: Definisi perikatan dalam UU tidak ada, definisi itu diberikan oleh sarjana
Hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih dimana pihak
yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu.
Hukum benda dan hukum perikatan itu masih satu rumpan tentang lapangan harta kekayaan.
Bedanya:
- Hukum benda: Hukum benda itu sistemnya tertutup, artinya bahwa orang tidak bisa
membuat hak-hak baru kecuali yang hanya ada di dalam UU. Kalau UU menentukan
itu maka hal itu, tidak ada yang lain. dalam UU hanya ada hak eigendom, hak bezit,
hak detendsi.
- Hukum perikatan: dikenal kebebasan berkontrak, sistemnya terbuka, artinya bahwa
orang boleh membuat periakatan-perikatan baru terutama yang bersumber pada
perjanjian baik yang telah diatur dalam UU maupun yang belum diatur dalam UU.
Pada saat membuat perjanjian, maka pernajian apa pun itu boleh walaupun belum
diatur dalam UU.
Sumber Perikatan
Pasal 1233 perikatan dpt terjadi krna perjanjian maupun karena uu.
Orang yang tidak berbuat suatu itu telah melakukan perikatan secara uu. Seperti pada Pasal
104 (buku I) ttg ortu dan anak, ortu wajib memelihara anak dan ketika anak sudah dewasa
anak memlihara orangtua.
Hukum tetangga dan hukum keluarga itu berada pada buku II. Terkait khusus tentang
perikatan-perikatan yang bersumber pada uu semata, tidak berada pada buku III melainkan
pada buku Buku I dan buku II.
Yang bersumber pada UU dan perbuatan manusia bisa sesuai degan hukum bisa juga bersifat
yang melawan hukum.
Pasal 1354 tentang melakukan perbuatan orang lain tanpa adanya perintah. Maka org tsb
harus melakukan perbuatan itu sampai selesai (orng tsb dapat mengerjakan sendiri). Contoh:
A ketinggallan hp di kelas, B melihat hp A oleh B dibawa (B tau itu milik A)……….
Pasl 1359 ttg pembayaran tak terhutang. Orang yang memperkiarkan ada hutang dan dia
membayar atas bayaran itu uangnya dapat di mintakan kembali. Conoth: A ke supermarket
ekmudian membeli barang RP.50.000 kemudian dia membyar dengan uang 100 rb, dia hanya
berkewajiban membyaar 50 rb dan 50 rbnya lagi dia berhak menerima kembali.
1. Perbuatan
2. Perbuatan itu melawan hukum
3. Kesalahan
4. Kerugian
5. Hubungan sebab akibat perbuatan dan kerugian
Pasal 1339 perjanjian tidak hanya dalam isi perjanjian tetapi juga kebiasaan yang terjadi
dimasyarakat.
Sumber:
1. Perjanjian
2. Uu
3. kebiasaan
4. Putusan hakim.
Sumber lain:
Subjek perikatan
Apakah debitur selalu berkwajiaban melakukan? Belum tentu, bisa saja karena: dolus,
culpa, kasus ((1) kasus yang menyebakan debitur itu terhalang untuk melakukan presatasi,
(2) kasus yang sebenanya debitur dapat melakukan prestasi apbila dia berupaya) / keadaan
memaksa.
Dapat dikatakan wanprestasi, apabila debitur itu salah.
Ukuran kesalahan->
Bentuk kesalahan->
1. dolus
2. culpa
Debitur yang tidak melakukan kewajibannya karena ia tidak bersalah maka bukan
wanprsetasi, overmagcth (keadaan memaksa)/ ada keadaan alam. Sehingga debitur tidak
wajib mengganti ganti rugi, dan kreditur tidak melakukan pembatalan. Maka dengan
overmatch perikatan itu hapus. Hapusnya barang yang terhutang itu karena overmacht.
Bentuk wanprestasi:
Kalau prestasinya debitur tidak ada menfaatnya bagi kreditur, maka debtitur tidak sama sekali
berprestasi.
Wanprstasi keliru dapat berubah jadi prestasi terlambat. Misalnya, A mau ultah ke-17 dan ia
mau mengundang temannya diadakan pesta ultah dngn tema, pesta ultah malming dan ia cari
bahan baju untuk dibuatkan baju sesuai degnan tema. A meminta diselesaikan pada hari
jumat sebab sabtu malam mau dipakkai. Hari jumat dia mengambil pakaiannya, saat diambil
ternyata pakainnya tidak sesuai degnan yang ia minta, ia minta warna pink akan tetapi yang
jadi malah warna biru muda. Lalu A protes ke tmpt jahit, dan penjahit buatkan lagi dan sabtu
sore telah selseai dan A ambil. Atas contoh diatas brti dri kekeliruan menjadi keterlmbatan
karena (shrusnya jumat malah jadi sabtu).
