Anda di halaman 1dari 8

JURNAL RISET KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


Volume 11 No. 1

COOKIES TEPUNG UBI JALAR ORANYE, TEPUNG KEDELAI,


DAN PUREE PISANG SEBAGAI PMT BALITA GIZI KURANG

Jannah, Eka Wardatul1; Sulaeman, Agus1; Fitria, Mona1; Gumilar, Mulus1;


Salsabila, Salma Tia1
1
Program Studi D4 Gizi, Poltekkes Kemenkes Bandung
Email: eka.wardatuljannah@gmail.com

ABSTRAK
Prevalensi underweight pada balita di Jawa Barat termasuk tinggi, yaitu 15,1%. PMT
sejauh ini berhasil dalam meningkatkan status gizi balita. Formulasi PMT dengan
menggunakan bahan dasar lokal dapat mendidik masyarakat agar lebih mandiri dan
dapat memanfaatkan bahan pangan yang ada disekitarnya. Ubi jalar oranye tinggi
betakaroten, kedelai sebagai sumber protein nabati, dan pisang sebagai flavour alami
dapat disubstitusikan kedalam cookies sebagai PMT balita gizi kurang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh imbangan tepung ubi jalar orange,
tepung kedelai, dan puree pisang terhadap daya terima cookies meliputi warna, rasa,
aroma, tekstur, dan overall, serta mengetahui nilai gizi cookies. Desain penelitian ini
adalah Eksperimental. Panelis yang digunakan adalah 30 panelis agak terlatih. Analisis
statistik yang digunakan adalah uji Kruskal Wallis (α ≤ 0,05). Hasil uji daya terima
menunjukkan bahwa formula yang paling disukai adalah cookies F1 (30% tepung ubi
jalar oranye, 50% tepung kedelai, dan 20% puree pisang) yang mengandung 186 kkal,
7,5 gram protein, 7,5 gram lemak, dan 23,5 gram karbohidrat per takaran saji (40 gram
cookies). Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan daya terima pada
aspek rasa (p = 0,002) dan tekstur (p = 0,003).

Kata kunci: Cookies, Tepung Ubi Jalar Orange, Tepung Kedelai,

ABSTRACT
The prevalence of underweight in children under five in West Java is high, which is
15.1%. Supplementary feeding has been successful in improving the nutritional status
of children. Supplementary feeding formulation by using local basic materials can
educate the public to be more independent and be able to utilize food that is around
them. Orange sweet potatoes, soybean, and banana are Indonesian local plants that
have a fairly high nutrient content. Orange sweet potato high betacarotene, soybeans
as a source of vegetable protein, and bananas as natural flavor can be substituted into
cookies as underfive supplementary feeding toddlers. The purpose of this study was to
analyze the effect of the balance orange sweet potato flour, soy flour, and banana
puree on the acceptability of cookies including color, taste, aroma, texture, overall and
knowing the nutritional value of cookies. The design of this study was Experimental.
Panelists used were 30 rather trained panelists. The statistical analysis used was the
Kruskal Wallis test (α ≤ 0.05). Acceptance test results showed that the most preferred
formula was F1 cookies (30% orange sweet potato flour, 50% soy flour, and 20%
banana puree) containing 186 kcal, 7.5 grams of protein, 7.5 grams of fat, and 23.5
grams of carbohydrates per serving (40 grams of cookies). The results of the statistical
analysis showed that there was a difference in acceptance of the taste aspects (p =
0.002) and texture (p = 0.003).
Key words: Cookies, Orange Sweet Potato Flour, Soybean Flour

