Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI DAN PEMERIKSAAN TTV

DISUSUN OLEH :
Florita rambu sory dopi
2020.02.005

PRODI D3 KEBIDANAN
STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA
2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul
“Pemberian oksigenasi“ dan “pemeriksaan tanda tanda vital “
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Aristina Halawa ,S.Kep.Ns. M.Kes, selaku Ketua Stikes William Booth Surabaya
2. Dianita primithahastuti, S.ST.,M..Keb.Selaku Pembimbing Kompetensi
pemberian oksigenasi Stikes William Booth Surabaya.
3. Teman-teman D3 Kebidanan Stikes William Booth Surabaya
4. Orangtua yang mendukung dalam pengerjaan laporan ini
Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini penyusun telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai kemampuan. Namun sebagai manusia biasa, penyusun tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun tata bahasa. Meskipun demikian
,penyusun berusaha untuk menyelesaikan laporan ini tersusun sangat sederhana.
Demikian semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para
pembaca pada umumnya. Penyusun mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang
bersifat membangun.

Surabaya, 25 Juli 2021

Penyusun

2
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Laporan Pendahuluan : Pemberian oksigenasi


Oleh : florita Rambu sory dopi
Nim : 2020.02.005

Laporan Pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui pada Surabaya, (Tgl/Bln/Thn)

Mengetahui,

Mahasiswa Pembimbing Institusi

(Florita Rambu sory dopi) (Dianita primihastuti, S.ST.,M..Keb.)

3
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR……………………………………………..…… 2

LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………...……… 3

DAFTAR ISI……………………………………………………..…….. 4

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………….… 6

1.1. Latar Belakang……………………………………………........ 6


1.2. Rumusan Masalah………………………………….….…......... 6
1.3. Tujuan Penulisan……………………………….….…………... 6
1.4. Manfaat…………………………………….............….……...... 6

BAB 2 TINJAUAN TEORI…..…………………………………............ 7

2.1. Konsep Dasar Teori………………………………………….... 7

1. Pengertian .....…………….………………………………….... 7

2. Tujuan pemberian oksigenasi ............................……...........….…..... 7

3. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi ........................ 7

4. proses oksigenasi ...........................................................................7

5. masalah yang berhungan dngan fungsi respirasi.................................7

6 .Pemeriksaan diagnosa pada pasien dengan gangguan sistem pernapsan.........7


7. manifentasi klinis ................................................................................7
8. proses pengkajian...............................................................................7
9. diagnosa ................................................................................................7
10. intervestasi ...........................................................................................7

2.2. Prosedur tindakan oksigenasi ........................…………...……….. 8

2.2.1.Persiapan Alat ……………………………………….…. 8

2.2.2.Persiapan Pasien……………………………………........ 8

4
2.2.3.Persiapan Lingkungan…………………………………… 8

2.2.4.Persiapan Diri…...……………………………….............. 8

2.2.5.Prosedur Tindakan…………………………………….... 8

BAB 2 pemeriksaan TTV…………………………………………………… 9

2.2.6 pengertian …………………………………………………... 9

Tujuan …………………………………………………………. 9

Faktor yang mempengaruhi …………………………………………………..10


tanda tanda vital .....................................................................................10

Indikasi ...............................................................................................11

2.2. 7 Prosedur tindakan ttv ........................…………...……….. 11

2.2.8. .Persiapan Alat ……………………………………….…. 11

2.2.9.Persiapan Pasien……………………………………........ 12

2.2.10. Persiapan Lingkungan…………………………………… 12

2.2.11.Persiapan Diri…...……………………………….............. 13

2.2.12.Prosedur Tindakan…………………………………….... 14

BAB 3 penutup …………………………………………………… 15

2.2.13. kesimpulan …………………………………………………... 16

2.2. 14 saran …………………………......................................16

Daftar pustaka

BAB 1

5
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia paling mendasar yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme tubuh ,mempertahankan hidup ,dan aktivitas diberbagai organ
dalam sel tubuh.

Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas unsur vital dalam proses
metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel –sel tubuh .
secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup (O 2)setiap kali bernapas dari
atmosfer yang kemudian akan diedarkan diseluruh jaringan.

Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen

Pemeriksaan tanda vital merupaka suatu cara untuk menndeteksi adanya perubahan sistem
tubuh. Tanda vital meliputi tekanan darah ,denyut nadi ,suhu tubuh ,frekuensi pernapsan
,berat badan ,tinggi badan ,tanda tanda vital mempunyai nilai yang sanggat penting bagi
fungdi tubuh.

Adanya tanda perubahan vital maka mempunyai arti sebagai indikasi adanya kegiatan
organ organ didalam tubuh.pada prinsipnya pemeriksaan tanda vital tidak sellu sama antar
pasien yang satu dan yang lain .tingkat frekuensi pengukuran lebih sering atau lebih ketat
pada pasien dengan tingkat kritis dibandingkan dengan pasien yang tidak kritis atau terlalu
parah .

