Anda di halaman 1dari 35

12 Mei 2021

Asisten 3

LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM KEBISINGAN

KELOMPOK I
KHADIJAH NUR HASANAH ASSEGAF K021191004
YOLANDA MANGAMPA K021191018
IZDIHAR NURAZIZAH K021191021
MAEL TANDILILING K021191038
NIDATRISUCI K021191044
NINDI NIOLPESA LEFTA K021191049
ELLIENE MARETA POMPANG LOLA K021191052
RAHMI MAHARANI RUSMIN K021191059
GEANNYE ELISABETH MUSA K021191066

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan praktikum ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar. Penyusun juga berterima kasih kepada
dosen pengajar serta asisten laboratorium mata kuliah Praktikum Dasar
Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan pemahaman awal melalui
materi yang disampaikan dalam proses perkuliahan.
Adapun laporan praktikum ini berisi tentang uraian hasil praktikum
tentang Kebisingan Perusahaan Pemecah Batu Sinar Jaya di Kota Makassar.
Penting bagi kita semua untuk mengetahui hal tersebut sebagai bentuk
pengetahuan baru. Laporan praktikum ini menjadi salah satu bentuk
pemenuhan nilai mata kuliah Praktikum Dasar Kesehatan Masyarakat yang
saat ini masih penyusun pelajari dalam perkuliahan.
Besar harapan penulis agar laporan ini dapat menjadi wawasan baru
bagi masyarakat luas. Penyusun memohon maaf atas segala kekurangan
yang terdapat pada laporan ini. Penyusun juga menerima segala saran dan
kritik yang membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi kedepannya.
Terima Kasih.

Makassar, 10 Mei 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ......................................................................................................... 1
B. Tujuan praktikum .................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Definisi Kebisingan......................................................... 7
B. Tinjauan Umum tentang Jenis-jenis Kebisingan..................................................... 8
C. Tinjauan Umum tentang Sumber Kebisingan ....................................................... 10
D. Tinjauan Umum tentang Nilai Ambang Batas Kebisingan ................................... 10
E. Tinjauan Umum tentang Dampak Kebisingan ...................................................... 12
F. Tinjauan Umum tentang Hierarki Pengendalian Kebisingan................................ 13
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. Metode Praktikum ................................................................................................. 18
B. Lokasi dan WaktuPraktikum ................................................................................. 18
C. Instrumen Praktikum ............................................................................................. 18
D. Prinsip Kerja ......................................................................................................... 19
E. Prosedur Kerja ...................................................................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambar Umum Lokasi Praktikum ........................................................................ 21
B. Hasil ...................................................................................................................... 21
C. Pembahasan........................................................................................................... 22
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 25
B. Saran ..................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. NAB Kebisingan Menurut Permenaker No 5 Tahun 2018 ..................... 11
Tabel 2. Hasil Titik Pengukuran .......................................................................... 21

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Sound Level Meter............................................................................................ 18
Gambar 2 Stopwacth ......................................................................................................... 19
Gambar 3 Meteran ............................................................................................................ 19
Gambar 4 Jaw Crusher ..................................................................................................... 19

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Denah Pengukuran Intensitas Kebisingan ..................................................... 29

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan

pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi

bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Bila semua potensi bahaya

telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan

memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman,

sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat

menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas

(Hasibuan, A., dkk. 2020).

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek

perlindungan bagi tenaga kerja. Dengan menerapkan teknologi

pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja

akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang

tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan

untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.

Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku

pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi (Hasibuan, A.,

dkk. 2020).

Tenaga kerja merupakan aset penting perusahaan. Oleh karena itu

tenaga kerja harus diberikan perlindungan dalam hal K3, karena terdapat

ancaman dan potensi bahaya yang berhubungan dengan kerja (Djatmiko, R.

1
2

D. 2016). Sumber daya manusia digambarkan sebagai tenaga kerja tidak

terlepas dari masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan

sewaktu bekerja. Hal tersebut dijelaskan lebih jauh berdasarkan riset yang

dilakukan Organisasi Buruh Sedunia International Labour Oragnization

(ILO) yang menunjukkan bahwa mean 6000 karyawan atau buruh

meninggal setiap hari dalam kecelakaan kerja saat di lingkungan kerja.

Jumlah tersebut sama dengan seorangmeninggal setiap 15 detik atau dengan

kata lain 2,2 juta pekerja per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang

berkaitan dengan pekerjaan. Jumlah pekerja atau buruhpria yang meninggal

dua kali lebih banyak dibandingkan pekerja atau buruh perempuan, karena

pria lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya atau beresiko, (Suardi,

2005 dalam Kartikasari, R. D., & Swasto, B. 2017).