Akibat wanprestasi
Waktu wanprestasi itu kalau di dalam perjanjian itu sudah dicantumkan, maka wanprestasi
apabila melewati ketentutan waktu yang paling akhir. Kalau tidak ada dalam perjanjian, maka
kreditur membuat suatu peringatan dengan membuat pernyataan lalai kepada debitur untuk
terakhir prestasi kapan. Tapi berdasarkan kep.MA pernyataan lalai itu tidak digunakan lagi.
Apa yang bisa dilakukan Kredtiur jika Debitur ikar janji? kreditur dapat melakukan:
Bentuk kerugian kalau dalam perjanjian itu bentuknya adalah kerugian materiil, tidak ada
kerugian imaterril. Kerugian nyata itu bisa meliputi biaya, kerugian nyata, keuntungan yang
seharusnya diperoleh, dan bunga.
Misalnya A nyewa mobil 12 jam (300.000) kalau terlambat itu perjam atau perhari? Kalau 1
jam 50.000. kalau terlambat 1 jam maka ganti kerugiannya rp.50.000.
Bisa aja jumlah kerugian tidak di atur dlm prjanjian, caranya yaitu meengikuti UU. Dalam
UU itu megnatur tentng bunga pasl 1250.
Misalnya A mau ke Jakarta kemudian sudah pesan mobil B, karena keretanya jam 8 maka
pesannya jam 7. Saat jam 7 si B belum datang ditunggu sampai jam 7.30. akhirnya A
memutuskan untuk menaik taksi, perjalanan sampai di statius jam 8.30. kretanya sudah
berangkat, tiketnya sudah tidak berguna. A akhirnya mencari kreta selanjutnya, dan ia
membeli tiket lagi. Kerugian itu dapat di hitung.
pasal 1247-1248
Contoh: rumah A kondisi atapnya bocor, kemudian mengadakan perjnajian dengan tukang di
hari minggu untuk membetulkan atap. A juga sudah membeli genteng baru. Ternyata pada hri
minggu tukangnya tidak datang padahal kondisi mendung, sore hujan (shrusnya sore itu udah
selesai). Hujan itu mestinya kreditur membatasi.
Bunga
Ada dua macam:
1. Kovensional
Bunga konvensional itu bunga yang sudah disepakati saat perjanjian dibuat. Bunga
yang Saat perjanjian itu telah diperjanjian itulah disebut dengan bunga konvensional.
Konvensional mengenal bunga, syariah megenal bagi hasil.
2. Kompensatur /// kompensasi
Bunga yang tidak diperjanjian terlebih dahulu, tapi bunga itu muncul karena
keterlambatan dari kreditur, yang mengakibatkan debitur mengeluarkan bunga.
- Kompesator yang mengatur : misalnya …..
- Kompesatur yang tidak mengatur/montaur : misalnya A minjam uang ke B, tapi B
bilang oke tapi dalam wktu 1 minggu hrus kembali karena senin harus membayar
kredit. A menyepakatinya. Tapi ternyata minggu belum bisa membalikkannya, senin
B menagih. Kalau tidak membayar maka A kena Denda (kena bunga). Oleh
karenanya daripada B kena denda maka B minjam uang ke bank dripada menunggu
uang denda A.
Debitur belum prestasi belum tentu dia salah/wanprestasi. Salah apabila debitur dapat salah
(dolus/culpa), dapat dipertnggung jwabkan, melakuakn perbuatan. Bisa saja tidak salah
karena keadaan memaksa (overmacht), adanya halangan untuk berprestasi. Halangan itu
terjadi bukan karena salahnya debitur. Tidak disebabkan keadaan yang menjadi resiko bagi
debitur.
Resiko adalah siapa yang akan bertanggung jawab dalam hal tidak ada kesalahan.
Senin membahas tentang: Akibat dari overmatch, jenis overmacht, ajaran overmacht.
Akibat wanprestasi dan overmeacht beda: kalau wanprestasi debitur salah harus ganti rugi,
kalau overmacht tidak. Wanrerpestasi ada pembatlan kalau overmacht tidak.