.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian oksigenasi ?
2. Apa tujuan dan manfaat dari pemasanggan oksigenasi ?
3. Bagaimana cara melakukan tindakan pemasanggan oksigenasi ?
4. Apa yang dimaksud dengan tanda vital ?

6
5. Apa yang dimaksud dengan suhu tubuh ,denyu nadi , tekanan darah ,dan pernapsana
6. Faktor faktor yang mempengaruhi tubuh ?
7. Bagaimana mekanisme tekanan darah ?
8. Bagaimana prosedur pe Untuk mengetahui keadaan keshatan pasien dalam tubuh
9. Untuk mengetahui suhu tubuh pasien
10. Untuk mengetahui dnyut nadi
11. Untuk mengetahui tekanan darah
12. Untuk mengetahui pernapsan pasien
13. ngukuran tanda vital ?

1.3. Tujuan
14. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan teori proses pemasanggan oksigenasi dan penerapan
pada pasien

15. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu menjelaskan tentang oksigenasi dan pemeriksaan TTV
Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari oksigenasi dan pemeriksaan TTV
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemeriksaan TTV
1.4. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan bagi STIKES WILLIAM BOOTH
SURABAYA dalam pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia khusunya
dalam meningkatkan kinerja perawat dan bidan agar dapat memberikan kontribusi
yang optimal kepada Rumah sakit.
2. Bagi Penulis
Untuk menerapkan pengetahuan teori ke dalam praktek dan untuk memperdalam
pengetahuan tentang manajemen sumber daya manusia bidang kesehatan.

7
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1.Konsep Dasar Teori


1. Pengertian

Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia paling mendasar yang digunakan


untuk kelangsungan metabolisme tubuh ,mempertahankan hidup ,dan aktivitas
diberbagai organ dalam sel tubuh.

2. Tujuan pemberian oksigenasi


1) Untuk menyediakan dan merawat keamanan jalan udara
2) Untuk memastikan adanya oksigen (oxygenation )dan ventilasi yang
adekuat
3) Untuk menghindari terjadinya aspirasi (aspiration)
4) Untuk melindungi spinal servikal (cervical spine)

3. faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi


a. faktor fisiologi
1. penurunan kapasitas pembawa oksigen
2. penurunan kapasitas oksigen yang di inspirasi
3. hipoveolemia
4. peningkatan laju metabolisme
5. kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada
b. faktor perkembangan
1. bayi prematur
2. bayi dan todler
3. anak usia sekolah dan remaja
4. dewasa mudah dan dewasa pertantangan.
5. Lansia.
c. faktor perilaku
1. nutrisi
2. latihan fisik

8
3. merokok /narkotika
4. penyalagunaan subtansi
d. faktor lingkungan
1. antiettas.

4. proses filsologis oksigenasi


a. venlitasi
merupakan masuknya (O2) atmosfer
kedalam alveoli dan keluarnya Co2 dari
alveoli ke atmosfer yang terjadi pada saat
repirasi(inspirasi dan ekspirasi )
b. difusi gas
merupakan bergerakan gas O2 dan CO 2

atau pertikel lain dari area yang tekanan


rendah. Dalam di fusi gas ini ,organ
bernapasan yang berperan penting adalah
alveoli dan darah.
c. Transportasi oksigen
Merupakan perpindahan gas dari paru paru
ke jaringan dan dari jaringan keparu paru
dengan bantuan aliran darah .
5. masalah yang berhubungan dengan fungsi pernapsan
1. hypoxia
merupakan kondisi ketidak kecukupan oksigen dalam tubuh dari gas
yang inspirasi ke jaringan .
penyebanya adealah :
1. Gangguan pernapasan
2. Pangguan perdaran darah
3. Gangguan sistem metabilosme
4. Gangguan jaringan untuk mneningkatnya oksigen (nekrose)

2. Hyperventilasi

9
Merupakan jumlah udara dala alveoli melebihi kebutuhan tubuh,bearti
bahwa CO 2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi
Penyebabnya peningkatatan rata rata dan kedalam pernapsan yaitu:
Tanda dan gejala sbb:
1. Pusing
2. Nyeri kepala
3. Henti jantung
4. Koma
5. Ketidak keseimbangan elektrolit

3. Hypoventilasi
Merupakan ketidak kecukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh) , sehingga C02 dipertahankan didalam
aliran darah .hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps
alveoli , obstruk jalan napas, atau efek samping dari beberapa obat :
Tanda dan gejala sbb:
1.napas pendek
2.Nyeri dada
3.sakit kepala ringan
4.pusing dan penglihatan kabur.