Kondisi fisik lingkungan tempat kerja di mana para pekerja

beraktivitas sehari-hari mengandung banyak bahaya, baik langsung maupun

tidak langsung bagi Keselamatan dan Kesehatan pekerja itu sendiri. Pada

kondisi lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat, yaitu kondisi di

mana potensi bahaya-bahaya ditangani secara benar, pekerja dapat

diharapkan untuk bekerja normal baik fisik maupun mental, sehingga

perusahaan akan lebih mudah melaksanakan berbagai rencana peningkatan

produktivitas kerja. Sebaliknya, pada tingkat pengelolaan kualitas

lingkungan kerja yang rendah atau asal-asalan, peluang tercapainya target-

target dalam perencanaan produktivitas kerja secara otomatis juga akan


3

menjadi lebih kecil dan tidak maksimal (Tigor, 2005 dalam Erliana, C. I.,

dkk, 2018).

Seiring dengan perkembangan zaman atau di era globalisasi teknologi

dibidang industri semakin canggih dan berkembang. Berbagai kegiatan

masyarakat baik yang disadari ataupun tidak disadari dapat menimbulkan

sumber kebisingan dengan tingkat intensitas yang berbeda. Hal ini

diakibatkan oleh kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Manusia

membutuhkan industri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun

kebanyakan aktivitas dalam suatu industri terutama proses produksi, dapat

menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu tenaga kerja yang biasa

terpapar dengan sumber kebisingan secara khusus maupun masyarakat

sekitarnya secara umum (Erliana, C. I., dkk, 2018).

Kebisingan merupakan sebuah bentuk energi yang bila tidak

disalurkan pada tempatnya akan berdampak serius bagi kesehatan manusia

dan lingkungan. Upaya pengawasan dan pengendalian kebisingan menjadi

faktor yang menentukan kualifikasi suatu perusahaan dalam menangani

masalah lingkungan yang muncul. Kebisingan merupakan salah satu aspek

lingkungan yang perlu diperhatikan. Kebisingan yang melebihi standar

dapat berakibat buruk terhadap manusia, seperti menggangu kenyamanan,

penurunan ketajaman pendengaran sampai tuli, terganggunya sistem

keseimbangan, gangguan konsentrasi, meningkatkan kadar emosi dan juga

dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh. Hingga saat ini kebisingan

pada kegiatan industri belum banyak diperhatikan terutama industri di


4

Indonesia. Hal ini tercermin dari sedikitnya penelitian-penelitian mengenai

kebisingan dan masih kurangnya perhatian pihak pengusaha industri serta

kurangnya kesadaran para tenaga kerja akan pengaruh kebisingan di

lingkungan pabrik (Erliana, C. I., dkk, 2018).

Semua kegiatan industri mempergunakan mesin yang berpotensi

menimbulkan kebisingan, Pengaruh dari kebisingan tersebut dapat

mempercepat timbulnya kelelahan. PeraturanMenteri Ketenagakerjaan No 5

tahun 2018 menetapkan tingkat kebisingan yaitu sebesar 85 dBA dengan

paparan perhari selama 8 jam. Terpapar kebisingan dengan waktu yang lama

dapat menurunkan kondisi fisik dan mempercepat timbulnya kelelahan.

Suara mesin dapat menimbulkan berbagai permasalahan karena mesin

memiliki kebisingan dengan suara berkekuatan tinggi, sehingga

memberikan dampak seperti yang diungkapkan oleh Hansen et

al(2001) yang mengakui efek kebisingan dapat berpengaruh

negatif dalam komunikasi, produktivitas dan perilaku sosial

terhadap pekerja yang terpapar kebisingan di atas nilai ambang

batas secara terus menerus. Kebisingan merupakan salah satu faktor

ketidaknyamanan di atas kapal selain bau dan panas. Kebisingan

adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu kegiatan dalam

tingkat waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

manusia dan kenyamanan lingkungan (Wilson,1989 dalam Sabiq, S., &

Purwangka, F. 2018).
5

Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan efek jangka panjang

dan jangka pendek pada pendengaran. Semakin tinggi intensitas dari

kebisingan, potensi untuk menimbulkan berbagai gangguan semakin besar

seperti kehilangan sementara sampai permanen, pusing, mengantuk, tekanan

darah tinggi, stres emosional yang dapat diikuti sulit tidur, sakit jantung dan

kehilangan konsentrasi. World Health Organization (WHO) melaporkan,

diperkirakan hampir 14% dari total tenaga kerja di negara industri terpapar

bising melebihi 90 dB. Tenaga kerja yang bekerja pada ruangan dengan

intensitas kebisingan tinggi akan mengalami stres kerja yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tenaga kerja yang berada dalam intensitas kebisingan

lebih rendah (Amir, dkk., 2019).

