Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn/Ny

Dengan Gangguan Kebutuhan Aktivitas

Di Ruang Bedah RSUD Sumbawa

DISUSUN OLEH :

RIAZAR ZAKIPA

NIM :

20.14401.1.011
UNIVERSITAS SAMAWA
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2021
i

LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DASA

Asuhan Keperawatan Pada Tn. dengan Prioritas Masalah Kebutuhan

Dasar Gangguan Aktivitas di Buat Oleh RIAZAR ZAKIPA

Sumbawa Besar

Sumbawa, Agustus 2021

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik


Ns.Laily Widia Astuti,S.Kep.,M.,Kep Ns. Sulastri Masjrun, S.Kep

BAB I
KONSEP TEORI

A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR


1. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,
teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan
kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan
tindakan keperawatan (Ambarwati, 2014). Menurut Hidayat, (2009) Mobilisasi atau
mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.
2. Jenis Mobilitas
Menurut Hidayat (2009), ada 2 jenis mobilitas yaitu :
a. Mobilitas Penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari–
hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik
untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas
dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien para plegi dapat
mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan
kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu :
a) Mobilitas sebagian temporer
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada sistem muskuloskletal, contohnya adalah adanya sendi
dan tulang.

1
b) Mobilitas sebagian permanen
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf
yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke,
paraplegi karena cedera tulang belakang,poliomielitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
3. Tujuan Mobilisasi
Menurut Ambarwati, 2014 mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya
penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh).
4. Pengertian Gangguan Mobilitas Fisik
Hambatan mobilitas fisik adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas
dan faktor yang berhubungan dengan hambatan mobilitas (Heriana, 2014).
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurafif & Hardi, 2015). Menurut
Nanda, 2011 hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan pada pergerakan fisik
tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Menurut Atoilah, 2013, secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas
antara lain :
a. Imobilitas fisik, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami
pembatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun oleh
keadaan orang tersebut.
b. Imobilitas intelektual, disebabkan kurang pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Ini terjadi misalnya pada kerusakan otak
karena proses penyakit atau kecelakaan serta pada pasien tradisi mental.
c. Imobilitas emosional, yang dapat terjadi akibat pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
d. Imobilitas sosial, yang dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang
sering terjadi akibat penyakit.
2

5. Kemampuan Mobilitas

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai


kemampuan gerak ke posisi miring, duduk berdiri, bangun dan berpindah tanpa
bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut: (Aziz, 2009)

Tingkat Aktivitas/ Mobilitas Kategori


Tingkat 0 • Mampu merawat diri secara penuh

Tingkat 1 • Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 • Memerlukan bantuan atau


pengawasan orang lain

Tingkat 3 • Memerlukan bantuan, pengawasan


orang lain dan peralatan Sangat
tergantung dan tidak dapat

Tingkat 4 • melakukan atau berpartisipasi


dalam perawatan
3
6. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak. derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan: (Aziz, 2009)

Skala Persentase Kekuatan Normal Karakteristik

0 0 • Paralisis sempurna

1 10 • Tidak ada gerakan,


kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat.

2 25 • Gerakan otot penuh


melawan gravitasi
dengan topangan.

3 50 • Gerakan yang normal


melawan gravitasi.

• Gerakan penuh yang


4 75 normalmelawan
gravitasi dan melawan
tahanan minimal.
5 100 • Kekuatan normal,
gerakan penuh yang
normalmelawan
gravitasi dan tahanan
penuh

7. Perubahan Psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan


mobilitas dan immobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.
4

8. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data focus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien
(Potter & Perry, 2005).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang


dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhankebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul,
didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data
dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah
pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pengkajian awal pasien hingga pengkajian
ulang untuk menambah atau melengkapi data(Potter & Perry, 2005).

Tujuan pengumpulan data:

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.


2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah.
a) Data Subjektif
- Klien mengatakan adanya nyeri daerah pinggang ke bagian bawah
- Klien mengatakan tidak bisa terlalu banyak duduk
- Klien mengatakan tidak bisa terlalu banyak jalan
- Klien mengatakan sukar melakukan aktivitas.
b) Data Objektif
- Klien tampak meringis
- Klien selalu memegang bagian pinggang
- Klien tampak lemah
- Postur tubuh klien membungkuk
- Menggunakan tongkat untuk berjalan
- Pergerakan lambat

9. Perencanaan Keperawatan Tujuan:


a. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi.
b. Meningkatkan fungsi kardiovaskular.
c. Meningkatkan fungsi respirasi.
d. Meningkatkan fungsi gastrointestinal.
e. Meningkatkan fungsi sistem perkemihan.
f. Memperbaiki gangguan psikologis.

Data/symtom Etiologi Problem


DS:  Trauma Gangguan mobilitas fisik
 Pasien mengatakan  Dislokasi pada sendi
kesulitan untuk  Trauma join dislocation
menggerakan tubuh  Deformatis tulang
bagian kanan  Gangguan bentuk dan
 Pasien mengatakan nyeri pergerakan
saat bergerak  Kesulitan dalam
Do: mengendalikan sensi
 Kekuatan otot pasen  Gangguan mobilitas fisik
menurun
 Pasien hanya tampak
dapat berbaring saja
ditempat tidur
 Gerakan pasien tampak
tidak terkoordinasi
 Gerakan pasien terbatas
dan sendinya terlihat
kaku

10. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons


pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk
mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja DPP PPNI, 2016).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke non hemoragik yaitu
gangguan mobilitas fisik berhubungan penurnan kekuatan otot ditandai dengan
mengeluh susah menggerakkan ekstermitas, rentang gerak (ROM) menurun. (Tim Pokja
DPP PPNI, 2016).

Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada pasien stroke non hemoragik:

a. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nerfus vagus


atau hilangnya refluks muntah.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi
nerfus hipoglosus.
c. Nyeri akut
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hemiparesis/hemiplegia,
penurunan mobilitas.
g. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan
h. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi otot
facial/oral
i. Resiko ketidakefektifakn perfusi jaringan otak berhubungan dnegan
penurunan aliran darah ke otak (aterosklerosis, embolisme) (Nurarif .A.H.
dan Kusuma. H, 2015).

11. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan lain-lain. (Nursalam, 2009)
7

12. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan daridiagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan evaluasi untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan
melihat respons klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga
perawat dapat mengambil keputusan mengakhiri rencana asuhan keperawatan,
memodifikasi rencana asuhan keperawatan, meneruskan rencana asuhan
keperawatan. (Nursalam, 2009).
8

DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An
Evidence-Based Guede to Planng Care. 11 Ed. St. Louis:Elsevier

Potter & Perry. (2013). Fundamentals of nursing. 8 Ed. Canada: Thosmos-Delmar Learning

Wllkinson, J. M., Treas, L. S,. Bamett, k. & Smlth, M. H (2016). Fundamentals of Nursing (3 ed.)
Philadelphia: F. A. Davis Company

Gordon,M.(1998).Nursing Diagnosis:process and APPLICATION ( 3 ed ).st.louis:mosby

Perry,A.G.& Potter,P.A.(2014).Nursing Skiils & Procedures ( 8 ed ).St Louis :Elsevier


9

Anda mungkin juga menyukai