4. Cheyne stokes
Bertambah dan berkurang ritme respirasi , dari pernapasan yang
sanggat dalam ,lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal
jantung kongestif ,dan overdosis obat , terjadi dalam keadaan dalam
fisiologis maupun pasiologis.
Fisiologis sbb:
a. Orang yang berada 12000-15000 kaki
b. Pada anak anak yang sedang tidur
c. Pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathogis sbb:
a. Gagal jantung

10
b. Pada pasien aremi (kadar ureum dalam darah melebih 40 mg %)

5. Kussmaul ‘s (hypervilatasi )
Peningkatan keccepatan dan kedalam biasnya melebihi dari 20 x per
menit, dijumpai pada asidodis metabolik ,dan gagal ginjal.

6. Apneu
henti napas, pada gangguan sistem syaraf pusat.

7. Biot ‘s
Napas dangkal , mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dangen
gangguan sistem syaraf pusat .normalnya pernapasan hamya
membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan pernapasan yang disebut
dyspena.

6. Pemeriksaan diagnosa dengan pasien gangguan pernapasan.


1. Metode Morfologis
a. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil
terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat
memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan
yang lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat
member kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung
trachea dan cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk
memastikan karsinoma bronkogenik, atau untuk membuang benda
asing. Setelah tindakan ini pasien tidak bolelh makan atau minum
selama 2 -3 jam sampai tikmbul reflex muntah. Jika tidak, pasien
mungki9n akan mengalami aspirasi ke dalam cabanga
trakeobronkeal.

11
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit
paru yang bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan
cara lain.
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi
berbagai penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan
organisme penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial,
tuberkulosa, serta jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada
sputum membantu proses diagnosis karsinoma paru. Waktu yang
baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi hari bangun tidur
karena sekresi abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu
tidur.

2. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a. Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara
yang keluar masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml).
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV),
yaitu volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi
maksimal setelah inspirasi secara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900
ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV),
yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru
melalui kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000
ml, P = ± 700 ml.
d. Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih
tersisa dlam paru setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P =
±1100 ml. Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua
jenis volume atau lebih dalam satu kesatuan.

12
e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC), yaitu jumlah udara
yang dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa
(IC = IRV + TV)
f.  Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity –
FRC), yaitu jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC =
ERV + RV)
g. Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara
maksimal yang dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus
pernapasan yaitu setelah inspirasi dan ekspirasi maksimal (VC =
IRV + TV + ERV)
Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC), yaitu
jumalh udara maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC
+ RV). L = ± 6000 ml, P = ± 4200 ml.
h. Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang
saluran napas yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml).
L = ± 500 ml.
i. Frekuensi napas (f), yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan
permenit (±15 x/menit). Secara umum, volume dan kapasitas paru
akan menurun bila seseorang berbaring dan meningkat saat berdiri.
Menurun karena isi perut menekan ke atas atau ke diafragma,
sedangkan volume udara paru menungkat sehingga ruangan yang
diisi udara berkurang.
j. Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs). Sampel
darah yang digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).

7. Manifase klinis
a. Bunyi nafas tambahan ( misalnya ronki basah halus, ronki basah
kasar )
b. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
c. Batuk tidak ada atau tidak efektif
d. Sianosis
e. Kesulitan untuk bersuara

13
f. Penurunan bunyi nafas
g. Ortopnea
h. Sputum

8. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yang pernah dialami.
 Pernah mengalami perubahan pola perrnafasan
 Pernah mengalami batuk dengan sputum
 Pernah mengalami nyeri dada
 Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya
gejala2 diatas
b. Riwayat penyakit pernafasan
 Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
 Bagaimana frekuensi setiap kejadian
c. Gaya Hidup
 Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan
perokok

2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis
(karena hipoksia)
b. Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor
c. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
d. Dada
 Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan
aktivitas pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan
pernafsan)
 Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan

14
 Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena
udara/suara melewati saluran/rongga pernafasan)
 Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler,
bronchial)
 Suara nafas tidak normal
 Bunyi perkusi ( resonansi
e. Pola pernafasan
 pernafasan normal
 pernafasan cepat
 pernafasan lambat

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan


pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi


jalan nafas ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
penumpukan sekret/ banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan
nafas.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi,
hipoventilasi, Kelelahan

3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,


perubahan membran kapiler alveolar.

10. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
penumpukan sekret, adanya benda asing dijalan nafas.

 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi, dengan

15
 Kriteria hasil: mendemonstrasikan batuk efektif, dan suara
nafas bersih, tidak ada sianosis dan dispnea, menunjukan jalan
nafas yang paten.

 Intervensi:

 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi misal:


semifowler.

 Lakukan fisioterapi dada jika perlu

 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

 Auskultasi suara nafas dan  catat adanya suara nafas


tambahan misal ronkhi

 Berikan bronkodilator bila perlu

 Kolaborasi dalam pemberian terapi 02.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi,


hipoventilasi, kelelahan.