Penjelasan diatas menjadi latar belakang dari praktikum ini, bahwa

penting untuk mengetahui intensitas kebisingan dalam lingkungan kerja

sehingga dapat mencegah berbagai dampak yang ditimbulkan dari

kebisingan lingkungan kerja yang melebihi Nilai Ambang Batas sesuai dari

Permenaker Nomor 5 Tahun 2018, khususnya pada para pekerja di

Perusahaan Pemecah Batu Sinar Jaya di Kota Makassar.

B. Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui intensitas kebisingan.

2. Untuk mengetahui pengoperasian alat ukur Sound Level Meter Type

SL5868P.
6

3. Untuk mengetahui intensitas kebisingan di Perusahaan Pemecah Batu

Sinar Jaya di Kota Makassar


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Definisi Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki

yang bersifat mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya

dengar seseorang yang terpapar (WHS, 1993). Dari segi kualitas, bunyi

dapat dibedakan menjadi dua yaitu frekuensi yang dinyatakan dalam

jumlah getaran per detik (hertz) yaitu jumlah getaran dalam satu

detik yang sampai ke telinga dan intensitas atau arus energi yang

dinyatakan dalam desibel (dB) yaitu perbandingan antara kekuatan

dasar bunyi dengan frekuensi yang dapat diterima oleh telinga normal

(Suma’mur, 1995 dalam Herawati, P. 2017).

Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara

yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan

molekul-molekul udara di sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut

bergetar. Getaran Sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan

energi mekanis dalam Medium udara menurut pola rambatan longitudinal.

Rambatan gelombang di udara ini dikenal sebagai suara atau bunyi

(Sasongko dkk 2000). Laju rambat gelombang suara di udara bergantung

pada suhu sekitar. Pada suhu 20oC laju rambat suara sekitar 344 m/dt. Setiap

kenaikan 10oC maka laju rambat suara bertambah sekitar 0,61 m/dt

(Herawati, P. 2017).

Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan yang bersumber

dari alat produksi dan atau alat yang pada tingkat tertentu akan

7
8

menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan (Noise) dapat juga

diartikan sebagai sebuah bentruk getaran yang dapat berpindah melalui

medium padat, caire dan gas (Harris, 1991). Kebisingan adalah produk

samping yang tidak diinginkan dari sebuah lingkungan Bandara yang

disebabkan oleh kegiatan operasional Bandara yaitu bunyi suara mesin

pesawat terbang yang menimbulkan kebisingan yang tidak hanya

mempengaruhi aktifitas karyawan bandara (Ground Handling) dan

penduduk yang tinggal di sekitar Bandara (Herawati, P. 2017).

B. Tinjauan Umum tentang Jenis-jenis Kebisingan

Menurut Babba (2007), kebisingan di tempat kerja diklasifikasikan

ke dalam dua jenis golongan, yaitu :

1. Kebisingan yang tetap (steady noise) Dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete

frequencynoise). Kebisingan ini merupakan nada-nada

murni padafrekuensi yang beragam. Contohnya suara

mesin, suara kipas dan sebagainya.

b. Kebisingan tetap (Broad band noise), kebisingan dengan

frekuensi terputus dan Brod band noise sama-sama digolongkan

sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya

adalah broad band noiseterjadi pada frekuensi yang lebih

bervariasi.
9

2. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) Dibagi lagi menjadi tiga

jenis, yaitu :

a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan yang

selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu

b. Intermitent noise, kebisingan yang terputus-putus dan

besarnyadapat berubah-ubah. Contoh kebisingan lalu lintas.

c. Kebisingan impulsif (Impulsive noise), kebisingan ini

dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi

(memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat,

misalnya suara ledakan senjata dan alat-alat sejenisnya.

Jenis kebisingan antara lain (Sumamur,1996 dalam Malau, N, D.,

dkk,2017) :

a. Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi luas (steady

state,wide band noise) noise misalnya suara yang di timbulkan oleh

kipas angin;

b. Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,

narrow band noise) misalnya suara yang di timbulkan oleh gergaji

sirkuler dan katup gas;

c. Kebisingan terputus putus ( inter mittent ) adalah kebisingan yang

terjadi secara terputus-putus atau tidak stabil. Misalnya suara lalu

lintas, suara kapal terbang di lapangan udara ;

d. Kebisingan impulsif ( impact or impulsive noise ) adalah kebisingan

dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncaknya tidak


10

lebih dari 35 milidetik dan waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan

intensitas sampai 20 dB tidak lebih dari 550 milidetik. Misalnya

tembakan atau meriam;

e. Kebisingan impulsif berulang adalah kebisingan yang terjadi

berulang ulang dengan intensitas yang relatif rendah. Misalnya mesin

tempa di perusahaan.