Akibat Overmacht:
1. Subjektif.
Ukurannya yaitu orang yang mengadakan perjanjian, missal A mengadakan perjanjian
dengan B, dikatakan ingin bertemuan dimana krna mau makan, A dan B brncana
makan di rumah makan padang. A udah dtng tepat waktu, B belum datang karena
hujann deras. B menggunakan hujan sebaagai alasan karena hujan bukan salahnya.
menurut teori subjektif, itu sudah termasuk overmacht. Kalau menurut pteori objektif
tidak.
2. Objektif.
Subejktif orang dikatakan jika semua orang tidak dapat melakukan. Tapi kalau objektif
dikatakan jika orang masih dapat melakukan.
Macam overmacht:
1. Tetap
Prestasi sudah tidak bermanfaat bagi kreditur.
Missal hujan pagi biasanya pengtar koran tidak dapat mengantarnya. Hujan itu sampai
malam. Hujan itu digunakan alasan oleh pengatar koran.
2. Sementara
Missal hujan pagi-siang, maka pengatar koran dapat mengatar korannya setelah hujan.
Overmacht sebagaian: missal pesan 10 batik, pnjual tokonya kebakaran sisa 5 batik. Maka
penjual harus berpretasi 5 batik itu.
Penyebab overmacht tentunya: Harus ada halangan (halanagan itu bukan salahnya debitur).
HAPUSNYA PERIKATAN
Hapusnya periaktan dan hapusnya perjanjian itu beda
“PERSETUJUAN”
1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaraa diikuti dengan penitipan
3. Pembaharaun utang
4. Perjumpaan utang
5. Percampuran utang
6. Pembebasan utang
7. Meusnahnya barang yang terutang
8. Kebatalan dan pembatalan perikatan-perikatan.
6-10 ….
6. Pembebasan utang, ….
Dalam hukum periaktan arti “PEMBAYARAN”, artinya pelunasan hutang prestasi (baik
memberi sesuatu, melakukan sesuatu, maupun tidak berbuat sesuatu). Pembayaran itu dapat
dilakukan oleh debitur sendiri, namun juga dapati dibayar oleh pihak ketiga (orang yang
berkepentingan maupun yang tidak berkepentingan (dibayari oleh orang lain debitur) yang
terkait hutang.)
Namun ada bbrpa yang tidak bisa diahlikan ke pihak ketiga, yaitu “perikatan berbuat sesuatu”
tidak dapat dipenuhi oleh pihak ketiga jika berlawnan dengan kehendak kreditur.
Misalnya, A s
Menurut pasal 1381 ayat 1, bahwa perikatan dapat dibayar oleh orang yang berkepentingan.
Munurut pasal 1385, pembayaran harus dilakukan kepada oleh kreditur sendiri, orang yang
dikuasakan oleh kredtiur, orang yang dikuasakan oleh hakim atau undang-undang untuk
menerima pembayaran tersebut.
Bisa saja pembayaran tidak dilakukan oleh kreditur, penguasa, hakim/undang-undang bisa
saja terjadi, tetap DIANGGAP SAH. Tetapi harus ada syaratnya: harus disetujui oleh
kreditur, kredtiur mendapatkan manfaatnya dari pembayaran itu, debitur membayar dengan
beritikad baik.
Misalnya A hutang dengan B, janji tanggal 20 A membayar hutang B. Saat jatuh tempo
(tanggal 20), A ingin bayar, ternyata B sedng tidak di rumah karena B masuk rumah sakit,
kemudian A mendatangi rumah sakit, ternyata B sedang tidak sadarkan diri, rumah sakit
butuh pembayara. Lalu hutangnya A membayar biaya rumah sakit B, agar B cepat ditangani.
JELAS B MENDPAT MENFAAT DARI TINDAKAN A, DAN MUSTINYA B PASTI
SETUJU.
Kreditur tidak ingin digantikan prestasinya dilakukan dngn phiak lain debitur…
Pembayaran tidak dapat dilakuakn oleh…
OBJEK PEMBAYARAN
TEMPAT PEMBAYARAN
Dilihat dulu didalam perjanjian, jika dalam janji tidak ditentukan, maka barang itu
penyerahannya saat buat janji, namun bisa juga di tempat krediturnya.
WAKTU PEMBAYARAN
Biasanya ditentukan dalam perjanjian. Kalau tidak di tentukan dalam perjanjian, maka
pembayaran harus dibayar sesegera mungkin setelah perikatan terjadi.
