Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

KOASISTENSI
REPRODUKSI
“DELAYED PUBERTAS”

OLEH

MARITO BRITOS GOMES, S. KH


NIM. 2009020020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
Keterlambatan Pubertas (Delayed puberty).

Keterlambatan dewasa kelamin (delayed puberty) adalah suatu keadaan


sapibelum mengalami dewasa kelamin (belum pernah estrus) walau umurnya
sudah mencapai lebih dari dua tahun, yang ditandai (palpasi perektal) tidak
adanya aktifitas ovarium. Kejadian keterlambatan dewasa kelamin dilapangan
cukup tinggi dan penyebab utamanya adalah kekurangan nutrisi. Pada daerah
tertentu, faktor inbreeding(model peternakan semi intensif dan lepas dipadangan)
mungkin sangat berpengaruh. Secara palpasi per-rektal, ciri utama dari delayed
pubertas adalah ovarium belum aktif, dan ukurannya lebih kecil. Pemberian pakan
yang baik dan vitamin A,D,E dan K dapat membantu mempercepat dewasa
kelamin. munurut Utomo et al. (2013), pubertas mempunyai banyak definisi
antara lain umur ketika hewan mulai melepaskan sel gamet (betina: pertama
ovulasi, umur pertama kali estrus, serta umur pada saat betina mampu untuk
bunting dimana organ-organ reproduksinya mulai berfungsi

Utomo et al., (2013) menyakan bahwa Pubertas dikontrol oleh


mekanisme-mekanisme fisiologis tertentu yang melibatkan gonad dan kelenjar
adenohipofisa, sehingga pubertas tidak luput dari pengaruh faktor herediter dan
lingkungan yang bekerja melalui organ-organ tersebut, lingkungan (nutrisi, iklim
dan musim) serta pejantan atau biostimulatio.

Budianto et, al. (2016), Keterlambatan pubertas atau delayed pubertas


pada seekor betina dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain genetik,
nutrisi dan faktor manajemen reproduksi. Idealnya sapi Bali mencapai pubertas
pada usia 18 sampai 24 bulan dan beranak pertama kali pada usia 30 sampai 38
bulan (Talib, 2002). Pengaruh terjadinya delayed pubertas oleh nutrisi
dikarenakan Asupan nutrisi dan cadangan energi tubuh mempengaruhi aktivitas
dan respon ovarium. Kurangnya asupan nutrisi akan mempengaruhi senyawa
metabolisme dan hormon seperti insulin dan insulin-like growth factor-I yang
mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis terhadap respon pada ovarium dan
sensitifitas gonadotropin hormon pada hipofisis sehingga energi tubuh akan
menekan pelepasan gonadotropin releazing hormone (GnRH) dan mempengaruhi
frekuensi pulsatil luteinizing hormone (LH) yang diperlukan untuk pertumbuhan
folikel. Kondisi ini akan menyebabkan delayed pubertas akibat folikel tidak
berkembang menjadi folikel dominan atresia maupun dominan ovulasi, selain itu
menyebabkan penurunan fungsi ovarium atau hipofungsi ovarium yang bersifat
reversible. Hipofungsi ovarium yang tidak segera ditangani akan melanjut
menjadi atropi ovarium yang bersifat irreversible hal ini juga dapat disampaikan
oleh Utomo et, al. (2013) bahwa pakan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
pencapaian umur pubertas, Pakan tidak hanya berhubungan dengan syarat
pencapaian bobot badan saat pubertas tetapi juga mempengaruhi produksi dan
pelepasan hormon dan ) iklim yang ekstrim dapat mempengaruhi reproduksi
karena dapat mengubah fungsi endokrin dan dapat menunda pencapaian umur
pubertas.
Budianto, A. Thophianon , T. C. Triguntoro dan Dewi, H. K. 2016. Gangguan
Reproduksi Sapi bali pada Pola Pmemeliharaan Semi Intensif Di Daerah
Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit. Cata Jurnal Indonesia. Vol. 4, No.
16-17.

Utomo BN. Noor, RR.Sumantri, C. Supriatna, dan Gurnardi ED. 2013. Pubertas
Sapi Katingan Betina Dikaitkan dengan Konsentrasi Mineral Cu dan
Lingkungan. JTV. Vol 18. No.2. 123-125.

Anda mungkin juga menyukai