C. Tinjauan Umum tentang Sumber Kebisingan

Menururt doelle, sumber kebisingan utama dalam lingkungan

dapat di klasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu : (pristtianto,2018)

1. Bising luar (outdoor) sumber bising berasal dari transportasi termasuk

kendaran transportasi darat seperti mobil,bus truk dll, lalu lintas, industry,

tempat pembangunan gedung-gedung, alat-alat mekanis yang terlihat

dalam gedung, perbaikan jalan dan kegiatan olahraga.

2. Bising dalam (interior) sumber bising biasa berasal dari bising yang

manusia buat, alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin gedung.

D. Tinjauan Umum tentang Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan merupakan standar dari

faktor lingkungan kerja yang bisa diterima oleh seluruh tenaga kerja dengan

tidak menyebabkan gangguan kesehatan, dalam pekerjaan yang dilakukan

dalam kurun waktu yang tidak boleh melebihi 8 jam dalam sehari.

1. Standar Internasional

Menurut National Institute for Occupational Safety and Health

(NIOSH) mengatakan bahwa Recommended xposure Limit (REL) untuk


11

papara kebisingan saat berada ditempat kerja adalah 85 dBA selama 8 jam

(Diniari dkk,2017). Sedangkan menurut Occupation Safety and Health Act

(OSHA) 90 dBA selama 8 jam.

2. Standar Nasional

Pemerintah Indonesia telah menetap Nilai Ambang Batas (NAB)

kebsingan pada peraturan Mentri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018

tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor FIsika dan Faktor Kimia di

Tempat Kerja. Berikut Nilai Ambang Batas (NAB) tersebut:

Tabel 1.
Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Waktu Intensitas
Pemaparan Per Hari Kebisingan dalam dB
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94

30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,12 Detik 115


14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
Sumber : Data Sekunder, 2021
12

E. Tinjauan Umum tentang Dampak Kebisingan

Dari sudut pandang lingkungan, kebisingan adalah masuk atau di

masukkannya energi (suara) ke dalam lingkungan hidup sedemikian rupa

sehingga mengganggu peruntukannya. Dari sudut pandang lingkungan,

maka kebisingan lingkungan termasuk kategori pencemaran karena dapat

menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia.

Munculnya kebisingan biasanya akan memberikan pengaruh terhadap

penduduk atau pekerja di sekitar sumber kebisingan.

Dampak kebisingan tergantung kepada besar tingkat kebisingan.

Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam

satuan desiBel (dB). Pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada

karakteristik fisis, waktu berlangsung dan waktu kejadiannya. Pendengaran

manusia sebagai salah satu indera yang berhubungan dengan

komunikasi/suara. Telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu

merespon suara pada kisaran antara 0 – 140 dBA. Frequensi yang dapat

direspon oleh telinga manusia antara 20 - 20.000 Hz, dan sangat sensitif

pada frequensi antara 1000 sampai 4000 Hz. Ambang batas keamanan yang

direkomendasikan oleh Occupational Safety and Health Administration

(OSHA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Peningkatan tingkat kebisingan yang terus menerus dari berbagai

aktifitas pada lingkungan dapat berujung kepada gangguan kebisingan, efek

yang ditimbulkan kebisingan (Sasongko dkk, 2000) :


13

1. Efek psikologis pada manusia (kebisingan dapat membuat kaget,

mengganggu, mengacaukan konsentrasi).

2. Menginterferensi komunikasi dalam percakapan dan lebih jauh lagi akan

menginterferensi hasil pekerjaan dan keselamatan kerja. 3. Efek fisis

kebisingan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan pendengaran dan

rasa sakit pada tingkat yang sangat tinggi.