 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


pasien menunjukan  keefektifan pola nafas , dengan

 Kriteria hasil: Suara nafas bersih, tidak ada siaonsis, dispnea,


menunjukan jalan nafas yang paten (tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak
ada suara nafas abnormal) dan TTV dalam rentang normal

 Intervensi:

 Monitor vital sign

 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

 Lakukan fisioterapi dada jika perlu

 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

16
 Auskultasi suara nafas dan  catat adanya suara nafas
tambahan

 Pertahankan jalan nafas yang paten

 Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

 Berikan bronkodilator bila perlu

 Kolaborasi dalam pemberian terapi 02

3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,


perubahan membran kapiler alveolar.

 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


masalah keperawatan gangguan pertukaran gas teratasi dengan

 Kriteria hasil: mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan


oksigenasi yang adekuat, suara nafas bersih, tidak ada sianosis
dan dispneu, TTV dalam rentang normal

 Intervensi:

 Beri posisi ventilasi maksimal.

 Keluarkan sekret dengan batuk atau section

 Auskultasi suara nafas, dan catat adanya suara nafas


tambahan

 Monotor pola nafas bradipnea, takipnea,

 Monitor TTV, AGD

 Observasi sianosis

 Kolaborasi bronkodilator, nebulezer, dan terapi


oksigenasi

17
2.2Prosedur Tindakan
2.2.1Persiapan Alat
1) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidilfer
2) Nasal kateter/kanus/masker
3) Aquades
4) Hipatix/plester
5) Guntung plester
6) Sarung tanggan
7) Alat tulis(dokumentasian)

2.2.2Persiapan Pasien
1) Jelaskan kepada pasien apa tujuan dari tindakan Posisidorsol recumbent
2.2.3Persiapan Lingkungan
1) Petugas kesehatan harus peka terhadap kondisi dan keadaan pasien dll.
2.2.4Persiapan Diri
1) Untuk pengendalian infeksi petugas harus mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan.
2) Petugas harus memiliki bekal teori tentang pemasangan oksigenasi
3) Sikap petugas : ramah, teliti, tidak ragu-ragu.
2.2.5.Prosedur Tindakan

18
1) Bantu klien dalam posisi semi fowler jika memungkinkan ,untuk memberi
kemudahan ekpansi dada pernapsan lebih mudah.
2) Pasang peraltan oksigen pada selang
3) Nyalakan oksigen dengan aliran sesuai advis
4) Periksa aliran oksigen pada selang
5) Sambung nasal kanull dengan selang oksigen
6) Pasang nasal kanul pada hidung
7) Letakkan ujung kanul kedalam hidung dan selang serta kaitkan dibelakang
telingga atau mengelilinggi kepala .yakinkan kanul masuk dalam tulang
hidung dan tidak ke jaringan tubuh
8) Plester kanul pada sisi wajah ,selibkan kasa dibawah selang pada tulang
pipih untuk mencegah iritasi
9) Kaji respon klien terhadap oksigen dalam 15-30 menit ,seperti warna
,pernapsan, gerakan dada, ketidaknyamanan dll
10) Periksa aliran dan air hummidfler dalam 30 menit
11) Kaji klien secara berkala untuk mengetahui gejala atau tanda klinis
hypoxia ,takhikardi ,cemas ,gelisah, dyspone ,dan sianosis
12) Kaji iritasi hidung klien, beri air /cairan pelumas sesuai kebutuhan untuk
melemaskan mukosa membran
13) dokumenti

19
BAB II
PEMERIKSAAN TANDA VITAL
2.2.6.Konsep Dasar Teori

A. Pengertian tanda vital


Merupakan suatu ukuran stastistik berbagai fisiologis yang dignakan untuk
membantu menentukan status kesehatan seseoraang ,terutama pada pasien
yang secara medis tidak stabil atau memiliki faktor faktor resiko
komplikasi kardiopulmonal dan untuk menilai respon terhadap intervensi.

B. Tujuan pemeriksaan tanda vital

1. Untuk mengetahui keadaan keshatan pasien dalam tubuh


2. Untuk mengetahui suhu tubuh pasien
3. Untuk mengetahui dnyut nadi
4. Untuk mengetahui tekanan darah
5. Untuk mengetahui pernapsan pasien
C. faktor yang mempengaruhi TVV
(internet, 2021)
1. faktor yang mempengaruhi ttv secara umum
a. sters
b. usia
c. jenis klamin
d. genetik
e. ras
f. obesitas atau berat badan berlebih
g. komsumsi garam
h. komsumsi potasium
i. alkohol
j. aktitivitas fisik
k. narkoba

20
2. tanda tanda vital antara lain
 

1. Pengukuran Suhu

Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dengan


panas yang hilang.
 
