Anda di halaman 1dari 17

BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu: Aditya Dyah Puspitsari S.Pd/M.Pd


Dibuat oleh : Nindiya Kusuma Ningtyas

1
Daftar Isi
Sejarah perkembangan bahasa indonesia ................................................................................................ 3
1. Pengertian Bahasa ....................................................................................................................... 3
2. Perkembaangan Bahasa Indonesia .............................................................................................. 3
3. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia................................................................................... 3
4. Penggunaan Bahasa Indonesia .................................................................................................... 4
Konsep Dasar Kebahasaan Fonologi ...................................................................................................... 5
1. Pengertian Fonologi dan Kedudukannya dalam Linguistik ........................................................ 5
2. Pembidangan Fonologi ............................................................................................................... 5
3. Konsep dasar Fanetik .................................................................................................................. 6
4. Alat Ucap Manusia ..................................................................................................................... 6
Konsep Dasar Kebahasaan Morfologi .................................................................................................... 7
1. Pengertian morfologi dan kedudukannya dalam bidang linguistik ............................................. 7
2. Morfem, morf dan alomorf ......................................................................................................... 7
3. Proses Morfologis ....................................................................................................................... 8
4. Problema Morfologis dalam Bahasa Indonesia........................................................................... 8
Konsep Dasar Kebahasaan Sintaksis ...................................................................................................... 9
1. Pengertian dan ruang lingkup kajian sintaksis ............................................................................ 9
2. Jenis- jenis frasa, klausa, kalimat, dan wacana ........................................................................... 9
3. Contoh ....................................................................................................................................... 10
KONSEP DASAR KEBAHASAAN SEMANTIK .............................................................................. 12
1. Pengertian semantik dan ruang lingkup kajian semantik. ......................................................... 12
2. Pengertian simbol, referen, dan konsep. ................................................................................... 12
3. Contoh simbol, referen, konsep ................................................................................................ 12
4. Pengertian ketaksaan (ambiguitas)............................................................................................ 12
Konsep Dasar Kebahasaan Pragmatik .................................................................................................. 14
1. Pengertian dan ruang lingkup pragmatik .................................................................................. 14
2. Tindak tutur............................................................................................................................... 14
3. Pengertian, Batasan, Jenis-Jenis Deiksis................................................................................... 14
4. Presuposisi, Implikatur, dan Entailmen Dalam Pragmatik ....................................................... 15
Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 16

2
Sejarah perkembangan bahasa indonesia

1. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah suatu alat komunikasi aantar manusia yang memgandung maksud
untuk menyampaikan sesuatu, secara lisan maupun tulisan

2. Perkembaangan Bahasa Indonesia


Banyak upaya pemerintah untuk melestarikan bahasa Indonesia, salah satunya
mengadakan Kongres Bahasa Indonesia (KBI)
• KBI I. Dilaksanakan pada 25-28 Juni 1938 di Solo. Dan pada 18 Agustus 1945
bahasa Indonesia disahkan sebagai bahasa negara, dan Ejaan Van Ophuijsen
diganti deengan Ejaan republik, karen Ejaan Republik saat itu sudah disahkan.
• KBI II. Dilaksanakan pada 28 Oktober – 1 November 1954 di Medan,
Sumatera Utara. Guna untuk menyempurnakan Bahasa Indonesia yang
digunakan sebagai bahasa nasional, dan peresmian EYD pada 16 Agustus
1972.
• KBI III. Dilaksanakan pada 28 Oktober – 2 November 1978 di Jakarta.
Memperlihatkan perkembangan bahasa Indonesia dan juga memantapkan
fungsi bahasa Indonesia
• KBI IV. Dilaksanakan di Jakarta, pada 21-26 November 1983. Yang
membahasa mengenai meningkatkan dan mewajibkan warga negara untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
• KBI V. Dilaksakan di Jakarta, pada tanggal 28 Oktober – 3 November 1988,
yang melahirkan sebuah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
• KBI VI. Dilaksanakan di Jakarta pada 28 Oktober – 2 November 1993 yang
membahas mengenai pengembangan bahasa Indonesia, dan menyusun UU
tentang bahasa Indonesia
• KBI VII. Dilaksanakan pada 26-30 Oktober 1998 di Jakarta, mengusulkan
pembentukan badan pertimbangan bahasa Indonesia
• KBI VIII. Dilaksanakan pada 14-17 Oktober 2003, melangsungkan seminar
bahasa bahasa Indonesia di berbagai lembaga
• KBI IX. Dilaksanakan pada 28 Oktober – 1 November 2008 di Jakarta, pada
kongres kali ini mengundang tokoh pembicara dalam dan luar negeri guna
membahas bahasa Indonesia, bahasa daerah, bahasa asing, dan pengajaran
bahasa dan sastra.
• KBI X. Dilaksanakan pada 28-31 Oktober 2013, yakni memberi usulan
rekomendasi menteri pendidikan dan kebudayaan

3. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


• Kedudukan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan juga bahasa negara yang tertulis
di dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36. Dalam kedudukan bahasa
Indonesiabharus benar-benar dipahami oleh srrmua warga negara Indonesia
terutama ppara generasi oenerus bangsa. Agar jiwa nasionalismme

3
terusbterjaga, karena pada zaman sekarangjiwa nasionalisme pada generasi
penerus bangsa semakin memudar.
• Fungsi bahasa Indonesia (bahasa nasional)
Lambaang kebanggan kebangsaan, lambang identitas nasional, sebagai bahasa
oenghubung antar daerah, dan alat pemersatu budaya daan bahasa nya.
• Fungsi bahasa Indonesia ( Bahasa Negara)
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengabtar pendidikan, sebagai alat
hubung bahasa tingkat nasional, dan sebagai pengembangan budaya, ilmu dan
teknologi.

4. Penggunaan Bahasa Indonesia


Secara lisan, yakni kenyaringan suara, kelancaran, sikap berbicara, gerak-gerij mimik
muka, penalaran dan santun bicara, sedangkan secara tulis yakni tanda baca, huruf
kapital, ejaan yaang sesuai dengan EYD, dan masih banyak lagi

4
Konsep Dasar Kebahasaan Fonologi

1. Pengertian Fonologi dan Kedudukannya dalam Linguistik


Berdasarkan asal katanya, fonologi berasal dari phone yang berarti bunyi dan logos
yang berarti ilmu. Dengan demikian, fonologi berarti ilmu tentang bunyi. Bunyi yang
dimaksud dalam fonologi adalah bunyi bahasa. Bunyi bahasa adalah bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia atau disebut dengan organ artikulatoris.
Muslich (2008:2—4) mengemukakan kedudukan fonologi dalam cabang-cabang
linguistik sebagai berikut.
a) Dalam bidang morfologi, kedudukan fonologi berfungsi sebagai dasar untuk
menjelaskan proses pembentukan kata hingga variasi yang muncul dalam
pembentukan kata.
b) Dalam bidang sintaksis, kedudukan fonologi berfungsi untuk membedakan
makna kalimat dari segi jeda, tekanan, dan intonasi. Hal itu disebabkan
permasalahan bunyi-bunyi suprasegmental, seperti intonasi, jeda, nada,
tekanan, dan panjang bunyi merupakan bagian dari kajian fonologi.
c) Dalam bidang semantik kedudukan fonologi berfungsi untuk membedakan
kapan sebuah variasi bunyi dapat digunakan.
d) Dalam bidang leksikografi atau penyusunan kamus, kedudukan fonologi
berfungsi sebagai cara-cara pengucapan atau pengujaran yang khas suatu kata
dan variasi pengucapannya yang dideskripsikan melalui transkripsi fonetis.
Tanpa transkripsi fonetis, pembaca kamus tidak akan dapat mengetahui cara
mengucapkan/mengujarkan kata yang menjadi lema kamus.
e) Dalam bidang dialektologi, kedudukan fonologi berfungsi sebagai salah satu
data yang dijadikan dasar penghitungan untuk menentukan status dialek dan
pemetaannya.
f) Dalam bidang pembelajaran dan pengajaran, kedudukan fonologi sebagai
dasar untuk melatihkan bunyi-bunyi bahasa, terutama dalam pembelajaran
bahasa kedua dan bahasa asing.
g) Dalam bidang psikolinguistik kedudukan fonologi sebagai alat untuk dapat
menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pemerolehan
bahasa.
h) Dalam bidang klinis, kedudukan fonologi sebagai dasar untuk menentukan
metode yang tepat dalam menangani masalah gangguan berbahasa. Penentuan
metode tersebut didasarkan pada prinsip- prinsip yang ada dalam fonetik

