Anda di halaman 1dari 12

HIGEIA 1 (3) (2017)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

FAKTOR KEJADIAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL

Anis Septiana Nataris , Yunita Dyah Puspita Santik

Epidemiologi dan Biostatistika, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kabupaten Brebes memiliki prevalensi kasus gigi dan mulut sebesar 21,8% tahun 2013. Jumlah
Diterima: Mei 2017 kasus gingivitis di Puskesmas Brebes tahun 2015 sebanyak 1.908 kasus (15,2% pada ibu hamil) dan
Disetujui: Juni 2017 meningkat pada tahun 2016 sebanyak 2.411 kasus (20,1% pada ibu hamil). Tujuan penelitian ini
Dipublikasikan: Juli 2017 untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gingivitis pada ibu hamil. Jenis
________________ penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional yang melibatkan 71
Keywords: sampel. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner. Analisis data
Gingivitis, Pregnant menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value status karies
Women, Caries Status (p = 0,000), susunan gigi (p = 0,034), tingkat pendidikan ibu hamil (p = 0,001), pengetahuan ibu
____________________ hamil (p = 0,009), perilaku kebersihan gigi dan mulut (p = 0,020), anemia (p = 0,026), status KEK
(p = 0,002) dan usia kehamilan (p = 0,006). Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan
antara status karies, susunan gigi, tingkat pendidikan ibu hamil, pengetahuan ibu hamil, perilaku
kebersihan gigi dan mulut, anemia, status KEK dan usia kehamilan berhubungan dengan kejadian
gingivitis pada ibu hamil.

Abstract
___________________________________________________________________
Brebes District have a prevalence of dental and mouth problems case was 21.8% in 2013. Prevalence of
gingivitis in Brebes in 2015 was 1,908 cases (15.2% in pregnant women) and increas in 2016 was 2,411 cases
(20.1% in pregnant women). The purpose of this study was determine the factors associated of gingivitis in
pregnant women. The type of this study was observational analytic with cross sectional design and used 71
samples. The research instrument used questionnaire. Analysis used chi square test. The results showed that p
value of caries status (p = 0,000), tooth structure (p = 0,034), maternal education level (p = 0,001), pregnant
woman knowledge (p = 0,009), dental and oral hygiene behavior (p = 0,020), anemia (p = 0,026), SEZ status
(p = 0,002) and gestational age (p = 0,006). The conclusion of this research was correlation between caries
status, tooth structure, education level of pregnant mother, pregnant woman knowledge, dental and oral
hygiene behavior, anemia, SEZ status and gestational age related to gingivitis in pregnant women.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: anisnataris@gmail.com

117
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

PENDAHULUAN laki yang hanya mengalami peningkatan sebesar


2,3% (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Jaringan periodontal adalah jaringan Pada tahun 2007, Provinsi Jawa Tengah
yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai merupakan salah satu provinsi yang memiliki
penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka
jaringan ikat periodontal dan tulang alveolar. nasional (23,4%) yakni sebesar 25,8%
Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa (Kementrian Kesehatan RI, 2007) dan masih
dijumpai di masyarakat yaitu gingivitis dan termasuk kedalam provinsi dengan prevalensi
periodontitis. Gingivitis adalah bentuk penyakit tertinggi masalah gigi dan mulut pada tahun
periodontal yang ringan dengan tanda gejala 2013 yakni sebesar 25,4%. Provinsi Jawa
klinis berupa gingiva berwarna merah, Tengah juga masih memiliki penurunan indeks
membengkak dan mudah berdarah tanpa DMF-T sebesar 0,81 yang artinya masih terdapat
ditemukan kerusakan tulang alveolar (Carranza, 1 kerusakan gigi penduduknya direntang waktu
2012). tersebut (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Penyakit periodontal merupakan penyakit Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
dalam rongga mulut yang diderita oleh hampir (RISKESDAS) Provinsi Jawa Tengah tahun
semua manusia didunia dan mencapai angka 2007 dan 2013, persentase penduduk yang
50% dari jumlah populasi orang dewasa. mempunyai masalah gigi dan mulut termasuk
Penyakit jaringan periodontal yang paling sering gingivitis di Kabupaten Brebes masih tinggi
dijumpai adalah gingivitis dan periodontitis. yakni sebesar 25,8% pada tahun 2007 dan
Prevalensi terjadinya gingivitis tersebar luas di sebesar 21,8% pada tahun 2013.
dunia. Studi menemukan hubungan antara asal Kabupaten Brebes juga memiliki kasus
etnis dan penyakit periodontal termasuk tertinggi bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
gingivitis. (BBLR) di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
Penyakit periodontal di Benua Amerika 2013 yakni sebesar 17,2% yang disusul Kota
memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan Sragen (16,1%) dan Kota Surakarta (15,0%).
dengan individu Latin serta non-Hispani. Menurut penelitian yang dilakukan
Sedangkan dalam populasi Israel, individu Retnoningrum (2009) di rumah sakit dr. Kariadi
Yaman, Afrika Utara, Asia, memiliki prevalensi Semarang menyatakan bahwa gingivitis pada ibu
penyakit periodontal lebih tinggi daripada hamil mempunyai faktor risiko bayi dengan
individu dari keturunan Eropa. Prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 8,75
gingivitis di Amerika mencapai lebih dari 82% kali dibanding ibu yang tidak mengalami
pada penduduk usia muda dan lebih dari 50% gingivitis (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
pada orang dewasa dengan kategori gingivitis Tengah, 2013).
sedang mencapai 75%. Prevalensi gingivitis Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten
kehamilan sendiri di dunia berkisar antara 30% Brebes Tahun 2013 dan 2014 menyatakan
sampai 100% dari jumlah seluruh ibu hamil bahwa Puskesmas Brebes merupakan
didunia (Bansal, 2012). puskesmas dengan kunjungan ibu hamil
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tertinggi di Kabupaten Brebes yakni sebanyak
(RISKESDAS) tahun 2007 dan 2013, persentase 1.506 pada tahun 2013 dan meningkat menjadi
penduduk yang mempunyai masalah gigi dan 1.657 pada tahun 2014. Pada tahun 2014,
mulut termasuk gingivitis di Indonesia Puskesmas Brebes juga merupakan puskesmas
mengalami peningkatan sebesar 2,5% yakni dengan angka lahir hidup tertinggi yakni
sebesar 23,4% pada tahun 2007 (Kementrian mencapai 1.571 jiwa. Namun, dari angka
Kesehatan RI, 2007) dan 25,9% pada tahun kelahiran yang tinggi sebesar 5,28% diantaranya
2013. Peningkatan tersebut juga sebanding berstatus Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR),
dengan proporsi jenis kelamin yakni perempuan angka tersebut berada diatas angka rata–rata
meningkat 2,8% dan lebih tinggi dari pada laki- Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di wilayah

