Anda di halaman 1dari 40

Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN


PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Sufyani Prabawanto
Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail: sufyani@upi.edu

Abstrak
Pemecahan masalah matematis adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran matematika. Kajian ini bertujuan untuk mengembangkan istrumen tes
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dengan demikian, kajian ini diawali
dengan pengungkapan variabel-variabel yang terlibat dalam pemecahan masalah matematis
dan selanjutnya pengembangan isntrumen tes untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Pengembangan istrumen ini didasarkan pada sebuah kerangka
kerja yang terdiri dari empat domain, yaitu resources, heuristic, control, dan belief system.
Hasil kajian ini adalah: (1) penalaran, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir
kreatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemecahan masalah matematis; (2)
pemecahan masalah matemaatis dapat ditinjau berdasarkan strukturnya, berdasarkan
banyaknya langkah esensial yang diperlukan untuk mencapai solusi, berdasarkan
orientasinya, dan berdasarkan penyajiannya.
Kata kunci: instrumen tes, pemecahan masalah matematis

Abstract
Mathematical problem solving is an inseparable part of the process of learning mathematics.
This study aims to develop test instruments for students' mathematical problem solving
abilities. Thus, this study begins with the disclosure of the variables involved in solving
mathematical problems and then developing test instruments to measure students'
mathematical problem solving abilities. The development of this instrument is based on a
framework consisting of four domains, namely resources, heuristics, control, and belief
systems. The results of this study are: (1) reasoning, decision making, critical thinking, and
creative thinking are an inseparable part of mathematical problem solving; (2) solving the
problem of the congregation can be reviewed based on its structure, based on the number of
essential steps needed to reach a solution, based on its orientation, and based on its
presentation.
Keywords: test instruments, mathematical problem solving

PENDAHULUAN menempatkan pemecahan masalah sebagai


Alasan utama keberadaan seorang pusatnya. Untuk itu, sekolah telah diminta
matematisi adalah untuk menyelesaikan untuk menampilkan pemecahan masalah
masalah (Halmos, 1980). Hal yang sama matematis sebagai bagian yang tidak
diungkap oleh Schoenfeld (1985) juga telah terpisahkan dalam proses pembelajaran
membuat pernyataan yang sejenis, tetapi matematika (NCTM, 2000; Depdiknas,
intinya jelas, aktivitas matematis 2006). Meskipun demikian, praktik yang

1|Sufyani Prabawanto, 1-40


Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

terjadi di kelas masih cenderung Kerangka kerja yang digunakan


menampilkan prosedur-prosedur oleh para peneliti pada saat itu, misalnya
penyelesaian, mengerjakan beberapa Kantowski, saat ini dipandang cukup
contoh dari depan kelas, dan kemudian sempit (Santos-Trigo, 2007). Para ahli,
memberikan latihan kepada siswa untuk khususnya Alan Schoenfeld, bekerja
mengikuti cara-cara seperti yang telah memperbaiki hal ini pada 1980-an.
ditampilkan guru di depan kelas. Schoenfeld (1985) mengembangkan suatu
Riset tentang pemecahan masalah kerangka kerja teoritik yang dapat
telah memperoleh banyak perhatian sejak digunakan untuk menginvestigasi
1970-an. Awalnya, penelitian bersifat pemecahan masalah matematis. Kerangka
kuantitatif dengan tujuan untuk kerja ini terdiri dari empat domain untuk
mengidentifikasi karakteristik masalah- menginvestigasi performa pemecahan
masalah sulit, karakteristik siswa (problem masalah matematis. Kerangka kerja ini
solver) yang sukses, dan menginvestigasi adalah:
metode latihan menggunakan heuristic 1. Resources. (Pengetahuan
pemecahan masalah (Lester, 1983). Hasil matematis yang relevan yang telah
observasi Kantowski (1977) dimiliki siswa, misalnya fakta,
menginformasikan bahwa awalnya algoritma, dan pemahaman).
penelitian pemecahan masalah berfokus 2. Heuristic. (Strategi dan teknik
pada hasil pemecahan masalah siswa, untuk menyelesaikan masalah yang
kemudian ia membuat penelitian untuk tidak familiar, misalnya membuat
lebih memahami proses pemecahan gambar, mengenalkan notasi yang
masalah matematis. Kantowski cocok, eksplorasi masalah sejenis,
mengimplementasikan suatu desain pretest- merumuskan kembali).
posttest dengan suatu fase heuristic 3. Control. (Keputusan global dengan
intermediate dari pembelajaran berbasis memperhatikan pemilihan dan
pada Polya (1973). Beberapa temuan penggunaan sumber-sumber dan
Kantowski (1977) adalah, pertama, heuristic, misalnya perencanaan,
penggunaan heuristic mempengaruhi monitoring, dan tindakan
peningkatan dari pretes ke postes. Kedua, metakognitif)
terdapat korelasi antara penggunaan 4. Belief System. (Pandangan
heuristic dan keberhasilan siswa dalam matematis dari individu yang
pemecahan masalah. menentukan tindakannya, misalnya

2|Sufyani Prabawanto, 1-40


Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

kesadaran atau ketidaksadaran meneliti siswa-siswa kelas lima, selama


individu terhadap matematika). sesi soal-soal cerita ia menemukan bahwa
ketidakkokohan pengetahuan matematik
Schoenfeld (1985) menyatakan siswa menghentikan kesuksesan dalam
bahwa dalam banyak kasus sumber-sumber pemecahan masalah. Dengan demikian,
dianggap menjadi penentu utama pada sumber-sumber pengetahuan matematika
keberhasilan dalam pemecahan masalah; merupakan syarat perlu, meskipun belum
hal ini berarti , jika materi matematika yang cukup, untuk keberhasilan dalam
menjadi prasarat untuk suatu masalah pemecahan masalah.
diketahui, maka masalahnya harus dapat Selanjutnya, Resnick menemukan
diselesaikan. Shoenfeld tampaknya tidak bahwa ada yang lebih halus untuk
mengamankan kekurangvalidan anggapan pembelajaran heuristic dari pada yang
ini. Sebagai contoh, matematisi yang disarankan melalui Polya’s actual writing.
mempunyai kekuatan heuristic dan kontrol Sebagai contoh, Riset Resnick (1988)
yag kuat tampaknya mampu menyelesaikan mengimplikasikan bahwa pengajuan
masalah meskipun meskipun beberapa pertanyaan sejenis Polya sering kali terlalu
sumbernya lemah., dan siswa yang umum untuk membantu bagi siswa.
mempunyai sumber-sumber cukup dapat Pengajuan pertanyaan oleh guru seperti
tidak mampu menyelesaikan suatu masalah “Akankah ini membantu untuk
karena sistem belief-nya tidak menggambar diagram?” Pengajuan
memungkinkan koneksi ini dibuat. pertanyaan ini tidak membantu siswa ketika
Perspektif Shoenfeld ini dapat mereka tidak mengetahui diagram apa yang
dimanfaatkan oleh pihak yang masih harus digambar.
menerapkan pembelajaran tradisional Beberapa kurikulum matematika
dengan tidak memasukkan pemecahan sekolah yang dikembangkan menekankan
masalah karena hanya memberi siswa pemecahan masalah sebagai suatu kunci
dengan sumber-sumber matematika dalam utama dari doing and learning mathematics
bentuk lembaran-lembaran isian yang tidak (Coxford, dkk, 1997; Lappan, Fey, Friel,
cukup membekali siswa menghadapi Fitzgerald, & Phillips, 1995). Sejak 1990-
situasi-situasi baru dan berpikir matematis. an, evaluasi-evaluaasi tentang efektivitas
Bagaimana dengan peran dan hasil kurikulum itu dikumpulkan oleh
pengetahuan fakta dasar matematis dan Senk dan Thompson (2003). Secara
prosedur? Resnick (1988) memberikan keseluruhan, temuan-temuannya
jawaban sebagian dari pertanyaan ini. Dia mendukung kurikulum yang berfokus pada
3|Sufyani Prabawanto, 1-40
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

pemecahan masalah. Jika dibandingkan menyatakan mathematika adalah suatu


dengan meteri-materi tradisional, proses pengajuan (posing), penghalusan
pemecahan masalah lebih memberikan (refining), dan penyelesaian masalah
peningkatan keberhasilan siswa dengan (solving problems), tidak hanya sekedar
tugas-tugas non-trivial, interpretasi suatu kumpulan produk yang diselesaikan.
terhadap representasi matematik, dan John Dewey memberikan dorongan
pemahaman konsep, serta tidak menutup untuk pemecahan masalah. Meskipun
kemungkinan performa pada ketrampilan Dewey tidak merujuk secara eksplisit untuk
dasar. Meskipun demikian, pemecahan pemecahan masalah, gagasan reflective
masalah bukan satu-satunya yang istimewa thinking-nya telah dipandang sebagai
pada kurikulum ini, kurikulum juga sinonim dengan pemecahan masalah (Static
mendukung aspek penalaran, konteks & Kilpatrick, 1988). Dewey merasa bahwa
dunia nyata, dan pembelajaran berpusat sebuah kemampuan untuk berpikir reflektif
pada siswa. mampu yang membuat seseorang terbuka
Uraian di atas menunjukkan bahwa pikirannya, hatinya, dan bertanggung jawab
keterlibatan dalam pemecahan masalah adalah lebih penting dari pada ketrampilan
dapat menguntungkan bagi belajar prosedural atau pengetahuan fakta-fakta
matematika siswa dan bahwa memberikan spesifik. Lebih dari pada itu, ketrampilan
siswa dengan fakta-fakta dan prosedur- dan teknik adalah dapat dibangun oleh
prosedur ternyata tidak cukup untuk siswa sendiri ketika mereka belajar dengan
menghasilkan siswa yang mampu dalam pemahaman.
pemecahan masalah. Penelitian seperti ini Alasan akhir perlunya pemecahan
bukan satu-satunya dasar untuk melakukan masalah di dalam matematika sekolah
justifikasi (pembenaran) tentang dikaitkan dengan koneksi antara kurikulum
pemecahan masalah dimasukkan di dalam sekolah dan kehidupan siswa setelah
dokumen-dokumen kebijakan. Ada juga sekolah. Lesh dan Zawojewski (2007)
argumen-argumen filosofis penting yang mencatat saat ini, “there is a growing
dibuat tentang pemecahan masalah di recogniotion that a serious mismatch exists
dalam pendidikan matematika. (and is growing) between the low-level
Terdapat suatu argumen tentang skills emphasized in test-driven curriculum
pemecahan masalah yang berbasis pada materials and the kind of understanding
konsep matematika sebagai “dinamic, and abilities that are needed for success
problem-driven” (Ernest dalam Thomson, beyond school” (h. 764). Di sisi lain,
1992, h. 132). Dari perspektif ini, Ernest pemecahan masalah mendorong munculnya
4|Sufyani Prabawanto, 1-40
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