Maksudnya yaitu, penggantian kedudukan kreditur oleh pihak ketiga. Karena pihak ketiga itu
membayar hutang”nya debitur ke pihak ketiga. Bisa akrena perjanjian bisa juga karena UU.
1. kreditur lebih dari satu. Kreditur itu melunasi kreditur yang lain. Maka kreditur itu
menggantikan kreditur-kreditur yang lain sebagai debitur. Missal A minjam uang ke B
dan C. berarti krediturnya 2, A belum bisa bayar oleh B dibayar hutangnya ke C.
maka B itu menjadi kreditur bagi Anisa.
2. Missal. Orang menganggungkan tanah tsb, kemudian sertifikat tanah itu masih
dipagang oleh penanggung.
3. Krediturnya lebih dari satu. Kemudian kreditur 1 melunasi kreditur” lainnya, sebagai
kredtiur.
4. Ahli waris melunasi hutang pewaris. Missal pembayara rumah sakit, uang
pembayaraan pengkuburan, dsb.
PENAWARAN
Barang yang bisa dititpkan yaitu berupa Uang dan Benda Bergerak. Jadi kalau Tanah tidak
bisa. Jika penawaran ditolak oleh krediur dan menyebabkan debitur sulit melakukan
pembayaran maka dapat menitipkan uang/benda bergerak itu ke pengadilan. Namun juga bisa
jika tanpa penolakan dulu langsung menitipkan ke pengadilan. Menitipkan/Menggugat ke
Pengadilan di mana kreditur berada. Hal ini sama dengan seperti menghapus perikatan.
PASAL 1405
PASAL 1406
….
PASAL 1408
Debitur masih bisa menganbil barang yang dititipkannya, maka dapat dikatakan belum
terjadinya hapusnya periaktan karena itu sifatnya sementara selama adanya tindakand ari
kreditur atau putusan dari pengadilan.
NOVASI: dengan perjanjian, Perikatan hapus muncul perikatan baru yang kemudian
menggantikan kedudukan perikatan yang lama dengan penggantian kreditur dan debitur.
APA YANG DIGANTI? Yang digantikan yaitu: bisa saja objeknya atau subjeknya:
- OBJEK
1. Mengubah/mengganti isi perikatan.
2. Mengubah sebab daripada periaktan.
- SUBJEK
1. SUBJEKTIF Pasif //// Kreditur (subjek pasif)
Expromissie; Perikatan hapus muncul perikatan baru yang kemudian menggantikan
kedudukan perikatan yang lama dengan penggantian debitur yang ditunjuk oleh
kreditur. Tidak perlu ada persetujuan dulu dari kreditur, karena kreditur yang
menunjuk.
Missal A hutang dengan B, kemudian B mengadakan perjanjian dengan A Karen B
ada urusan luar kota, B ingin A membayar hutang ke C yang ada di semarang. Maka
A membayar ke C.
Misal lainnya lagi A hutang dengan B kemudian megnadakan perjanjian. Atau C
mengadakan perjnajian dengan B. dan A pulang ke luar kota, lalu C membayar hutang
A. (subjektif pasif)
Hapusnya perikatan disebabkan oleh keadaan dimana Dua orang masing-masing merupakan
debitur satu dengan yang lainnya.
Kalau perikatan yang sesuai dengan undang-undang telah ditentukan ada 4. Kalau perikatan
perjanjian itu bebas.
Dapat terjadi kedudukan kreditur dan debitur bersatu dalam siri satu orang.
Msial lain: A dan B kaka adek, tidak ada saudara lain, ortu sudah meninggal. A(debitur)
hutang dengan B (kreditur). A meninggal, maka harta benda (baik pasiva maupun aktiva) A
jatuh ke B, begitu pula sebaliknya.
Akibat percampuran utang: perikatan menjadi hapus, dan hapusnya periaktan menghapuskan
pula borgtocht (penanggung (ada jaminan kebendaan (hak tanggungan dan jaminan fidusia,
hipotik (khusus pesawat dan) jaminan perorangan). Hapusnya borgtocht dengan percampuran
utang tidak menghapuskan utang pokok.
PEMBEBASAN UTANG
Tergantung pada kedudukan debitur (salah atau tidak salah), kalau salah harus tetap melunasi
prestasi jika tidak maka sebaliknya. Kalau karena overmacht maka musnah/gugur kewajiban
debitur untuk berprestasi dan gugur kreditur untuk melakukan pembatalan.
