Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alisya Salsabila Putriedi

NPM : 10318569
Kelas : 2TA01
Teknik Konservasi Tanah dan Air

Tugas M13 V-Class

Soal
Buat tahapan proses Perencanaan kolam retensi yang disertai dengan diagram alir Perencanaan, jelaskan
secara rinci !

Jawaban :
Cara-cara perhitungan kapsitas kolam retensi dan pompa antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui Kondisi Perencanaan
 Mengidentifikasi daerah genangan dan parameter genangan yang meliputi luas genangan, tinggi
genangan, lama genangan dan frekuensi genangan serta penyebab genangan.
 Memastikan bahwa elevasi muka air pada saat banjir rencana di badan penerima lebih rendah
daripada permukaan air di hilir saluran
 Menghitung kapasitas saluran existing dibandingkan debit banjir rencana untuk menentukan
penyebab genangan secara pasti.
 Menentukan lokasi kolam retensi yang akan dibangun. Contoh: mengetahui luas area pembangunan,
mengetahui panjang saluran, data curah hujan harian maksimal 20 tahun.

2. Melengkapi Data Curah Hujan


Data curah hujan harian maksimum dalam setahun yang biasa dinyatakan dengan satuan mm/hari,
untuk stasiun curah hujan dekat dengan lokasisistem drainase, maka jumlah data curah hujan yang
diperoleh paling sedikit pada jangka 10 tahun berturut-turut.

3. Menentukan Kala Ulang


Karakteristik curah hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai kala ulang
tertentu. Kala ulang rencana untuk saluran mengikuti standar yang berlaku sesuai dengan tabel dibawah
berikut:
Catchment Area (Ha)
Tipologi Kota
< 10 10 - 100 100 - 500 > 500
Kota Metropolitan 2 tahun 2 - 5 tahun 5 - 10 tahun 10 - 25 tahun
Kota Besar 2 tahun 2 - 5 tahun 2 - 5 tahun 5 - 20 tahun
Kota Sedang/Kecil 2 tahun 2 - 5 tahun 2 - 5 tahun 5 - 10 tahun

4. Menganalisis Hujan Rencana


Melakukan analisis hujan rencana dapa dilakukan dengan beberapa metode. Metode-metode yang
dgunakan dalam melakukan analisis hujan harian adalah sebagai berikut:
A. Metode Gumbel
B. Metode Log Pearson Type III.
C. Metode Normal.
D. Metode Log Normal.

5. Menganalisis Intesitas Hujan


Menganalisis intesitas curah hujan dapat menggunakan hasil analisis distribusi frekuensi rata-rata.
Perhitungan intesitas curah hujan menggunakan rumus mononobe:

Keterangan:
Rt : Hujan rencana untuk berbagai kala ulang (mm)
t : Waktu konsentrasi hujan (jam), untuk satuan dalam menit, t dikali 60.
It : Intesitas hujan untuk berbagai kala ulang (mm/jam)

Setelah melakukan perhitungan intesitas curah hujan, selanjutnya memasukkan data-data yang telah
diperoleh kedaftar tabel, lalu membuat grafik intesitas hujan untuk mengetahui berapa besar pengaruh
intesitas hujan terhadap waktu terjadinya hujan.
6. Menganalisis Debit Banjir
a. Metode Rasional
Rumus umum metode rasional

Qt  0,278 C I A
Keterangan:
Qt : Debit banjir (m3/s)
C : Koefisien pengaliran
I : Intesitas curah hujan (mm/jam)
A : Luas daerah aliran (km2)

b. Metode Modifikasi Rasional


Metode modifikasi rasional digunakan untuk menghitug saluran drainase premier. Debit saluran
yang diperiksa kapasitasnya adalah sebagai berikut:
Qt  0,278 CCs  I A
2t c
Cs 
2t 
c
t d
tc  to  td

Keterangan:
Cs : Koefisien penyimpang
tc : Waktu konsentrasi untuk saluran drainase perkotaan terdiri dari t0 dan td
to : Waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah ke saluran terdekat (menit)
td : Waktu yang diperlukan air untuk mngalir di dalam saluran ke tempat yang direncanakan (menit)

c. Waktu Konsentrassi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik terjauh hingga ke
tempat yang akan dihitung debitnya. Metode Kirpich merupakan metode yang biasa digunakan
untuk menghitung waktu.
Keterangan:
t : Waktu konsentrasi (menit)
L : Panjang saluran/sungai dari hulu hingga titik yang akan diukur debitnya (m)
S : Kemiringan daerah sungai/saluran (H/L)

7. Menganalisis Dimensi Saluran


a. Penampang basah yang paling ekonomis untuk menampung debit maksimum (Ae)
A. Saluran Berbentuk Trapesium
B. Saluran Berbentu Segiempat
b. Penampang basah berdasarkan debit air (Q) dan kecepatan (V)
Rumus Manning:
Q  VA

Keterangan:
Q : Debit aliran (m3/s)
V : Kecepatan aliran (m/s)
A : Luas penampang (m2)
n : Koefisien kekasaran dinding
R : Jari-jari hidraulik (m)
i : Koefisien kemiringan saluran

c. Kemiringan Talud
A. Kemiringan Talud Saluran Tanah

Kemiringan Talud
Bahan Tanah
(m=H/V)
Batu 0,25
Lempung kenyal 1-2
Lempung Pasir, tanah kohesi f 1,5 - 2,5
Pasir lanauan 2-5
Gambut kenyal 1-2
Gambut lunak 3-4
Tanah dipadatkan dengan baik 1 - 1,5
B. Kemiringan Talud Saluran Pasangan

Tinggi Air m
h < 0,40 m 0 (vertikal)
0,40 < h < 0,75 m 0,25 - 0,5
h > 0,75 m 0,50 - 1,00

d. Tinggi Jagaan (F)


Tinggi jagaan minimum untuk saluran dengan pasangan direncanakan sebesar 0,50 m. untuk saluran
tanpa jagaan denga debit jagaan sebagai berikut:

Q (m3/s) F (m) Polder (m)


Q<5 0,20 - 0,30 0,75 - 1,00
5 < Q < 10 0,30 - 0,50 1,00 - 1,25
Q > 10 0,70 - 1,00 1,25 - 1,50

e. Kemiringan Tanah
Kemiringan tanah di tempat pembuatan fasilitas saluran drainase ditentukan dari hasil pengukuran
di lapangan dengan meggunakan rumus:
t1  t2
i 100%
L
Keterangan:
t1: Tinggi tanah di bagian tertinggi (m)
t2: Tinggi tanah di bagian terendah (m)

Anda mungkin juga menyukai