kreativitas, fleksibilitas, dan berpikir apa yang dimaksud dengan istilah


metakognitif yang dikerjakan sesuai dengan “masalah”. Para ahli maupun para guru
kebutuhan-kebutuhan profesional dan matematika masih belum sepakat tentang
kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. makna istilah “masalah”. Sebagai contoh,
Dengan kata lain, dengan belajar Polya (1973) membedakan antara authentic
pemecahan masalah, siswa mempunyai problems dan routine problems. Routine
kesempatan lebih banyak dalam problem didefinisikan sebagai suatu tugas
menyiapkan diri untuk menghadapi yang dapat selesesaikan dengan cara
berbagai aspek kehidupannya setelah mensubtitusikan data tertentu ke dalam
menyelesaikan sekolah. penyelesaian umum yang dihasilkan
Kajian ini akan mengungkap sebelumnya, atau dengan mengikuti
variabel-variabel yang terlibat dalam langkah-demi langkah, tanpa menelusur
pemecahan masalah matematis dan originalitas masalahnya. Sebaliknya,
mengembangkan isntrumen tes untuk authentic problem adalah suatu tugas di
mengukur kemampuan pemecahan masalah mana metode solusinya tidak diketahui
matematis siswa. Utuk itu, pertanyaan yang sebelumnya (NCTM, 2000).
diajukan dalam kajian ini adalah: Hal serupa dikemukakan oleh
1. Variabel-variabel apa saja Gilfeather & Regato (1999) membagi
yang terlibat dalam masalah menjadi dua jenis, yaitu masalah
pemecahan masalah rutin dan masalah tidak rutin. Dari
matematis? pembagian jenis masalah ini, secara
2. Bagaimana mengembangkan implisit, baik Polya maupun Gilfeather dan
isntrumen tes untuk Regato memberikan pemahaman bahwa
mengukur kemampuan masalah adalah sesuatu yang harus dicari
pemecahan masalah penyelesaiaannya, dengan mengabaikan
matematis? faktor kendala, yaitu cara penyelesaiannya
belum diketahui.
Pengertian Masalah Matematis Sebuah masalah terjadi ketika
Sebagaimana diungkapkan di muka, seseorang berhadapan dengan sebuah
pembelajaran matematika sudah selayaknya situasi yang harus diselesaikan tetapi ia
menempatkan pemecahan masalah sebagai tidak tahu cara untuk mentransformasikan
pusatnya. Sebelum membahas lebih kauh situasi itu menuju tujuan yang
tentang pemecahan masalah matematis ini, diinginkannya. Dalam sebuah monograph,
perlu untuk mengklarifikasi terlebih dahulu
5|Sufyani Prabawanto, 1-40
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

On Problem Solving, seorang Gestaltist, algoritmanya tidak tersedia, maka dalam


Karl Duncker mendefinisikan, “latihan” algoritma yang ada pada siswa
“A problem arises when a dapat digunakan secara langsung untuk
living creature has a goal menyelesaikan soal itu.
but does not know how this Mervis (Hoosen, 2001)
goal is to be reached. mendefinisikan sebuah masalah sebagai "a
Whenever one cannot go question or condition that is difficult to
from the given situation to deal with and has not been solved" (h. 2).
the desired situation simply Sementara itu, Lester (Hoosen, 2001)
by action, then there has to menyatakan "A problem is a situation in
be recourse to thinking. which an individual or group is called upon
Such thinking has the task to perform a task for which there is no
of devising some action, readily accessible algorithm which
which may mediate determines completely the method of
between the existing and solution" h. 2.
desired situations” Buchanan (1987) mendefinisikan
(Robertson, 2005, h. 2). masalah matematis sebagai masalah “tidak
rutin” yang memerlukan lebih dari
NCTM (2000) menyatakan bahwa prosedur-prosedur yang telah siap (ready-
suatu masalah sebagai “a task for which the to-hand procedures) atau algoritma-
solution method is not known in advance” algoritma dalam proses solusinya. Menurut
(h. 52). Menurut Kantowski (1977), Blum and Niss (1991), “a problem is a
seseorang dihadapkan dengan suatu situation which has certain open questions
masalah ketika ia menghadapi suatu that "challenge somebody intellectually
pertanyaan dan ia tidak dapat menjawabnya who is not in immediate possession of
atau suatu situasi di mana ia tidak mampu direct methods/procedures/ algorithms, etc.
menyelesaikan dengan dengan segera sufficient to answer the question" (h. 37).
menggunakan pengetahuannya (using the Dengan demikian, sebuah masalah adalah
knowledge immediately available) yang ada relatif terhadap individu yang terlibat; hal
padanya. Kantowski juga membedakan ini berarti bahwa satu masalah bagi
antara masalah (problem) dan latihan seseorang mungkin menjadi sebuah latihan
(exercise). Jika di dalam “masalah” bagi orang lain. Sebagai contoh, 3 + 4
algoritma yang siswa punyai tidak serta- mungkin sebuah masalah bagi anak pra-
merta dapat digunakan atau bahkan sekolah tetapi tidak bagi siswa SMP.
6|Sufyani Prabawanto, 1-40
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Dalam Becoming a better problem atau pengalaman yang dihadapi oleh


solver 1 (Ohio Department of Education, individu untuk kali pertama dan, dengan
1980) dinyatakan bahwa suatu masalah demikian, tidak ada prosedur yang siap
matematis mempunyai empat elemen, yaitu untuk menanganinya. Individu itu harus
(1) situasi yang melibatkan suatu merancang sendiri metode solusinya yang
pernyataan awal (initial state) dan menggambarkan berbagai ketrampilan,
pernyataan tujuan (goal state), (2) pengetahuan, strategi, dan lain-lain, yang
situasinya harus melibatkan matematika, telah pernah dipelajarinya. Dengan
(3) seorang harus menghendaki suatu demikian, hal yang membuat suatu itu
solusi, dan (4) ada beberapa rintangan masalah atau bukan masalah tergantung
(blockage) antara pernyataan yang pada pengetahuan orang yang
diberikan dan pernyataan yang menghadapinya karena tugas yang sama
diinginkannya (the given and desired dapat merupakan bukan masalah bagi
states). Definisi ini mempunyai suatu seseorang dan merupakan masalah bagi
komponen afektif (kehendak untuk orang lain.
menemukan suatu solusi) yang tidak Sebagai contoh, soal berikut adalah
terdapat pada definisi-definisi sebelumnya. mungkin merupakan masalah bagi
Kilpatrick (Kulm, 1984) kebanyakan siswa SMP. Jika suatu enceng
mendefinisikan suatu masalah sebagai “a gondok menutupi suatu danau dua kali lipat
situation in which a goal is to be attained dalam 24 jam, dan semua bagian danau itu
and a direct route to the goal is blocked" tertutupi dalam 60 hari, berapa lama enceng
(h. 2). Dalam cara yang sama, Mayer gondok itu menutupi setengah danau itu?
(2009) menyatakan bahwa suatu masalah Masalah seperti ini merupakan jenis
terjadi ketika seseorang dihadapkan dengan masalah yang disebutnya sebagai insight
suatu “given state” dan orang itu ingin problem karena siswa (problem solver)
mencapai suatu “goal state”. Ketiga dituntut untuk mampu menemukan suatu
definisi di atas merujuk pada pernyataan metode solusinya.
awal (initial state) dan pernyataan tujuan Pemecahan masalah rutin
(goal state) dalam suatu situasi masalah menekankan pada penggunaan prosedur
(problem situation). atau algoritma yang telah diketahui untuk
Esensi dari definisi-definisi tentang menyelesaikannya. Masalah rutin dengan
masalah (beberapa ahli lain memberi istilah satu, dua, atau banyak langkah
masalah tidak rutin) di atas adalah bahwa penyelesaian dapat secara mudah dinilai
sebuah masalah merupakan tugas (task) dengan menggunakan paper and pencil
7|Sufyani Prabawanto, 1-40
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

test, khususnya yang berfokus pada harus dipecahkan seseorang dan orang yang
penggunaan algoritma. Mungkin karena menghadapiny itua tidak serta merta
itulah masalah rutin banyak dimanfaatkan menyadari ada suatu metode
oleh para guru. Apa yang siswa lakukan penyelesaiannya.
dalam proses bekerja menuju suatu Pemecahan masalah menekankan
penyelesaian suatu tugas matematis sudah pada penggunaan heuristic. Heuristic
semestinya merujuk pada pemecahan adalah suatu strategi untuk memperoleh
masalah, yang menekankan proses yang solusi suatu masalah. Strategi ini bersifat
terlibat, tidak sekedar pada jawab akhirnya. umum sehingga belum menjamin
Dari perspektif ini banyak soal cerita rutin ditemukannya solusi suatu masalah.
(routine word problem) yang muncul dalam Beberapa contoh heuristic dalam
buku-buku text bukan dirancang sebagai pemecahan masalah matematis diantaranya
masalah matematis. Soal-soal itu hanya adalah menemukan pola, membuat tabel,
sebagai latihan-latihan (exercises). membangun model, menggunakan gambar,
Mayer & Wittrock (2006) menyederhanakan masalah, dan bekerja
menyatakan, “problem solving is cognitive mundur (working backwards).
processing directed at achieving a goal Pengembangan Instrumen Tes
when no solution method is obvious to the Pengembangan kemampuan
problem solver” h.287. Definisi ini memuat pemecahan masalah matematis merupakan
empat kata kunci, yaitu: (1) kognitif, suatu proses kumulatif yang tergantung
artinya, pemecahan masalah terjadi di pada pengalaman belajar siswa (learning
dalam sistem kognitif seseorang dan hanya experience) tentang pemecahan masalah
dapat disimpulkan dari tingkah laku orang matematis. Kilpatrick (Kulm, 1984)
itu, (2) proses, artinya pemecahan masalah mengungkap bahwa kemampuan
meliputi penggunaan proses kognitif untuk pemecahan masalah matematis siswa
mempersepsi dan merepresentasi masalah dipengaruhi oleh tiga variabel utama.
itu dalam sistem kognitif seseorang, (3) Ketiga variabel utama itu adalah variabel
diarahkan, artinya, pemecahan masalah subyek, variabel tugas, dan variabel situasi.
diarahkan oleh tujuan yang ditetapkan, dan Dalam setiap kegiatan pemecahan masalah
(4) personal, artinya, pemecahan masalah matematis, ketiga variabel utama itu tidak
tergantung pada pengetahuan dan berdiri sendiri secara terpisah, tetapi
ketrampilan seseorang. Secara umum, ketiganya terlibat secara interaktif dan
pemecahan masalah adalah proses kognitif sangat menentukan berhasil tidaknya siswa
tentang tranformasi suatu kondisi yang dalam pemecahan masalah matematis.
8|Sufyani Prabawanto, 1-40
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Variabel-variabel subyek (subject lebih terbuka untuk dimanipulasi dari pada