2. Pembidangan Fonologi
Mikrolinguistik merupakan bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalam,
yaitu mempelajari struktur bahasa itu sendiri atau mempelajari bahan bahasa secara
langsung, sedangkan makrolinguistik merupakan bidang linguistik yang mempelajari
bahasa dalam hubunganya dengan faktor-faktor di luar bahasa; termasuk di dalamnya
bidang interdisipliner dan bidang terapan (Kridalaksana, 1993:133, 138). Sehubungan

5
dengan itu, fonologi dapat mencakup keduanya, yaitu bidang mikrolinguistik dan
makrolinguistik.
Pada bidang mikrolinguistik, cakupan fonologi dapat berada pada bidang teoretis
dan interdisipliner. Pada bidang makrolinguistik cakupan fonologi dapat berada pada
bidang terapan. Jika dihubungkan keduanya maka cakupan fonologi pada bidang
mikrolinguistik bersifat teoretis, sedangkan cakupan fonologi pada bidang
makrolinguistik bersifat teoretis dan terapan (Kridalaksana, 1993:xxviii).

3. Konsep dasar Fanetik


Fonetik dibedakan atas 3 jenis, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik
auditoris.
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari
bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan oleh alat-alat bicara. Fonetik akustik
mempelajari bunyi-bunyi bahasa menurut aspek-aspek fisiknya. Bunyi-bunyi itu
diselidiki sumbernya, frekuensinya, getarannya, amplitudonya, intensitasnya dan
timbrenya. Hal ini memerlukan peralatan elektronik yang dikerjakan di laboratorium
bahasa.
Jenis fonetik yang ketiga adalah fonetik auditoris, yaitu fonetik yang mempelajari
bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa oleh telinga kita.

4. Alat Ucap Manusia


Secara umum alat bicara manusia memiliki fungsi utama yang bersifat biologis,
misalnya, paru-paru untuk bernafas, mulut dan seisinya untuk makan. Beberapa alat
ucap/bicara antara lain:
a) paru-paru;
b) pangkal tenggorok;
c) rongga kerongkongan;
d) langit-langit lunak;
e) langit-langit keras;
f) gusi dalam;
g) gigi;
h) bibir;
i) lidah.

6
Konsep Dasar Kebahasaan Morfologi

1. Pengertian morfologi dan kedudukannya dalam bidang linguistik


Morfologi adalah cabang kajian linguistik (ilmu bahasa) yang mempelajari tentang
bentuk kata, perubahan kata, dan dampak dari perubahan itu terhadap arti dan kelas
kata. Inti kajian morfologi adalah kata beserta aturan pembentukan dan perubahannya.
Oleh karena itu dalam kajian bahasa jawa morfologi disejajarkan dengan istilah kajian
tata tembung (tata kata).
Kedudukan morfologi dalam bidang linguistik. Dalam tataran linguistik morfologi
menempati tataran kedua, dimana tataran linguistik yaitu sebagai berikut:
a) Fonologi
b) Morfologi
c) Sintaksis
d) Semantik
e) Analisis wacana.

Dimana semakin kebawah kajian linguistik tersebut semakin melebar. Para ahli
memasukkan morfologi dan sintaksis dalam satu bidang kajian, yaitu gramatika (tata
bahasa). Gramatika sendiri membahas tentang persoalan bentuk, struktur, dan
distribusi bentuk dan satuan lingual dalam kalimat.

2. Morfem, morf dan alomorf


Morfem
Morpheme diyakini sebagai satuan kebahasaan terkecil yang terdiri atas deretan
fonem dan membentuk sebuah struktur dan makna gramatik tertentu. Charles F.
Hockett menjelaskan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terdiri atas unsur-
unsur bermakna dalam suatu bahasa. Apabila dihubungkan dengan polanya, morfem
adalah satuan gramatik terkecil yang memiliki pola-pola tertentu.
Morf dan Alomorf
Morf adalah wujud kongkrit atau presentasi fonemis suatu morfem. Banyak morfem
yang hanya memiliki satu struktur fonologis yang tetap, misalnya adus ‘mandi’.
Struktur fonilogiknya selalu tetap dan selalu demikian, yaitu empat fonem:
/a/,/d/,/u/,/s/. Namun terdapat juga sejumlah morfem yang tersusun dan memliki
beberapa struktur fonologik. Misalnya morfem nasal (N-), yang mempunyai struktur
fonologik antara lain ny-, m, ng-, dan n-. Perhatikan contoh-contoh berikut: nyapu
‘menyapu’, macul ‘mencangkul’, ngentel ‘memukul dengan kepalan tangan’, nuthuk
‘memukul dengan alat tertentu’. Bentuk-bentuk ny-, m-, ng-, dan n- itulah yang
disebut morf, yang semuanya merupakan alomorf dari morfem (N-). Jadi, kalau
dibalik pengertiannya adalah morfem (N-) mempunyai presentasi fonologik yang
disebut morf: ny-,m-,ng-,dan n- sebagai alomorfnya atau variasi jenisnya.