105
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No. 1

PENDAHULUAN ditemui di Indonesia. Kandungan


karbohidrat dan kalori dari tepung ubi
Salah satu indikator dari sasaran jalar hampir setara dengan tepung
pembangunan kesehatan dalam terigu 4. Hal ini mendukung
Rencana Pembangunan Jangka pemanfaatan tepung ubi jalar untuk
Menengah Nasional (RPJMN) 2015- disubstitusikan pada cookies yang
2019 adalah penurunan prevalensi berbahan dasar tepung terigu.
kekurangan gizi (underweight) pada Dalam penelitian ini digunakan ubi
anak balita yaitu dari 19,6% pada jalar oranye. Kelebihan ubi jalar
tahun 2013 menjadi 17,0% pada oranye dari ubu jalar lainnya adalah
tahun 2019 1. kandungan karotenoid. Komponen
Pada tahun 2017, terdapat 5 utama karotenoid pada ubi jalar
Kabupaten/Kota dari 27 adalah betakaroten (9900 μg) yang
Kabupaten/Kota di Jawa Barat merupakan bentuk provitamin yang
memiliki prevalensi gizi kurang paling aktif 5. Pada status gizi kurang,
(underweight) di atas angka individu akan lebih rentan terhadap
prevalensi nasional, salah satunya infeksi akibat menurunnya kekebalan
adalah Bandung (18.6%) 2. tubuh terhadap invasi patogen.
Upaya penanganan masalah gizi Vitamin A berperan penting dalam
kurang pada balita sangat penting pemeliharaan sel epitel yang terlibat
agar balita gizi kurang tidak masuk ke dalam fungsi imunitas nonspesifik 6.
kondisi gizi buruk dan akan Kedelai merupakan sumber protein
memunculkan persoalan kesehatan yang paling baik diantara jenis
masyarakat yang lebih serius. Salah kacang-kacangan. Kedelai
satu upaya penanggulangannya mengandung protein rata-rata sekitar
melalui pemberian makanan 35 %. Protein kedelai merupakan
tambahan (PMT). Pemberian PMT satu-satunya leguminosa yang
selama 3 bulan dapat meningkatkan mengandung semua asam amino
rata-rata berat badan 0,9 kg 3. esensial, yaitu Isoleucine, Leusin,
Bentuk makanan yang dapat Lisin, Methionin, Phenylalanin,
dijadikan PMT pemulihan pada balita Threonin, Tryptophane, Valine,
gizi kurang yaitu cookies. Pembuatan Metionin, dan Sistein. Protein sangat
cookies sebagai PMT menggunakan diperlukan bagi pembentukan enzim
prinsip Bahan Makanan Campuran yang berperan dalan metabolisme
(BMC) yang mengandung tinggi tubuh, termasuk sitem imun 7.
energi dan tinggi protein. Pada kedelai terdapat juga senyawa
Cara untuk menjadikan cookies anti gizi dan senyawa penyebab
sebagai makanan tinggi energi dan adanya bau dan rasa langu. Oleh
protein dengan mensubstitusi bahan sebab itu perlu adanya bahan
makanan kaya gizi. Bahan makanan campuran yang dapat menutupi
tersebut antara lain ubi jalar oranye, aroma dan citarasa langu tersebut.
kedelai, dan pisang. Formulasi PMT Bahan campuran yang digunakan
dengan menggunakan bahan dasar sebagai campuran adalah pisang.
lokal juga dapat mendidik masyarakat Pisang berfungsi sebagai flavor alami
agar lebih mandiri dan dapat memberi nilai tambah pada zat gizi
memanfaatkan bahan pangan yang cookies yang dihasilkan.
ada disekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Ubi jalar termasuk komoditas sumber menganalisis pengaruh imbangan
karbohidrat utama, setelah padi, tepung ubi jalar orange, tepung
jagung, dan singkong yang mudah kedelai, dan puree pisang terhadap

106
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No. 1
daya terima cookies meliputi warna, Perbandingan tepung ubi jalar
rasa, aroma, tekstur, overall serta oranye, tepung kedelai, dan puree
mengetahui nilai gizi cookies. pisang yang terpilih yaitu
30%:50%:20%, 20%:55%:25%, dan
METODE 25%:45%:30%.
Imbangan pada masing-masing
Penelitian ini merupakan penelitian formula dapat dilihat pada tabel 1
eksperimental dengan rancangan berikut.
acak lengkap (RAL) terdiri dari tiga Tabel 1
perlakuan, satu pengulangan uji Formulasi Cookies Tepung Ubi
Oranye, Tepung Kedelai dan Puree Pisang
organoleptik. Variabel independen
yaitu cookiesubi oranye, kedelai dan F1 F2 F3
No. Bahan
(g) (g) (g)
pisang dengan formulasi
30%:50%:20%, 20%:55%:25%, dan 1. Tepung terigu 5 5 5
25%:45%:30% berpengaruh terhadap 2. Tepung maizena 3 3 3
3. Tepung ubi
variabel dependen yaitu daya terima kuning 11 7 9
meliputi aspek warna, rasa, aroma, 4. Pisang ambon 7 9 10
tekstur, dan overall. 5. Tepung kacang
Tempat penelitian pendahuluan kedelai 17 19 16
6. Tepung susu 12 12 12
dan utama dilakukan di Laboratorium 7. Gula halus 20 20 20
Teknologi Pangan. Penelitian 8. Margarin 7 7 7
dilakukan dua tahap yaitu penelitian 9. Kuning telur 18 18 18
pendahuluan dan utama. Waktu Total 100 100 100
penelitian pendahuluan dilakukan
sejak bulan September-Desember Warna
2018. Penelitian utama dilakukan Hasil uji hedonik terhadap warna
pada 8 Febuari 2019 pukul 10.00. cookies ubi oranye, kedelai, dan
Setelah melakukan uji coba pisang disajikan sebagai berikut.
penelitian utama dilakukan analisa
data.
Warna
Hasil data uji hedonik setiap
panelis akan digabungkan dan 50
ditabulasikan sehingga dapat 40
diketahui daya kesukaan cookies dari 30
ketiga formula cookies. Selanjutnya 20
10 F1
dilakukan analisis data menggunakan 0 F2
software SPSS untuk mengetahui
adanya pengaruh formulasi terhadap F3
daya terima cookies.