variables) adalah variabel-variabel yang yang lainnya.
mendeskripsikan atau mengukur atribut- Kilpatrick mengingatkan bahwa
atribut spesifik dari subyeknya, dalam hal kegagalan mempertimbangkan variabel-
ini siswa. Kilpatrick (Kulm, 1984) variabel ini dalam menyeleksi kelompok
mengklasifikasikan variabel-variabel eksperimen dapat menjadi bagian yang
subyek ini menurut kemudahan bertanggung jawab pada lemahnya
dimodifikasikannya atau perbedaan-perbedaan yang ditemukan
dimanipulasikannya. Variabel-variabel antara metode-metode pembelajaran.
subyek yang tidak terbuka atau sukar untuk Keberhasilan atau kegagalan siswa dalam
dimodifikasi adalah variabel-variabel pemecahan masalah ditentukan pula oleh
organismic. Contoh untuk variabel-variabel mental set. Mental set adalah
organismic adalah usia, jenis kelamin, kecenderungan untuk menyelesaikan
status sosial-ekonomi, dan lokasi tempat masalah-masalah tertentu dalam cara yang
tinggal. Kilpatrick mencatat bahwa kecuali tetap (fixed) berdasarkan pada situasi
variabel jenis kelamin, hanya sedikit studi sebelumnya untuk masalah yang sejenis.
mempertimbangkan variabel organismic Misalnya seorang siswa SMP dihadapkan
yang lain dibandingkan dengan dengan soal, “Jika suatu enceng gondok
mendeskripsikan sampel. menutupi suatu danau dua kali lipat dalam
Variabel-variabel sifat (trait 24 jam, dan semua bagian danau itu
variables) merupakan variabel-variabel tertutupi pada hari ke-60, pada hari ke
subyek yang dapat dimodifikasi melalui berapa enceng gondok itu menutupi
proses, seperti pembelajaran. Contoh untuk setengah danau itu?” Siswa tersebut
variabel-variabel sifat adalah gaya kognitif mungkin akan gagal memeroleh
(cognitif style), sikap, persistensi, ingatan jawabannya karena ia selalu berpikir
matematis (mathematical memory), atau “bekerja maju” dalam memecahkan
kemampuan estimasi solusi suatu masalah masalah.
matematis. Akhirnya, variabel-variabel Dalam istilah yang sangat umum,
sejarah pembelajaran (instructional history variabel situasi mendiskripsikan
variables) merupakan variabel-variabel lingkungan fisis, psikologis, atau sosial
yang mendeskripsikan sekolah, topik pada saat terjadi pemecahan masalah.
matematis yang dipelajari, atau Beberapa variabel situasi dapat muncul
pembelajaran pemecahan masalah yang bersamaan dengan variabel tugas tertentu,
diterima oleh subyek. Beberapa variabel ini yang disebut oleh Kilpatrick (Kulm, 1984)
9|Sufyani Prabawanto, 1-40
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

sebagai variabel-variabel format. Pentingnya variabel situasi dalam


Lingkungan fisik dapat meliputi tipe ruang pemecahan masalah dikemukakan oleh
(ruang kelas, laboratorium, luar rang kelas, Nunokawa (2002) “his understanding of
dll.), sifat ruang (nyaman, merangsang, the situation supported his generation of
familiar, dll.), dan ketersedian sumber- subgoals, and those subgoals influenced his
sumber (kalkulator, alat ukur, benda-benda understanding positively or negatively”
manipulatif, dll.). Penataan psikis meliputi (h.1).
segala sesuatu yang mendiskripsikan tujuan Pemecahan masalah berhubungan
dari suatu kejadian (test, pembelajaran, dengan istilah-istilah lain seperti berpikir
latihan, dll.), tipe prosedur (evaluatif, (thinking), penalaran (reasoning),
preskriptif, disgnostis, dll.), dan sifat pembuatan keputusan (decision making),
lingkungan belajar (tipe atau banyaknya berpikir kritis (critical thinking), dan
umpan balik, kualitas, atau kantitas berpikir kreatif (creative thinking) (Mayer
interaksi). & Wittrock, 2006). Berpikir merujuk pada
Variabel-variabel situasi ini sangat proses kognitif siswa (problem solver).
berkaitan dengan motivasi subyek dalam Ditinjau dari sifatnya, berpikir meliputi
memecahkan suatu masalah (Kulm, 1984). berpikir langsung (directed thinking) yang
Lingkungan sosial, meskipun tidak secara merupakan pemecahan masalah dan
eksplisit didiskusikan oleh Kilpatrick berpikir tidak langsung (undirected
(Kulm, 1984), tetapi tampaknya cocok thinking), seperti melamun (daydreaming).
masuk dalam ketegori variabel-variabel Dengan demikian, berpikir merupakan
situasi. Lingkungan sosial ini aktivitas yang lebih luas dari pemecahan
mendiskripsikan kelompok (ukuran, tujuan, masalah dan pemecahan masalah
tipe, dll.) atau hubungan antara subyek dan merupakan bagian dari berpikir, yaitu
peneliti (kepribadian, familiaritas, dll). berpikir langsung.
Variabel-veriabel situasi tidak Penalaran, pengambilan keputusan,
menekankan pada diskripsi tugas atau berpikir kritis, dan berpikir kreatif adalah
subyek, tetapi diluar keduanya. Kilpatrick himpunan (subset) bagian dari pemecahan
(Kulm, 1985) mencatat bahwa meskipun masalah (Mayer & Wittrock, 2006).
variabel situasi ini seringkali hanya Penalaran merujuk pada pemecahan
memperoleh perhatian sedikit dari peneliti, masalah dengan tugas spesifik menarik
tetapi mungkin dapat memberikan efek suatu konklusi dari premis-premis dengan
yang tidak terduga oleh peneliti pada menggunakan aturan-aturan logis
tampilan (performace) pemecahan masalah. berdasarkan pada deduksi atau induksi.
10 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Sebagai contoh, jika siswa mengetahui kreatif meliputi membangun suatu hipotesis
bahwa semua bangun yang mempunyai dan berpikir kritis meliputi menguji
empat buah sisi adalah segiempat dan hipotesis itu. Berpikir kreatif dan berpikir
semua persegi mempunyai empat buah sisi, kritis dapat tercakup dalam penelaran dan
maka dengan deduksi siswa dapat pengambilan keputusan (Mayer &
menyimpulkan bahwa semua persegi Wittrock, 2006).
adalah segiempat. Jika siswa diberikan Berdasarkan strukturnya, masalah
barisan bilangan 2, 4, 6, 8, kemudian dapat dibedakan dalam dua jenis: (1)
dengan induksi ia dapat menyimpulkan masalah terdefinisi secara sempurna (well-
bahwa bilangan berikutnya adalah 10. defined) atau masalah tertutup, dan (2)
Pengambilan keputusan merujuk masalah terdefinisi secara lemah (ill-
pada pemecahan masalah dengan tugas defined) atau masalah terbuka (Schraw,
spesifik yang tujuannya memilih satu dari Dunkle, & Bendixen, 1995; Mayer &
dua atau lebih alternatif berdasarkan Wittrock, 2006). Masalah tertutup adalah
beberapa kriteria. Sebagai contoh, sebuah masalah yang tersajikan dalam bentuk
tugas pengambilan keputusan adalah “well-structured” yang terformulasikan
memutuskan apakah seseorang lebih secara jelas (clearly formulated tasks). Di
memilih memperoleh uang dengan pasti dalam masalah jenis ini, terdapat satu
sebesar Rp. 1.000,00 atau berpeluang 1% jawaban benar dan dapat dipecahkan
memperoleh uang Rp. 100.000,00. Dengan dengan suatu cara tertentu (fixed ways).
demikian, penalaran dan pengambilan Jenis masalah ini meliputi masalah dengan
keputusan bagian pemecahan masalah yang content specific routine multiple-step dan
ditandai dengan tugas-tugas spesifiknya. masalah berbasis non-routine heuristic.
Berpikir kreatif dan berpikir kritis Masalah routine content-specific
merujuk pada aspek-aspek spesifik dari multiple-step, juga dikenal sebagai
pemecahan masalah. Berpikir kreatif “challenge problems”. Challenge problems
meliputi membangun alternatif yang sesuai ini dalam diterapkan dalam pembelajaran
dengan kriteria untuk mencapai suatu untuk pemecahan masalah (teaching for
solusi, sedangkan berpikir kritis meliputi problem solving) dengan tujuan utama
evaluasi sebaikmana beragam alternatif itu memecahkan masalah-masalah pada topic
sesuai dengan kriteria, seperti menentukan tertentu. Tipe challenge problems ini
jawaban yang mana yang terbaik untuk digunakan untuk menilai suatu kemampuan
suatu masalah. Sebagai contoh, dalam siswa yang disebut higher order analytical
sitiasi pemecahan masalah sain, berpikir thinking skills (Yee, 2002). Sedangkan non-
11 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

