaitu masalah perkawinan, dalam
Islam diperbolehkan menikah satu suku akan tetapi dalam Adat Minangkabau tidak
diperbolehakan menikah dalam satu suku walaupun berbeda nagari/desa.
2
Misnal Munir. Sistem Kekerabatan Dalam Kebudayaan Minangkabau : Perspektif Aliran Filsafat
Strukturalisme Jean Claude Levi-Strauss (Yogyakarta : UGM). hal.14
3
P.E.de Josselin de Jong. Minangkabau And Negeri Sembilan : Socio-Political Structure In Indonesia .
(Jakarta :Bhartara, 1969). hal.10
rujukan bahkan sebuah tafsiran. Namun pada hakekatnya fungsi dan peranan
perempuan itu sendiri adalah tetap (mutlak).4
4
https://mersi.wordpress.com/2008/08/14/sistem-kekerabatan-di-minangkabau/
5
Zulfahmi H.B.M. Islam Dan Budaya Minangkabau. 2017. hal.53-54
tidak boleh ikut campur, wanita hanya menerima hasil nya saja. Karena hak dan
kebutuhan perempuan Minangkabau sudah disediakan, dia tidak perlu menuntut lagi.
Laki-laki memiliki kekuasaan serta hak dalam mengatur suatu perkauman, yaitu
berupa aturan pemakaian bahkan pemberian harta pusaka. Peranan laki-laki dalam
kaumnya harus menjalankan peraturan dengan seimbang.
a. Kemenakan (Kamanakan)
Untuk memperoleh warisan sako dan pusako, kemenakan terbagi 3 jenis yaitu :
c. Penghulu
Secara umum ajaran pada fungsi laki-laki Minangkabau dapat di tuangkan dalam
pepatah minang yaitu :
Fungsi laki-laki selain terhadap kaumnnya dia juga memiliki fungsi diluar
kaumnnya, seperti setelah dia kawin dan hidup berumah tangga, dia akan tinggal
bersama istrinya dan di anggap sebagai pendatang dalam keluarga istrinya atau
disebut dengan sumando.
b. Sumando Kacang Miang, yaitu sumando yang berperilaku buruk terhadap kerabat
istrinya.
c. Sumando Lapiak Buruk, yaitu sumando yang hanya memikirkan bagiannya saja
dan tidak peduli terhadap persoalan lainnya.6
Dalam perkawinan ada beberapa hal yang perlu dikemukakan yaitu sebagai berikut :
6
https://mersi.wordpress.com/2008/08/14/sistem-kekerabatan-di-minangkabau/
7
Dt. Sanggono Diraji. Cural Paparan Adat Minangkabau.( Bukittinggi ; Agam. 199) Hal.164
8
https://media.neliti.com/media/publications/80992-ID-sistem-kekerabatan-dalam-kebudayaan-mina.pdf
9
Edwin M,Loeb. Sumatera dan Masyarakat. (Yogyakarta; penerbit Ombak. 2013). Hal. 133
e. Tali kekerabatan setelah perkawinan.
f. Sumando yang diidamkan.10
Untuk memenuhi perkawinan yang sah Adat Minangkabau menetapkan persyaratan sebagai
berikut :
Keterkaitan antara kekerabatan dan harta pusaka dalam Minangkabau, sampai saat ini
masih berpegang pada garis keturunan matrilineal. Ayah bukanlah anggota dari garis
keturunan anak-anaknya melainkan dipandang dan diperlakukan sebagai tamu dalam
keluarga. Setidaknya tanggung jawabnya terpenuhi sebagai wali dari garis keturunanya dan
perlindungan atas harta benda garis keturunan tersebut. Walaupun dia harus menahan
dirinya dari menikmati hasil tanah dan harta benda istrinya. Oleh karena itu kebanyakan
laki-laki Minang banyak meninggalkan kampung halaman dan hidup di rantau.12
1. Maresek
4. Babako
Artinya, pihak keluarga dari calon mempelai wanita ingin menunjukkan betapa
besar kasih sayangnya dengan ikut membantu biaya pernikahan walaupun tidak
seberapa. Acara ini dimulai dengan menjemput calon mempelai wanita dan dibawa ke
rumah keluarga ayahnya serta pihak tertua akan memberikan nasehat disana. Dan
besoknya, keluarga pihak ayah akan mengiringi calon mempelai wanita yang akan
diarak pulang kerumahnya serta membawa barang bantuan tadi. Biasanya
perlengkapan yang dibawa berupa sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi
kuning/nasi lamak, singgang ayam, serta barang yang dibutuhkan oleh calon
mempelai wanita seperti pakaian, perhiasan, lauk pauk yang sudah matang atau
13
A.A.Navis. Alam Terkembang Jadi Guru. (Jakarta: Garfisi Perss. 1986). Hal. 210. Ibid,Hal. 196.
mentah, sampai kue dan lain-lainnya. Acara ini dilaksanakan beberapa hari sebelum
pernikahan berlangsung.