7
Sementara itu, yang disebut kata ialah satuan bentuk kebahasaan yang terdiri atas satu
atau beberapa morfem. Dengan kata lain, kata dibentuk oleh minimal satu morfem
(Ramlan, 1987:33).

3. Proses Morfologis
Proses perubahan morfologis pada umumnya terdiri atas tiga bentuk besar, yaitu: (1)
afiksasi, (2) reduplikasi, dan (3) komposisi (Subroto, 1991; Verhaar, 1987:52-64;
Sudaryanto, 1991:15). Masing-masing perubahan itu secara urut artinya adalah proses
perubahan bentuk kata karena mendapat imbuhan afiks, perubahan bentu karena
gejala perulangan, dan perubahan bentuk karena proses majemuk. Secara lebih jelas,
setiap proses perubahan morfologis tersebut diurai sebagai berikut.

4. Problema Morfologis dalam Bahasa Indonesia


Menurut mansur muslich (2008) terdapat tujuh problema morfologis dalam bahasa
indonesia. diantaranya yaitu:
1) Problema akibat bentukan baru
2) Problema akibat kontaminasi
3) Problema akibat adanya unsur serapan
4) Problema akibat analisis
5) Problema akibat perlakuan kluster
6) Problema akibat proses morfologis bentuk serapan, dan
7) Poblema akibat perlakuan bentuk majemuk.

8
Konsep Dasar Kebahasaan Sintaksis

1. Pengertian dan ruang lingkup kajian sintaksis


Pengertian
Sintaksis merupakan salah satu bidang ilmu bahasa yang membicarakan dasar-dasar
dan proses-proses pembentukan kalimat. Kalimat dapat dibentuk dengan cara
menggabungkan kata-kata ataupun kelompok kata secara berstruktur.
Ruang lingkup sintaksis
Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa, dan tata bahasa itu merupakan
salah satu cabang dari linguistik. Tata bahasa terdiri dari morfologi dan sintaksis.
Sintaksis adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari seluk beluk struktur
kalimat. Sintaksis mempelajari tata hubungan kata dengan kata lain dalam
membentuk struktur yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat.

2. Jenis- jenis frasa, klausa, kalimat, dan wacana


Frasa
• Jenis frasa berdasarkan distribusinya dalam kalimat:
Frasa Endosentris (Frasa Endosentris Koordinatif, Frasa Endosentris Atributif,
Frasa Endosentris Apositif) dan Frasa Eksosentris.
• Jenis frasa berdasarkan kategori:
Frasa Nominal, Frasa Verbal, Frasa Adjektival, Frasa Numeral, Frasa
Preposisional.

Klausa

• Jenis Klausa Berdasarkan Struktur Internnya


• Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif yang secara Gramatik
Menegatifkan P: Klausa Positif,Klausa Negatif
• Klausa Berdasarkan Karegori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P:
Klausa Nominal, Klausa Verbal, Klausa Bilangan atau Klausa Numeral,
Klausa Depan atau Klausa Preosisional.

Kalimat

• Berdasarkan pengucapan:
Kalimat langsung dan Kalimat tak langsung
• Berdasarkan jumlah frasa:
Kallimat tunggal, Kalimat majemuk, Kalimat majemuk campuran.
• Berdasarkan isi atau fungsinya:
Kalimat lengkap dan Kalimat tidak lengkap
• Berdasarkan Susunan S-P:
Kalimat versi, Kalimat inversi.
• Berdasarkan bentuk gaya penyajiannya:
Kalimat yang melepas, Kalimat klimaks, Kalimat yang berimbang.
• Berdasarkan subjeknya:

9
Kalimat aktif, Kalimat pasif.

Wacana

• Berdasarkan Media yang dipakai mewujudkamnya:


