Golongan Mineral Silika Oksida Sulfida
Golongan Mineral Silika Oksida Sulfida
1. MINERAL SILIKA
Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90% dari berat kerak-Bumi
terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100% dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi ). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan
(metamorf). Kebanyakan mineral-mineral silikat terbentuk ketika cairan
magma mulai mendingin.
Proses pendinginan ini dapat terjadi dekat permukaan bumi atau jauh di
bawah permukaan bukit dimana tekanan dan temperatur lingkungannya sangat
tinggi. Lingkungan pengkristalan dan komposisi kimia dari magma sangat
mempengaruhi macam mineral yang terbentuk. Contoh, mineral olivin
mengkristal pada temperatur tinggi. Sebaliknya kuarsa mengkristal pada
temperatur yang rendah. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi
menjadi dua kelompok berdasarkan komposisi kimianya, yaitu kelompok
ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
B. Deskripsi Mineral
1. Quartz (SiO2)
2. Rijang (SiO2)
Kekerasan : >8
Gores : putih
Belahan/Pecahan : Tidak sempurna / Choncoida
Berat Jenis : 2,6 g/cm3
Kemagnetan : Diamagnetit
Derajat Ketransparanan : Opaque Mineral
Sifat khas : Kilap lilin
Genesa :
Perlapisan rijang tersusun oleh sisa organisme penghasil
silika seperti diatom dan radiolaria. Endapan tersebut
dihasilkan dari hasil pemadatan dan rekristalisasi dari
lumpur silika organik yang terakumulasi pada dasar
lautan yang dalam.
Saat organisme tersebut mati, cangkang mereka
diendapkan perlahan di dasar laut dalam yang kemudian
mengalami akumulasi yang masih saling lepas.
Material-material tersebut diendapkan jauh dari busur
daratan hingga area dasar samudra.
Berberapa perlapisan rijang belum tentu berasal dari
bahan organik. Bisa saja berasal dari presipitasi silika
yang berasal dari dapur magma yang sama pada basaltik
bawah laut (lava bantal) yang mengalami presipitasi
bersamaan dengan perlapisan rijang.
Kegunaan :
Sejak Zaman Batu, rijang banyak dipergunakan untuk
membuat senjata dan peralatan seperti pedang, mata
anak panah, pisau, kapak, dll. Digunakan juga sebagai
indikator untuk laut dalam (abyssal).
Persebaran di Indonesia : Rijang yang tersebar di Karang
sambung, Kebumen, Jawa Tengah. Bukit Sipako, Rijang juga
2. MINERAL OKSIDA
B. Deskripsi Mineral
1. Magnetite
Nama Mineral : Magnetite (Fe3O4)
Warna : Hitam keabu-abuan
Sistem Kristal dan perawakan : Reguler & Masif
Kilap : Logam
Kekerasan : 5-6 skala mohs
Gores : Coklat Kemerahan
Belahan / Pecahan : None
Tenacity : Brittle
Berat Jenis : 5,2 gr/cm3
Kemagnetan : Paramagnetit jika dipanaskan
Derajat Ketransparanan : Subtansluncent hingga Opaque
Sifat Khas : Bentuknya seperti Besi
Genesa : Mineral ini terbentuk dari hasil
sublimasi dalam hubungannya dengan gunung api. Terjadi juga
dalam endapan metamorfosa kontak dan sebagai mineral
tambahan dan terbentuk pada suhu yang tinggi sekitar 800˚C -
900˚C, maka mineral ini mempunyai bentuk yang sempurna
dan idiomrf. Dijumpai pada batuan beku granit dan batu pasir
merah sebagai penyemen. Berasosiasi dengan zircon, hematit
dan pyrite.
Endapan ini juga biasanya dijumpai pada daerah
kontinen dimana terjadi pada daerah supergen endrichment.
Dimana daerah tersebut berada pada Oxidezet zone dan
reduxed zone. Dimana pada saat magma tersebut naik dan
melebihi dari batas water table maka akan teroksidasi yang
dapat membentuk mineral tersebut. Pada saat mengalami
oksidasi Endapan ini terangkat permukaan bumi akibat adanya
gaya tektonik yang dapat berupa perlipatann atau pensesaran
ataupun injeksi magma menuju kepermukaan dikarenakan
adanya unsur volatil sebagai motor penggerak. Dan hasil dari
Persebaran : Sumatera Barat, Jambi,
Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Selatan.
Kegunaan : Digunakan dalam industri
logam berat seperti besi dan baja.
2. Hematite (Fe2O3)
Genesa :
3. MINERAL SULFIDA
B. Deskripsi Mineral
1. Sparelit
Warna :
Hitam, coklat, kuning, kemerahan, hijau, dan putih.
Derajat Ketransparanan :
Sistem Kristal :
Belahan :
Sempurna dalam enam arah membentuk dodecahedrons.
Kekerasan :
Berat Jenis :
Gores :
Associated Mineral :
Selalu menyertakan galena, pirit, fluorit, kalkopirit, kuarsa,
kalsit, magnetit, pirhotit dan banyak lainnya.
Persebaran :
Tri dekat Joplin, Missouri, Rosiclare,Illinois, Elmwood, Tenne
ssee,USA, BrokenHill, Australia, Italia, Spanyol,Burma, Peru,
Maroko, Jerman dan Inggris. Di Indonesia: terdapat di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat.
Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, dan Sulawesi Selatan.
2. Pirit (FeS2)
Sistem Kristal : Kubik
Warna : Kuning terang muda
Goresan : Hitam Kehijauan
Cleveage : Tidak ada
Nama : Gian Adrhyana Adiwinata
NIM : 111.141.005
Plug : 6 Page 11
Laboratorium kristalografi dan mineralogy 2014
Fracture : Concoidal
Kekerasan : 6 – 6,5 Skala Mohs
Berat jenis : 5,1 g/cm3
Genesa :
Hasil sampingan suatu endapan hidrotermal ataupun sebagai
asesoris dalam beberapa jenis batuan
Kegunaan :
Untuk produksi dioksida belerang, untuk industri kertas, dan
di dalam pembuatan asam belerang
Persebaran : Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian
tenggara, Maluku, dan Papua.
DAFTAR PUSTAKA
http://yusufprdpt.blogspot.com/2013/11/8-golongan-mineral.html
http://obdum.blogspot.com/2010/10/magnetit.html
http://eriantcrishman.wordpress.com/2013/12/16/golongan-mineral-silika-
oksida-sulfida/
http://mineraldanbatuan.blogspot.com/2013/03/deskripsi-mineral-
magnetit.html