Selain gangguan kesehatan kerusakan terhadap indera-indera

pendengar, kebisingan juga dapat menyebabkan: gangguan kenyamanan,

kecemasan dan gangguan emosional, stress, denyut jantung bertambah dan

gangguan-gangguan lainnya. Secara umum pengaruh kebisingan terhadap

masyarakat dapat dibagi menjadi 2 yaitu ;(1)Ganguan Fisiologis yang

diakibatkan oleh kebisingan yakni gangguan yang langsung terjadi pada faal

manusia. Gangguan ini diantaranya: Peredaran darah terganggu oleh kerena

permukaan darah yang dekat dengan permukaan kulit menyempit akibat

bising > 70 dB, (2) Gangguan Psikologis yang secara tidak langsung

terhadap manusia dan sukar untuk diukur. Gangguan psikologis dapat

berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, dan cepat marah. Bila

kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit

psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

F. Tinjauan Umum tentang Hierarki Pengendalian Kebisingan

Pengendalian risiko (risk control) adalah cara untuk mengatasi potensi

bahaya yang terdapat dalam dalam lingkungan kerja. Potensi bahaya

tersebut dapat dikendalikan dengan menentukan suatu skala prioritas


14

terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam prioritas terlebih

dahulu yang kemudian dapat membantu dalam pemilihan pengendalian

resiko yang disebut hirarki pengendalian resiko. Pengendalian risiko dapat

mengikuti pendekatan hirarki pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki

pengedalian resiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan

pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa

tingkatan secara berurutan. Hirarki atau metode yang dilakukan untuk

mengendalikan risiko antara lain :

1. Eliminasi (Elimination)

Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan bahaya.

Eliminasi merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi

pilihan utama dalam melakukan pengendalian risiko bahaya. Hal ini berarti

eliminasi dilakukan dengan upaya mengentikan peralatan atau sumber yang

dapat menimbulkan bahaya.

2. Substitusi (Substitution)

Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang berbahaya

dengan bahan yang lebih aman. Prinsip pengendalian ini adalah

menggantikan sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang lebih

aman atau lebih rendah tingkat resikonya.

3. Rekayasa (Engineering)

Rekayasa / Engineering merupakan upaya menurunkan tingkat risiko

dengan mengubah desain tempat kerja, mesin, peralatan atau proses kerja

menjadi lebih aman. Ciri khas dalam tahap ini adalah melinatkan pemikiran
15

yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang memodifikasi

peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan

mengurangi frekuansi dalam melakukan kegiatan berbahaya. Pengendalian

dan rekayasa tehnik termasuk merubah struktur objek kerja untuk

mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian

pengaman pada mesin.

4. Administrasi (Administrative)

Dalam upaya sacara administrasi difokuskan pada penggunaan

prosedur seperti SOP (Standard Operating Procedure) sebagai langkah

mengurangi tingkat risiko. Metode pengendalian ini sangat tergantung

dari perilaku pekerja dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk

dipatuhinya pengendalian secara administratif ini. Metode ini meliputi

pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk

mengurangi kelelahan dan kejenuhan.

5. Alat Pelindung Diri (safety tools)

Alat pelindung diri merupakan langkah berakhir yang dilakukan yang

berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang

ditimbulkan. APD (Alat Pelindung Diri) merupakan pilihan terakhir dari

suatu sistem pengendalian risiko tempat kerja. Antara lain dapat dengan

menggunakan alat proteksi pendengaran berupa : ear plug dan ear muff.

Ear plug dapat terbuat dari kapas, spon, dan malam (wax) hanya dapat

digunakan untuk satu kali pakai. Sedangkan yang terbuat dari

bahan karet dan plastik yang dicetak (molded rubber/ plastic)


16

dapat digunakan berulang kali. Alat ini dapat mengurangi suara sampai

20 dB(A). Sedangkan untuk ear muff terdiri daridua buah tutup

telinga dan sebuah headband. Alat ini dapat mengurangi intensitas

suara hingga 30 dB(A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga

dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia.


18

BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Metode Praktikum

Praktikum ini menggunakan metode praktikum dengan menganalisis

studi kasus yang dimana studi kasus tersebut mengenai gambaran umum

lokais, faktor kebisingan, dampak kesehatan, dan solusi dari pengukuran di

Perusahaan Pemecah Batu Sinar Jaya di Kota Makassar.

B. Lokasi dan WaktuPraktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Perusahaan Pemecah Batu Sinar Jaya di

Kota Makassar pada hari Kamis, 6 Mei 2021 pada pukul 10.00-12.00

WITA.

C. Instrumen Praktikum

Adapun instrumen yang digunakam dalam praktikum ini, yaitu :

1. Sound Level Meter

Gambar 1 Sound Level Meter


Sumber : Data Sekunder 2021

Sound level metermerupakan alat ukur tingkat kebisingan, alat

ini digunakan untukmengukur intensitas kebisingan.


