Proteksi Tanaman
Universitas Hasanuddin
2021/2022
Bagaimana membuktikan bahwa Allah itu Ahad/Esa (satu ) !
Allah Maha Esa artinya Allah Swt. adalah satu dan tidak ada Tuhan selain Allah Swt. Hanya Allah Swt.
yang wajib kita sembah. Hanya Allah Swt. yang menciptakan alam semesta ini beserta isinya.
Pembahasan
Sebuah perkara yang mesti diyakini oleh setiap insan, bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Esa, tidak
memiliki anak dan tidak pula diperanakkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan tentang diri-
Nya di dalam al-Quran,
َ أحد
ّللا هو قل
“Katakanlah (Wahai Rasul) Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. (al-Ikhlas: 1)
Al-Imam Abdurrahman bin Nasir (w.1376) rahimahullah menerangkan, sifat kemahaesaan itu hanya ada
pada diri Allah, Dialah dzat yang Maha Esa, yang bersendirian dengan sifat kesempurnaan. Hanya miliknya
nama-nama yang indah, sifat-sifat yang sempurna lagi mulia dan perbuatan-perbuatan yang suci (dari
kekurangan). Tidak ada tandingan bagi-Nya dan tidak ada yang serupa dengan-Nya.1
Jika ada seorang yang berkeyakinan bahwa Allah adalah salah satu dari tuhan yang tiga, maka ini adalah
keyakinan yang mengeluarkan pelakunya dari bingkai keislaman dan mendapatkan azab yang pedih dari-
Nya. Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan di dalam ayat-Nya yang mulia,
ّل إِ َٰله مِ ن وما ۘ ث َٰلثة ثالِث ٱ َّلل إِ َن قال ٓوا ٱلَذِين كفر لَقد
ٓ َ ِ ألِيم عذاب مِ نهم كفروا ٱلَذِين ليمس ََن يقولون ع َما ينتهوا لَم وإِن ۚ َٰوحِ د إِ َٰله إ
“Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan, “Bahwasanya Allah adalah salah satu dari (tuhan)
yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang Esa (Allah). Jika mereka tidak
berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa
siksaan yang pedih.” (al-Maidah: 73)
صفون َ ٱّلل مِ ن ولد وما كان معهۥ مِ ن إِ َٰله ۚ إِذا لَذهب ك ُّل إِ َٰله بِما خلق ولعَل بعضهم عل َٰى بعض ۚ سب َٰحن
ِ ٱّللِ ع َما ي َ ما ٱتَخذ٩
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya. Kalau
ada tuhan lain beserta-Nya, maka pasti masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang
diciptakannya dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka sifatkan itu.” (al-Mukminun: 91)
Syaikh Muhammad bin Shalih (w. 1421) rahimahullah menjelaskan tentang ayat di atas,
“Seandainya kita tetapkan bagi alam ini dua pencipta, niscaya setiap pencipta menginginkan untuk
sendirian bersama ciptaannya dan bersifat independen, sebagaimana lumrahnya para raja. Ia tidak rela
apabila ada yang berserikat dengannya seorang pun.
Ketika ia memiliki kedaulatan seorang diri, pasti ia menginginkan perkara lain, yaitu kekuasaan tersebut
harus menjadi miliknya sepenuhnya tidak ada yang menandinginya.
Ketika dua raja tersebut ingin memperluas kekuasaan maka ada dua kemungkinan, baik keduanya sama-
sama tidak mampu menggulingkan yang lain atau salah satunya dapat mengalahkan lainnya. Jika salah
satu mampu mengalahkan yang lain maka ia akan mendapat sifat rububiyah (ketuhanan). Namun jika
keduanya sama-sama tidak mampu mengalahkan maka hilanglah sifat rububiyah dari keduanya. Karena
seorang yang lemah tentu tidak pantas menjadi Rabb (Tuhan).”2
“Kalau begitu maka kesimpulannya adalah: berbilangnya tuhan pasti menimbulkan salah satu dari dua
kondisi berikut; Pertama, masing-masing menyendiri dengan ciptaannya secara independen, atau yang
kedua, sebagian mereka mengalahkan sebagian yang lain.
Kemungkinan masing-masing tuhan mempunyai ciptaan sendiri-sendiri tidak pernah ada kenyataannya.
Karena yang demikian akan melahirkan diferensiasi dan perbedaan di antara bagian-bagian alam ini.
Padahal senyatanya alam ini keseluruhannya teratur bagaikan satu jasad yang saling terhubung bagian-
bagiannya, selaras sisi-sisinya, sehingga tidak mungkin terwujud kecuali oleh peran dari Tuhan yang satu.
Sedangkan kemungkinan salah satu tuhan mengungguli tuan yang lainnya, berkonsekuensi yang menjadi
tuhan satu-satunya adalah pihak yang menang.“3
Maka kita saksikan kenyataan bahwa Allah adalah satu-satuNya yang mencipta dan mengatur alam
semesta. Tidak ada sekutu dan saingan maupun tandingan bagi-Nya.
Dialah Allah satu-satunya Dzat yang mengatur alam ini. Apabila tuhan itu berbilang jumlahnya niscaya
akan timbul kerusakan yang sangat besar, karena satu sama lain akan saling mengalahkan. Apabila di
dalam kekuatan sama maka pasti akan saling bantu membantu, seperti halnya raja-raja di dunia, dan ini
tidak akan mungkin terjadi pada Allah.
صفون
ِ ب ٱلعر ِش ع َما ي
ِ ٱّللِ ر َ لو كان فِي ِهما ٓ ءالِهة إِ َّل٢
َ ٱّلل لفسدتا ۚ فسب َٰحن
“Sekiranya di langit dan bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya (langit dan bumi) akan
hancur. Maka Maha Suci Allah Yang mempunyai ‘Arsy dari yang mereka sifatkan.” (al-Anbiya’: 22)4
Dialah Allah yang Esa, satu-satuNya Pencipta dan Pengatur alam. Sehingga Dialah satu-satuNya yang
berhak diibadahi tiada sekutu bagi-Nya.
“Maha Suci Allah Penguasa yang sesungguhnya, tidak ada sesembahan yang benar melainkan Dia, Tuhan
pemilik ‘Arsy yang mulia.” (al-Mukminun: 116). AHS