Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman kata dasarnya “alami“ yang artinya mengalami, melakoni,

menempuh, menemui, mengarungi, mendapat, menyelami, dan merasakan, (Endarmoko,

2006). Pengalaman merupakan sumber pengetahuan mengenai pentingnya pengalaman

tentang keputihan dan memberi kesempatan untuk menceritakan pada orang lain.dan

membagikan kepada orang lain sehingga menimbulkan pemahaman yang semakin

mendalam ( Kirkham, 1997).

B. Keputihan (Fluor Albus)

1. Pengertian

Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan dari

vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan ada

yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak merupakan penyakit melainkan salah

satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita (Mansjoer, 2001).

2. Etiologi

Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang

fisiologik dan patologik.

a. Keputihan fisiologik

Penyebab keputihan fisiologik adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir

sampai umur kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap

5
Universitas Sumatera Utara
6

uterus dan vagina janin. Kemudian dijumpai pada waktu menarche karena mulai

terdapat pengaruh estrogen. Rangsangan birahi disebabkan oleh pengeluaran transudasi

dari dingding vagina. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan penyebab keputihan.

(Sarwono, 1999).

b. Keputihan Patologik

Keputihan patologik disebabkan oleh karena kelainan pada organ reproduksi

wanita dapat berupa Infeksi, Adanya benda asing, dan penyakit lain pada organ

reproduksi.

1) Infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya

adalah keputihan. Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu vaginitis,

candidiasis, trichomoniasis.

a) Vaginitis

Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina.

Dengan gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan bebau

busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat

berhubungan seksual dan saat kencing.

Vaginosis bakterialis merupakan sindrom klinik akibat pergantian Bacillus

Duoderlin yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam

konsentrasi tinggi seperti Bacteroides Spp, Mobiluncus Sp, Peptostreptococcus Sp dan

Gardnerella vaginalis bakterialis dapat dijumpai duh tubuh vagina yang banyak,

Homogen dengan bau yang khas seperti bau ikan, terutama waktu berhubungan seksual.

Bau tersebut disebabkan adanya amino yang menguap bila cairan vagina menjadi basa.

Universitas Sumatera Utara


7

Cairan seminal yang basa menimbulkan terlepasnya amino dari perlekatannya pada

protein dan vitamin yang menguap menimbulkan bau yang khas.

b) Candidiasis

Penyebab berasal dari jamur kandida albican. Gejalanya adalah keputihan

berwarna putih susu, begumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal dan kemerahan pada

kelamin dan disekitarnya. Infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh

Candida,spp, terutama Candida albicans (Brown and Chin, 2002).

Gejala yang muncul adalah kemerahan pada vulva, bengkak, iritasi, dan rasa

panas. Tanda klinis yang tampak adalah eritema, fissuring, sekret menggumpal seperti

keju, lesi satelit dan edema (Brown and Chin, 2002) dikutip dari (Widiawaty, 2006).

Usaha pencegahan terhadap timbulnya kandidiasis vagina meliputi

penanggulangan faktor predisposisi dan penanggulangan sumber infeksi yang ada.

Penanggulangan faktor predisposisi misalnya tidak menggunakan antibiotika atau

steroid yang berlebihan, tidak menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi

dengan kontrasepsi lain yang sesuai, memperhatikan hygiene. Penanggulangan sumber

infeksi yaitu dengan mencari dan mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam

tubuhnya sendiri atau diluarnya (Endang, 2003).

c) Trichomoniasis

Berasal dari parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejalanya keputihan

berwarna kuning atau kehijauan, berbau dan berbusa,kecoklatan seperti susu ovaltin,

biasanya disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, nyeri saat kencing dan

terkadang sakit pinggang.

Trichomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh

Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering

Universitas Sumatera Utara


8

menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Pada wanita sering tidak menunjukan

keluhan, bila ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang banyak, berwarna kehijauan

dan berbusa yang patognomonic (bersifat khas) untuk penyakit ini. Pada pemeriksaan

dengan kolposkopi tampak gambaran “Strawberry cervix” yang dianggap khas untuk

trichomoniasis.

Salah satu fungsi vagina adalah untuk melakukan hubungan seksual. Terkadang

mengalami pelecetan pada saat melakukan senggama. Vagina juga menampung air

mani, dengan adanya pelecetan dan kontak mukosa(selapu lendir) vagina dengan air

mani merupakan pintu masuk (Port d’entre) mikro organisme penyebab infeksi PHS.

2). Adanya benda asing dan penyebab lain

Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau organisme lain ) Masuk

melalui prosedur medis, saperti; haid, abortus yang disengaja, insersi IUD, saat

melahirkan, infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke

serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas.