19

2. Stopwacth

Gambar 2 Stopwacth
Sumber : Data Sekunder 2021

3. Meteran

Gambar 3 Meteran
Sumber : Data Sekunder 2021

4. Jaw Crusher

Gambar 4 Jaw Crusher


Sumber : Dat Sekunder, 2021

D. Prinsip Kerja

Alat ukur sound level meter memiliki prinsip kerja sebagai

berikut; Gelombang bunyi yang dikeluarkan oleh buzzer ditangkap oleh

sound microphone sensor. Dalam microphone, gelombang tersebut akan

menabrak diafragma dan diafragma akan bergetar sesuai dengan gelombang

yang diterimanya. Sebuah kumpuran kawat yang terdapat di bagian

belakang diafragma akan ikut bergetar sesuai dengan getaran diafragma.


20

Sebuah Magnet yang dikelilingi oleh kumparan tersebut akan menciptakan

medan magnet seiring dengan gerakan kumparan. Pergerakan kumparan di

Medan Magnet ini akan menimbulkan arus listrik bolak balik. Arus listrik

yang dihasilkan kemudian diolah oleh mikrokontroler dan menghasilkan

nilai taraf intensitas bunyi. Dalam pengukuran jarak dari sensor ke sumber

bunyi digunakan prinsip pemantulan gelombang ultasonik untuk

menemukan jarak yang sesuai.

E. Prosedur Kerja

1. Pasang mic pada sound level meter

2. Pegang alat sound level meter setinggi telingan pekerja

3. Kemudian tekan tombol power lalu tunggu sampai angkanya stabil

4. Kemudian hitung tingkat kebisingan pada tempat tertentu selama

30 detik dan sebanyak 5 kali.


21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Umum Lokasi Praktikum

Gambaran umum lokasi pengukuran tingkat kebisingan pada

praktikum ini adalah di perusahaan pemecah batu Sinar Jaya di Kota

Makassar. Perusahaan Sinar Jaya merupakan tempat jual beli kerikil, pasir,

dan abu batu dimana akses untuk mendapatkannya sangat mudah karena

tempat sangat strategis yakni berada di pinggir jalan. Proses kerja yang

dilakukan oleh pekerja yaitu untuk memecah batu dengan menggunakan

mesin Jaw crusher, batu yang ukurannya lebih besar dimasukkan kedalam

mesin ini kemudian mesin akan memecah batu dengan ukuran yang lebih

kecil sperti kerikil dan menghasilkan abu batu dari hasil pemecahannya.

B. Hasil

Adapun hasil praktikum intensitas kebisingan mesin Jaw crusher

Perusahaan Pemecah Batu Sinar Jaya di Kota Makassar diperoleh pada tabel

dibawah ini:

Tabel 2.
Hasil Titik Pengukuran di Perusahaan Pemecah Batu Sinar Jaya di
Kota Makassar
Titik Pengukuran Jarak I (dB) Jarak II (dB)
1 90,2 86,8
2 88,7 85,0
3 86,2 84,4
4 89,6 86,8
5 85,5 81,6
Jumlah 440,2 424,6
Rata-rata 88,04 84.92
Sumber : Data Primer, 2021
22

Dari hasil pengukuran, didapatkan hasil yang berbeda-beda di setiap

titik dengan jarak yang berbeda-beda yaitu dengan jarak I dan jarak II. Hasil

pengukuran intensitas kebisingan tertinggi terdapat di daerah jarak I di titik

1, yaitu 90,2 dB. Sedangkan intensitas kebisingan terndah terdapat di jarak 2

di titik 5 yaitu 81,6 dB.

C. Pembahasan

Perusahaan pemecah batu merupakan industri yang menggunkan

mesin saat bekerja dan dapat menimbulkan kebisingan seperti mesin yang

digunakan yaitu mesin Jaw crusher. Jaw Crusher adalah jenis crusher yang

paling banyak digunakan untuk crusher primer. Jenis ini paling efektif

digunakan untuk batuan sedimen sampai batuan yang paling keras seperti

granit atau basalt. Jaw Crusher merupakan mesin penekan (compression)

dengan rasio pemecahan 6:1 (Tabang, K. K. D. 2020). Mesin ini digunakan

untuk memecah batu sehingga saat proses pemecahan batu mesin ini

mengeluarkan kebisingan yang dapat berdampak bagi para pekerja,

khususnya terhadap pendengaran pekerja.

Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan alat Sound Level Meter

Type SL-5868P pada kebisingan yang dihasilkan oleh mesin Jaw crusher,

bahwa intensitas kebisingan tertinggi ada pada pengukuran jarak I di titik 1

yaitu sebesar 90,2 dB dan terendah ada pada pengukuran jarak II di titik 5

yaitu sebesar 81,6 dB. Jarak I merupakan jarak terdekat dengan mesin yang

digunakan dibandingkan dengan jarak II, kemudian pekerja pada bagian

mesin tersebut bekerja selama 8 jam lamanya. Rata-rata dari pengukuran


23

intensitas kebisingan pada jarak I yaitu 88,04 dB hasil tersebut tidak sesuai

atau diluar dari Nilai Ambang Atas (NAB) yang telah ditetapkan dalam

Permenaker Nomor 5 Tahun 2018. Pada pengukuran jarak II rata-rata

intensitas kebisingan yaitu 84,92 dB hasil tersebut sesuai dengan Nilai

Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan dalam Permenaker Nomor 5

Tahun 2018.

Bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang

merambat dari suatu sumber getar akibat perubahan kerapatan dan

tekanan udara. Kebisingan merupakan terjadinya bunyi yang tidak

dikehendaki termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang

dikeluarkan oleh transportasi dan industri, sehingga dalam jangka

waktu yang panjang akan dapat mengganggu dan membahayakan

konsentrasi kerja, merusak pendengaran (kesehatan) dan mengurangi

efektifitas kerja (Malau, N. D., dkk, 2017).

Kebisingan yang melebihi standar dapat berakibat buruk terhadap

manusia, seperti menggangu kenyamanan, penurunan ketajaman

pendengaran sampai tuli, terganggunya sistem keseimbangan, gangguan

konsentrasi, meningkatkan kadar emosi dan juga dapat mengganggu sistem

metabolisme tubuh. Keadaan bising ditempat kerja dapat dikendalikan

dengan beberapa cara yaitu, elimination dengan meghilangkan sumber

kebisingan, subtitution mengganti alat sumber kebsingan menjadi alat yang

lebih rendah bising, engineering mengisolasikan sumber bising atau

membuatkan ruang khusu agar meredam kebisingan, administrative controls


24

mengatur durasi waktu pemaparan kebisingan dan personal protective

equipment dengan menggunakan alat pelindung kebisingan (Komang,

2016).
25

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran intensitas kebisingan yang

telah didapatkan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang

bersifat mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya

dengar seseorang yang terpapar (WHS, 1993). Kebisingan di

tempat kerja diklasifikasikan menjadi dua jenis golongan yaitu

kebisingan yang tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap

(unsteady noise). Sumber kebisingan dalam lingkungan kerja ada

dua yaitu bising luar (outdoor) dan bising dalam (interior).

Kebisingan dapat mengganggu kesehatan pekerja. Selain gangguan

kesehatan kerusakan terhadap indera-indera pendengar, kebisingan

juga dapat menyebabkan: gangguan kenyamanan, kecemasan dan

gangguan emosional, stress, denyut jantung bertambah dan

gangguan-gangguan lainnya.

2. Pengukuran intensitas kebisingan di Perusahaan Pemecah Batu Sinar

Jaya di Kota Makassar menggunakan alat Sound Level Meter.

3. Hasil penukuran dari Perusahaan Pemecah Batu Sinar Jaya di Kota

Makassar didapatkan hasil yang berbeda-beda di setiap titik dengan

jarak yang berbeda-beda yaitu dengan jarak I dan jarak II. Hasil

pengukuran intensitas kebisingan tertinggi terdapat di daerah jarak I


26

di titik 1, yaitu 90,2 dB. Sedangkan intensitas kebisingan terndah

terdapat di jarak II di titik 5 yaitu 81,6 dB.

B. Saran
Adapun saran yang diberikan oleh praktikan yaitu:

1. Dosen

Sebaiknya dosen tetap memperhatikan jalannya praktikum yang

sedang berlangsung.

2. Assisten Laboratorium

Sebaiknya asisten laboratorium lebih memberikan jangka

panjang terhadap pengerjaan laporan praktikum dengan pertimbangan

hari raya idul fitri akan dilaksanakan sebentar lagi sehingga

kebanyakan praktikan lebih sibuk dalam persiapan hal tersebut.

3. Pekerja

Sebaiknya pekerja lebih memperhatikan mengenai penggunaan

APD pada saat bekerja dan juga lebih memahami dampak yang dapat

terjadi saat pekerja tidak menggunakan APD dilingkungan kerja.


