NOMOR : ………………………..
TGL. PEMBUATAN : ………………………..
TGL. REVISI : ………………………..
TGL. EFEKTIF : ………………………..
DISAHKAN OLEH
……………………………………
………………………..
LOGO
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penataan Tatalaksana (Business
Process);
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional
Prosedur Administrasi Pemerintahan;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah;
7. Peraturan LKPP 07 Tahun 2018 tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8. Peraturan LKPP 08 Tahun 2018 tentang Pedoman Swakelola;
9. Peraturan LKPP 09 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia;
10. Peraturan LKPP 11 Tahun 2018 tentang Katalog Elektronik;
11. Peraturan LKPP 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa;
12. Peraturan LKPP 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa;
13. Peraturan LKPP 15 Tahun 2018 tentang Pelaku pengadaan;
14. Peraturan LKPP 16 Tahun 2018 tentang Agen pengadaan;
15. Peraturan LKPP 17 Tahun 2018 tentang Sanksi Daftar Hitam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
16. Peraturan LKPP 19 Tahun 2018 tentang Pengembangan Sistem dan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
17. Peraturan Daerah ……………………….. Nomor ……….. Tahun ………….. tentang Pembentukan Perangkat Daerah;
18. Peraturan …………… Nomor ….. Tahun ………… tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Sekretariat Daerah.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN TATALAKSANA TERINTEGRASI DALAM PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH MELALUI PENYEDIA PADA BAGIAN PENGADAAN BARANG/JASA
SEKRETARIAT DAERAH ………………………
A. PENDAHULUAN
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah saat ini telah menjadi salah satu bagian strategis pelaksanaan pembangunan. Hampir semua pelaksanaan
program-program pembangunan ditindaklanjuti dengan eksekusi pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Sehingga pengelolaan barang/jasa pemerintah yang
tidak baik, dapat memberikan konsekuensi negatif tidak optimalnya pemenuhan efektivitas dan efisiensi pembangunan, serta dapat berpotensi menuai
permasalahan hukum.
Terdapat rangkaian proses dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah, yang melibat beberapa pihak sesuai dengan ranah kewenangan masing-
masing. Pengadaan barang/jasa sebagaimana yang diatur di dalam peraturan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah, merupakan proses mendapatkan
barang/jasa yang dimulai sejak perencanaan kebutuhan hingga didapatkannya barang/jasa. Proses ini kemudian berkembang menjadi proses perencanaan
umum pengadaan, persiapan pelaksanaan pengadaan, pelaksanaan pemilihan penyedia, penandatanganan dan pelaksanaan kontrak, pemeriksaan dan
penerimaan hasil pekerjaan, serta proses kerja lainnya yang tidak terpisahkan seperti mitigasi risiko pengadaan.
Dalam implementasinya, proses-proses tersebut menuntut penataan tata laksana instansi pemerintah yang efektif dan efisien. Salah satu upaya penataan tata
laksana diwujudkan dalam bentuk penyusunan dan implementasi Tatalaksana dan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur pemerintah. Kegiatan ini memerlukan partisipasi penuh dari seluruh unsur aparatur yang ada di dalam institusi
pemerintah yang terkait. Tuntutan partisipasi penuh dari seluruh unsur institusi ini dilandasi dengan alasan bahwa pegawailah yang paling tahu kondisi yang
ada di tempat kerjanya masing-masing dan yang akan langsung terkena dampak dari perubahan tersebut.
Dengan dibuatkan pedoman dalam bentuk Penjelasan Tatalaksana dan Standar Operasional Prosedur, maka diharapkan dapat memberikan panduan bagi
seluruh pihak yang terkait dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dalam mengidentifikasi, menyusun, mendokumentasikan, mengembangkan, memonitor
serta mengevaluasi rangkaian kerja yang dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi kewenangan masing-masing. Terlebih lagi dengan telah dibentuknya
Bagian Pengadaan Barang/Jasa (BPBJ) pada Sekretariat Daerah sebagai pusat keunggulan (center of excellence) Pengadaan Barang/Jasa, maka dianggap
perlu untuk menyelaraskan rangkaian proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara umumnya, dan secara khusus yang berhubungan dengan
keterlibatan Bagian Pengadaan Barang/Jasa.
B. TUJUAN
Penjelasan Tatalaksana ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi seluruh pihak yang terkait dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, dalam
mengidentifikasi, menyusun, mendokumentasikan, mengembangkan, memonitor serta mengevaluasi rangkaian kerja yang dilaksanakan sesuai dengan tugas
dan fungsi kewenangan masing-masing. Sehingga diharapkan dapat dicapai melalui penjelasan ini adalah:
1. Setiap satuan kerja terkait khususnya Bagian Pengadaan Barang/Jasa memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) masing-masing sesuai dengan tugas
dan kewenangan yang dimiliki;
2. Penyempurnaan proses penyelenggaraan pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
3. Ketertiban dalam penyelenggaraan pengadaan barang/jasa pemerintah;
4. Peningkatan kualitas pelayanan kerja kepada masyarakat.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Tatalaksana ini meliputi tahapan-tahapan sebagaimana yang diatur dalam peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah, disertai dengan
sinkronisasi proses pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah.
D. REFERENSI HUKUM
1. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, beserta peraturan perubahannya;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penataan Tatalaksana (Business
Process);
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional
Prosedur Administrasi Pemerintahan;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah;
7. Peraturan LKPP 07 Tahun 2018 tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8. Peraturan LKPP 08 Tahun 2018 tentang Pedoman Swakelola;
9. Peraturan LKPP 09 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia;
10. Peraturan LKPP 11 Tahun 2018 tentang Katalog Elektronik;
11. Peraturan LKPP 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa;
12. Peraturan LKPP 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa;
13. Peraturan LKPP 15 Tahun 2018 tentang Pelaku pengadaan;
14. Peraturan LKPP 16 Tahun 2018 tentang Agen pengadaan;
15. Peraturan LKPP 17 Tahun 2018 tentang Sanksi Daftar Hitam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
16. Peraturan LKPP 19 Tahun 2018 tentang Pengembangan Sistem dan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
17. Peraturan Daerah ……………………….. Nomor ……….. Tahun ………….. tentang Pembentukan Perangkat Daerah;
18. Peraturan …………… Nomor ….. Tahun ………… tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Sekretariat Daerah.
8. Pelaksanaan Kontrak
Di samping Tatalaksana (Business Process) dengan diuraikan penjelasan proses-proses dalam pengadaan barang/jasa pemerintah tersebut di atas, maka
diperlukan tata laksana lainnya dalam upaya optimalisasi peran UKPBJ sebagai pusat unggulan guna menyikapi isu aktual dalam proses pengadaan
barang/jasa pemerintah. Tatalaksana dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Perlindungan Hukum
3. Pelaporan Pengadaan
F. PENUTUP
Meskipun Tatalaksana (Business Process) ini merupakan bagian kecil dari aspek penyelenggaraan administrasi pemerintahan, namun demikian memiliki
peran yang besar untuk menciptakan pemerintahan yang efisien, efektif dan konsisten dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu,
pedoman ini menjadi instrumen yang penting untuk mendorong setiap pihak dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, memperbaiki proses internal sehingga
dapat meningkatkan kerja.