routine closed problems dapat lebih banyak informasi tentang bagaimana


dimanfaatkan untuk ketrampilan berpikir siswanya memecahkan masalah matematis.
dan heuristic dan dapat pula digunakan Siswa menggunakan pengetahuan
dalam pembelajaran tentang pemecahan pengukuran yang diperolehnya, mereka
masalah (teaching about problem solving) menggunakan berbagai strategi
(Yee, 2002). Pembelajaran ini menekankan “pembagian” dan model-model yang
pada penggunaan strategi heuristic seperti berbeda dan notasi skema untuk
use guess and check, working mendukung proses berpikirnya.
systematically, try simpler cases, tabulate Tingkat kompleksitas suatu masalah
data, dan look for a pattern. matematis sangat tergantung pada
Sebuah masalah terbuka atau kompleksitas pengetahuan dan
masalah yang terdefinisi secara lemah (ill- keterampilan siswa yang dituntut untuk
defined problem) ditandai dengan adanya menyelesaikan masalah itu. Florida
suatu pernyataan masalah, formulasi Department of Education (2008) membagi
masalah, pernyataan tujuan, dan/atau kompleksitas masalah matematis menjadi 3
operasi-operasinya kurang terspesifikasi kategori, yaitu: (1) masalah dengan
secara jelas. Apa yang membuat suatu kompleksitas rendah (low complexity), (2)
masalah termasuk terdefinisi secara jelas masalah dengan kompleksitas sedang
atau terdefinisi secara lemah tergantung (moderate complexity), dan (3) masalah
pada karakteristik masalahnya. Masalah dengan kompleksitas tinggi (high
terbuka ini sering kali berupa masalah complexity). Kompleksitas suatu masalah
terbuka pendek (short open-ended matematis sangat tergantung pada
problems). Masalah berbentuk seperti ini pengetahuan dan keterampilan siswa yang
dapat digunakan dalam pembelajaran diperlukan untuk merespon atau
matematika melalui pemecahan masalah menyelesaikan masalah itu.
yang menekankan belajar konsep dan Masalah dengan kompleksitas
ketrampilan matematis. Caroll (1999) rendah banyak menekankan pada aspek
menemukan bahwa masalah short open- mengingat tentang konsep dan prinsip yang
ended dapat digunakan untuk memeriksa sudah dipelajari siswa. Masalah ini secara
secara cepat tentang pemahaman konsep umum ditandai dengan tuntutan kepada
dan berpikir siswa. Situasi open-ended ini siswa untuk melaksanakan beberapa
memungkinkan siswa untuk menunjukkan prosedur mekanis dan tidak memunculkan
apa yang mereka ketahui dan juga metode atau solusi original dari siswa.
memungkinkan guru untuk memperoleh Keterampilan yang diperlukan untuk
12 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

merespon masalah dengan kompleksitas Ketrampilan yang diperlukan untuk


rendah ini menurut Florida Department of merespon masalah dengan kompleksitas
Education (2008, h. 3) adalah: sedang ini menurut Florida Department of
• solving a one-step problem; Education (2008, h. 3) adalah:
• computing a sum, difference, • solving a problem requiring
product, or quotient; multiple operations;
• evaluating a variable • solving a problem involving
expression, given specific spatial visualization and/or
values for the variables; reasoning;
• recognizing or constructing an • selecting and/or using different
equivalent representation; representations, depending on
• recalling or recognizing a fact, situation and purpose;
term, or property; • retrieving information from a
• retrieving information from a graph, table, or figure and
graph, table, or figure; using it to solve a problem;
• identifying appropriate units or • determining a reasonable
tools for common estimate;
measurements; or • extending an algebraic or
• performing a single-unit geometric pattern;
conversion. • providing a justification for
steps in a solution process;
Masalah dengan komplesitas sedang • comparing figures or
menuntut berpikir lebih fleksibel dari pada statements;
masalah dengan kompleksitas rendah. • representing a situation
Masalah dengan kompleksitas sedang ini mathematically in more than
menuntut suatu respon di luar kebiasaan one way; or
siswa (beyond the habitual) dan biasanya • formulating a routine problem,
mempunyai lebih dari satu langkah untuk given data and conditions.
sampai pada solusinya. Siswa dituntut
untuk memutuskan apa yang dikerjakan Masalah dengan komplesitas tinggi
dengan menggunakan metode penalaran sangat menuntut berpikir siswa. Siswa
informal, strategi pemecahan masalah, dan harus melibatkan penggunaan penalaran
menggunakan keterampilan dan yang lebih abstrak, perencanaan, analisis,
pengetahuan dari berbagai domain. dan berpikir kreatif. Keterampilan yang
13 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

diperlukan untuk merespon masalah dengan Jika dikaitkan dengan definisi


kompleksitas tinggi ini menurut Florida masalah yang telah dibahas pada bagian
Department of Education (2008, h. 3) terdahulu maka tampak bahwa ketiga jenis
adalah: “masalah matematis” menurut Florida
• performing a procedure having Department of Education itu tidak
multiple steps and multiple semuanya termasuk masalah matematis.
decision points; Berdasarkan pengertian masalah, yang
• solving a non-routine problem termasuk masalah matematis adalah
(as determined by grade-level masalah dengan kompleksitas sedang dan
appropriateness); tinggi. Sedangkan masalah dengan
• solving a problem in more than kompleksitas rendah adalah bukan masalah
one way; matematis, melainkan merupakan latihan
• describing how different (exercise).
representations can be used for OECD (2009) memaparkan faktor-
different purposes; faktor penyokong tingkat kesulitan item tes
• generalizing an algebraic or dan kemahiran matematis (mathematical
geometric pattern; profeciency) yang ditampilkan dalam PISA.
• explaining and justifying a Faktor-faktor itu meliputi: (1) interpretasi,
solution to a problem; (2) refleksi, (3) representasi, (4)
• describing, comparing, and keterampilan matematis, dan (5)
contrasting solution methods; argumentasi matematis yang diperlukan
• providing a mathematical untuk mencapai suatu solusi. Interpretasi
justification; dan refleksi diperlukan untuk
• analyzing similarities and menyelesaikan suatu item tes berkaitan
differences between procedures dengan konteks masalah yang tersajikan.
and concepts; Melalui interpretasi dan refleksi, siswa
• formulating an original dapat menentukan apakah konteks masalah
problem, given a situation; yang dihadapinya itu masih perlu dibangun
• formulating a mathematical konstruksi matematisnya ataukah
model for a complex situation; konstruksi matematisnya sudah tersedia.
or Jenis kegiatan representasi
• analyzing or producing a diperlukan untuk menyelesaikan suatu item
deductive argument. tes dapat berupa membangun satu model
representasi atau mengganti dari satu
14 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

model representasi ke model represntasi Akhirnya, jenis dan tingkat masalah


lainnya. Sedangkan jenis dan tingkat berdasarkan pada argumentasi matematis
ketrampilan matematis yang diperlukan yang diperlukan untuk menyelesaikannya
untuk menyelesaikan suatu item tes ini adalah masalah tanpa diperlukan argumen;
dapat berupa keterampilan matematis masalah yang menerapkan argumen yang
sederhana atau keterampilan matematis telah dikenal siswa dengan baik; dan
yang melibatkan lebih banyak pengetahuan masalah di mana siswa harus membangun
matematis tinggi, seperti pemecahan sendiri argumen matematisnya, atau
masalah. Jenis ketrampilan matematis memeriksa argumen yang diberikan atau
pertama biasanya berkenaan dengan membuktikan.
“single-step problems”, dan jenis Polya (1981) mengidentifikasi dua
ketrampilan matematis ke dua biasanya kategori masalah, yaitu (1) masalah-
berkenaan dengan “multi-step problems” masalah untuk menemukan dan (2)
(OECD, 2009). masalah-masalah untuk membuktikan.
Berdasarkan strategi yang Blum dan Niss (1991) juga
diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengidentifikasi dua macam masalah
matematis, Polya (Billstein, Libeskind,& matematis, yaitu (1) masalah-masalah
Lott, 1993, h. 3) mengidentifikasi beberapa matematis yang mana situasi dan
jenis strategi, yaitu, pertanyaannya berkaitan dengan dunia
(1) Look for a pattern. nyata (di luar matematika) dan (2) masalah-
(2) Examine related problems and masalah murni matematis (pure
determine if the same mathematical problems) yang melekat
tecknique can be applied. secara keseluruhan dalam matematika.
(3) Examine a simpler or special Sedangkan Fai (2005) membagi masalah ke
case of teh problem to gain dalam empat tipe, yaitu closed-routine,
insignt into the solution of the closed non-routine, open-ended with goals
original problem. known and open-ended
(4) Make a table. investigations/projects. Selanjutnya,
(5) Make a diagram. NCTM (2000) secara implisit menyatakan
(6) Write an equation. bahwa masalah matematis dapat muncul
(7) Use guess and check. dalam konteks matemtika dan di luar
(8) Work backward. konteks matematika.
(9) Indentify a subgoal. Vondracek & Pittman (2006)
menyatakan bahwa terdapat tiga tipe
15 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