a. Suhu Inti
Manusia bersifat homeotermik, yaitu, suhu inti dipertahankan sekitar 370
C (Celsius) berapa pun suhu lingkungan eksternal, jika terjadi ketidak
seimbangan, tubuh akan sangat terpengaruh karena manusia tidak dapat
menoleransi perubahan tentang suhu yamg ekstrem. Suhu inti merujuk pada suhu
otak, organ abdomen dan dada, yang merupakan  bagian tubuh yang paling
hangat. Suhu inti biasanya dicapai 2 cm di  bawah permukaan tubuh (Hinchliff et
al, 1996), dengan dua per tiga masa tubuh dipertahankan pada suhu ini.
Pengukuran suhu inti yang paling akurat,
“gold standard”

b. Suhu Perifer
Suhu perifer yang berasal dari kulit dan otot rangka sering kali lebih rendah dari
pada suhu inti dalam hal respons terhadap suhu lingkungan eksternal dan
membantu mengatur suhu inti dengan membantunya menghilangkan dan
mendapatkan panas. Suhu perifer menurun secara proposional sesuai dengan
peninggkatan jarak dari inti sehingga suhu dahi dapat menjadi 34,8oC, lengan
33,6oC, dan kaki 31,1oC
 
c. Efek suhu ekstrem
Mempertahankan suhu tubuh agar tetp konstan merupakan hal yang sangat
penting untuk memastikan fungsi sell dan reaksi kimianya yang optimal, yang
berpengaruh terhadap system tubuh. Hinchliff et al. (1996) menyatakan bahwa
setiap peningkatan suhu tubuh 0,5 0 c akan meningkatkan kebutuhan oksigen
jaringan sebesar 7% disertai dengan  peningkatan frekuensi jantung dan
pernafasan sebagai kompensasinya. Menurut Gould (1994) setiap kenaikan suhu
1,0 0 c menyebabkan  peningkatan frekuensi nadi sebesar 20 denyut per menit dan
frekuensi nafas 7 kali per menit. Ketika suhu naik sampai 40,50 C, mulai terjadi
kerusakan sel. Suhu lebih dari 420C

21
dapat menyebabkan disfungsi otak, koma, kolaps kardiovaskuler, dan kematian.
Penurunan suhu tubuh akan menyebabkan aktivitas otot yang tidak terkoordinasi
dan keletihan, kehilangan kesadaran, aritmia jantung, dan kematian.
 
d.  Nilai normal
Menurut dubois (1948) suhu oral normal berkisar antara 35,8-37,0 C sedangkan
, Fulbrook (1993) mengemukakan bahwa termostat internal berkisar antara 36,9-
37,10. Setiap orang memiliki suhu “normal
yang berkisar di antara rentang tersebut. Kenaikan suhu inti sebesar 10 csulit untuk
dideteksi bila orang tersebut mempunyai suhu normal 36,00c

 
e. Faktor yang memengaruhi suhu tubuh
Penyimpanan dapat terjadi akibat gangguan pada pusat pengaturan suhu di
hipotalmus, menyebabkan peningkatan atau penurunan suhu inti, atau sebagai
respons terhadap infeksi atau inflamasi. Namun, keakuratan pengukuran dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan pengukuran antara lain.

1. Variasi diurnal:
irama sirkadian memengaruhi suhu inti dan perifer. Suhu tubuh terendah di
malam hari, mulai meningkat antara pukul 5 dan 6, memuncak di sore hari,
kemudian menurun
2. Siklus menstruasi:
suhu tubuh menurun pada periode pascamenstruasi dan siklus menstruasi,
meningkat 0,3-0,50 c pada saat ovulasi, kemungkinan terjadi akibat peningkatan
aktivitas endometrium. Peningkatan suhu tubuh ini berlangsung sampai kadar
progesterone menurun sebelum awitan menstruasi
3. iDigestri:
terjadi sedikit peningkatan suhu sebesar 0,1-0,20C pada saat terjadi digesti
normal.
Mandi hangat: dapat meningkatkan suhu tubuh 0,5-1,00C untuk mandi selama 45
menit.

22
4. Demam:
leukosit melepaskan pirogen endogen sebagai respons terhadap stimulasi oleh zat
pirogenik seperti infeksi bakteri, virus dan protozoa dan  jaringan nekrotik.
5. Anestesia umum:
obat-obatan anestesi umum dapat memengaruhi mekanisme homeotermik normal
yang menghilangkan dan meningkatkan  panas, mencetusnya terjadinya panas
(Schonbaum & Lomax, 1991). Menurut Chinyanga (1991), penurunan suhu tubuh
terbesar terjadi selama satu jam pertama anastesia dan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya menggigil pascaanestesisa.
 
6. Alkohol;
meskipun hanya beberapa studi yang menyatakan bahwa alcohol tidak
mempunyai efek atau sedikit sekali pengaruhnya terhadap kenaikan suhu tubuh,
Kalant & Le (1991) menyimpulkan berdasarkan tinjauan literature bahwa alcohol
dalam jumlah banyak akan menurunkan suhu tubuh.
 

Indikasi
Takahashi (1998) menyatakan bahwa pengukuran suhu telah menjadi  bagian
rutin dari asuhan yang diberikan oleh bidan, Meskipun tidak lagi menjadi
tuntutan, pengukuran suhu memiliki reliabilitas yang bervariasi. Akibatnya, bidan
lebih dianjurkan untuk memberikan asuhan secara individual berdasarkan
kebutuhan masing-masing. Takahashi (1998) menyatakan bahwa hanya terdapat
sedikit indicator kesejahteraan untuk wanita pascanatal. Berikit merupakan
indikasi:
a. Pada saat masuk rumah sakit
b. Selama persalinan, biasanya setiap 4 jam atau lebih sering bila ada indikasi
-
c. Setelah pelahiran, terhadap ibu dan bayinya, kemudian sesuai kebutuhan -
d. Bila ada kondisi klinis yang memerlukan baik bagi ibu maupun bayiinya -
e. Persalinan praterm -
f. Transfusi darah

Tempat pengukuran suhu tubuh Tempat pemeriksaan berikut ini bersifat siap
pakai sehingga banyak digunakaan untuk pengukuran suhu:

23
a. Oral ( mulut atau kavitas bukal)
b. Rektal 3.
c. Timpanik (telinga) 4
d. Aksila
Tempat lain yang jarang, tetapi dapat di gunakan:
1. Arteri pulmoner: hanya dapat digunakan pada klien dengan tingkat
ketergantungan asuhan yang tinggi, misalnya, pada unit terapi intensif,
ketika keakuratan merupakan hal yang sangat penting dan hasil
pengukuran dapat diperoleh secara aman
2. Exofagus
3. Kulit: digunakan di lingkungan tertentu, seperti unit perawatan internal
unuk neonates

 Oral
Rasional penggunaan
. Pengukuran suhu melalui oral secara tradisional dianggap sebagai car yang
akurat dan hamper noninvasive. Termometer harus diletakkan di salah satu
kantong sublingual, yang terletak di kedua sisi lidah. Satu cabang arteri karotis,
arteri sublingual terdapat di bawah kantong sublingual (closs, 1987). Darah yaqng
berada di dalam pembuluh darah ini mengalir ke hipotalamus sehingga berespons
sangat cepat terhadap perubahan suhu tubuh. Tempat ini merupakan daerah yang
siap pakai, dengan sedikit rasa tidak nyaman pada ibu, dan kontak minimal
dengan cairan tubuh.

Nilai normal suhu. :


Hasil pengukuran suhu per oral yang dapat diterima adalah antara 35,0C dan
37,30C (Dubois 1948). Suhu di bagian lain dari mulut lebih rendah dari suhu di
kantong sublingual. Suhu di dalam mulut dapat dipengaruhi oleh factor
lingkungan.
Alat yang digunakan:
. Termometer sekali pakai yang terbuat dari kaca dan thermometer elektronik
dapat digunakan untuk pengukuran suhu melalui oral. Dengan menggunakan
pembungkus sekali pakai (bila memungkinkan) dan teknik  pembersihan yang
tepat, infeksi silang dapat dcegah.
• Membran timpani
Rasional penggunaan:

24
. Membantu timpani telinga menerima suplai darah yang sama dengan
hipotalamus dan terletak derkat dengannnya sehingga membrane timpani
dianggap akurat untuk memperkiran suhu inti. Kental auditorius terinsulasi
(mempertahankan suhunya) dan mudah untuk dijangkau.
Alat yang digunakan:
. Penggukuran suhu di membran timpani hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan thermometer timpani khusus.

Keakuratan. :
Keakuratan bergantung pada suhu sekitar di dalam telinga. Berikut ini adalah
factor-faktor yang dapat memengaruhi validitas suhu:
-Kelembapan, misalnya, verniks kaseosa, cairan amnion.
-Infeksi
-Meningkatkan suhu udara, misalnya, incubator
-Kotoran telinga berlebihan
-Pembedahan yang baru dilakukan
Keamanan:
. Teknik ini menggunakan pembungkus sekali pakai, mengurangi  bahaya infeksi
silang. Sudah diteliti secara khusus pada wanita hamil (Yeo et al, 1995), bayi
(Weiss et al, 1994), dan anak-anak (Sherwood Davis & Geck, 1997), yang
ternyata aman untuk semua kelompok usia.

 Rektal
Rasional pengggunaan
. Daerah rektal sudah sejak dulu ditetapkan sebagai daerah yang reliable dan
mudah digunakan untuk mengukur suhu (Fullbrook, 1993). Daerah ini memiliki
suplai darah yang baik (arteri haemoroid), terinsulasi dengan baik dan berkaitan
erat dengan suhu inti. Daerah ini cukup jauh dari inti tubuh tetapi responsnya
terhadap perubahan lebih lamban daripada daerah lain.

Nilai normal suhu


. Nilai normal suhu per rektal, antara 36,10 C dan 37,80C, tercatat lebih tinggi dari
suhu di daerah lain (Closs, 1987). Hal ini terjadi akibat

25
adanya insulin pada daerah tersebut, dan waktu respons yang lambat. Aktivitas
bakteri usus normal juga berpengaruh. Suhu tinggi yang salah dapat terjadi akibat
adanya feses atau inflamasi. Pengunaan daerah ini harus dihindari bila terjadi
diare dan adanya hemoroid dapat membuat prosedur ini terasa sangat tidak
nyaman Keakuratan pembacaan bergantung pada teknik. Temometer rektal harus
dimasukkan dengan kedalaman yang tepat dan lamanya waktu yang benar. Ibu
cenderung merasa tidak nyaman dan malu. Privasi dan martabat harus
diperhatikan. Paksaan harus dihindari untuk mengurangi risiko perforasi anus.
Potensi infeksi silang dan kontaminasi cukup tinggi.

2.2.8
 Aksila
Rasional penggunaan dan nilai normal.
Daerah aksila secara tradisional pernah dianggap sebagai daerah yang paling tidak
akurat dibandingkan daerah lainnya, tetapi penelitian terbaru telah mengubah
pendapat ini. Fulbnrook (1993) menemukan bahwa suhu aksila berhubungan erat
dengan suhu inti. Oleh karena itu, ia menyimpulkan bahwa nilai normal untuk
suhu per aksila orang dewasa sama dengan suhu per oral oran dewasa: 35,8-37,c.
Daerah ini juga disarankan untuk pengukuran suhu tubuh bayi. Adanya rambut
aksila, deodorant atau keringat belum pernah diteliti kaitannya dengan keakuratan
suhu. Ketidakakuratan hasil pemeriksaan akan terjadi bila thermometer terpasang
untuk waktu yang tidak sesuai atau bila ibu mengalami malnutrisi dan lipatan kulit
aksila tidak kontak secara baik dengan thermometer.

Alat yan digunakan.


Termometer elektronik dan thermometer air raksa sekali  pakai yang terbuat dari
kaca dapat digunakan untuk pengukuran suhu per aksila.
Batas normal suhu Usia Suhu ( Derajat Celcius) 3 bulan 37,5 1 tahun 37,7 3 tahun
37,2 5 tahun 37,0 7 tahun 36,8 9 tahun 36,7 13 tahun 36,6
Pengukuran Nadi
 Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat di raba diberbagai tempat pada
tubuh. Nadi merupakan indicator stasus sirkulasi. Sirkulasi merupakan alat
melalui apa sel menerima nutrien dan membuang sampah yang dihasilkan dari
metabolisme. Supaya sel berfungsi secara normal sesuai yang di disribusikan
darah sel sel yang dibutuhkan nutriet.
Cara memeriksa denyut nadi :
Alat dan bahan

26
1. Arloji (jam)atau stop watch
2. Buku catatan nadi
3. Pena
Prosedur kerja
a. Menjelaskan prosedur pada klien
b. Cuci tangan
c. Atur posisi pasien
d. Letakkan kedua lengan terlentang disisi tubuh
e. Tentukan letak anteri (denyut nadi yang akan dihirung )
f. Periksa denyut nadi (anteri )dengan menggunakan ujung jari telunjuk ,
jarih tengah ,dan jari manis , tentukan frekuensi permenitt dan keteraturan
irama dan kekuatan denyutan

2.2.9 pengukuran pernapsan


kelangsungan hidup manusia bergantung pada kemampuan oksigen untuk
mencapai sel sel tubuh berkarbodiaksida dari sel, pernapsan adalah mekanisme
tubuh menggunakan pertukaran udara atmosfer dengan darah serta dengan sel.
Pernapsan termasuk pentilasi ([ergerakan udara masuk dan kjeluar melalui paru
paru )difusi (i pergerakan oksigen dan karbodioksida anatara alveoli dengan sel
darah merah ) perkusi (distribusi darah merah dari danke ke paru paru )frekuensi
kedalam irama gerakan ventilasi menandakan kualitas dan evesiensi ventilasi , tas
diagonic yang mengukur kadar oksigen dan karbondiaksida dalam darah anteri
yang bertujuan mmeberikan informasi yang berguna.
Pemeriksaan pernapasan
Nilai pemeriksaan pernapsan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
sistem pernapsan yang terdiri dan mempertahankan prtukaran oksigen dan karbon
dioksida dalam paru paru dan pengaturan keseimbangan .
Tujuan
1. Mengetahui frekuensi ,irama , dan kedalam nafas.
2. Menilai kemampuan fungsi pernafasan