118
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

Kabupaten Brebes (4,39%) (Dinas Kesehatan terjadi sebagai hasil dari peningkatan kadar
Kabupaten Brebes, 2014). hormon estrogen dan progesteron. Hormon inilah
Berdasarkan data rekam medis dari yang dapat merangsang pembentukan
Puskesmas Brebes Tahun 2015 dan 2016 prostaglandin pada gingiva ibu hamil.
menyatakan bahwa kunjungan ibu hamil Perubahan hormonal juga dapat menekan
tercatat juga mengalami peningkatan sebanyak limfosit T dan mempengaruhi peningkatan P.
40 ibu hamil yakni sebanyak 1.584 ibu hamil Intermedia sehingga menyebabkan kerentanan
pada tahun 2015 dan 1.624 ibu hamil pada peradangan dan berakibat pada terjadinya
tahun 2016. Sedangkan prevalensi jumlah kasus gingivitis kehamilan (Gani, 2014). Gingivitis
gingivitis keseluruhan di Puskesmas Brebes pada dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti
tahun 2015 sebanyak 1.908 kasus (15,2% pada abses pada gingival dan tulang rahang, infeksi
ibu hamil) dan meningkat menjadi 2.411 kasus pada tulang rahang maupun gusi, periodontitis,
(20,1% pada ibu hamil). berulangnya gingivitis dan terjadinya palung
Sedangkan menurut laporan Antenatal pada mulut (Deliemuthe, 2008).
Care (ANC) Puskesmas Brebes pada bulan Berdasarkan studi pendahuluan yang
Januari – Maret 2017 sebanyak 206 ibu hamil telah dilakukan di Poli Gigi Puskesmas Brebes
yang berkunjung di Poli Gigi Puskesmas Brebes pada bulan Januari 2017 terhadap 30 ibu hamil
sebesar 70% mengalami gingivitis. Adapun dari didapatkan hasil bahwa sebanyak 18 ibu hamil
jumlah tersebut ibu hamil yang memiliki anemia (60%) mengalami kasus gingivitis. Adapun dari
ringan sebesar 83.06% dan anemia berat sebesar 18 ibu hamil yang mengalami gingivitis
2,08%. Ibu hamil yang mengalami Kekurangan didapatkan sebesar 73% ibu hamil memiliki
Energi Kronis (KEK) sebesar 15,67%. pendidikan yang rendah yakni sebesar 39%
Gingivitis merupakan penyakit yang sering berpendidikan SD dan sebesar 34%
dijumpai pada masyarakat karena dapat berpendidikan SMP. Sebesar 72% ibu hamil
menyerang semua umur dan jenis kelamin. bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sebesar 84%
Terjadinya gingivitis berawal dari plak yang ibu hamil memiliki penghasilan sedang. Sebesar
berakumulasi dalam jumlah banyak, inflamasi 28% ibu hamil memiliki status Sementara
gingiva ini cenderung dimulai pada daerah kondisi kekurangan gizi ditunjukkan oleh
papilla interdental dan menyebar pada leher gigi. Kekurangan Energi Kronis (KEK) yaitu sebesar
Lesi awal akan timbul dalam 2-4 hari dan akan 39% mengalami anemia yang terbagi menjadi
menjadi gingivitis pada waktu 2-3 minggu 23% anemia ringan dan 16% anemia berat.
kemudian (Carranza, 2012). Distribusi ibu hamil berdasarkan usia
Secara umum, faktor utama terjadinya kehamilan antara lain: sebesar 28% ibu hamil
gingivitis adalah plak. Sedangkan faktor risiko trimester 1, sebesar 45% ibu hamil trimester 2
lain yang mempengaruhi keparahan gingivitis dan sebesar 27% ibu hamil trimester 3. Sebesar
antara lain: kalkulus, karies, umur, jenis 28% ibu hamil memiliki susunan gigi tidak
kelamin, taraf pendidikan, penghasilan dan teratur (crowding). Sebesar 78% ibu hamil
daerah tempat tinggal. Ada juga beberapa faktor mengalami karies.
risiko lainnya yang mempengaruhi keparahan Selain itu, terdapat 12% ibu hamil yang
gingivitis antara lain: oral hygiene yang buruk, telah memiliki pengetahuan mengenai
defisiensi nutrisi dan protein, faktor psikologis keterkaitan kesehatan gigi dan mulut dengan
(stress), penyakit metabolisme serta gangguan kehamilan serta gingivitis dan sebesar 73% ibu
penyakit hematologi seperti leukimia dan hamil juga telah memiliki perilaku kebersihan
anemia (Deliemuthe, 2008). gigi dan mulut dalam kategori baik. Penelitian
Pada perempuan, gingivitis dapat menjadi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
lebih parah apabila perempuan tersebut dalam yang berhubungan dengan kejadian gingivitis
keadaan hamil. Keadaan inilah yang sering pada ibu hamil di Puskesmas Brebes Kabupaten
disebut pregnancy gingivitis. Gingivitis kehamilan Brebes.