3. Diagnosa Keputihan

a. Keputihan (Fluor Albus) Pisiologis

Keputihan (Fluor albus) pisiologis biasanya lendirnya encer, muncul saat

ovulasi, menjelang haid dan saat mendapat rangsangan seksual. Keputihan normal tidak

gatal, tidak berbau dan tidak menular karena tidak ada bibit penyakitnya.

b. Keputihan (Fluor Albus) Patologis

Keputihan (Fluor Albus) patologis dapat didiagnosa dengan anamnese oleh dokter yang

telah berpengalaman hanya dengan menanyakan apa keluhan pasien dengan ciri-ciri;

jumlah banyak, warnanya seperti susu basi, cairannya mengandung leukosit yang

Universitas Sumatera Utara


9

berwarna kekuning-kuningan sampai hijau, disertai rasa gatal, pedih, terkadang berbau

amis dan berbau busuk. Pemeriksaan khusus dengan memerikskan lendir dilaboratorium,

dapat diketahui apa penyebabnya, apakah karena jamur, bakteri atau parasit, namun ini

kurang praktis karena harus butuh waktu beberapa hari untuk menunggu hasil.(Jones,

2005). Amsel et al merekomendasikan diagnosa klinik vaginosis bakterialis berdasarkan

adanya tiga tanda-tanda berikut :

1. Cairan vagina homogen, putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina.

2. Jumlah pH vagina lebih besar dari 4,5.

3. Sekret vagina berbau seperti bau ikan sebelum atau sesudah penambahan KOH 10%

(whiff test).

Adanya “clue cells” pada pemeriksaan mikroskop sediaan basah. Clue cell

merupakan sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina sehingga

memberikan gambaran granular dengan batas sel yang kabur karena melekatnya bakteri

batang atau kokus yang kecil (Endang, 2003).

Penegakan diagnosis harus didukung data laboratorium terkait, selain gejala

dan tanda klinis yang muncul dan hasil pemeriksaan fisik seperti pH vagina dan

pemeriksaan mikroskopik untuk mendeteksi blastospora dan pseudohifa (Widiawaty,

2006).

Diagnosis Trichomonoasis ditegakan bila ditemukan Trichomo nas vaginalis

pada sediaan basah. Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan dengan

biakan duh tubuh vagina.

4. Patofisiologi

Organ yang paling sensitif dan rawan pada tubuh wanita adalah organ

reproduksi dan merupakan organ yang paling rawan dibanding organ tubuh yang

Universitas Sumatera Utara


10

lainnya. Keputihan (Fluor albus) merupakan salah satu tanda dan gejala penyakit organ

reproduksi wanita, di daerah alat genitalia eksternal bermuara saluran kencing dan

saluran pembuangan sisa-sisa pencernaan yang disebut anus. Apabila tidak dibersihkan

secara sempurna akan ditemukan berbagai bakteri, jamur dan parasit, akan menjalar ke

sekitar organ genitalia. Hal ini dapat menyebabkan infeksi dengan gejala keputihan.

Selain itu dalam hal melakukan hubungan seksual terkadang terjadi pelecetan, dengan

adanya pelecetan merupakan pintu masuk mikroorganisme penyebab infeksi penyakit

hubungan seksual (PHS) yang kontak dengan air mani dan mukosa (Kasdu, 2008).

5. Dampak Terhadap wanita

Keputihan (Fluor albus) yang pisiologis tidak memberi dampak pada wanita.

keputihan yang memberi dampak pada ibu yaitu keputihan yang patologis. Dengan

adanya keputihan ibu merasa tidak nyaman karena menunjukkan keluhan berbau busuk,

gatal, vulva terasa seperti terbakar. Apabila keputihan tidak diobati maka infeksi dapat

menjalar ke rongga rahim kemudian sampai ke indung telur dan akhirnya sampai

kerongga panggul. Banyak ditemukan wanita yang menderita keputihan yang kronik

menjadi mandul (Jones, 2005).

Biasanya komplikasi yang terjadi pada wanita adalah terinfeksinya kelenjar yang

ada di dalam bibir vagina. Bisul kelenjar tersebut harus disedot keluar karena tidak dapat

disembukan dengan obat. Komplikasi pada wanita sering menimbulkan radang saluran

telur. Infeksi nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan maupun gejala. Itu sebabnya

tidak mudah mendiagnosis hal itu. Kadang seorang wanita merasa tidak punya penyakit

kelamin, tetapi ketika lendir keputihannya diperiksa maka ditemukan bibit penyakit.

Biasanya wanita hanya merasa tidak enak kalau buang air kecil, kemudian jumlah

Universitas Sumatera Utara


11

lendirnya hanya sedikit. Terkadang merasa tidak enak di panggul dan mungkin akan

merasa nyeri kalau melakukan hubungan seks. Oleh karena itu komplikasi sering terjadi

apabila tidk dilakukan pemeriksaan sedini munggkin (Rahma, 2006).