masalah matematis, yaitu prosedural, minggu, berapa pasang sepatu yang


konseptual, dan aplikasi. Masalah terjual?”
procedural menuntut siswa untuk: (1) Masalah penerapan tidak rutin
memilih dan menerapkan operasi-operasi menuntut siswa untuk: (1) mengidentifikasi
atau prosedur-prosedur yang benar, (2) tipe masalah yang ditampilkan, (2)
memodifikasi prosedur-prosedur jika memutuskan apakah terdapat informasi
diperlukan, (3) membaca dan yang cukup, (3) memilih hanya informasi
menginterpretasi grafik, charta, dan table, yang perlu, (4) menerapkan strategi
(4) mengistimasi dan mengurutkan pemecahan masalah yang tepat, dan (6)
bilangan, dan (5) menggunakan formula- menentukan apakah jawabannya masuk
formula. Contoh masalah procedural, akal. Contoh masalah penerapan/tidak
“Sebuah perusahaan jasa penggiriman rutin, “Amir bekerja memasang kancing di
barang akan memasukkan 3.144 printer perusahaan konfeksi. Ia memasang kancing
dalam beberapa box. Setiap box diisi 12 untuk 27 baju setiap jam. Ia memulai
buah printer. Berapa banyak box diperlukan bekerja jam 9.00 dan istirahat jam 12.00
oleh perusahaan itu?” selama 45 menit. Pada jam berapa Amir
Masalah konseptual menuntut siswa selesai memasang kancing untuk 135
untuk: (1) memahami konsep dasar baju?”
matematis, (2) mengidentifikasi dan Keadaan ini dapat disajikan secara
menerapkan konsep-konsep dan prinsip- ringkas sebagai kategori-kategori
prinsip matematika, (3) membandingkan pengkodean terbuka, sebagaimana tersaji
dan mengintegrasikan konsep-konsep dan dalam gambar 1 berikut ini.
prinsip-prinsip, (4) menginterpretasikan
dan menerapkan symbol dan istilah-istilah
dalam matematis (mathematical terms), dan
(5) mendemonstrasikan pemahaman
tentang hubungan antara bilangan-bilangan,
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip. Contoh
masalah konseptual, “Seorang sales
(penjual) sepatu menerima gaji mingguan
Rp. 225.000,- setiap minggu ditambah Rp.
3.000,- untuk setiap pasang sepatu yang
terjual. Jika ia memperoleh total
pendapatan Rp. 336.000,- dalam satu
16 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Aspek yang Terlibat (Mayer & Wittrock, 2003)

Struktur (Schraw, Dunkle, & Bendixen, 1995)


Berpikir
Kritis Ill- Langkah Penyelesaian (OECD, 2009)
Structured
Berpikir Satu Orientasi Sajian (Polya, 1981)
Kreatif Well- Langkah
Structured Membangun Model Sajian (Fai, 2005)
Pengambilan Dua
Keputusan Konsep
Langkah Cerita
Penalaran Menerapkan
Banyak Kalimat
Konsep
Langkah Matematika
Membuktikan
Gambar

Gambar 1
Kategori-Kategori Terbuka pada Pengembangan Instrumen Pemecahan Masalah
Matematis

Sebagaimana diungkap pada bagian matematis siswa Sekolah Menengah


terdahulu, kemampuan penalaran, Pertama. Untuk itu, masalah tertutup
pengambilan keputusan, berpikir kritik, dan maupun masalah relevan untuk
berpikir kreatif merupakan bagian yang mengungkap aspek yang menekankan
tidak terpisahkan dari kegiatan pemecahan kemampuan berpikir kritis dan berpikir
masalah matematik siswa, artinya, keempat kreatif. Masalah tertutup berarti masalah
aspek kemampuan matematis itu secara matematis itu mempunyai jawaban tunggal
serentak, tidak dapat dipilih salah satu atau meskipun siswa mungkin mempunyai
beberapa dari padanya, harus dimasukkan banyak cara untuk memperoleh jawaban
sebagai aspek-aspek yang dilibatkan dalam itu. Alasan pemilihan jenis masalah ini
tugas pemecahan masalah matematik siswa. adalah untuk memberi peluang kepada
Dengan demikian, rancangan tugas siswa untuk melakukan eksplorasi secara
pemecahan masalah matematis yang luas dalam dalam memastikan bahwa
disiapkan dalam penelitian ini harus jawaban yang diperolehnya itu benar,
melibatkan keempat aspek kemampuan dengan menerapkan cara lain untuk
matematis itu. menyelesaikan masalah itu. Sedangkan
Fokus studi ini mengembangkan masalah terbuka sangat tepat untuk
instrumen tes pemecahan masalah mengembangkan kemampuan berpikir
17 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

kreatif siswa karena masalah terbuka matematis. Untuk itu, masalah yang
bersifat divergen di mana satu masalah diajukan berorientasi pada penerapan
yang diajukan mempunyai banyak jawaban. konsep, bukan membangun konsep.
Alasan pemilihan jenis masalah ini karena Sedangkan masalah yang berkaitan dengan
masalah dengan sruktur ini pada umumnya tugas membuktikan tidak dikembangkan
lebih menantang dan menuntut kemampuan dalam penyusunan instrumen tes ini dengan
kognitif yang lebih komplek karena tingkat pertimbangkan bahwa pembuktian ini
kesulitannya lebih tinggi dari pada masalah memerlukan kemampuan deduksi dan
berstruktur tertutup. akurasi yang tinggi, sementara level
Pada umumnya, tingkat kesulitan kognitif siswa Sekolah Menengah Pertama
masalah matematis ditentukan pula oleh pada umumnya belum mencapai pada
banyak langkah esensial yang diperlukan. kemampuan deduksi dan akurasi itu.
Dengan mempertimbangkan level siswa Akhirnya, model penyajian masalah yang
yang akan menghadapi masalah matematis dipilih dalam studi ini meliputi dua bentuk
ini adalah siswa Sekolah Menengah penyajian, yaitu bentuk cerita dan bentuk
Pertama, maka instrumen tes yang gambar. Bentuk kalimat matematika
dikembangkan untuk mengungkap sengaja tidak dijadikan bentuk tersendiri
kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penyajian tugas matematik karena
ini dibatasi pada masalah yang memerlukan bentuk ini dapat ditempatkan dalam kedua
dua atau tiga langkah esensial. bentuk lainnya.
Selanjutnya, Studi yang akan Dengan demikian, keadaan ini dapat
dilakukan melalui instrumen tes ini lebih disajikan secara ringkas sebagai kategori-
bersifat mengungkap kemampuan kategori axial sebagaimana tersaji dalam
pemecahan masalah matematis, bukan gambar 2 berikut ini.
berorientasi membangun kemampuan

18 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Struktur (Schraw, Dunkle, & Bendixen, 1995)

Ill-Structured Langkah Penyelesaian (OECD, 2009)

Well-Structured Banyak Langkah Orientasi Sajian (Polya, 1981)

Menerapkan Konsep Model Sajian (Fai, 2005)

Cerita

Gambar

Gambar 2
Kategori-Kategori Axial pada Pengembangan Instrumen Masalah Matematis

Dari gambar 2 tampak bahwa terdapat Menengah Pertama. Variasi masalah


8 variasi/ jenis soal dapat dikembangkan matematis ini dituangkan dalam bentuk
untuk mengungkap kemampuan pemecahan kisi-kisi soal tentang masalah matematis,
masalah matematis siswa Sekolah sebagaimana tersaji dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1
Kisi-Kisi Soal tentang Masalah Matematis
No Stuktur Masalah Model Penyajian Nomor Soal
1 Tertutup Bentuk Cerita 1, 2, 3, 4, 5, 6
2 Terbuka Bentuk Cerita 7, 8, 9, 10, 11, 12
3 Tertutup Bentuk Gambar 13, 14, 15, 16, 17, 18
4 Terbuka Bentuk Gambar 19, 20, 21, 22, 24, 24

Butir-Butir Soal Masalah Matematis masing berbentuk persegi berukuran


Siswa Sekolah Menengah Pertama 3 cm x 3 cm. Jika ada kertas hasil
1. Memotong Kertas pemotongan itu yang tidak
Selembar kertas berbentuk berukuran 3 cm x 3 cm kita
persegipanjang berukuran 13 cm x 4 buang, berapa lembar kertas kecil
cm kita potong menjadi beberapa itu paling banyak yang dapat kita
kertas kecil yang sama, masing- buat?

19 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Jawaban Soal no. 2 (Memotong Kertas)

Dari gambar tampak bahwa banyak Pada hari ke-58: ¼ bagian


kertas kecil paling banyak yang danau tertutupi enceng gondok.
dapat dibuat adalah 4 buah. Analisis Soal.
Analisis Soal. Struktur masalah :
Struktur masalah : Tertutup
Tertutup Model Penyejian : Soal
Model Penyejian : Soal cerita
cerita Strategi Penyelesaian : Bekerja
Strategi Penyelesaian : mundur
Membuat gambar Langkah penyelesaian: 2
Langkah penyelesaian: 2 langkah
langkah 3. Usia Tiga Wanita
2. Enceng Gondok Rata-rata usia tiga orang wanita
Jika suatu enceng gondok adalah 26 tahun. Usia mereka tidak
menutupi suatu danau dua kali lebih dari 30 tahun. Berapa usia
lipat dalam 1 hari dan pada hari terrendah yang mungkin dari
ke-60 semua bagian danau itu wanita-wanita itu?
tertutupi enceng gondok, pada Jawaban Soal no. 3 (Usia Tiga
hari ke berapa seperempat bagian Wanita)
danau itu tertutupi enceng Usia terrendah dari seorang wanita
gondok? yang mungkin terjadi jika dua
Jawaban Soal no. 2 wanita lainnya berusia 30 tahun.
(Enceng Gondok) (2 x 30 + n) : 3 = 26
Pada hari ke-60: Semua bagian 20 + 1/3 n = 26
danau tertutupi enceng gondok. 1/3 n = 6
Pada hari ke-59: ½ bagian n = 18
danau tertutupi enceng gondok. Cara lain, dengan membuat tabel.