Wacana lisan, Wacana tertulis.
• Keaktifan partisipan komunikasi:
Wacana monolog, Wacana dialog, Wacana polilog
• Berdasarkan tujuan pembuatannya
(i)wacana narasi untuk menceritakan sesuatu, (ii) wacana deskripsi untuk
memerikan sesuatu , (iii) wacana eksposisi untuk memaparkan sesuatu, (iv)
wacana eksplanasi untuk menjelaskan sesuatu ,(v) wacana argumentasi untuk
memberikan alasan, (vi) wacana persuasi untuk membujuk atau
mempengaruhi, (vii) wacana informatif untuk menyampaikan informasi, (viii)
wacana prosedural untuk menyajikan langkah-langkah melakukan suatu
perbuatan, (ix) wacana hortatori untuk memberi nasihat, (x) wacana humor
untuk melucu, (xi) wacana regulatif untuk mengatur, dan (xii) wacana
jurnalistik untuk melaporkan sesuatu.
• Berdasarkan bentuknya:\
(i)wacana epistolari, (ii) wacana kartun, (iii) wacana komik, (iv) wacana syair
lagu, dan (iv) wacana mantra atau wacana doa.
• Berdasarkan langsung tidaknya pengungkapan:
Wacana langsung, Wacana tidak langsung
• Berdasarkan genre sastra:
Wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama.
• Berdasarkan isinya, wacana dapat dibedakan menjadi wacana politik, wacana
olah raga, wacana ekonomi, wacana ilmiah, wacana filsafat, wacana pertanian,
wacana pendidikan, dan sebagainya.

3. Contoh
Frasa
• Manis dan Cantik. Berasal dari kalimat Gadis itu manis, Gadis itu cantik,
Gadis itu manis dan cantik (Frasa Endosentris Koordinatif)
• Dokter itu sedang membaca. Sedang membaca merupakan FV (Frasa Verba)
• Tiga orang gadis berbaju merah. Tiga orang gadis merupakan FNum (Frasa
Numeral)

Klausa

• Badan orang itu sangat besar


S P

Merupakan Klausa Berdasarkan Struktur Internnya.

• Mereka diliputi oleh perasaan senang (Merupakan klausa postitif)


10
• Rumah-rumah itu rumah dinas Departemen Pendidikan

(FN)

Merupakan klausa nominal

Kalimat

• Robi berkata “Panas sekali siang ini” (Merupakan kalimat langsung)


• “Tolong matikan kran itu!” (Merupakan kalimat perintah)
• “Bola basket itu ditendang Imam”. Ditendang merupakan kalimat pasif.

Wacana

• Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktu
lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama. Pestisida justru
dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu
pengolahan dengan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu, hindarilah penggunaan
pestisida secara berlebihan.(Merupakan wacana persuasi)
• Air yang tergenang seperti di kaleng-kaleng bekas dan di selokan harus
dibersihkan. Air yang tergenang itu tidak boleh dibiarkan karena akan menjadi
sarang nyamuk. Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di genangan air
tersebut.(Merupakan wacana Argumentasi)
• Membaca intensif merupakan kegiatan membaca secara teliti atau membaca
secara saksama bacaan berupa teks. Tujuan membaca dengan cara ini untuk
mendapatkan pemahaman isi bacaan secara tepat dan rinci. Misalnya,
mengetahui hal-hal yang diperlukan.(Merupakan Wacana eksposisi)

11
KONSEP DASAR KEBAHASAAN SEMANTIK

1. Pengertian semantik dan ruang lingkup kajian semantik.


Semantik (dari bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata
sema, tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung
pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, semantik
adalah pembelajaran tentang makna. Semantik adalah cabang linguistik yang
mempelajari makna / arti yang terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari
representasi.
Semantik atau makna berkaitan erat dengan struktur dan fungsi. Artinya struktur tanpa
makna dan manka tanpa struktur tidak mungkin ada. Jadi bentuk atau struktur, fungsi
dan makna merupakan satu kesatuan dalam meneliti atau mengkaji unsur-unsur
bahasa.

2. Pengertian simbol, referen, dan konsep.


a) Simbol (lambang): merupakan unsur linguistik berupa kata (frasa, klausa,
kalimat, wacana).
b) Referen: merupakan objek atau hal yang ditunjuk (peristiwa, fakta di dalam
dunia pengalaman manusia).
c) Konsep: merupakan apa yang ada pada pemikiran kita tentang objek yang
diwujudkan melalui sombol (lambang).