HASIL
Gambar 1
Penelitian pendahuluan terdiri dari 2 Sebaran Penilaian Panelis Terhadap
tahap. Tahap pertama adalah Warna Cookies
melakukan percobaan pembuatan
cookies dengan penentuan Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat
perbandingan antara bahan bahwa sebagian besar panelis
campuran tepung ubi oranye, tepung menyatakan suka pada warna
kedelai, dan puree pisang. Tahap cookies F3 (46,7%) dan sangat suka
kedua adalah melakukan modifikasi pada cookies F3 (20,0%).
resep cookies.
Imbangan dipilih menjadi 3 formula
dari 16 formula yang ada.

107
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No. 1
cookies F1 (46,7%) dan sangat suka
Rasa pada cookies F1 (20,0%).
Hasil uji hedonik terhadap rasa
cookies ubi oranye, kedelai, dan Tekstur
pisang disajikan sebagai berikut. Hasil uji hedonik terhadap tekstur
cookies ubi oranye, kedelai, dan
Rasa pisang disajikan sebagai berikut.
60
50 Tekstur
40
60
30
50
20 F1 40
10
F2 30
0
20 F1
F3
10
0 F2
F3

Gambar 2
Sebaran Penilaian Panelis Terhadap Rasa
Cookies
Gambar 4
Sebaran Penilaian Panelis Terhadap
Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat Tekstur Cookies
bahwa sebagian besar panelis
menyatakan suka pada rasa cookies Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat
F1 (56,7%) dan sangat suka pada bahwa sebagian besar panelis
cookies F3 (23,3%). menyatakan suka pada tekstur
cookies F2 (50,0%) dan sangat suka
Aroma pada cookies F2 (10,0%)
Hasil uji hedonik terhadap aroma Overall
cookies ubi oranye, kedelai, dan
pisang disajikan sebagai berikut. Hasil uji hedonik terhadap overall
cookies ubi oranye, kedelai, dan
pisang disajikan sebagai berikut.
Aroma
60
50
40 Overall
30
20 F1 60
10 50
0 F2 40
F3 30
20 F1
10
F2
0
F3

Gambar 3
Sebaran Penilaian Panelis Terhadap
Aroma Cookies
Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat Gambar 5
bahwa sebagian besar panelis Sebaran Penilaian Panelis Terhadap
menyatakan suka pada aroma Overall Cookies