6. Penatalaksanaan Keputihan (Fluor albus)

Penatalaksanaan keputihan meliputi usaha pencegahan dan pengobatan yang

bertujuan untuk menyembuhkan seorang penderita dari penyakitnya, tidak hanya untuk

sementara tetapi untuk seterusnya dengan mencegah infeksi berulang (Endang, 2003).

Apabila keputihan yang dialami adalah yang fisiologik tidak perlu pengobatan,

cukup hanya menjaga kebersihan pada bagian kemaluan. Apabila keputihan yang

patologik, sebaiknya segera memeriksakan kedokter, tujuannya menentukan letak

bagian yang sakit dan dari mana keputihan itu berasal. Melakukan pemeriksaan dengan

menggunakan alat tertentu akan lebih memperjelas. Kemudian merencanakan

pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan. Keputihan yang patologik yang

paling sering dijumpai yaitu keputihan yang disebabkan Vaginitis, Candidiasis, dan

Trichomoniasis. Penatalaksanaan yang adekuat dengan menggabungkan terapi

farmakologi dan terapi nonfarmakologi.

a. Terapi farmakologi

Pengobatan keputihan yang disebabkan oleh Candidiasis dapat diobati dengan

anti jamur atau krim. Biasanya jenis obat anti jamur yang sering digunakan adalah

Imidazol yang disemprotkan dalam vagina sebanyak 1 atau 3 ml. Ada juga obat oral

anti jamur yaitu ketocinazole dengan dosis 2x1 hari selama 5 hari. Apabila ada keluhan

gatal dapat dioleskan salep anti jamur (Jones, 2005).

Universitas Sumatera Utara


12

Pengobatan Fluor albus yang disebabkan oleh Trichomoniasis mudah dan efektif

yaitu setelah dilakukan pemeriksaan dapat diberikan tablet metronidazol (Flagy) atau

tablet besar Tinidazol (fasigin) dengan dosis 3x1 hari selama 7-10 hari.

Pengobatan keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh vaginitis sama dengan

pengobatan infeksi Trichomoniasis. yaitu dengan memberikan metronidazol atau

Tinidazol dengan dosis 3x1 selama 7- 10 hari. Pengobatan kandidiasis vagina dapat

dilakukan secara topikal maupun sistemik. Obat anti jamur tersedia dalam berbagai

bentuk yaitu: gel, krim, losion, tablet vagina, suppositoria dan tablet oral. Nama obat

adalah sebagai berikut: (1) Derivat Rosanillin, Gentian violet 1-2 % dalam bentuk

larutan atau gel, selama 10 hari. (2) Povidone – iodine, Merupakan bahan aktif yang

bersifat antibakteri maupun anti jamur. (3) Derivat Polien; Nistatin 100.000 unit

krim/tablet vagina selama 14 hari. Nistatin 100.000 unit tablet oral selama 14 hari. (4)

Drivat Imidazole: Topical( Mikonazol : 2% krim vaginal selama 7 hari, 100 mg tablet

vaginal selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 1200 mg tablet vaginal dosis

tunggal. Ekonazol 150 mg tablet vaginal selama 3 hari. Fentikonazol 2% krim vaginal

selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 600 mg tablet vaginal dosis tunggal.

Tiokonazol 2% krim vaginal selama 3 hari, 6,5 % krim vaginal dosis tunggal.

Klotrimazol 1% krim vaginal selama 7 – 14 hari, 10% krim vaginal sekali aplikasi, 100

mg tablet vaginal selama 7 hari, 500 mg tablet vaginal dosis tunggal. Butokonazol 2%

krim vaginal selama 3 hari. Terkonazol 2% krim vaginal selama 3 hari).

Sistemik ( Ketokanazol 400 mg selama 5 hari. Trakanazol 200 mg selama 3 hari

atau 400 mg dosis tunggal. Flukonazol 150 mg dosis tunggal. (Endang, 2003)

Universitas Sumatera Utara


13

b. Terapi Nonfarmakologi

1) Perubahan Tingkah Laku

Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di

lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga

kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari

katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005). Keputihan bisa

ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu

sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga.

2) Personal Hygiene

Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat

membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan tisu

basah atau produk panty liner harus betul-betul steril. Bahkan, kemasannya pun harus

diperhatikan. Jangan sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh

dalam tas bercampur dengan barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa

saja panty liner atau tisu basah tersebut sudah terkontaminasi. Memperhatikan

kebersihan setelah buang air besar atau kecil. Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu

kering atau handuk khusus. Alat kelamin jangan dibiarkan dalam keadaan lembab.