3. Contoh simbol, referen, konsep


Simbol
a) Tersenyum bermakna suka, senang dan sebagainya
b) Mengangguk bermakna iya
c) Menggelengkan kepala bermakna tidak

Referen

Mobilnya (bendanya) acuan ini dapat berbeda-beda antara Indonesia atau negara lain.
Karena mobil bermacam-macambentuknya. Acuannya sesuai kesepakatan dan
pengalaman masyarakat yang berbeda sehingga bersifat arbitrer.

Konsep

Ketika ada bendera kuning diwilayah tertentu adalah sebagai tanda bahwa ada orang
yang meninggal.

4. Pengertian ketaksaan (ambiguitas)


Ketaksaan (ambiguitas) sering diartikan sebagaikata yang bermakna ganda atau
memiliki dua arti.kegandaan makna dalam ambiguitas berasal darisatuan gramatikal
yang lebih besar, yaitu frase ataukalimat, di samping terjadi sebagai akibat
penafsiransruktur gramatikal yang berbeda. Dalam bahasa, penafsiran ganda ini
mungkin tidak akan teijadi karenastruktur gramatikal itu dibantu oleh unsur intonasi.
Contoh ketaksaan (ambiguitas)
Lari:
12
• Semua pemain berlari mengejar bola. (Lari pada kalimat ini berarti melakukan
kegiatan berlari)
• Karena tidak sanggup, Iman memilih lari dari kwnyataan. (Lari pada kalimat
ini berarti putus asa).

13
Konsep Dasar Kebahasaan Pragmatik

1. Pengertian dan ruang lingkup pragmatik


Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks
luar bahasa dan maksud tuturan. Dengan tujuan di dalam situasi tertentu yang bersifat
komplemen.
Ruang lingkup kajian pragmatik meliputi tindak tutur, implikatur percakapan, deiksis
dan struktur percakapan.

2. Tindak tutur
Tindak tutur atau pertuturan (speech act) adalah seluruh komponen bahasa dan
nonbahasa yang meliputi perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut peserta di
dalam percakapan, bentuk penyampaian amanat, topik, dan konteks amanat tersebut.
Tindak tutur merupakan cara yang efektif untuk dapat menganalisis dan
mempermudah orang untuk memahami kata-kata atau kalimat yang dimaksudkan
dalam tulisan. Tindak tutur juga merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan
agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengaran.
Jenis- jenis tindak tutur:
• Tindak tutur lokusi, yaitu tindak tutur untuk menyatakan sesuatu.
Contoh: Ani: “Ibu sedang memasak di dapur”
• Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan
dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu
dilakukan, dan lain sebagainya.
Contoh: Ayah: “Ujian sudah dekat
• Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan
untuk mempengaruhi mitra tutur.

3. Pengertian, Batasan, Jenis-Jenis Deiksis


Deiksis berada di bawah ranah pragmatik karena deiksis berkaitan dengan konteks
tuturan. Deiksis dapat menjadi indikasi untuk memahami bahasa. Deiksis memberi
informasi tentang orang, tempat, dan waktu. Deiksis juga disebut ungkapan yang
bersifat kontekstual.
Jenis- jenis:
1) Deiksis orang (persona)
deiksis personal adalah kata atau kelompok kata yang merujuk kepada
pronominal sebagai peran atau peserta dalam peristiwa berbahasa. Deiksis
orang terdiri dari 3 kategori, yaitu :
a) Kategori orang pertama, yakni pemberian bentuk rujukan penutur
kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya
b) Kategori orang kedua, yakni pemberian bentuk rujukan penutur
kepada seseorang atau lebih yang melibatkan diri.
c) Kategori orang ketiga, yakni pemberian bentuk rujukan kepada orang
yang bukan pembicara atau pendegar ujaran itu.
2) Deiksis Tempat

14
Deiksis tempat adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang dari lokasi
pembicara dalam peristiwa bahasa.
3) Deiksis waktu
Deiksis waktu adalah pemberian bentuk terhadap titi atau jarak waktu
dipandang dari waktu suatu ungkapan dalam peristiwa bahasa.
4) Deiksis wacana
Rujukan pada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan atau
sedang dikembangkan mencakup anafora dan katafora. Anafora ialah
penunjukan kembali kepada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam
wacana dengan pengulangan atau substitusi. Katafora ialah penunjukkan ke
sesuatu yang disebut kemudian.
5) Deiksis Sosial
Deiksis Sosial adalah rujukan yang dinyatakan berdasarkan perbedaan
kemasyarakatan yang mempengaruhi peran pembicara dan pendengar.