108
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No. 1
Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat cita rasa 8. Warna cookies yang
bahwa sebagian besar panelis dihasilkan adalah kuning hingga
menyatakan suka pada F3 (46,7%) kuning kecoklatan. Warna coklat
dan sangat suka pada cookies F3 disebabkan karena adanya reaksi
(13,3%). Mailard antara asam amino lisin pada
tepung kedelai dan gugus gula
Analisis Nilai Gizi pereduksi pada tepung ubi oranye 8.
Analisis kandungan gizi berdasarkan Hasil penilaian uji hedonik aspek
studi literatur menggunakan Tabel warna pada cookies sebagian besar
Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) menyatakan suka pada F3. Cookies
dapat dilihat pada tabel berikut. formula 3 paling disukai panelis
karena warna coklatnya tidak terlalu
Tabel 2 gelap ataupun terlalu pucat.
Nilai Gizi Cookies/Takaran Saji Hasil uji Kruskall wallis menunjukkan
Formula Formula Formula
1 2 3
p (0,250) > 0,05 yang berarti tidak
Energi 186 183,5 181,5 terdapat perbedaan bermakna
(kkal) berdasarkan parameter warna antar
Protein (g) 7,5 7,5 7 ketiga formula cookies.
Lemak (g) 7,5 7,5 7,5
Karbohidrat 23,5 22,5 23 Rasa
(g) Rasa merupakan faktor yang sangat
Betakaroten 265,45 180,6 223,2
(mcg)
penting dalam menentukan
keputusan konsumen dalam
Takaran saji cookies ubi jalar oranye, menerima atau menolak suatu
kedelai, dan pisang adalah 4 keping produk makanan. Rasa dimulai
(40 gram). melalui tanggapan rangsangan
kimiawi oleh indera pencicip (lidah),
Uji Statistik sampai akhirnya terjadi keseluruhan
Hasil uji kruskall wallis dapat dilihat interaksi antara sifat-sifat aroma,
pada tabel berikut. rasa, dan tekstur sebagai
keseluruhan rasa makanan 8.
Tabel 3 Rasa cookies yang muncul
Hasil Uji Kruskall Wallis dipengaruhi oleh bahan yang ada
Nilai p pada cookies seperti tepung terigu,
Warna 0,250 tepung ubi jalar, gula halus, , susu
Rasa 0,020
Aroma 0,602
skim bubuk, dan garam. Faktor lain
Tekstur 0,030 yang mempengaruhi rasa cookies
Overall 0,392 adalah proses pemanggangan yang
bertujuan mendapatkan cita rasa
Hasil uji Mann whitney dapat dilihat yang menarik dan flavor yang khas.
pada tabel berikut. Hasil penilaian uji hedonik aspek rasa
pada cookies sebagian besar
Tabel 4 menyatakan suka pada F1 (56,7%)
Hasil Uji Mann whitney dan sangat suka (23,3%). Cookies F1
Nilai p
Warna 0,250
disukai karena rasanya tidak
Rasa 0,020 dominan dibahan tertentu, sehingga
rasanya lebih seimbang,
Hasil uji Kruskall wallis menunjukkan
PEMBAHASAN p (0,020) > 0,05 yang berarti terdapat
perbedaan bermakna berdasarkan
Warna parameter warna antar ketiga formula
Warna makanan yang menarik dan cookies. Uji lanjutan Mann whitney
tampak alamiah dapat meningkatkan menunjukkan terdapat perbedaan

109
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No. 1
yang bermakna secara statistik pati dengan kandungan amilopektin
antara F1 dan F2 serta F2 dan F3. yang cukup tinggi akan bersifat
porous, garing dan renyah. Pati
Aroma dengan kandungan amilosa tinggi,
Aroma yang disebarkan oleh misalnya pati yang berasal dari umbi-
makanan merupakan daya tarik yang umbian, cenderung menghasilkan
sangat kuat dan mampu merangsang cookies yang keras karena proses
indera penciuman sehingga pengembangan terjadi secara
11
membangkitkan selera. Timbulnya terbatas .
aroma makanan disebabkan oleh Penambahan tepung kedelai
terbentuknya senyawa yang mudah membuat tekstur cookies lebih rapuh
menguap sebagai akibat atau reaksi dan renyah sehingga mengurangi
karena pekerjaan enzim atau dapat tekstur keras yang disebabkan oleh
juga terbentuk tanpa bantuan reaksi penambahan tepung ubi jalar.
enzim 9. Tepung kedelai memiliki kandungan
Hasil penilaian uji hedonik aspek lemak yang cukup tinggi sehingga
aroma pada cookies sebagian besar membuat tekstur cookies menjadi
menyatakan suka pada F1 (46,7%) tidak terlalu keras. Hal ini dipengaruhi
dan sangat suka (20,0%). oleh lemak yang memiliki efek
Hasil uji Kruskall wallis menunjukkan shortening pada makanan yang
p (0,602) > 0,05 yang berarti tidak dipanggang 12.
terdapat perbedaan bermakna Cookies formula 2 paling banyak
berdasarkan parameter aroma antar disukai panelis dengan persentase
ketiga formula cookies. suka sebesar 50,0% dan sangat suka
Aroma cookies yang dihasilkan pada sebesar 10,0%. Hal tersebut
ketiga formula memiliki aroma yang dikarenakan cookies formula 2
mirip, yakni aroma khas cookies memiliki persentase tepung ubi jalar
panggang sehingga menyebabkan paling sedikit dan persentase tepung
panelis sulit membedakan aroma kedelai paling banyak.
antar formula. Komponen pada Panelis menyatakan
adonan yang menimbulkan bau khas ketidaksukaannya paling banyak
yaitu margarin dan telur. pada tekstur cookies F3. Hal
Penambahan bahan-bahan tersebut tersebut dikarenakan penggunaan
tidak berbeda jumlahnya pada tepung kedelai pada F3 paling sedikit
masing-masing formula sehingga diantara ketiga formula, sehingga
aroma cookies cenderung sulit mengurangi kerenyahan cookies
dibedakan. yang dihasilkan. Cookies F3 memiliki
persentase puree pisang yang paling
Tekstur banyak yaitu 30,0%. Penambahan
Tekstur merupakan salah satu faktor puree yang lebih banyak juga dapat
yang mempengaruhi pilihan mengurangi kerenyahan cookies
konsumen terhadap suatu produk karena meningkatnya kadar air
pangan. Tekstur merupakan cookies.
sekelompok sifat fisik yang Penggunaan puree pisang juga
ditimbulkan oleh elemen struktural mempengaruhi cookies yang
bahan pangan yang dapat dirasakan dihasilkan. Perubahan tekstur pada
10
. cookies terutama disebabkan oleh
Salah satu tekstur cookies meningkatnya kadar air produk
dipengaruhi oleh rasio amilosa dan seiring dengan meningkatnya jumlah
amilopektin. Amilopektin diketahui puree yang ditambahkan. Hal ini
bersifat merangsang terjadinya menyebabkan cookies yang
proses pengembangan (puffing), dihasilkan tidak serenyah cookies
sehingga cookies yang berasal dari dengan penambahan puree yang

