1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
A. Masalah pokok: Celah korupsi pada dana desa dengan lahirnya desa-desa fiktif.
B. Aktor dan Peran setiap Tokoh:
i. Oknum Koruptor dana Desa
ii. Kepala Subdit Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Polda Sultra,
Kompol Dolfi Kumaseh sebagai wakil dari Polri untuk menyelidiki kasus desa
fiktif.
iii. Juru Bicara KPK Febri Diansyah sebagai wakil dari KPK yang menyatakan siap
memfasilitasi keterangan para ahli pidana dan kemudian dilanjutkan gelar
perkara.
iv. Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagi wakil pemerintah yang menyalurkan dana
desa berpendapat dana desa dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung
jawab untuk untuk membentuk desa baru.
v. Presiden Jokowi sebagai kepala pemerintahan : meminta dengan tegas aparat
penegak hukum untuk segera mengejar oknum pelaku yang sengaja
memanfaatkan kucuran dana desa untuk kepentingan pribadi.
vi. Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD)
Robert Endi Jaweng menilai sebagai wakil dari lembaga KPPOD yang merupakan
wakil dari lembaga pemantauan independen untuk pelaksanna otonomi daerah
berpendapat bahwa munculnya kasus desa fiktif menjadi indikasi bahwa proses
verifikasi di lapangan masih lemah.
vii. Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Budi
Arie Setiadi sebagai wakil pemerintah yang mengawasi penggunaan dan
pelaksanaan program-program dana desa berpendapat bahwa alokasi dana
desa yang cukup besar memerlukan pengawalan maksimal dari seluruh elemen
masyarakat. Ia menambahkan, tidak boleh hanya sekedar menjadi penonton
ketika dana desa ini mulai dimanfaatkan. Justru, masyarakat lah yang harus
berperan aktif bila ada dugaan penyelewengan dana tersebut.
2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh
setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak
diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran
PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
A. Bentuk penerapan pelanggaran dalam kasus desa fiktif diatas adalah pelanggaran
atas nilai dasar PNS adalah Nilai-nilai Anti Korupsi (Jujur, bertanggung jawab, adil)
dan Akuntabilitas (transparansi, tanggung jawab, integrasi, dan keadilan).
i. Aktor Oknum Koruptor dana Desa tidak menginternalisasi nilai-nilai bela negara:
Sadar berbangsa dan bernegara (melanggar aturan, tidak jujur, mementingkan
kepentingan pribadi), serta tidak setia pada pancasila dengan tidak mengamalkan
nilai-nilai pancasila.
Oknum Koruptor dana Desa mencerminkan masih adanya celah KKN dalam
pelayanan publik dalam pengajuan dana desa dan adanya manajemen asn yang
buruk (tidak jujur, tidak berintegritas). Tidak menerapkan Anti Korupsi (Jujur,
bertanggung jawab, adil) dan tidak Akuntabilitas (transparansi, tanggung jawab,
integrasi, dan keadilan).
ii. Para aktor-aktor di bawah ini menginternalisasi nilai-nilai bela negara: Sadar
berbangsa dan bernegara (Mematuhi segala aturan yang ditetapkan oleh negara,
berintegitas tinggi, mengutamakan kepentingan umum), serta setia pada
pancasila dengan mengamalkan nilai-nilai pancasila.
1.1 Kepala Subdit Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Polda Sultra,
Kompol Dolfi Kumaseh sebagai wakil dari Polri untuk menyelidiki kasus desa
fiktif. Menerapkan nilai dasar PNS WoG dengan adanya kolaborasi untuk
menyelesaikan kasus desa fiktif. Manajemen ASN melaksanakan tugas sesuai
tupoksi, memberikan informasi yg benar dan sesuai. Pelayanan publik yang
bertanggung jawab dan adil dalam memberikan layanan. Menerapkan Anti
Korupsi (Jujur, bertanggung jawab, adil) dan tidak Akuntabilitas (transparansi,
tanggung jawab, integrasi, dan keadilan).
1.2 Juru Bicara KPK Febri Diansyah sebagai wakil dari KPK. Menerapkan nilai
dasar CPNS WoG dengan adanya kolaborasi untuk menyelesaikan kasus desa
fiktif. Manajemen ASN dengan melaksanakan tugas sesuai
tupoksi,memberikan informasi yg benar dan sesuai. Pelayanan publik yang
bertanggung jawab dan adil dalam memberikan layanan. Menerapkan Anti
Korupsi (Jujur, bertanggung jawab, adil) dan tidak Akuntabilitas (transparansi,
tanggung jawab, integrasi, dan keadilan). Menerapkan Anti Korupsi (Jujur,
bertanggung jawab, adil) dan tidak Akuntabilitas (transparansi, tanggung
jawab, integrasi, dan keadilan).