4. Presuposisi, Implikatur, dan Entailmen Dalam Pragmatik


• Presuposisi (Praanggapan)
pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang
melatarbelakangi suatu tindak tutur
• Implikatur
bagian dari informasi yang disampaikan dan tidak dikatakan, penutur selalu
dapat memungkiri bahwa mereka bermaksud untuk menyampaikan maksud-
maksud. Implikatur-implikatur percakapan itu dapat dipungkiri secara eksplisit
(atau kemungkinan lain, diperkuat) dengan cara-cara yang berbeda
• Entailmen
Sesuatu yang secara logis mengikuti apa yang ditegaskan di dalam
tuturan/kalimat

15
Daftar Pustaka
WIRATNO, Tri; SANTOSA, Riyadi. Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial. Modul
Pengantar Linguistik Umum, 2014, 1-19.

Repelita, Tridays. "SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA (Ditinjau dari


Prespektif Sejarah Bangsa Indonesia)." Jurnal Artefak 5.1 (2018): 45-48.

Nugroho, Agung. "Pemahaman kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai dasar jiwa
nasionalisme." (2015): 285-291.

Indonesia, T. P. P. B. (2016). Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia. Jakarta: Badan


Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Soulisa, Irwan. "Penggunaan Bahasa Indonesia Lisan Baik dan Benar dalam Kelompok Kecil
Kalangan Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Victory Sorong."
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra 2.1 (2018): 81-87.

https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PBIN410202-M1.pdf

http://repository.ut.ac.id/4732/1/PBIN4102-M1.pdf

Unsiah, F., & Yuliati, R. 2018. Pengantar Ilmu Linguistik. Malang: UB Press.

Dhanawati, N. M., Widarsini, N. P. N., & Satyawati, M. S. 2017. Pengantar Linguistik


Umum. Denpasar: Pustaka Larasan.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132006198/pendidikan/MORFOLOGI.pdf

https://www.academia.edu/28704277/Proses_Morfologi_dalam_bahasa_indonesia_docx

http://septizubaidah166063.blogspot.com/2018/01/problematika-morfologis-dalam-
bahasa.html?m=1

Noortyani, R. (2017). Buku Ajar Sintaksis.

Tarmini, W., & Sulistyawati, R. (2013). Sintaksis Bahasa Indonesia.

Santoso, J. Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis.

Baryadi, P. (2015). Analisis Wacana. In Artikel Seminar Metode Penelitian Bahasa dalam
Konteks Kekinian.

Surastina, S. (2012). FRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Lentera: Jurnal Ilmiah


Kependidikan, 2, 18-35.

Amilia, F., & Anggraeni, A. W. (2019). Semantik: Konsep dan Contoh Analisis. Pustaka
Abadi.

16
Rizki, T. D., & Yusliani, N. (2017, January). Rancang Bangun Sistem Pengecekan
Ambiguitas Kalimat Berbahasa Indonesia Menggunakan Harmony Search Algorithm. In
Annual Research Seminar (ARS) (Vol. 2, No. 1, pp. 173-176).

Trismanto, T. (2018). Ambiguitas Dalam Bahasa Indonesia. Bangun Rekaprima: Majalah


Ilmiah Pengembangan Rekayasa, Sosial dan Humaniora, 4(1, April), 42-48.

Wardani, L. K. (2010). Fungsi, makna dan simbol (sebuah kajian teoritik).

Suryaningrat, E. (2019). PENGERTIAN, SEJARAH DAN RUANG LINGKUP KAJIAN


SEMANTIK (Ilmu Dalalah). At-Ta'lim: Media Informasi Pendidikan Islam, 12(1), 105-125.

Sinaga, W. S. (2019). Analisis Tindak Tutur pada Spanduk di Jalan Kota Medan: Tinjauan
Pragmatik(Doctoral dissertation).

Nurdini, N. (2017). Analisis penggunaan deiksis pada buku bahasa inggris kelas X
Kurikulum 2013. LingTera, 4(2), 149-162.

Siadari, O. L. (2020). Analisis Penggunaan Deiksis dalam Novel I’mperfect Karya Meira
Anastasia.

Harahap, H. J. P. (2007). Analisis deiksis bahasa Jerman. -.

Wijayanti, K. D. (2015). Meta Pesan dalam Perspektif Meme. PROSIDING PRASASTI,


203-207.

17

Anda mungkin juga menyukai