119
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

METODE lain. Data sekunder yang diambil oleh peneliti


antara lain: status karies, anemia, status KEK
Penelitian ini menggunakan metode dan usia kehamilan.
penelitian analitik observasional dengan desain Analisis data dilakukan dalam penelitian
penelitian cross sectional. Jenis desain penelitian ini menggunakan jenis analisis univariat dan
ini digunakan karena dalam penelitian ini bivariat. Analisis univariat digunakan untuk
mempelajari hubungan antara faktor risiko melakukan analisis distribusi dan persentase
(independent) dengan faktor efek (dependent). dari masing-masing variabel. Variabel bebas
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kejadian
yang tercatat memiliki masalah kesehatan gigi gingivitis, status karies, susunan gigi, tingkat
dan mulut di Puskesmas Brebes sebanyak 206 pendidikan ibu hamil, pengetahuan ibu hamil,
ibu hamil. Cara pemilihan sampel yang perilaku kebersihan gigi dan mulut, anemia,
digunakan dalam penelitian ini adalah status KEK dan usia kehamilan. Sedangkan
nonprobability sampling dengan teknik sampel analisis bivariat dilakukan untuk melihat
yang digunakan purposive sampling yang hubungan variabel bebas dan variabel terikat
melibatkan 71 sampel penelitian. Kriteria dengan uji statistik yang disesuaikan dengan
inklusi dalam penelitian ini adalah ibu hamil skala data yang ada. Uji statistik pada penelitian
yang tercatat pada bulan Januari – Maret 2013 ini menggunakan uji chi square, untuk melihat
dengan alamat yang lengkap dan terjangkau dan apakah ada hubungan yang bermakna antara
berusia 20 – 30 tahun. Sedangkan kriteria variabel bebas dan terikat. Syarat uji chi square
eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu hamil adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang
dengan penyakit penyerta. dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika
Teknik pengumpulan data dilakukan syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka uji
dengan hasil pemeriksaan, metode wawancara alternatifnya adalah uji fisher.
dengan kuesioner dan dokumentasi. Hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter gigi HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan untuk mengetahui status karies dan
kejadian gingivitis. Metode wawancara dengan Tabel 1. menunjukkan distribusi frekuensi
kuesioner dilakukan untuk mengetahui susunan variabel bebas dan terikat atau analisis
gigi, tingkat pendidikan ibu hamil, pengetahuan univariat. Distribusi karies responden dengan
ibu hamil, perilaku kebersihan gigi dan mulut, kategori karies sebanyak 61 (85,9%) responden
anemia, status KEK dan usia kehamilan. dan kategori tidak karies sebanyak 10 (14,1%)
Sedangkan metode dokumentasi dalam responden. Distribusi karakteristik responden
penelitian ini bertujuan sebagai dokumen berdasarkan susunan gigi yakni sebanyak 37
pelengkap berupa foto selama kegiatan (52,1%) responden ibu hamil memiliki
penelitian berlangsung. karakteristik susunan gigi berjejal (crowding),
Sumber data dalam penelitian ini terdiri sebanyak 18 (25,4%) responden ibu hamil
dari dua sumber yaitu data primer dan data memiliki karakteristik susunan gigi renggang
sekunder. Adapun data primer yang diperoleh (diastema) dan sebanyak 16 (22,5%) responden
dari penelitian ini berasal dari hasil pengisian ibu hamil memiliki karakteristik susunan gigi
kuesioner oleh responden secara langsung untuk normal. Selanjutnya karakteristik individu
memperoleh data terkait dengan susunan gigi, responden berdasarkan susunan gigi tersebut
tingkat pendidikan ibu hamil, pengetahuan ibu dikelompokkan manjadi 2 kategori, yaitu
hamil serta perilaku kebersihan gigi dan mulut.. susunan gigi berjejal dan susunan gigi normal –
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diastema. Distribusi susunan gigi responden
merupakan data pendukung untuk melengkapi yakni sebanyak 37 (52,1%) responden memiliki
data primer serta data yang diperoleh bukan dari susunan gigi berjejal (crowding) dan sebanyak 34
responden yang diteliti melainkan dari sumber (47,9%) responden memiliki susunan gigi

120
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

Tabel 1. Distribusi Variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Gingivitis pada Ibu Hamil di
Kabupaten Brebes tahun 2016
Frekuensi
No Variabel
n %
1 Status Karies:
Karies 61 85,9
Tidak Karies 10 14,1
2 Susunan Gigi:
Gigi Berjejal 37 52,1
Normal – Diastema 34 47,9
3 Tingkat Pendidikan Ibu Hamil:
Pendidikan Tinggi 39 54,9
Pendidikan Rendah 32 45,1
4 Pengetahuan Ibu Hamil:
Rendah 51 71,8
Tinggi 20 28,2
5 Perilaku Kebersihan Gigi dan Mulut:
Buruk 43 60,6
Baik 28 39,4
6 Anemia:
Anemia 38 53,5
Tidak Anemia 33 46,5
7 Status KEK:
Tidak KEK 37 52,1
KEK 34 47,9
8 Usia Kehamilan:
Trimester 1 31 43,6
Trimester 2 30 42,3
Trimester 3 10 14,1
9 Kejadian Gingivitis:
Gingivitis 60 84,5
Tidak Gingivitis 11 15,5

normal-diastema. (54,9%) responden memiliki tingkat pendidikan


Distribusi karakteristik responden rendah dan sebanyak 32 (45,1%) responden
berdasarkan tingkat pendidikan yakni sebanyak memiliki tingkat pendidikan tinggi. Distribusi
26 (36,6%) responden ibu hamil tamat SMA, pengetahuan responden yakni sebanyak 51
sebanyak 14 (19,7%) responden ibu hamil tamat (71,8%) responden memiliki pengetahuan
SD, sebanyak 10 (14,1%) responden ibu hamil rendah dan sebanyak 20 (28,2%) responden
tidak tamat SMP, sebanyak 7 (9,9%) responden memiliki pengetahuan tinggi. Distribusi perilaku
ibu hamil tidak tamat SD, sebanyak 7 (9,9%) kebersihan gigi dan mulut yakni sebanyak 43
responden ibu hamil tamat SMP, sebanyak 4 (60,6%) responden memiliki perilaku kebersihan
(5,6%) responden ibu hamil tidak tamat SMA gigi dan mulut buruk dan sebanyak 28 (39,4%)
dan sebanyak 3 (4,2%) responden ibu hamil responden memiliki perilaku kebersihan gigi dan
memiliki pendidikan pada tingkat perguruan mulut baik.
tinggi. Selanjutnya karakteristik individu Distribusi status anemia yakni sebanyak
berdasarkan tingkat pendidikan tersebut 38 (53,5%) responden memiliki anemia dan
dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu sebanyak 33 (46,5%) responden tidak memiliki
pendidikan rendah (tidak tamat SD, tamat SD, anemia. Distribusi status KEK yakni sebanyak
tidak tamat SMP dan tidak tamat SMP) dan 37 (52,1%) responden tidak mengalami KEK
pendidikan tinggi (tidak tamat SMA, tamat dan sebanyak 34 (47,9%) responden mengalami
SMA dan perguruan tinggi). Distribusi tingkat KEK. Distribusi karakteristik responden
pendidikan responden yakni sebanyak 39 menurut usia kehamilan didapatkan bahwa