1.3 Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagi wakil pemerintah yang menyalurkan
dana desa Menerapkan nilai dasar CPNS WoG (dengan meminta kolaborasi
dari berbagai pihak untuk menyelesaikan kasus desa fiktif, dan mengawal
dana desa). Manajemen ASN (yang minta agar oknum-oknum bersikap jujur
dan bebas dari KKN) . Menerapkan Anti Korupsi (Jujur, bertanggung jawab,
adil) dan tidak Akuntabilitas (transparansi, tanggung jawab, integrasi, dan
keadilan).
1.4 Presiden Jokowi sebagai kepala pemerintahan. Menerapkan nilai dasar CPNS
WoG dengan meminta kolaborasi dari berbagai pihak untuk menyelesaikan
kasus desa fiktif dan manajemen ASN (yang minta agar oknum-oknum
bersikap jujur bertanggung jawab, dan bebas dari KKN). Menerapkan Anti
Korupsi (Jujur, bertanggung jawab, adil) dan tidak Akuntabilitas (transparansi,
tanggung jawab, integrasi, dan keadilan).
1.5 Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD) Robert Endi Jaweng. Menerapkan nilai dasar PNS WoG dengan
meminta kolaborasi dari berbagai pihak untuk menyelesaikan kasus desa fiktif
. Pelayanan publik agar proses verivikasi data untuk dana desa bisa terlaksana
dengan baik. Menerapkan Anti Korupsi (Jujur, bertanggung jawab, adil) dan
tidak Akuntabilitas (transparansi, tanggung jawab, integrasi, dan keadilan).
1.6 Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Budi
Arie Setiadi sebagai wakil pemerintah yang mengawasi penggunaan dan
pelaksanaan program-program dana desa berpendapat bahwa alokasi dana
desa yang cukup besar memerlukan pengawalan maksimal dari seluruh
elemen masyarakat. Menerapkan nilai dasar CPNS WoG (dengan meminta
kolaborasi dari berbagai pihak untuk menyelesaikan kasus desa fiktif, dan
mengawal dana desa). Manajemen ASN (kejujuran, bebas dari KKN) .
Menerapkan Anti Korupsi (Jujur, bertanggung jawab, adil) dan tidak
Akuntabilitas (transparansi, tanggung jawab, integrasi, dan keadilan).
B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus tentu
saja korupsi akan merajalela disetiap lini kehidupan masyarakat, bukan hanya
masalah munculnya desa fiktif, kemungkinan penyerapan dana desa yang
seharusnya digunakan untuk pembangunan desa yang sudah jelas ada dapat juga
dapat dikorupsi. Sehingga pembangunan desa dapat terhambat, dan berakibata
tidak meratanya pembangunan didesa-desa di selutuh indonesia. Kebijakan-
kebijakan yang disususun pemerintah untuk kemajuan desa otomatis juga dapat
tidak terlaksana sehingga kepentingan masyarakat umum akan terbengkalai dan
berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia.
3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks
deskripsi kasus.
1. Setiap warga negara perlu menginternalisasi nilai-nilai bela negara: Sadar berbangsa
dan bernegara sehingga setiap warga negara memiliki integritas (jujur dan
bertanggung jawab) yang tinggi, sadar akan kepentingan umum mematuhi segala
aturan yang ditetapkan oleh negara, berintegitas tinggi, mengutamakan kepentingan
umum, serta setia pada pancasila dengan mengamalkan nilai-nilai pancasila.
2. Pemerintah dapat melaksanakan Wog dengan kolaborasi antara pemerintah daerah,
kementerian keuangan, kementerian dalam negeri, dan kementerian Desa. Usulan
Desa yang akan diterima oleh Kemenkeu diajukan oleh Pemda. Kemudian kemen keu
berkoordinasi dengan kemendagri yang memiliki akses terhadap kode wilayah dan
dengan kementerian Desa yang mengawasi dana Desa.
3. Pengawalan aktif dan maksimal dari seluruh elemen masyarakat bukan hanya dari
kementerian-kementerian terkait tetepi juga dari masyarakat dan swasta (LSM,
Masyarakat Desa, Masyarakat Adat) .
4. Perlu peningkatan pelayanan publik yang terintegrasi dari setiap kementerian-
kemnterian terkait agar dapat menutup celah-celah birokrasi yang panjang dan
rawan korupsi.
5. Perlu adanya Informasi publik yang jelas bagi masyarakat terkait Dana desa agar
masyarakat sadar dan akhirnya mengerti tentang manfaat dan pentingnya dana
desa, sehingga ikut memgawal penggunaan dana desa agar dapat terserap dengan
baik.