20 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Analisis Soal. Jadi jika sawah itu dicangkul


Struktur masalah : oleh pak Amir dan Agus maka
Tertutup perlu waktu 2 hari.
Model Penyejian : Soal Analisis Soal.
cerita Struktur masalah :
Strategi Penyelesaian : Tertutup
Persamaan atau tabel Model Penyejian : Soal
Langkah penyelesaian: 2 cerita
langkah Strategi Penyelesaian :
4. Mencangkul Sawah Membuat persamaan
Pak Amir mempunyai sebidang Langkah penyelesaian: 3
sebidang sawah. Ia ingin sawah langkah atau lebih
ini dicangkul untuk persiapan 5. Menggunakan Komputer
ditanami padi. Jika sawah itu Sekelompok siswa akan
dicangkul oleh pak Amir sendiri menggunakan beberapa komputer di
maka menghabiskan waktu 6 laboratorium komputer. Jika setiap
hari, tetapi jika sawah itu komputer digunakan oleh dua orang
dicangkul oleh Agus (anak pak maka ada tiga siswa yang tidak
Amir) maka menghabiskan mendapat komputer. Jika setiap
waktu 3 hari. Berapa hari yang komputer digunakan oleh tiga orang
diperlukan jika sawah itu maka ada tiga komputer yang tidak
dicangkul oleh pak Amir dan terpakai. Berapa banyak siswa dan
Agus bersama-sama? berapa unit komputer yang tersedia
Jawaban Soal no. 4 di laboratorium itu?
(Mencangkul Sawah) Jawaban Soal no. 5
Pak Amir: 6 hari = 1 bagian (Menggunakan Komputer)
sawah. Jadi 1 hari = 1/6 a. Banyak Komputer (n)
bagian sawah. Banyak Siswa
Agus: 3 hari = 1 bagian (s)
sawah. Jadi 1 hari = 1/3 bagian 1
sawah. 2x1+3
Pak Amir dan Agus: 1 hari = 2
1/6 + 1/3 = ½ bagian sawah. 2x2+3
1 bagian sawah = 2 hari.
21 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

3 6. Nomor Mobil
2x3+3 Nomor-nomor mobil di suatu
n negara selalu berupa bilangan 4
2xn+3 angka. Selain itu, jumlah keempat
b. Banyak Komputer (n) angka tersebut harus habis dibagi 5.
Banyak Siswa Berapakah nomor terbesar yang
(s) diperbolehkan di negara itu?
4=1+3 Jawaban Soal no. 6 (Nomor
3 Mobil)
5=2+3 Misal nomor itu ABCD
3x2 A + B + C + D = 5k, k adalah
6=3+3 bilangan cacah.
3x3 Nomor terbesar diperoleh dari:
n = (n – 3) + 3 a. Tiga digit pertama berisi 999.
3 x (n – 3) Jadi A = B = C = 9.
Dari a dan b diperoleh, b. Satu digit terakhir adalah D.
s = 2n + 3 dan s = 3n – 9 9 + 9 + 9 + D = 27 + D habis
0 = n -12, atau n = 12. dibagi 5. Pilihannya nya D = 3
Akibatnya s = 27 atau 8
Jadi banyak komputer adalah Pilih D = 8 (karena terbesar)
12 unit dan banyak siswa 27 + 8 = 35 habis dibagi 5.
adalah 27 orang. Jadi nomornya adalah 9998.
Analisis Soal. Analisis Soal.
Struktur masalah : Struktur masalah :
Tertutup Tertutup
Model Penyejian : Soal Model Penyejian : Soal
cerita cerita.
Strategi Penyelesaian : Strategi Penyelesaian :
Membuat tabel, mencari pola Persamaan, keterbagian oleh 5.
dan persamaan Langkah penyelesaian: 3
Langkah penyelesaian: 3 langkah atau lebih.
langkah atau lebih 7. Balok Kecil di dalam Kotak
Sebuah kotak dengan ukuran bagian
dalamnya 50 cm x 70 cm x 75 cm.
22 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Terdapat balok-balok kecil masing- Langkah penyelesaian: 2


masing berukuran 15 cm x 20 cm x langkah
12,5 cm dimasukkan ke dalam 8. Akuarium dan Balok Kayu
kotak itu. Berapa balok kecil paling Sebuah akuarium berbentuk balok
banyak dapat dimasukkan ke dalam (kotak) dengan luas alas 400 cm2
kotak itu? diisi air setinggi 25 cm. Sebuah
Jawaban Soal no. 6 (Balok Kecil balok besi dimasukkan ke dalam
di dalam Kotak) akuarium itu dan ketinggian air naik
Ukuran bagian dalam kotak: menjadi 30 cm. Jika ukuran luas
50 cm x 70 cm x 75 cm alas dan tinggi balok besi
1 balok kecil berukuran: 15 cm merupakan bilangan asli, berapa
x 20 cm x 12,5 cm tinggi balok besi itu?
2 balok kecil berukuran: 30 cm Jawaban Soal no. 13 (Akuarium
x 40 cm x 25 cm dan Balok Kayu)
3 balok kecil berukuran: 45 cm Volume air mula-mula: 400 x 25 =
x 60 cm x 37,5 cm 10.000 cm3
4 balok kecil berukuran: 60 cm Volume air dan balok besi: 400 x 30
x 80 cm x 50 cm (gagal) = 12.000 cm3
Analisis Soal. Volume balok besi: 2.000 cm3
Struktur masalah : Terbuka Tinggi balok besi (t) = Volume
Model Penyejian : Soal balok besi (2000) : Luas alas balok
cerita besi (L)
Strategi Penyelesaian : Gess
and check

L T
400 5
250 8
200 10
125 16
100 20
80 25

23 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

jatuh pada tanggal genap: 1, 8, 15,


t = 2000/L 22, 29 (Salah karena banyak genap
Jika L = 400 maka t = 5 < banyak ganjil)
Jika L = 250 maka t = 8 2, 9, 16, 23, 30 (benar)
Jika L = 200 maka t = 10 Jadi tanggal itu adalah 2, 16, dan
Jika L = 125 maka t = 16 30.
Jika L = 100 maka t = 20 Analisis Soal.
Jika L = 80 maka t = 25 Struktur masalah : Terbuka
Analisis Soal. Model Penyejian : Soal
Struktur masalah : Terbuka cerita
Model Penyejian : Soal Strategi Penyelesaian : Tebak
cerita dan periksa
Strategi Penyelesaian : Langkah penyelesaian: 2
Persamaan, tabel langkah.
Langkah penyelesaian: 2
langkah 10. Menyimpan Kelereng
9. Mencari Hari Amir menyimpan kelereng dalam 9
Suatu bulan mempunyai lima hari dus masing-masing sama banyak.
minggu. Hari minggu tanggal genap Jika Amir mengambil semua
lebih banyak dari hari minggu kelereng dari 6 dus dan
tanggal ganjil. Tanggal genap didistribusikan/dibagikan sama
manakah yang jatuh pada hari banyak ke setiap dus lainnya maka
minggu itu? isi dus-dus itu bertambah tidak lebih
Jawaban Soal no. 9 (Mencari dari 10 kelereng. Berapa banyak
Hari) kelereng Amir?
Tanggal-tanggal yang jatuh pada
hari minggu dan tiga diantaranya
Jawaban Soal no. 10 (Menyimpan Kelereng)

1 2 3 4 5 6 7 8 9
Misal: Banyak kelereng setiap dus mula-mula n butir

24 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Pertambahan kelereng dalam tiga dus lainnya masing-masing m butir.


9 n = 3 n + (3 x m), 9 n = 3 n + 3m, 6 n = 3m, m = 2n
N M
1 2
2 4
3 6
4 8
5 10

 Jika banyak kelereng setiap Strategi Penyelesaian :


dus mula-mula 1 butir maka Gambar, persamaan, tabel.
pertambahan kelereng dalam Langkah penyelesaian: 3
tiga dus lainnya 2 butir. langkah atau lebih
 Jika banyak kelereng setiap 11. Bermain di Lapangan
dus mula-mula 2 butir maka Ahmad, Budi, dan Candra bermain
pertambahan kelereng dalam di sebuah lapangan. Jarak antara
tiga dus lainnya 4 butir. Ahmad dan Budi 4 m, sedangkan
 Jika banyak kelereng setiap jarak antara Budi dan Candra 3 m.
dus mula-mula 3 butir maka Berapa jarak antara Ahmad dan
pertambahan kelereng dalam Candra?
tiga dus lainnya 6 butir. Jawaban Soal no. 11 (Bermain di

 Jika banyak kelereng setiap Lapangan)

dus mula-mula 4 butir maka


pertambahan kelereng dalam
tiga dus lainnya 8 butir.
 Jika banyak kelereng setiap
dus mula-mula 5 butir maka
pertambahan kelereng dalam
tiga dus lainnya 10 butir.
Analisis Soal.
Struktur masalah : Terbuka
Model Penyejian : Soal
cerita

25 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

A C B C

 Jarak antara Ahmad dan Struktur masalah : Terbuka


Candra adalah 1 m jika A, B, Model Penyajian : Soal
dan C segaris; dan C antara Cerita
A dan B. Strategi Penyelesaian :
 Jarak antara Ahmad dan Membuat gambar
Candra adalah 7 m jika A, B, Langkah penyelesaian: 3
dan C segaris; dan B antara langkah atau lebih
A dan C. 12. Menyusun Koin
 Jarak antara Ahmad dan Kamu diminta untuk menyusun
Candra adalah 5 m jika BC suatu himpunan koin-koin baru.
tegak lurus terhadap AB. Semua koin berbentuk lingkaran,

 dll tetapi diameternya berdeda.

Analisis Soal.

Peneliti telah menemukan sistem selanjutnya harus paling


koin yang ideal, adalah sebagai sedikit 30% lebih besar.
berikut: 3) Mesin pembuat koin hanya
1) Diameter koin-koin itu tidak dapat memproduksi koin-
kurang dari 15 mm dan tidak koin dengan diameternya
lebih dari 45 mm. merupakan bilangan asli
2) Jika diberikan sebuah koin, dalam milimeter (contoh: 17
maka diameter koin mm dapat diproduksi, tetapi

26 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

17,3 mm tidak dapat Jadi susunan 2 adalah koin


diproduksi) berdiameter 16 mm, 21 mm, 28
Jika kamu diminta menyusun mm, dan 37 mm.
himpunan koin-koin yang Susunan 3:
memenuhi syarat-syarat di atas, Koin 1 berdiameter 17 mm
berapakah diameter koin-koin di 17 + (0,3 x 17) = 22,1
dalam himpunan kamu itu? Koin 2 berdiameter 23 mm
Jawaban Soal no. 12 (Menyusun 23 + (0,3 x 23) = 29,9
Koin) Koin 3 berdiameter 30 mm
Susunan 1: 30 + (0,3 x 30) = 39
Koin 1 berdiameter 15 mm Koin 4 berdiameter 39 mm
15 + (0,3 x 15) = 19,5 39 + (0,3 x 39) = 50,7
Koin 2 berdiameter 20 mm Koin 5 tidak dapat diproduksi
20 + (0,3 x 20) = 26 karena lebih besar dari 45 mm.
Koin 3 berdiameter 26 mm Jadi susunan 3 adalah koin
26 + (0,3 x 26) = 33,8 berdiameter 17 mm, 23 mm, 30
Koin 4 berdiameter 34 mm mm, dan 39 mm.
34 + (0,3 x 34) = 44,2 dst.
Koin 5 berdiameter 45 Analisis Soal.
Jadi susunan 1 adalah koin Struktur masalah : Terbuka
berdiameter 15 mm, 20 mm, 26 Model Penyajian : Soal
mm, 34 mm, dan 45 mm. Cerita.
Susunan 2: Strategi Penyelesaian : Mulai
Koin 1 berdiameter 16 mm dari yang sederhana,
16 + (0,3 x 16) = 20,8 persamaan.
Koin 2 berdiameter 21 mm Langkah penyelesaian: 3
21 + (0,3 x 21) = 27,3 langkah atau lebih.
Koin 3 berdiameter 28 mm 13. Menyusun Kartu
28 + (0,3 x 28) = 36,4 Lima buah kartu berukuran sama
Koin 4 berdiameter 37 mm disusun sehingga membentuk
37 + (0,3 x 37) = 48,1 sebuah bangun persegipanjang
Koin 5 tidak dapat diproduksi ABCD seperti pada gambar di
karena lebih besar dari 45 mm bawah ini.