3) Pengobatan Psikologis

Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan. Tidak jarang

keputihan yang mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di laboratorium

gagal menunjukkan infeksi, semua pemgujian telah dilakukan tetapi hasilnya negatif

namun masalah atau keluhan tetap ada. Keputihan tersebut tidak disebabakan oleh

infeksi melainkan karena gangguan fsikologi seperti kecemasan, depresi, hubungan yang

Universitas Sumatera Utara


14

buruk, atau beberapa masalah psikologi yang lain yang menyebabkan emosional.

Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi dengan ahli psikologi. Selain itu

perlu dukungan keluarga agar tidak terjadi depresi.

C. Penelitian Fenomenologi

Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi diartikan sebagai

pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang

kesadaran dari perspektif dari seseorang (Moleong, 2005). Istilah fenomenologi juga

sering diartikan sebagai anggapan umum namun untuk menunjuk pada pengalaman

subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Fenomenologi juga mengacu

pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang

(Moleong, 2005).

Penelitian fenomenologi bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki oleh

peneliti harus banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena yang ada

dilapangan.(Sugiyono, 2008). Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah untuk

menggambarkan secara penuh tentang pengalaman dan pengembangan persepsi.

Terdapat empat aspek dalam fenomenologi yaitu : (1) ruang kehidupan; (2) kehidupan

tubuh (memenuhi kebutuhan badaniah); (3) usia (kesementaraan); (4) kehidupan

hubungan manusia (hubungan) (Polit, et al., 2001).

Desain penelitian fenomenologi digunakan sebagai pendekatan perspektif dan

juga digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif. Fenomenologi memiliki

riwayat yang cukup panjang dalam penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi, dan

pekerjaan sosial. Selain itu penomenologi juga merupakan pandangan berpikir yang

Universitas Sumatera Utara


15

menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan

interpretasi-interpretasi dunia (Moleong, 2005).

Beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis

yaitu: (1) fenomenologis cenderung mempertentangkan dengan ‘naturalisme’ yaitu yang

disebut objektivisme dan positifisme, yang telah berkembang sejak zaman Renaisans

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; (2) secara pasti fenomenologis cenderung

memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang oleh Hursserl disebut ‘Evidenz’, yang

merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan

yang lainnya, yang mencakupi untuk sesuatu dari segi itu; (3) fenomenologis cenderung

percaya bahwa bahkan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya

(Moleong, 2005).

Fenomenologi dapat bersifat deskkriptif yang mempelajari penomena tentang

respon keberadaan manusia, yang bertujuan untuk menjelaskan pengalaman seseorang

dalam kehidupannya. Termasuk didalamnya interaksi social yang dilakukan (Hidayat,

2007). Penelitian dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan

kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Moleong,

2005). Fenomenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-

orang yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek

subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia

konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana

suatu yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-

hari (Moleong, 2005). Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman

hidup tanpa memimpin diskusi. Selanjutnya, dalam percakapan yang dalam, peneliti

berusaha menambahkan jalan kepada partisipan untuk mendapatkan akses penuh tentang

Universitas Sumatera Utara


16

pengalaman hidup mereka. Terkadang, dua wawancara terpisah atau beberapa

pembicaraan diperlukan secara khas, penelitian fenomenologi melibatkan sedikit

partisipan, tergantung tercapainya saturasi data (polit, et al., 2001).

D. Tingkat Kepercayaan Data

Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang peneliti lakukan berpegang kepada

empat prisip dan kriteria menurut Lincol and Guba(1950) dikutip dari Moleong (2005)

keempat prinsip dan kriteria tersebut ialah: credibility, dependabilitiy, confirmability dan

transferability.

Prinsip credibility merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian dapat

dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk

memenuhi kriteria ini, dilakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan,

triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative dan member check

sehingga mencapai tinggkat reliabilitas data.

Prinsip dependability merujuk apakah hasil penelitian tersebut memiliki

keandalan dan reliabilitas. Prisip ini dapat mempertahankan konsisten tehnik

pengumpulan data,dalam menggunakan konsep, damn membuat penapsiran dalam

penomena.

Prinsip confirmability bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh.

Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti mengginformasikan hasil penelitian kepada

pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam bidang penelitian

kualitatif penomenologi.

Prinsip transferability megandung makna apakah hasil ini dapat

digeneralisasikan atau dapat diaplikasikan pada situasi lain, hasi penelitian kualitatif

Universitas Sumatera Utara


17

secara apriori tidak dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki

karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian. Upaya untuk

mentransfer hasil penelitian kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin

memerlukan penyesuaian menurut keadaan yang mendasarimya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai