Kelompok 2
Kelompok 2
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Kelas PTI 2D
SINGARAJA
i
1. Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pada model pembelajaran jigsaw ini
keaktifan siswa (student centered) sangat dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-
kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok
ahli.
1. Persiapan Pembelajaran
a. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan
menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.
b. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian
pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta
banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan
dipelajari oleh siswa.
c. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya
atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2. Rencana Kegiatan Pembelajaran
a. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2
b. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan
semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
c. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang
mencakup semua topik.
d. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau
menghargai prestasi kelompok.
3. Sistem Evaluasi Pembelajaran
a. Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
Kelebihan
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang
bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih
singkat.
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
Kelemahan
3
menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu
penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan
apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk
sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih
tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam
menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal
ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan
agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
“Metode Pembelajaran Jigsaw (Model Team Ahli).” Jasa Pembuatan Skripsi Dan Tesis
0852.25.88.77.47 (WA), idtesis.com/metode-pembelajaran-jigsaw-model-team-ahli/.
4
2. Model pembelajaran Mind Mapping
5
Dalam model pembelajaran Mind Mapping, perlu adanya mind map.Tujuh langkah dalam
membuat mind map, yaitu:
1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan
mendatar, memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar
ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, sebuah gambar bermakna seribu kata
dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih
menarik, membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan
mengaktifkan otak kita.
3. gunakan warna, bagi otak warna sama menariknya dengan gambar. Warna
membuat mind map lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan
menyenangkan.
6
1. Mengaktifkan seluruh otak.
2. Membersihkan akal dari kesusutan mental.
3. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan.
4. Membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling
terpisah.
5. Memberi gambaran yang jelas pada kesuluruhan dan perincian.
6. Memungkinkan kita untuk mengelompokan konsep, membantu kita
membandingkanya.
7. Video Pembelajaran Mind Mapping.
Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) merupakan salah satu yang
termasuk atau tergolong dalam jenis model pembelajaran efektif. namun prosedur dan
pelaksanaannya memiliki spesifik tersendiri yang berbeda dengan model pembelajaran
kooperatif yang lainnya. Model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) adalah
jenis pembelajaran yang tergolong ke dalam model efektif yang tujuannya dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai salah satu alternatif terhadap sturktur
kelas tradisional. Model pembelajaran NHT (Number Head Together) pertama kali
dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan banyak siswa dalam
mengikuti, menelaah, dan dapat menguasai materi dalam suatu pelajaran. Sehingga siswa
dapat mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran yang sedang dipelajari
tersebut.
Pembelajaran efektif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran efektif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa
7
dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.Penerapan pembelajaran efektif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam
Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a. Pembentukan kelompok;
b. Diskusi masalah;
c. Tukar jawaban antar kelompok
Fase 1 : Penomeran
Dalam fase ini, kegiatan yang dilakukan guru ialah membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok yang terdiri antara 4-5 siswa. masing-masing anggota kelompok
memperoleh nomor yang berbeda-beda.
Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Dalam fase yang kedua ini, kegiatan guru selanjutnya adalah memberikan pertanyaan-
pertanyaan kepada siswa. dengan memberikan pertanyaan yang diharapkan bervariasi
dan juga dapat berupa pertanyaan yang spesifik dan tentunya dalam bentuk kalimat
tanya. Misalnya, “Ada berapa provinsi di indonesia?” atau pertanyaan guru dapat
berupa pertanyaan yang mengarahkan siswa. Seperti, “pastikan setiap orang dapat
mengetahui 5 suku yang ada di jawa timur”. Tujuan pemberian pertanyaan ini adalah
untuk mentransformasikan pengetahuan baru ke arah situasi pembelajaran atau
mengarahkan siswa untuk menanggapi materi yanga akan dipelajarinya. Dengan
8
demikian, akan membentuk sebuah situasi penalaran terhadap pengalaman baru yang
akan dipelajari dengan lebih siap untuk dipahami dan diterimanya.
Fase 3 : Berpikir Bersama
Dari pertanyaan tersebut, siswa bersama kelompoknya membahas dan menyatukan
pendapatnya. tiap anggota dalam tim kelompoknya mengetahui jawaban tersebut.
Fase 4 : Menjawab
Pada kegiatan ini, guru memanggil suatu nomor tertentu dengan cara acak. kemudian
siswa yang bersangkutan yang sesuai dengan nomor panggil guru mengacungkan
tangan dan menjawab pertanyaan guru tadi untuk dijawab kepada seluruh kelas.
Fase 5 : Penilaian dan Pemberian Tanggapan
Pada langkah ini, guru meminta siswa yang lain untuk memberikan tanggapan,
jawaban dan masukannya terhadap hasil jawaban siswa pada fase 4. Selanjutnya guru
memanggil dan menunjuk nomor yang lain. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang
sampai berakhirnya nomor pada siswa.
Fase 6 : Kesimpulan
Agar tidak menimbulkan kerancuan atau salah persepsi pada siswa. pada fase ini
langkah guru adalah memberikan kesimpulan dan penjelasan atas pertanyaan dari
jawaban yang disampaikan siswa.
Fase 7 : Evaluasi
Pemberian evaluasi bertujuan untuk mengetahui dan memberikan umpan balik dari
hasil kegiatan yang sudah dilakukan. Pemberian evaluasi ini dapat berupa penilaian
secara lisan dan tulisan. Pemberian tes sebagai hasil akhir dari bentuk kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan oleh guru sesuai dengan keinginan guru yang
bersangkutan. Pemberian tes pada akhir kegiatan pembelajaran menjadi hal terpenting
untuk mengetahui dan menelaah pengunaan model pembelajaran NHT (Number head
Together) itu sendiri dan perkembangan belajar siswa.
9
1. Tidak terlalu cocok diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu yang lama.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena kemungkinan waktu yang
terbatas.
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
10