27 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

D C

A B

Jika keliling persegipanjang ABCD Analisis Soal.


tersebut adalah 44 cm, berapa cm Struktur masalah :
luas daerah persegipanjang ABCD Tertutup
itu? Model Penyajian :
Jawaban Soal no. 13 (Menyusun Gambar/Geometris.
Kartu) Strategi Penyelesaian :
Misal panjang dan lebar kartu Persamaan
berturut turut adalah a dan b. Langkah penyelesaian: 3
2a = 3b dan 2a + 3b + 2(a + b) = 44 langkah atau lebih
------ 2a + 3b + 2a + 2b = 44 14. Menghitung Banyak Segitiga
3b + 3b + 3b + 2b = 44 ----- 11b = Berapakah banyak segitiga di bawah
44 ---- b = 4 dan a = 6 ini?
Jadi luas daerah ABCD = 24 cm2

Jawaban Soal no. 14 (Menghitung Segitiga)

1 (3+1)+1 (5+3+1) +(2+1)+1 (7+5+3+1)+ (3+2+1)+ (2+1)+ 1


28 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Jadi banyak segitiga adalah 26 Model Penyajian :


Analisis Soal. Gambar/Geometris.
Struktur masalah : Strategi Penyelesaian : Pola
Tertutup Langkah penyelesaian: 3
langkah atau lebih

15. Luas Daerah Persegipanjang


Perhatikan gambar berikut!
Luas daerah A, B, dan C berturut-turut adalah
B D 90 cm2, 120 cm2, dan 36 cm2. Jika C adalah
A C bangun persegi, berapa luas daerah D?

Jawaban Soal no. 15 (Luas Strategi Penyelesaian :


Daerah Persegipanjang) Penalaran
Luas daerah C = 36 cm2. C adalah Langkah penyelesaian: 3
bangun persegi. Maka sisi C = 6 langkah atau lebih
cm 16. Persegi Warna Putih dan Persegi
Luas daerah A = 90 cm2 dan lebar Warna Hitam
A = 6 cm. Maka panjang A = 15 Persegi-persegi hitam dilingkupi
cm. oleh persegi-persegi putih disusun
Luas daerah B = 120 cm2 dan dalam berbagai cara seperti pada
panjang B = 15 cm. Maka lebar B gambar di bawah ini.. Pada gambar
= 8 cm. 1 atau gambar 2, terdapat 3 buah
Luas daerah D = 8 x 6 = 48 cm2 persegi berwarna gelap dilingkupi
Analisis Soal. oleh 12 buah persegi putih.
Struktur masalah : Berapakah maksimal banyaknya
Tertutup persegi hitam dapat dilingkupi oleh
Model Penyajian : 84 buah persegi putih?
Gambar/Geometris.

29 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Gambar 1 Gambar 2
Jawaban Soal no. 16 (Persegi Warna Putih dan Persegi Warna Hitam)
Persegi Putih Maksimal Persegi Hitam
84 30 x 10 = 300
25 x 15 = 350
22 x 18 = 396
20 x 20 = 400

Jadi, banyak maksimal persegi Strategi Penyelesaian : Pola


hitam adalah 400. Langkah penyelesaian: 3
Analisis Soal. langkah atau lebih
Struktur masalah :
Tertutup
Model Penyajian :
Gambar.
17. Menyusun Kartu Jawaban Soal no. 17 (Menyusun
Sembilan buah kartu berukuran Kartu)
sama disusun
sehingga membentuk
persegipanjang seperti
pada gambar di samping. Misal setiap kartu mempunyai
panjang m dan lebar n.
Luas daerah persegipanjang tersebut 4m x (m + n) = 180 dan 4m = 5n
adalah 180 satuan luas. 5n (5/4 n + n) = 180 --- 5n (9/4 n) =
Berapa satuan panjang keliling 180 ---- 45/4 n2 = 180 ---- 45 n2 – 720 = 0
persegipanjang itu?

30 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

n2 – 16 = 0 ---- (n – 4)(n + 4) = 0 --- Langkah penyelesaian: 3


- n = 4 atau n = -4 (tidak mungkin) langkah atau lebih.
jadi setiap kartu mempunyai ukuran
lebar (n) 4 cm dan panjang (m) 5 cm. 18. Membagi Daerah
Keliling persegipanjang yang Gambar berikut ini suatu
terbentuk = 2 (4 x 5) + 2(4 + 5) = 58 cm. daerah yang dibangun oleh
Analisis Soal. 13 persegi satuan dan
Struktur masalah : tiletakkan dalam sistem
Tertutup koordinat kartesius. Jika PQ
Model Penyajian : adalah ruas garis yang
Gambar. membagi daerah itu menjadi
Strategi Penyelesaian : dua bagian sama besar dan
Persamaan koordinat O adalah (0,0),
tentukan koordinat P!

O (0,0)

Jawaban Soal no. 20 (Membagi Jadi, koordinat titik P adalah (5 ,


Daerah) 9/5)
Luas daerah seluruhnya = 13 Analisis Soal.
persegi satuan. Struktur masalah :
Luas daerah di bawah garis OP = 6 Tertutup
½ persegi satuan Model Penyajian : Gambar
Luas daerah segitiga di bawah garis Strategi Penyelesaian :
OP = 4 ½ persegi satuan Gambar, persamaan
½ x 5 x t = 4 ½ --- t = 9/5 = 1 4/5 Langkah penyelesaian: 3
satuan panjang. langkah atau lebih.

31 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

19. Luas Persegipanjang


Sebuah tali panjangnya 50 cm. persegi panjang, seperti tampak
Tali itu dibuat bangun geometri pada gambar berikut ini

50 m
D C
Keliling persegi panjang ABCD adalah 50 cm.
A B
Jika ukuran panjang dan lebar bangun itu merupakan bilangan asli (dalam cm).
Carilah luas daerah persegi panjang itu!
Jawaban Soal no. 19 (Luas Persegipanjang)
Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)
24 1 24
23 2 46
22 3 66
21 4 84
.
.
13 12 156

Analisis Soal. Strategi Penyelesaian : Tabel


Struktur masalah : Langkah penyelesaian: 2
Terbuka langkah.
Model Penyejian : 20. Jam Dinding
Gambar Perhatikan jarum jam berikut ini!

Sebuah jam dinding menunjukkan Berapakah besar sudut yang


pokul 10.20. dibentuk oleh jarum jam dan jarum
menit?

32 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Jawaban Soal no. 20 (Jam Struktur masalah : Terbuka


Dinding) Model Penyejian : Gambar
Pada jam 10.00 Sudut terkecil yang Strategi Penyelesaian : Mulai
dibentuk oleh jarum jam dan menit dengan kasus yang lebih
adalah 600. Pada jam 10.20. Jarum sederhana.
jam bergeser (berkurang) 20/60 x 30 Langkah penyelesaian: 3
=100 menuju bilangan 12, jarum langkah atau lebih
menit bergeser (bertambah) 1200 21. Keliling Bangun Persegipanjang
dari bilangan 12. Sudut terkecil Berikut ini terdapat 24 potong
pada 10.20 adalah 60 – 10 + 120 = kertas berbentuk bangun persegi,
1700 ; dan sudut terbesarnya 1900 . masing-masing berukuran 1 cm x
Analisis Soal. 1 cm.

Jika kertas-kertas itu dihubung- Faktor-faktor dari 24 adalah


hubungkan satu sama lain 24, 12, 8, 6, 4, 3, 2, dan 1.
sehingga membentuk sebuah Pasangan faktor-faktor di
bangun persegipanjang, berapa atas (faktor pertama sebagai
keliling bangun persegipanjang panjang dan faktor kedua
yang terbentuk? sebagai lebar) yang yang
Jawaban Soal no. 21 (Keliling hasil kalinya 24, seperti pada
Bangun Persegipanjang) tabel berikut:
 Dengan beberapa gambar
persegipanjang.
 Dengan tabel
Luas daerah persegi panjang
yang terbentuk adalah tetap,
yaitu 24 cm2.

33 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Panjang (cm) Lebar (cm) Keliling (cm)


24 1 50
12 2 28
8 3 22
6 4 20

Analisis Soal.
Struktur masalah : Terbuka 22. Menyusun Kartu
Model Penyajian : Gambar Sembilan buah kartu masing-
Strategi Penyelesaian : Gambar masing berbentuk bangun
atau tabel persegipanjang dan berukuran 4 cm
Langkah penyelesaian: 3 x 5 cm, seperti tampak pada gambar
langkah atau lebih berikut.

Jika kartu-kartu itu dihubung- Jawaban Soal no. 22 (Menyusun


hubungkan satu sama lain sehingga Kartu)
membentuk bangun persegipanjang, Bentuk 1.
berapa keliling persegipanjang itu?

Keliling = 2 x (20 + 9) = 58 cm.


Bentuk 2.