5. Malam Bainai
Artinya acara yang dilakukan pada malam sebelum akad nikah. Bainai
merupakan tradisi memakai tumbukan daun inai yang akan dipakaikan di tangan dan
kuku si calon mempelai wanita.
6. Manjampuik Marapulai
Acara ini menjadi tradsi adat Minang yang paling penting dalam tata cara
pernikahan. Acara ini dimulai dengan menjemput penganten laki-laki dan
membawanya ke rumah calon pengantin wanita untuk segera melansungkan akad
ikah. Dan di acara ini juga dilakukan pemberian gelar (batagak gala) untuk mempelai
laki-laki.
Acara ini merupakan acara yang dilaksanakan untuk menyambut calon mempelai
pria. Musik tradisional khas Minang seperti talempong dan gendang tabuik akan
mengiringi acara penyambutan ini. Acara ini merupakan arisan gelombang adat
timbal balik yang terdiri dari para pemuda berpakaian silat serta disambut para dara
berpakaian adat yang menyungguhkan sirih lengkap.
8. Akad Nikah
Akad nikah ini akan dilangsungkan menurut syari’at agama islam dan tradisi adat
yang sudah turun-temurun. Acara diawali dengan pembacaan ayat suci al-qur’an
kemudian ijab qabul dan diakhir ada nasehat perkawinan serta diakhiri dengan do’a.
9. Duduk Di Kursi Pelaminan (Basandiang)
Setelah akad berlangsung, berarti keduanya telah sah menjadi pasangan suami
istri. Selanjutnya kedua pengantin akan bersanding di rumah anak daro. Kedua calon
akan menanti kedatangan tamu alek salinga alam dan dimeriahkan oleh berbagai
macam musik di rumah.
Peraturan kebiasaan merupakan hukum nya tidak langsung dalam penulisan dan
menjadi patokan untuk menyusun kehidupan masyarakat. Peraturan ini bersifat dinamis dan
berubah mengikuti perkembangan zaman. 15
14
Asmaniar. Perkwinan Minangkabau. (Binamulia Hukum. 2008). Hal. 136-137.
15
B Ter Haar Bzn. Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat. (Jakarta: Pradnya Paramita. 1999). Hal. 159.
Dalam peraturan kebiasaan, pernikahan bukanlah hanya masalah sendiri bagi calon,
melainkan juga bersangkutan dengan masalah keluarga-keluarga, dimulai dari pencarian
pasangan, pertunangan, sampai pada akibat-akibat dari pernikahan. Dengan begitu dapat di
artikan pernikahan dalam peraturan kebiasaan tidak hanya bersangkutan dengan
permasalahan pengantin laki-laki dan perempuan tetapi juga bersangkutan dengan masalah
keluarga dari kedua pihak dan sistem masyarakat yang ditetapkan.16 Selain itu perkawinan
juga memiliki hubungan dengan Tuhan dan Agama. Dalam padangan peraturan Islam
perkawinan adalah pernikahan yaitu persetejuan antara kedua belah pihak yang sangat kuat
atau miitsaaqon gholiidhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
suatu ibadah.17
16
Hilman Hadikusuma. Hukum Perkawiann Indonesia. (Banduung : Mandar Maju. 2007). Hal. 49.
17
Komlikasi Hukum Islam. Pasal 2.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Terkait dengan pembahasan di atas, saya memberi saran beberpa hal guna untuk
diperhatikan, sebagai berikut :
https://mersi.wordpress.com/2008/08/14/sistem-kekerabatan-di-minangkabau/
Dt. Diraji Sanggono, 1999, Cural paparan Adat Minangkabau. (Bukittinggi: Agam),
Hal.164
https://media.neliti.com/media/publications/80992-ID-sistem-kekerabatan-dalam-
kebudayaan-mina.pdf
Edwin M, Loeb, 2013, Sumatera Dan Masyarakat. (Yogyakarta: Penerbit Ombak), Hal.133
Kato Tsuyossi, 1989, Nasab Ibu Dan Merantau, Tran, Dr, Azizah Kassim. ( Kuala Lumpur:
DBP), Hal.41
Navis A.A., 1986, Alam Terkembang Jadi Guru. (Jakarta: Garfisi Perss), Hal.210.Ibid,
Hal.196.
B Ter Haar Bzn, 1999, Asas Dan Susunan Hukum Adat. (Jakarta: Pradnya Paramita),
Hal.159