Alat dan bahan


a. Arjeoli (jam) atau stop wacts
b. Buku catatan
c. Pena

Prosedur kerja :

27
1. Jelaskan tujuan dan tindakan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posis pasien senyaman mungkin
4. Catat hasil
5. Cuci tangan setelah proseur di lakukan

2.2.10 tekanan darah


tekanan darah merupakan kekuatan latereal pada dinding anteri yang di
dorong dengan tekanan dari jantung .tekanan sistem mastis atau anteri
tubuh adalah indicator yang baik tentang kesehatan kardiator yabg baik
tentang kesehatan kardiavaskular. Aliran darah mengalir pada sistem
sirkulasi karena perubahan tekanan darah . darahmengalir dari daerah
tekanan rendah . kontraksi jantung mendorong mendorong kedarah
dengan tekanan tinggi aorta . puncak dari tekanan maksium saat vertikel
rileks , darah yang tetap dalam anteri menimbulkan tekanan diastolic atau
minium. Tekanan diastolic adalah tekanan minimal yang mendesak
dinding anteri setiap waktu .
pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kiri ,kecuali
pada lengan tersebut tercedera . di indonesia tekanan darah biasanya di
ukur mengunakan tensi meter air raksa.

Dalam prosesnya perubahan pada tekananan darah di pengaruhi oleh


beberapa faktor :
1. tolakan frifer
merupakan sistem peredaran farah yang memiliki sistem tekanan
tertinggi (anteri )dan sistem darah terendah (pembuluh kliper dan
vena )diantara keduanya terdapat arteoriola dan pembuluh darah otot
yang halus .

2. gerakan memompah oleh jantong


semakin banyak darah yang di pompa ke dalam anteri dapat
menyebabkan arteria akan mengelembung dan mengakibatkan
betambahnya tekanan darah dan sebaliknya.

3. Volume darah
Bertambahnya darah menyebabkan besarnya tekanan pada anteri.

4. Kekentalan darah
Kekentalan darah dan viskositas ini tergantung pada perbandingan sel
darah merah dengan plasma .semakin kental maka akan akan
mengakibatkan semkain tinggi tekanan dan tenaga yang di perlukan.

Nilai tekanan darah merupakan indicator untuk menilai sistem


kardiovaskular bersama dengan pemeriksaan nadi.

28
Tujuan
Mengetahui nilai tekanan darah

Alat bahan
1.sigmomanometer (tensimeter )yang terdiri dari :manimometer ,air raksa ,klep
tertutup dan terbuka manset udara ,selang karet ,pompa dari karet ,+serkrup
terbuka dan tertutup.
2. steteskop
3. buku catatan
4. pena

Prosedur kerja
1. Menjelaskan prosedur dan tindakan pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang
5. Menangkat lengan baju /membuka
6. Pasang manngset pada lengan kanan /kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa
cubiti (jangan terlalu ketat maupub longgar
7. Tentukan denyut nadi anteri radialis /sinistra
8. Pompa balon udara mngset sampai denyut nadi anteri radialis atau teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik
radiasi teraba.
10. Letakkan diafragma setoskp di atas nadi brakhialis dan kempes balon
11. Catat mm Hg manometerb saat pertama kali denyut nadi teraba kembali
nilai ini menunjukan tekanan sisolik secara palpasi
12. Catat hasil/dokumentasian
13. Merapikan alat,dan menjlaskan kepada pasien bahwa tindakan prosedur
sudah di lakukan

29
30
31
32
33
BAB 3
KESIMPULAN
2.2.11 Kesimpulan
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas unsur vital
dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel –sel tubuh . secara normal elemen ini diperoleh dengan
cara menghirup (O2)setiap kali bernapas dari atmosfer yang kemudian
akan diedarkan diseluruh jaringan
TTV merupakan suatu cara unrtuk mendeteksi adanya perubahan di
dalam tubuh .pengkajian ttv di gunakan pada perawat atau bidan untuk
membantu dan pantau perkembangan pasien saat di rawat.
2.2.12 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
- dapat memberikan asuhan kebidanan kepada pasien
- dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
2. Bagi institusi Pendidikan di harapkan kepada setiap institusi pendidikan
kesehatan dapat lebih mengenalkan tentag berbagai cara Melakukan
pemberian oksigenasi dan pemeriksaan tanda vital kepada mahasiswanya.
3. Mahasiswa kebidanan mengharapkan kepada seluruh mahasiswa untuk lebih
memperdalam ilmu pengetahuan khususnya ilmu tentang kebidanan, dan
mampu memberikan asuhan kebidanan pada setiap pasien dalam praktek
lapangan

34
DAFTAR PUSTAKA

·        Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar  Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1.


Surabaya : Salemba Medika.

Alimul Hidayat, A. Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan09/207314012/bab2.pdf

35
36

Anda mungkin juga menyukai