121
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

Tabel 2. Hasil Uji statistik Variabel Bebas dengan Kejadian Gingivitis pada Ibu Hamil di Kabupaten
Brebes Tahun 2016
Kejadian Gingivitis
Total
No Variabel Bebas Ya Tidak p value
n % n % n %
1 Status Karies:
57 80,3 4 5,6 61 85,9
Karies 0,000
3 4,2 7 9,9 10 14,1
Tidak Karies
2 Susunan Gigi:
35 49,3 2 2,8 37 52,1
Gigi Berjejal 0,034
25 35,2 9 12,7 34 47,9
Normal – Diastema
3 Tingkat Pendidikan Ibu Hamil:
32 45,1 0 0 32 45,1
Pendidikan Rendah 0,001
28 39,4 11 15,5 39 54,9
Pendidikan Tinggi
4 Pengetahuan Ibu Hamil:
47 66,2 4 5,6 51 71,8
Rendah 0,009
13 18,3 7 9,9 20 28,2
Tinggi
5 Perilaku Kebersihan Gigi dan Mulut:
40 56,3 3 4,2 43 60,5
Buruk 0,020
20 28,2 8 11,3 28 39,5
Baik
6 Anemia:
36 50,7 2 2,8 38 53,5
Anemia 0,026
24 33,8 9 12,7 33 46,5
Tidak Anemia
7 Status KEK:
34 47,9 0 0 34 47,9
Tidak KEK 0,002
26 36,6 11 15,5 37 52,1
KEK
8 Usia Kehamilan:
21 29,6 9 12,7 30 42,3
Trimester 1
39 34,6 2 6,4 41 57,7 0,006
Trimester 2 + Trimester 3

sebanyak 17 (23,9%) responden memiliki usia 2 sebanyak 11 (15,5%) responden tidak


bulan, 13 (18,3%) responden memiliki usia 5 mengalami kejadian gingivitis.
bulan, 12 (16,9%) responden memiliki usia 6 Tabel 2. menunjukkan analisis bivariat
bulan, 7 (9,9%) responden masing – masing yakni analisis hubungan antara variabel bebas
memiliki usia 3 bulan dan 7 bulan. 6 (8,5%) dan variabel terikat. Berdasarkan hasil
responden masing – masing memiliki usia 1 penelitian menunjukkan bahwa responden ibu
bulan dan 4 bulan, 2 (2,8%) responden memiliki hamil yang berkaries dan mengalami kejadian
usia 8 bulan dan 1 (1,3%) responden memiliki gingivitis sebanyak 57 (80,3%) responden dan
usia 9 bulan. Selanjutnya karakteristik individu tidak mengalami kejadian gingivitis sebanyak 4
berdasarkan usia kehamilan tersebut (5,6%). Sedangkan responden ibu hamil yang
dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu tidak berkaries dan mengalami kejadian gingivitis
trimester 1 (usia kehamilan 1-3 bulan), trimester sebanyak 3 (4,2%) responden dan yang tidak
2 (usia kehamilan 4-6) dan trimester 3 (usia mengalami kejadian gingivitis sebanyak 7 (9,9%)
kehamilan 7-9 bulan). Distribusi usia kehamilan responden. Hasil analisis data menggunakan uji
responden yakni sebanyak 31 (43,6%) chi-square menunjukkan bahwa terdapat
responden memiliki usia kehamilan pada hubungan antara status karies dengan kejadian
trimester 2, 30 (42,3%) responden memiliki usia gingivitis pada ibu hamil (p = 0,000) dan ibu
kehamilan pada trimester 1 dan 10 (14,1%) hamil yang memiliki karies 3,1 kali lebih
responden memiliki usia kehamilan pada beresiko mengalami kejadian gingivitis daripada
trimester 3. Distribusi kejadian gingivitis ibu hamil yang tidak memiliki karies. Menurut
responden yakni sebanyak 69 (84,5%) Prachi (2013) menyatakan bahwa ibu hamil
responden mengalami kejadian gingivitis dan yang memiliki karies sangat rentan sekali