Keliling = 2 x (36 + 5) = 82 cm.


Bentuk 3.

34 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Keliling = 2 x (45 + 4) = 98 cm.


Analisis Soal.
Struktur masalah : Terbuka
Model Penyajian : Gambar
Strategi Penyelesaian : Gambar
Langkah penyelesaian: 3 langkah atau lebih.

23. Pohon Apel dan Pohon Pelindung tiupan angin kencang ia menanam
Seorang petani menanam pohon- pohon pohon pelindung mengelilingi
pohon apel pada suatu kebun. Untuk kebun itu, seperti tampak pada gambar.
melindungi pohon-pohon apel itu dari
= pohon pelindung
= pohon apel

Jika petani menanam 4 batang Jawaban Soal no. 23 (Pohon apel


pohon apel di kebun itu, berapa dan pohon pelindung)
pohon pelindung paling sedikit (1) pohon apel ditanam segaris,
diperlukan?

35 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Untuk pola tanam segaris, diperlukan 20 pohon pelindung


(2) pohon apel ditanam mengikuti bentuk persegipanjang.

Untuk pola tanam segaris, 24. Permainan


diperlukan 24 pohon pelindung Dalam suatu permainan, seorang
(3) Pohon apel ditanam dengan pemain mendapat nilai 1 (satu) jika
pola lainnya. ia dapat menjawab pertanyaan
Analisis Soal. dengan benar dan mendapat nilai -1
Struktur masalah : Terbuka (negatif satu) jika ia menjawab
Model Penyajian : Gambar salah. Data sorang pemain
Strategi Penyelesaian : digambarkan pada grafik berikut
Gambar. ini.
Langkah penyelesaian: 3
langkah atau lebih
Nilai
3 A (7,3)

0 Pertanyaan ke
2
-1

-2

Pemain tersebut menjawab 2 (dua) 5 (lima) pertanyaan berikutnya


pertanyaan pertama dengan salah. dengan benar.

36 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Titik A(7,3) pada grafik di atas SIMPULAN


menunjukkan posisi pemain itu Uraian variabel tugas pada
sudah menjawab tujuh pertanyaan pemecahan masalah matematis di atas
dan mendapat nilai 3. dapat dirangkum sebagai berikut:
Dengan melanjutkan permainan ke a. Penalaran, pengambilan
pertanyaan kedelapan sampai keputusan, berpikir kritis, dan
dengan kesebelas, posisi pemain berpikir kreatif merupakan bagian
tersebut berada di titik (11,n). yang tidak terpisahkan dari
Tentukan n yang mungkin. pemecahan masalah matematis.
Jawaban Soal no. 24 b. Berdasarkan strukturnya, masalah
(Permainan) matematis dapat berupa masalah
Posisi pemain di titik (11, n) dari dengan struktur sempurna (well
posisi sebelumnya (7, 3) defined) dan masalah dengan
Penambahan pertanyaan 4 buah, struktur lemah (ill defined).
yaitu pertanyaan ke 8, 9, 10, dan 11. c. Berdasarkan banyaknya langkah
Jika pertanyaan itu dijawab 1 benar esensial yang diperlukan untuk
(3 salah) maka nilainya -2. Jadi, n = 3 -2 = sampai pada solusi meliputi
1. masalah dengan banyak langkah
Jika pertanyaan itu dijawab 2 benar (multi-steps problem), sedangkan
(2 salah) maka nilainya 0.. Jadi, n = 3 + 0 = soal dengan satu langkah (one-step
3. problems) bukan merupakan
Jika pertanyaan itu dijawab 3 benar masalah, melainkan latihan
(1 salah) maka nilainya 2. Jadi n = 3 + 2 = (exercise).
5. d. Berdasarkan orientasinya, suatu
Jika pertanyaan itu dijawab 4 benar masalah matematis dapat
(0 salah) maka nilainya 4. Jadi n = 3 + 4 = ditujukan untuk membangun
7. konsep, menerapkan konsep, atau
Analisis Soal membuktikan..
Struktur masalah : Terbuka e. Berdasarkan penyajiannya, suatu
Model Penyajian : Gambar masalah matematis dapat berupa
Strategi Penyelesaian : masalah dalam matematika atau
Gambar. masalah yang dalam dunia nyata.
Langkah penyelesaian: 3
langkah atau lebih
37 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

DAFTAR PUSTAKA mathematics classrooms. Singapore:


Billstein, R., Libeskind, S., & Lott, J.W Centre for Research in Pedagogy .
(1993). A Problem Solving Approach Florida Department of Education, (2008).
to mathematics for Elementary School Cognitive Complexity Classification
Teachers, Massachusetts: Addison- of FCAT Test Items, Florida: Florida
Wesley Publishing Company. Department of Education.
Buchanan, N. K. (1987), Factors Gilfeather & Regato (1999). Routine &
contributing to mathematical Nonroutine Problem Solving ,
problem-solving performance: An Indianapolis, IN: Pentathlon Institute.
explanatory study. Educational Halmos, P. R. (1980). The heart of
Studies in Mathematics, 18(4), 399- mathematics. American Mathematical
415. Monthly, 87, 519-524.
Blum, W. & Niss, M. (1991), Applied Hoosen, E. (2001). What Are
mathematical problem solving, Mathemathical Problems. Augusta:
modelling, aplication, and link to Augusta State University.
other subjects: state, trans, and issues Kantowski, M. G. (1977). Processes
in mathematics instruction. involved in mathematical problem
Educational Studies in Mathematics, solving. Journal for Research in
22, 37-68. Mathematics Education, 8, 163-180.
Carroll, J. B. (1999). Human cognitive Kulm (1984). The classification of
ability. New York: Cambridge . problem-solving research variables.
Coxford, A. F., Fey, J. T., Hirsch, C. R., In Gerald A. Goldin & C. Edwin
Schoen, H. L., Burrill, G., Hart, E. McClontock (Eds). Task Variables in
W., et al. (1997). Contemporary Mathematical Problem Solving (pp.
mathematics in context: A unified 1-22). Philadelphia: The Franklin
approach. Columbus, OH: Glencoe, Institute.
McGraw-Hill. Lappan, G., Fey, J., Friel, S., Fitzgerald,
Depdiknas (2006). Kurikulum Tingkat W., & Phillips, E. (1995). The
Satuan Pendidikan, Jakarta: Connected Mathematics Project. Palo
Depdiknas. Alto, CA: Dale Seymour
Fai, H. K. (2005). Two teachers’ Publications.
pedagogies in teaching problem Lesh, R., & Zawojewski, J. (2007).
solving in Singapore lower secondary Problem solving and modeling. In F.
K. J. Lester (Ed.), Second handbook
38 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

of research on mathematics teaching Polya, G. (1973). How to solve it (2nd ed.).


and learning (pp. 763-804). Princeton, NJ: Princeton University
Charlotte, NC: Information Age. Press.
Lester, F. K. (1983). Trends and issues in Polya, G. (1981). Mathematical discovery.
mathematical problem-solving New York, NY: John Wiley & Sons,
research. InR. Lesh & M. Landau Inc.
(Eds.), Acquisition of mathematical OECD (2009). Programme for
concepts and processes (pp. 229- International Student Assessment,
261). Orlando, FL: Academic Press. Take the Test: Sample Qoestions from
Mayer, R. E. (2009). Information OECD’s PISA Assessments. [Online].
processing. In T. L. Good (EdA Avaliable at: www.pisa.oesd.org
reference handbook (pp. 168–174). (June 28, 2010) .
Thousand Oaks, CA:Mayer, R. E. (in Resnick, L. B. (1988). Treating
press). Problem solving. In D. mathematics as an ill-structured
Reisberg (Ed.), Oxford handbook of discipline. In R. I. Charles & E. A.
cognitive psychology. New York: Silver (Eds.), Research agenda for
Oxford University Press. mathematics education: The teaching
Mayer, R. E., & Wittrock, R. C. (2006). and assessing of mathematical
Problem solving. In P. A. Alexander problem solving (pp. 32-60). Reston,
& P. H. Winne (Eds.), Handbook of VA: National Council of Teachers of
educational psychology (2nd ed., pp. Mathematics.
287–304). Mahwah, NJ: Erlbaum. Robertson, S. I. (2005). Problem Solving.
NCTM. (2000). Principles and standards Philadelphia: Taylor & Francis
for school mathematics. Reston, VA: Group.
Author. Santos-Trigo, M. (2007). Mathematical
Nunokawa, K (1997) Physical models in problem solving: An evolving
mathematical problem solving: a case research and practice domain. ZDM,
of a tetrahedron problem. 39, 523-536.
International Journal of Schoenfeld, A. H. (1985). Mathematical
Mathematical Education in Science problem solving. Orlando, FL:
and Technology, Volume 28, Issue 6, Academic Press, Inc.
1997, pp. 871 – 872. Schraw, Dunkle, and Bendixen (1995).
Cognitive-Processes in Well-Defined
and Ill-Defined Problem-Solving.
39 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0
Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 6, Nomor 1, Januari 2019

Applied Cognitive Psychology, 9(1), Thompson, A. G. (1992). Teachers' beliefs


523-538. and conceptions: A synthesis of the
Senk, S. L., & Thompson, D. R. (Eds.). research. In D. A. Grouws (Ed.),
(2003). Standards-based school Handbook of research on
mathematics curricula: What are mathematics teaching and learning
they? What do students learn? (pp. 127-146). New York, NY:
Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum. Macmillan.
Stanic, G. M. A., & Kilpatrick, J. (1988). Vondracek, B. & Pittman, S. (2006).
Historical perspectives on problem Connecting the Data: Problem
solving in mathematics curriculum. In Solving and Mathematical Reasoning.
R. I. Charles & E. A. Silver (Eds.), Washington, DC: Department of
Research agenda for mathematics Education.
education: The teaching and Yee, F. P. (2002). Using Short Open-ended
assessing of mathematical problem Mathematics Questions to Promote
solving (pp. 1-22). Reston, VA: Thinking and Understanding.
National Council of Teachers of Singapore: National Institute of
Mathematics. Education.

40 | S u f y a n i P r a b a w a n t o , 1 - 4 0

Anda mungkin juga menyukai