110
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No. 1
sedikit dan mengurangi tingkat formula terhadap overall cookies.
penerimaan konsumen. Hasil pengujian menunjukkan hasil
Hasil uji Kruskall wallis menunjukkan hasil p (0,392) > 0,05 yang berarti
p (0,030) < 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna
perbedaan bermakna sifat sifat organoleptik berdasarkan
organoleptik berdasarkan parameter parameter tekstur antar ketiga
tekstur antar ketiga formula. formula.
Selanjutnya dilakukan uji Mann
Whitney untuk mengetahui Analisis Nilai Gizi
perbedaan antar formula. Hasil uji Produk cookies yang dihasilkan
Mann Whitney menunjukkan terdapat merupakan produk Bahan Makanan
perbedaan yang bermakna secara Campuran (BMC) yang memiliki
statistik antara F1 dan F2 serta F2 syarat-syarat nilai gizi tertentu. Ketiga
dan F3. formulasi antara tepung ubi oranye,
tepung kedelai, dan puree pisang
Overall sudah memenuhi persyaratan BMC,
Pengujian kesukaan keseluruhan yaitu setiap 100 gram bahan
merupakan penilaian terhadap mengandung 360 kkal dan 16%
semua faktor mutu yang diamati protein. Untuk persyaratan lain
meliputi rasa, warna, aroma dan seperti protein score ≥ 69 dan NDP
tekstur. Pengujian ini dimaksudkan Cal% ≥ 7,5 dapat dipenuhi dengan
untuk tingkat penerimaan panelis adanya bahan tambahan seperti telur
terhadap suatu produk. dan susu.
Hasil uji hedonik pada panelis
menunjukkan F1 paling unggul PMT yang diberikan pemerintah
diantara ketiga Formula. Analisis nilai setiap kemasan primer terdiri dari 4
gizi menunjukkan F2 paling unggul keping (40 gram) yang mengandung
diantara formula lainnya, karena F2 minimum 160 kkal, 3,2-4,8 gram
memiliki kandungan protein paling protein, dan 4-7,2 lemak Formulasi
tinggi diantara formula lainnya. PMT tepung ubi oranye, tepung
Nutrisi yang tidak baik seperti kondisi kedelai, dan puree pisang
pada balita gizi kurang merupakan mempunyai nilai gizi yang lebih
faktor risiko terjadinya gangguan unggul dibanding PMT yang
pertumbuhan fisik, perkembangan diberikan pemerintah. Setiap 4
mental dan kesehatan, sehingga keping (40 gram) cookies berbasis
memerlukan intervensi gizi yang tepung ubi oranye, tepung kedelai,
adekuat. Salah satunya adalah dan puree pisang mengandung
pemberian asupan protein dengan minimum 180 kkal, 7-7,5 gram
cara yang tepat dan benar guna protein, dan 7,2 gram lemak.
untuk tumbuh kembang yang baik. Cookies berbasis tepung ubi oranye,
Berdasarkan hal di atas, perlu tepung kedelai, dan puree pisang
adanya perbaikan organoleptik mampu mencukupi 11-16%
cookies, terutama aspek warna dan kecukupan kalori berdasarkan AKG
rasa pada F2. Tujuannya adalah 2013, mampu mencukupi 20-28%
untuk meningkatkan daya terima kecukupan kalori berdasarkan AKG
panelis terhadap cookies F2. 2013, dan mampu mencukupi 12-
Penambahan gula dan susu dapat 17% kecukupan lemak berdasarkan
memperbaiki rasa cookies, AKG 2013.
sedangkan penambahan kuning telur
dapat memerbaiki warna cookies 13.
Pengujian statistik Kruskall Wallis
dilakukan untuk mengetahui
perbedaan antara masing-masing

111
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No. 1
SIMPULAN Pangan Alternatif dan Diversivikasi
Sumber Karbohidrat. Bogor : Buletin
Berdasarkan uji hedonik, formula Balai Penelitian Bioteknologi
cookies terbaik adalah formula 1 Tanaman Pangan, 2001.
dengan perbandingan 30% tepung
ubi oranye, 50% kedelai, dan 20% 5. Departemen Kesehatan RI.
puree pisang. Hasil analisis nilai gizi Daftar Komposisi Bahan Makanan .
menunjukkan PMT cookies ubi Jakarta : Bhantara Karya Aksara,
oranye, kedelai, dan pisang lebih 1981.
unggul daripada cookies PMT dar
pemerintah, karena setiap 4 keping 6. Almatsier, Surmita. Prinsip Dasar
(40 gram) cookies berbasis tepung Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
ubi oranye, tepung kedelai, dan Pustaka Utama, 2001.
puree pisang mengandung minimum 7. Cahyadi, W. Teknologi dan
180 kkal, 7-7,5 gram lemak, dan 7,2 Khasiat Kedelai. Jakarta : Bumi
gram lemak. Aksara, 2007.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut 8. Winarno, F.G. Kimia Pangan dan
mengenai keefektifan cookies ubi Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
oranye, kedelai, dan pisang terhadap Utama, 1992.
berat badan dan status gizi balita gizi
kurang. 9. Moehyi. Penyelenggaraan
Makanan Institusi dan Jasa Boga.
Jakarta : Bharata, 1992.
DAFTAR RUJUKAN 10. Purnomo. Aktiivitas Air dan
1. Badan Perencanaan Perannya dalam Pengawetan
Pembangunan Nasional. Rencana Pangan. Jakarta : PT. Gramedia
Pembangunan Jangka Menengah Widiasarana Indonesia, 1995.
Nasional (RPJMN) 2015-2019. 11. Muchtadi, dkk. Ilmu
Jakarta : Kementrian Perencanaan Pengetahuan Bahan Pangan.
Pembangunan Nasional, 2014. Bandung : Ikatan Penerbit Indonesia,
2. Direktorat Jenderal Gizi 2010.
Masyarakat. Buku Saku dan Hasil 12. Matz, S.A and T.D. Matz.
Pemantauan Status Gizi Tahun 2016. Cookies and Crackers Technology.
Jakarta : Kementrian Kesehatan, Texas : The AVI Publishing Co, 1978.
2017.
13. Kajian Perbandingan Tepung
3. Sarwono, Joko. Pengaruh Kacang Koro Pedang dengan
Pemberian Makanan Tambahan Tepung Tapioka dan Konsentrasi
terhadap Peningkatan Status Gizi Kuning Telur terhadap Karakteristik
pada Balita Kurang Energi Protein Cookies Koro. Eska Yuniar, dkk.
(KEP) di Wilayah Kerja Puskesmas Bandung : Universitas Pasundan,
Imogiri II Kabupaten Bantul. 2016.
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Ahmad Yani, 14. RI, Kementrian Kesehatan.
2009. Strategi Peningkatan Makanan Bayi
dan Anak . Jakarta : s.n., 2010.
4. Zuraida, N., dan Supriati, Y.
Usaha tani Ubi Jalar sebagai Bahan

112

Anda mungkin juga menyukai