122
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

mengalami gingivitis, hal ini disebabkan karena gingivitis pada ibu hamil (p = 0,034). Ibu hamil
kebiasaan mual dan muntah ibu hamil yang dengan susunan gigi berjejal (crowding) 1,2 kali
biasanya terjadi akan bercampur dengan asam lebih beresiko mengalami kejadian gingivitis
lambung. Menurut Junarti (2016) menyatakan daripada ibu hamil yang memiliki susunan gigi
bahwa jika ibu hamil tidak membersihkan mulut normal - diastema. Adanya hubungan tersebut
atau berkumur setelah muntah, maka sisa dikarenakan sebagian besar responden memiliki
muntahan tersebut akan mudah menempel pada susunan gigi berjejal (52,1%) dan hal tersebut
sela - sela gigi yang bisa merusak email gigi dan juga sebanding dengan jumlah distribusi kasus
lama kelamaan akan menjadi berlubang. Karies gingivtis yang lebih tinggi. Menurut Chameron
pada ibu hamil juga dapat terjadi akibat dan Richard (2008) menyatakan bahwa struktur
konsumsi makanan dengan kandungan zat asam gigi merupakan salah satu faktor yang dapat
yang tinggi tapi kadar flournya rendah, melindungi atau memudahkan terjadinya
karbohidrat tinggi, gula dan minuman bersoda. gingivitis. Bentuk lengkung gigi dan susunan gigi
Karies gigi apabila tidak ditangani dapat yang tidak teratur dalam lengkung rahang
menghancurkan sebagian besar gigi dan dimana posisi gigi yang berjejal dan bertumpuk
menyebar kejaringan sebelahnya, menyebabkan akan mempengaruhi kerentanan terhadap
sakit dan infeksi yang disebut gingivitis. gingivitis. Susunan gigi yang tidak beraturan
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati merupakan faktor predisposisi dari retensi plak
(2011) juga menyatakan bahwa terdapat yang dapat mempersulit upaya menghilangkan
hubungan antara faktor karies gigi dengan plak pada gigi yang timbul akibat sisa makanan.
kejadian gingivitis pada ibu hamil di wilayah Plak merupakan salah satu penyebab utama
kerja Puskesmas Talang Tegal. Penelitian terjadinya gingivitis.
tersebut menjelaskan bahwa secara tidak Penelitian yang dilakukan oleh Malik
langsung, bakteri karies yang terdapat pada gigi (2008) juga menyatakan bahwa kondisi gigi
akan memperparah kondisi gingivitis pada ibu yang berdesakan merupakan salah satu faktor
hamil. Hal ini disebabkan karena kondisi gigi pemicu terjadinya gingivitis. Sisa makanan yang
yang berlubang memungkinkan sisa - sisa tersangkut pada gigi yang berjejal
makanan yang menempel pada sela - sela gigi mengakibatkan sulitnya saliva membersihkan
akan sulit dibersihkan sehingga menimbulkan sisa makan tersebut. Apabila penyikatan gigi
terjadinya akumulasi plak. Seperti yang telah tidak dilakukan dengan baik dan benar maka
dijelaskan sebelumnya bahwa akumulasi plak sisa makanan tersebut mengakibatkan terjadinya
pada gigi dapat menyebabkan terjadinya penmpikan plak yang berlebihan yang bila
gingivitis. Apalagi jika ditambahkan kondisi ibu dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan
hamil yang malas menggosok gigi atau praktek terjadinya gingivitis. Hal ini diperkuat oleh
oral hygiene akibat dari kehamilannya. penelitian Hartati (2011) yang menyatakan
Berdasarkan hasil penelitian menunjuk- bahwa dari total 38 responden ibu hamil yang
kan bahwa responden ibu hamil yang memiliki mengalami gingivitis, sebesar 15,8% memiliki
gigi berjejal dan mengalami kejadian gingivitis susunan gigi tidak teratur (crowding).
sebanyak 35 (49,3%) responden dan yang tidak Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-
mengalami kejadian gingivitis sebanyak 2 (2,8%) kan bahwa responden ibu hamil yang memiliki
responden. Sedangkan responden ibu hamil tingkat pendidikan yang rendah dan mengalami
yang memiliki gigi normal – diastema dan kejadian gingivitis sebanyak 32 (45,1%)
mengalami kejadian gingivitis sebanyak 25 responden dan tidak terdapat responden yang
(35,2%) responden dan yang tidak mengalami tidak mengalami kejadian gingivitis. Sedangkan
kejadian gingivitis sebanyak 9 (12,7%) responden ibu hamil yang memiliki tingkat
responden. Hasil analisis data menggunakan uji pendidikan yang tinggi dan mengalami kejadian
chi-square menunjukkan bahwa terdapat gingivitis sebanyak 28 (39,4%) responden dan
hubungan antara susunan gigi dengan kejadian yang tidak mengalami kejadian gingivitis

123
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

sebanyak 11 (15,5%) responden. Hasil analisis gingivitis yang diderita oleh ibu hamil
data menggunakan uji chi-square menunjukkan berdasarkan tingkat pendidikan ini bervariasi.
bahwa terdapat hubungan antara tingkat Gingivitis lebih banyak ditemukan pada
pendidikan ibu hamil dengan kejadian gingivitis responden ibu hamil yang memiliki tingkat
pada ibu hamil (p = 0,001). Ibu hamil yang pendidikan terakhirnya kurang dari SMA dan
memiliki tingkat pendidikan rendah 1,3 kali paling sedikit ditemukan pada responden ibu
lebih beresiko mengalami kejadian gingivitis hamil yang memiliki tingkat pendidikan
daripada ibu hamil yang memiliki tingkat terakhirnya SD. Sedangkan responden ibu
pendidikan tinggi. Adanya hubungan tersebut hamil yang tingkat pendidikan terakhirnya S1
dikarenakan responden ibu hamil yang memiliki ditemukan sebanyak 42,9% memiliki jaringan
tingkat pendidikan rendah lebih banyak yang periodontal sehat. Sehingga dapat disimpulkan
mengalami kejadian gingivitis daripada yang bahwa rendahnya pendidikan ibu hamil
memiliki tingkat pendidikan tinggi. Sehingga menunjukkan tingginya tingkat keparahan
dapat disimpulkan bahwa rendahnya penyakit periodontal, begitu pula sebaliknya.
pendidikan ibu hamil menunjukan tingkat Berdasarkan hasil penelitian
kejadian gingivitis yang tinggi, begitupun menunjukkan bahwa responden ibu hamil yang
sebaliknya yakni tingginya pendidikan ibu hamil memiliki pengetahuan yang rendah dan
menunjukkan tingkat kejadian gingivitis yang mengalami kejadian gingivitis sebanyak 47
rendah. (66,2%) responden dan yang tidak mengalami
Menurut Pintauli (2008) menyatakan kejadian gingivitis sebanyak 4 (5,6%). Sedangkan
bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor responden ibu hamil yang memiliki
kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang pengetahuan yang tinggi dan mengalami
mempengaruhi status kesehatan seseorang. kejadian gingivitis sebanyak 13 (18,3%)
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh responden dan yang tidak mengalami kejadian
terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku ibu gingivitis sebanyak 7 (9,9%) responden. Hasil
hamil dalam mengetahui kesehatan gigi dan analisis data menggunakan uji chi-square
mulutnya. Ibu hamil dengan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap pengetahuan ibu hamil dengan kejadian
yang lebih baik tentang kesehatan yang akan gingivitis pada ibu hamil (p value = 0,009).
mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Adanya hubungan tersebut dikarenakan
Perbedaan tingkat pendidikan sangat distribusi responden ibu hamil yang memiliki
berpengaruh terhadap kecenderungan ibu hamil pengetahuan rendah dan mengalami kejadian
berperilaku dan menggunakan pelayanan gingivitis lebih banyak daripada ibu hamil yang
kesehatannya. Kurangnya pengetahuan memiliki pengetahuan tinggi. Hanya terdapat
mengenai kesehatan gigi dan ketidaktahuan beberapa responden ibu hamil saja yang
akan bahaya penyakit gigi dan mulut karena mengetahui tentang adanya hubungan
rendahnya tingkat pendidikan akan kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut
menyebabkan masyarakat khususnya ibu hamil sehingga distribusi kejadian gingivitis pada ibu
tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi hamil di Puskesmas Brebes Kabupaten Brebes
yang ada dan berperilaku buruk dalam menjaga ini masih dalam kategori banyak.
kesehatan gigi dan mulutnya. Menurut Notoatmodjo (2010)
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki
penelitian yang dilakukan oleh Trisnayati (2014) tingkat pengetahuan yang berbeda – beda.
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan Tingkatan pengetahuan dimulai dari tahu
antara faktor tingkat pendidikan dengan status (know), memahami (comprehension), aplikasi
penyakit periodontal pada ibu hamil di wilayah (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis)
kerja Puskesmas Rappang Kabupaten Sindrap. dan evaluasi (evaluation). Semakin tinggi tingkat
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa status pengetahuan seseorang maka akan semakin