DAFTAR PUSTAKA
Tabang, K. K. D. 2020. Evaluasi Produktivitas Crusher Pada Coal Processing
Plant di PT. Bara Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan. Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, [online] 8(1), 6-8.
https://core.ac.uk/download/pdf/327124856.pdf [diakses 7 Mei 2021]
Malau, N. D., Manao, G. R. S., & Kewa, A. 2017. Analisa Tingkat Kebisingan
Lalulintas di Jalan Raya. EduMatSains: Jurnal Pendidikan, Matematika
dan Sains, [online] 2(1), 89-98.
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/edumatsains/article/view/382/284
[diakses 6 Mei 2021]
Herawati, P. 2017. Dampak kebisingan dari aktifitas Bandara Sultan Thaha Jambi
terhadap pemukiman sekitar bandara. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, [online] 16(1), 104-108.
http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/89/84 [diakses 6 Mei
2021]
Amir, J., Wahyuni, I., & Ekawati, E. 2019. Hubungan Kebisingan, Kelelahan
Kerja dan Beban Kerja Mental Terhadap Stres Kerja Pada Pekerja Bagian
Body Rangka PT. X. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), [online]
7(1), 345-350.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/22997 [diakses 7
Mei 2021]
Nugroho, P. C. S., & Haj, M. I. (2020, February). Sound Level Meter Berbasis
Arduino Dengan Sensor Bunyi Dan Sensor Ultrasonic Untuk Menentukan
Hubungan Jarak Dengan Intensitas Bunyi. In Sendika: Seminar
Pendidikan (Vol. 3, No. 1, pp. 117-124).
Sabiq, S., & Purwangka, F. 2018. Intensitas Kebisingan Mesin Serbaguna pada
Perahu Gillnet di Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran. Jurnal Ilmiah
Samudra Akuatika, [online] 2(2), 9-21.
https://ejurnalunsam.id/index.php/jisa/article/view/858/865 [diakses 7 Mei
2021]

26
Erliana, C. I., Irwansyah, D., Abdullah, D., Zarlis, M., & Elviwani, E. 2018.
Analisis Tingkat Kebisingan Pada Departement Fiber Line di PT. Toba
Pulp Lestari. TECHSI-Jurnal Teknik Informatika, [online] 10(2), 65-73.
https://ojs.unimal.ac.id/techsi/article/view/842/517 [diakses 6 Mei 2021]
Kartikasari, R. D., & Swasto, B. 2017. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan
Bagian Produksi PT. Surya Asbes Cement Group Malang). Jurnal
Administrasi Bisnis, [online] 44(1), 89-95.
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/
1731/2111 [diakses 6 Mei 2021]
Hasibuan, A., Purba, B., Marzuki, I., Mahyuddin, M., Sianturi, E., Armus, R., ...
& Jamaludin, J. 2020. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yayasan
Kita Menulis.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=BBgJEAAAQBAJ&oi=f
nd&pg=PA7&dq=pengertian+keselamatan+dan+kesehatan+kerja&ots=oF
uGESLz_Z&sig=teqW0Aet3gTXRJD2yMImz1bPYJs&redir_esc=y#v=on
epage&q=pengertian%20keselamatan%20dan%20kesehatan%20kerja&f=f
alse [diakses 6 Mei 2021]
Pristianto, H. 2018. Analisa Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi Di Jalan
Ahmad Yani Kota Sorong. https://osf.io/preprints/inarxiv/z8b4c/ [diakses 6
Mei 2021]
Diniari, H. R., Prasetya, T. A. E., Nawawiwetu, E. D., & Tualeka, A. R. 2017.
Noise Risk Assessment at Air Separation Plant PT. X Surabaya (Nitrogen,
Oxygen, and Argon Plant). Journal of Vocational Health Studies, 1(2), 70-
74. https://media.neliti.com/media/publications/224509-noise-risk-
assessment-at-air-separation-e91f241d.pdf [diakses 6 Mei 2021]
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
Komang, R. A. dkk.2016. Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara
Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Jom F Teknik.

27
Arman, U. D., Sari, A., & Nasmirayanti, R. 2021. Analisis Resiko Keselamatan
Konstruksi Pada Proyek Pembangunan Gedung Asrama Haji Padang
Pariaman. Rang Teknik Journal, [online] 4(1), 168-179.
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL/article/view
/2290 [diakses 9 Mei 2021]
Khalik, R. A., & Hermawanto, A. R. 2019. Analisis Kebisingan Pada Ruangan
Mesin Border Terhadap Kelelahan Operator Mesin Border di Home
Industri Berkah. Sistemik (Jurnal Ilmiah Nasional Bidang Ilmu Teknik),
[Online], 7(2),
https://sistemik.sttbandung.ac.id/index.php/sistemik/article/view/27
[diakses 9 Mei 2021]

28
LAMPIRAN
Lampiran 1
Denah Pengukuran Intensitas Kebisingan Mesin Jaw Crusher Perusahaan
Pemecah Batu Sinar Jaya di Kota Makassar Tahun 2021

Keterangan :
A = 90,2 dB
B = 86,8 dB

29

Anda mungkin juga menyukai