- Syarat Subjektif (orang) pasal 1320, sah apabila adanya kesepakatan, kecakapan,hal tertentu,
dan ada suatu hal yang halal. Apabila tidak dipeneuhi, maka perjnajian dapat dibatalkan.
- Syarat objektif, jika tidak ada barangnya maka akan batal demi hukum, jika berbuat suatu dan
melanggar uu maka diaggap tidak pernah ada.
Anak kecil melakukan perjanjian sah tidak? Sah. Orang gila melakukan melakukan perjanjian sah
tidak? Sah. SETIAP ORANG BERHAK UNTUK MELAKUKAN PERJANJIAN. Selama
beelum adanya dilakukan pembatalan.
Batal demi hukum dan dibatalkan perlu ada keputusan hakim menyatakan putus/tidak.
Batal demi hukum sifatnya declaratory, tidak merubah hukum, jika hukum bilang batal maka
batal.
Dibatalkan sifatnya konstitutif, yang tidak dapat dibatalkan dapat dibatalkan. Orang yang
dapat membatalkan ialah orang dewasa yang cakap. Jadi anak kecil tidak bisa, yang bisa
orang tua.
Periakatan bersyarat
Ada yang mengangguhkan : justru dengan syarat itu terpenuhi maka perjanjian itu terjalan
Menurtut Pasal 1381 BAB IV BUKU III, perikatan hapus bisa karena daluwarsa.
Kententuan daluwarsa
Pasal 1946, daluwarsa adalah suatu alat unutk memperoleh suatu atau untuk dibebaskan dari
suatu perikatan dengan lewatnya sewaktu waktu tertentu dan atas karena …….
Pasal 1381: Daluwarsa adalah mengakibatkan perikatan hapus / sebab hapusnya perikatan.
Pasal 1946 : Daluwarsa itu alat (bisa digunakan bisa juga tidak dapat digunakan),
Perikatan itu sebagai alat untuk memperoleh/dibebaskan dari sesuatu. BISA MERUBAH
PERIKATAN PERDATA (kewajiban hukum) MENJADI PERIKATAN ALAMI (kewajiabn
moral).
Hapusnya perikatan karena daluwarsa pendek, missal A makan di warmindo dan tidak
bawa dompet, lalu belum bisa bayar, batas waktunya(daluwarsanya) 1 tahun. Ketika lewat
batas~ Digunakan: jika A dengan alasan bahwa sudah lewat batas (secara hukum), tidak
digunakan: jika A membayar hutangnya stelah lebih dari1 tahun (MORAL).
Waktu pernghitungan daluwarsa, dihitung sejak saat debitur bisa ditagih oleh kreditur.
Missal A tidak bayar makan, maka pada saat itu juga sudah dihitung…
Perhentingungan daluwarsa itu bisa tercegah. Missal lampau waktu 1 tahun bisa saja
ditengah”nya bisa dicegah. Misalnya A makan di warung lupa bayar uang karena uang
ketinggalan, kemudian usdah jalan setengah tahun, lalau ditagih oleh penjual. Pada saat itu
penghitungan daluwarsa diulang dari awal lagi…
Sifat ibridis : 1 dilapangan hukum, 1 lagi di lapangan moral. Kalau sudah ke lpngan hukum,
maka tidak dapat kembali ke lapangan moral.
Bisa saja itu sebagai bnetuk kepastian hukum, jadi orang itu biar pasti bisa me……
Daluwarsa itu sebagai hukuman bagi kreditur, seharusnya kreditur tidak menggantung
debiturnya
Daluwarsa bisa ditanggunguhkan. Misalnya, ada orang sakit ingatan. Sebab Daluwarsa tidak
berlaku bagi orang yang tidak cakap
Syarat adalah sesuatu yang belum terjadi dan belum tertentu terjadi.
Syarat itu dapat menangguhkan (maka perjanjian bisa terjadi, misalnya perjanjiannnya A
boleh menempati rumah jika B pindah kerja ke Jakarta, kapan? Tidak tau bisa saja jadi bisa
jadi tidak, jika jadi maka prjanjian ini berlaku maka A boleh menempati rumah B) dan ada
pula syarat memutus (missal A kerja di Jakarta ada rumah di semarang, B diperbolehkan
tinggal di rumah yg di semarang, maka selama A krja dijakarta maka B boleh menempati
rumah A, jika A kembali ke semarang maka B tidak menempati rumah A lagi.)