124
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

tinggi pula kemampuan individu tersebut kebersihan gigi dan mulut melalui 10 butir soal
didalam melakukan penilaian suatu materi atau kuesioner terkait perilaku kebersihan gigi dan
objek. Pengetahuan seseorang akan menentukan mulut yang meliputi frekuensi menyikat gigi,
perilakunya dalam hal kesehatan. Seseorang waktu menyikat gigi, gerakan menyikat gigi,
yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka tindakan pembersihan gigi, frekuensi mengganti
akan mengetahui tindakan yang tepat apabila sikat gigi dan riwayat melakukan pembersihan
terserang suatu penyakit sehingga tidak akan karang gigi. Sehingga memiliki hasil lebih
memperparah komplikasi tersebut dan tidak spesifik terkait bagaimana cara responden ibu
terjadi komplikasi didalamnya. Hasil penelitian hamil berperilaku merawat kebersihan gigi dan
ini juga sejalan dengan penelitian yang mulutnya agar tidak terjadi penumpukan plak
dilakukan oleh (Diana, 2009) yang menyatakan dan gingivitis Hasilnya ibu hamil dengan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat perilaku kebersihan gigi dan mulut buruk lebih
pengetahuan ibu hamil dengan kejadian banyak mengalami gingivitis daripada ibu hmil
periodontal. Hasil penelitian tersebut dengan perilaku kebersihan gigi dan mulut baik.
menjelaskan bahwa sebanyak (38%) wanita Menurut Machfoedz (2008)
hamil dapat mengetahui hubungan antara menyatakan bahwa kebersihan gigi dan mulut
kehamilan dan selebihnya sebanyak (62%) mempunyai peran penting di bidang kesehatan
wanita hamil tidak dapat mengetahui adanya gigi, karena kebersihan mulut yang buruk dapat
hubungan antara kehamilan dengan kesehatan mengakibatkan timbulnya berbagai penyaki baik
gigi dan mulut kesehatan gigi. Proporsi ibu lokal maupun sistemik. Penyebab gingivitis yang
hamil yang memiliki pengetahuan rendah lebih paling sering terjadi yaitu menumpuknya plak
banyak yang mengalami kejadian periodontal yang menyebabkan karang pada gigi yang
dari pada ibu hamil yang memiliki pengetahuan berasal dar sisa makanan yang tidak
tinggi. Seluruh ibu hamil dalam penelitian ini dibersihkan, sehingga terjadi penumpukan dan
tidak memiliki perbedaan dalam cara menjadi karang. Apabila plak tetap melekat
membersihkan dan memelihara kesehatan gigi pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka akan
dan mulut sebelum hamil dan setelah hamil. mengerasa dan membentuk karang gigi.
Berdasarkan hasil penelitian Menjaga kebersihan gigi dan mulut yang baik
menunjukkan bahwa responden ibu hamil yang akan mengurangi pembentukan plak pada gigi,
memiliki perilaku kebersihan gigi dan mulut sehingga terhindar dari penyakit periodontal
buruk dan mengalami kejadian gingivitis seperti gingivitis.
sebanyak 40 (56,3%) responden dan yang tidak Penelitian ini juga sejalan dengan yang
mengalami kejadian gingivitis sebanyak 3 (4,2%) dilakukan oleh Hartati (2011) yang menyatakan
responden. Sedangkan responden ibu hamil bahwa faktor kebersihan gigi dan mulut sangat
yang memiliki perilaku kebersihan gigi dan mempengaruhi kesehatan periodnontal.
mulut baik dan mengalami kejadian gingivitis Peneilaian dalam penelitian tersebut
sebanyak 20 (28,2%) responden dan yang tidak menggunakan Oral Hygiene Index Simplifield
mengalami kejadian gingivitis sebanyak 8 (OHI-S). Pemeriksaan ini dilakukan dengan
(11,3%) responden. Hasil analisis data mengamati dan menilai ada tidaknya debris dan
menggunakan uji chi-square menunjukkan kalkulus pada permukaan tertentu dari gigi.
bahwa terdapat hubungan antara perilaku Berdasarkan hasil penelitian
kebersihan gigi dan mulut dengan kejadian menunjukkan bahwa responden ibu hamil yang
gingivitis pada ibu hamil (p = 0,020). Ibu hamil memiliki anemia dan mengalami kejadian
yang memiliki perilaku kebersihan gigi dan gingivitis sebanyak 36 (50,7%) responden dan
mulut yang buruk 1,3 kali lebih beresiko yang tidak mengalami kejadian gingivitis
mengalami kejadian gingivitis daripada ibu hamil sebanyak 2 (2,8%). Sedangkan responden ibu
yang memiliki perilaku kebersihan gigi dan hamil yang tidak memiliki anemia dan
mulut yang baik. Penelitian ini menilai perilaku mengalami kejadian gingivitis sebanyak 24

125
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

(33,8%) responden dan yang tidak mengalami Kesamaan karakteristrik penelitian dibuktikan
kejadian gingivitis sebanyak 9 (12,7%) dengan lebih tingginya proporsi ibu hamil
responden. penderita anemia yang mengalami kejadian
Hasil analisis data menggunakan uji chi- gingivitis daripada ibu hamil yang tidak
square menunjukkan bahwa terdapat hubungan mengalami kejadian gingivitis.
antara anemia dengan kejadian gingivitis pada Berdasarkan hasil penelitian
ibu hamil (p = 0,026). Ibu hamil yang memiliki menunjukkan bahwa responden ibu hamil
anemia 1,3 kali lebih beresiko mengalami dengan status KEK dan mengalami kejadian
kejadian gingivitis daripada ibu hamil yang tidak gingivitis sebanyak 34 (47,9%) responden dan
memiliki anemia. Hasil penelitian ini yang tidak mengalami kejadian gingivitis
menunjukan bahwa distribusi responden ibu sebanyak 0 (0%). Sedangkan responden ibu
hamil yang mengalami anemia lebih banyak hamil dengan status tidak KEK dan mengalami
dari distribusi responden ibu hamil yang tidak kejadian gingivitis sebanyak 26 (36,6%)
mengalami anemia. Sebagian responden responden dan yang tidak mengalami kejadian
memiliki sistem imun yang kurang baik, hal gingivitis sebanyak 11 (15,5%) responden. Hasil
tersebut dibuktikan dengan banyaknya keluhan analisis data menggunakan uji chi-square
yang dimiliki ibu hamil pada saat pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
sehingga hal ini dapat memicu bahaya – bahaya status KEK dengan kejadian gingivitis pada ibu
lain tak terkecuali pada kesehatan gigi dan hamil (p = 0,002). Ibu hamil yang memiliki
mulut. Gingivitis pada ibu hamil dapat KEK 1,4 kali lebih beresiko mengalami kejadian
menimbulkan perdarahan pada gusi secara terus gingivitis daripada ibu hamil yang tidak memiliki
menerus sehingga ibu hamil memiliki risiko KEK. Adanya hubungan dalam penelitian ini
tinggi terkena anemia. dapat dilihat pada responden ibu hamil dalam
Menurut Cooper CL (2007) penelitian ini yang sebagian besar memiliki
menyatakan bahwa penyakit hematologi yang tubuh kurus sehingga menyebabkan angka
sering manjadi faktor risiko gingivitis adalah LILA yang dimiliki responden kurang dari 23,5
anemia dan leukimia. Penyakit hematologi yang cm (batas LILA normal). Hal tersebut juga juga
sering menyerang ibu hamil adalah anemia. diperparah dengan asupan makanan yang
Anemia dapat disertai dengan kelainan pada seadanya saat dirumah serta tidak melakukan
gingiva seperti anemia aplastik. Anemia aplastik aplikasi terkait arahan bagian konseling gizi
dapat muncul dengan mendadak atau memiliki tentang asupan makanan yang baik dan tidak
onset yang berkembang dengan cepat. baik dikonsumsi oleh ibu hamil.
Perdarahan merupakan gejala awal yang sering Hasil penelitian ini sejalan dengan
terjadi seperti memar selama beberapa hari penelitian yang dilakukan oleh Retroningrum
hingga minggu, mimisan, darah menstruasi (2009) yang menyatakan bahwa terdapat
yang berlebihan. Gejala anemia juga sering hubungan yang bermakna antara status gizi
terjadi termasuk mudah lelah dan sesak napas. dengan kelianan periodontal. Penelitian ini
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menjelaskan bahwa proporsi ibu hamil yang
yang Sonya (2014) yang menyatakan bahwa memiliki status Kekurangan Energi Kronis
penyakit hematologi yang sering manjadi faktor (KEK) lebih banyak yang mengalami kelainan
risiko terjadinya gingivitis adalah anemia dan periodontal termasuk gingivitis daripada ibu
leukimia. Anemia didefinisikan sebagai hamil yang tidak memiliki status Kekurangan
berkurangnya konsentrasi hemoglobin didalam Energi Kronis (KEK). Hal yang sama juga
darah sampai dibawah batas normal. Anemia dinyatakan oleh Grag (2011) yang menyatakan
merupakan kelainan pada darah yang ikut bahwa kelainan periodontal seperti kejadian
berperan dalam etiologi penyakit gingival dan gingivitis pada kehamilan dapat membuat
penyakit periodontal dan merupakan kelainan penurunan respon imun tubuh terhadap
yang sering terjadi pada saat kehamilan. bakteri/virus sehingga akan terjadi

126
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

perkembangbiakan yang lebih cepat dari ini adalah adanya peningkatan hormon estrogen
kelompok manusia tanpa kelainan periodontal. dan progesteron sehingga menyebabkan tingginya
Berdasarkan hasil penelitian derajat keparahan gingivitis. Faktor kenaikan
menunjukkan bahwa responden ibu hamil hormon inilah yang dapat memperburuk respon
dengan usia kehamilan trimester 1 dan gingiva terhadap faktor lokal yaitu bakteri plak.
mengalami kejadian gingivitis sebanyak 21 Keparahan gingivitis akan meningkat pada
(29,6%) responden dan yang tidak mengalami permulaan kehamilan dibulan kedua dan ketiga.
kejadian gingivitis sebanyak 9 (12,7%) Gingivitis akan meningkat hingga bulan ke
responden. Responden ibu hamil dengan usia delapan dan menurun pada bulan kesembilan,
kehamilan trimester 2 + trimester 3 dan hal ini disebabkan oleh adanya akumulasi plak
mengalami kejadian gingivitis sebanyak 39 yang merupakan penyebab utama.
(34,6%) responden dan yang tidak mengalami Hasil penelitian ini sejalan dengan
kejadian gingivitis sebanyak 2 (6,4%) responden. penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2011)
Hasil analisis data menggunakan uji chi-square yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara antara faktor usia kehamilan dengan kejadian
usia kehamilan dengan kejadian gingivitis pada gingivitis pada ibu hamil. Pada penelitian
ibu hamil (p = 0,006). Ibu hamil pada usia tersebut menjelaskan bahwa adanya hubungan
kehamilan trimester pertama, 1,4 kali lebih ini disebabkan karena pada saat kehamilan
beresiko mengalami kejadian gingivitis daripada terjadi peningkatan hormon estrogen dan
ibu hamil pada usia trimester 2 dan 3. Distribusi progesteron yang dapat mempengaruhi kondisi
responden ibu hamil pada trimester satu dan gingiva ibu hamil. Pada dasarnya, faktor yang
dua lebih banyak daripada trimester tiga. lebih menentukan terjadinya gingivitis pada ibu
Menurut Sorsa (2013) menyatakan hamil adalah karena adanya bakteri plak pada
bahwa hal tersebut dikarenakan awal permulaan gigi. Kebersihan mulut ibu hamil yang terjaga
terjadinya gingivitis terjadi pada trimester awal dan praktek oral hygiene yang baik, akan
dan akan mulai menurun pada trimester akhir. menentukan ada tidaknya gingivitis pada ibu
Responden ibu hamil yang mengalami gingivitis hamil, karena dengan kebersihan gigi dan mlut
memiliki permukaan mengkilap dan kaku pada yang baik akan terhindar dari bakeri plak
gingivanya. Selain itu, didapatkan hasil penyebab gingivitis.
pemeriksaan bahwa pada trimester pertama,
kedua dan ketiga (bulan ke delapan) sering PENUTUP
terjadi perdarahan secara spontan yang
diakibatkan oleh gingiva itu sendiri. Walaupun Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
saat kehamilan terjadi peningkatan hormon kesimpulan bahwa status karies (p = 0,000),
estrogen dan progesterone yang dapat susunan gigi (p = 0,034), tingkat pendidikan ibu
mempengaruhi kondisi gingiva ibu hamil, pada hamil (p = 0,001), pengetahuan ibu hamil
dasarnya faktor yang lebih menentukan (p = 0,009), perilaku kebersihan gigi dan mulut
terjadinya gingivitis pada ibu hamil adalah (p = 0,020), anemia (p = 0,026), status KEK
karena adanya bakteri plak pada gigi yang (p = 0,002) dan usia kehamilan (p = 0,006)
dipengaruhi oleh perilaku kebersihan gigi dan berhubungan dengan kejadian gingivitis pada ibu
mulut responden ibu hamil itu sendiri. hamil.
Menurut Hasibuan (2007) menyatakan Saran bagi peneliti selanjutnya adalah
bahwa gingivitis pada masa kehamilan perlu adanya pengukuran menggunakan
disebabkan oleh bakteri plak, sama dengan Gingivitis Indeks (GI) Loe and Sillnes sehingga
keadaan tidak hamil. Oleh karena itu, tidak dapat diketahui mengenai tingkat keparahan
akan terjadi gingivitis selama kehamilan apabila inflamasi gingiva secara klinis dengan kriteria
tida ada penyebab faktor lokal tersebut. Selain normal, gingivitis ringan, gingivitis sedang dan
itu, faktor yang bermakna pada masa kehamilan gingivitis berat serta perlu adanya penambahan

127
Anis S. N. dan Yunita D. P./Faktor Kejadian Gingivitis/ HIGEIA 1 (3) (2017)

variabel lain yang berhubunagn dengan gingivitis Hartati, R. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang
pada ibu hamil. Berhubungan dengan Kejadian Gingivitis
pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Talang Tegal. Jurnal Ilmiah Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Keperawatan. (7)3: 170-189
Hasibuan. 2007. Perbedaan Status Kesehatan
Anil, M.A. 2008. Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd
Jaringan Gingiva pada Tiap – Tiap Trimeseter
ed. New Delhi India. Jaype Brothers Medical
Usia Kehamilan pada Ibu Hamil di
Publishers. 6(8): 378 - 393
Puskesmas Bumiayu Brebes. Jurnal Kebidanan.
Bansal, G. 2012. Ozon Therapy in Periodontic.
3(7): 1 - 7
Journal of Medisine and Life. 5(1): 59-67
Kementrian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan
Chameron. 2008. Gambaran Status Gingiva pada Ibu
Dasar (RISKESDAS) Tahun 2007. Jakarta :
Hamil di Puskesmas Bahu Manado. Jurnal e-
Kementrian Kesehatan RI
Gigi (eG). 3(1): 143 - 148
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan
Cooper, C. L, Hausman, R.E. 2007. The Cell
Dasar (RISKESDAS) Tahun 2013. Jakarta :
Molecular Approach. 4th ed. Sunderland of
Kementrian Kesehatan RI
Journal : Sinaeur Associates Inc. 3(5): 34 - 42
Machfoedz, I. 2005. Kesehatan Gigi dan Mulut Anak –
Carranza, F.A. 2012. Clinial Periodontology, 11th ed.
Anak dan Ibu Hamil. Yogyakarta : Gadjah
St.Louis : Saunders Company
Mada University Press
Deliemunthe. 2008. Periodonsia Disease in
Mital, P. 2013. Dental Caries and Gingivitis in
Indonesia. Periodonsia Journal. 8(1): 65 - 87
Pregnant Women. Scholars Journal of Applied
Diana. 2009. Buku Ajar Bidan Myles Edisi 14, Jakarta :
Medical Science. 1 (6): 718 - 723
EGC
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2007. Riset
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah tahun
Pintauli. 2008. Gingival Change During Pregnancy :
2007. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi
Impact of clinical, imunlogi adan socio
Jawa Tengah
demografi factors on gingival inflamation.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Riset
Journal of Clinical Periodontolgi. 10(11) : 1 - 12
Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah tahun
Retroningrum, D. 2009. Hubungan Kebersihan
2013. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi
Mulut dengan Gingivitis Ibu Hamil terhadap
Jawa Tengah
Kejadian Bayi Berat Badan Laihir Rendah
Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes. 2013. Profil
Kurang Bulan di RSUP Dr. Kariadi dan
Kesehatan Kabupaten Brebes tahun 2013.
Jejaringnya. Jurnal Media Medika Indonesia.
Brebes: Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes
43(6): 288 - 294
Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes. 2014. Profil
Sonya. 2014. Faktor – Faktor yang Berhubungan
Kesehatan Kabupaten Brebes tahun 2014.
dengan Anemia Kehamilan. Jurnal Ilmiah
Brebes: Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes
Kesehatan. 14(2) : 24 – 32
Gani, A. 2014. Hubungan Kehamilan dan Penyakit
Sorsa, T. 2013. High Salivary Estrogen and Risk of
Periodontal. Jurnal PDGI, 63(3) 71-77
Developing Pregnancy Gingivitis. Journal of
Grag, J. 2011. Effect of Sex Hormones on the
Periodontology. 84(9): 1281 - 1289
Gingiva in Pregnancy: A Review and Report
Trisnayati. 2014. Status Penyakit Periodontal pada
of Two Cases. Periodontal Implant Dental
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Journal 3(2) : 83-87
Rappang Kabupaten Sidrap (Berdasarkan
Junarti, D. 2016. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan
Usia Kehamilan dan Tingkat Pendidikan.
Gigi dan Status Karies. HIGEIA. 1(1): 83 – 88
Skripsi. Makassar : Universitas Hasanuddin

128

Anda mungkin juga menyukai