Anda di halaman 1dari 10

Daya Layan Fasilitas Pendidikan SLTA Pasca Pemekaran Kabupaten

Pringsewu Provinsi Lampung


Siti Baroroh
siti.baroroh@yahoo.co.id

Andri Kurniawan
andri.kurniawan@ugm.ac.id

Abstract
Main goal of Indonesian regional expansion is to improve quality of public services for
the better public welfare. It is contained in one of Pringsewu Regency’s mission, which is to
improve the quality of the productive and competitive human resources. One of government’s
efford is by improving the standard of education become 12-year compulsory education.
The aim of the mini-thesis is to distinguish and analize affordability on the Pringsewu’s
public services of education facilities, before and after the expansion, The method used in this
research is quantitive method with Paired Sample T-test and Buffer Analysis. Based on the
data collected, after expansion there are difference in raw function of availability and potential
function of availability significantly. On actual function of availability data, there are no
significantly difference between pre- and post-expansion, due to comparison used on total
number of students which already had admission quota beforehand on every schools. In six
years post-expansion of Pringsewu district, there are 23 high school established spread across
regency. On 3000 m buffer map, increasing the number of high school in Prinsewu can be
determined. Increasing of education facilities affordability shown from 279 km2 to 369 km2 of
460 km2 Pringsewu Regency area.

Keyword: regional expansion, education facilities, welfare, fumction of ability

Abstrak
Pemekaran bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik guna terwujud
kesejahteraan. Hal ini terkandung dalam salah satu misi Kabupaten Pringsewu yaitu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif dan berdaya saing. Upaya
pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan
standar pendidikan menjadi wajib belajar 12 tahun.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan menganalisa keterjangkauan
fasilitas pendidikan SLTA pra dan pasca pemekaran Kabupaten Pringsewu. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantititatif dengan analisis Paired Sample T test
dan analisis baffer. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan diketahui bahwa pasca
pemekaran terdapat perbedaan yang signifikan pada daya layan kasar dan daya layan potensial.
Sedangkan daya layan aktual tidak mengalami perbedaan yang signifikan dikarenakan
pembanding pada perhitungan menggunakan jumlah siswa dan setiap sekolah sudah memiliki
kuota. Setelah terjadinya pemekaran setidaknya terdapat penambahan sekolah sebanyak 23
SLTA di Kabupaten Pringsewu. Penambahan SLTA tersebut terjadi di setiap kecamatan di
Kabupaten Pringsewu. Melalui peta buffer 3000 meter diketahui peningkatan sebelum dan
setalah pemekaran. Sebelum terjadinya pemekaran wilayah terjangkau fasilitas seluas 279 km2
dan setelah pemekaran menjadi 369 km2 dari luas Kabupaten Pringsewu 460 km2.

Kata kunci : Pemekaran, Fasilitas Pendidikan, Kesejahteraan, Daya Laya


PENDAHULUAN ketersediaan fasilitas dengan variabel
pembanding, seperti besarnya pengguna
Era reformasi memberikan aktual, pengguna potensial, penduduk
pemikiran baru, yaitu bergantinya sistem keseluruhan, luas wilayah dan dengan
sentralisasi menjadi desentralisasi. Hal ini pembanding standar. Fungsi daya layan
tercermin melalui terbitnya Undang-undang memberikan indikasi kualitas dan tingkat
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah tingkat ketercukupan pelayanan, sehingga
Daerah. Undang-undang ini menjadi semakin baik daya layan maka kualitas
gerbang adanya otonomi daerah yang fasilitas semakin baik. Kondisi daya layan
kemudian disahkan pula melalui Undang- dikatakan baik apabila melebihi standar
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang pelayanan minimum apabila ada (Muta’ali,
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat 2015).
dan Pemerintah Daerah. Undang-undang
tersebut menjadi tonggak bahwa
pemerintah daerah mewakili masyarakat METODE PENELITIAN
untuk membentuk daerah otonom dengan
menggunakan pemekaran wilayah Penelitian ini merupakan penelitian
(Harmantyo, 2007). Pemekaran wilayah kuantitatif. Sumber data yang digunakan
merupakan pembagian kewenangan adalah data primer dan data sekunder.
administrasi suatu wilayah yang dahulunya Pengumpulan data dengan cara
berada dalam satu daerah administratif, pengumpulan data instansional dan
dipisahkan menjadi dua atau beberapa observasi. Pengumpulan data Instansional
daerah administratif (Tarigan, 2010). berupa pengumpulan data jumlah fasilitas
Prinsip pemekaran dikatakan SLTA, jumlah penduduk dari berbagai
sebagai pembelahan wilayah, dengan instansi. Observasi yaitu suatu cara
distribusi parameter tertentu (Felsenstein, pengumpulan data dengan cara
2010). Tujuan pemekaran daerah salah mengadakan pengamatan langsung
satunya adalah mendekatkan pemerintah terhadap suatu obyek dalam periode
pada layanan publik (Romli, 2007) tertentu dan mengadakan pencatatan
Layanan publik merupakan kegiatan yang secara sistematis tentang hal-hal tertentu
dilakukan untuk mewujudkan sosial yang akan diamati.
masyarakat. Pemerintah berperan sebagai Teknis analisis yang digunakan
pengatur, penjamin, dan pengawas yaitu analisis daya layan (daya layan kasar,
(Haryatmoko, 2007). daya layan potensial serta daya layan aktual)
dan uji paired simple T-test dan setelah
Istilah pelayanan menurut Moenir
terjadinya pemekaran, analisis pertumbuhan
(2002) adalah suatu kegiatan yang
penduduk, proyeksi kebutuhan fasilitas, hirarki
dilakukan oleh seseorang atau kelompok pusat pelayanan, analisis persebaran fasilitas
dimana tingkat pemuasannya dapat SLTA dan analisis peta buffer dengan
dirasakan oleh orang yang melayani dan menggunakan jarak berdasarkan SNI 03-
dilayani, tergantung penyedia jasa dalam 1733-2004.
memenuhi kebutuhan pengguna.
Tabel 1 Tabel Standar Fasilitas Pendidikan
Beberapa teknik analisis pelayanan Jumlah Kriteria
Jenis
dapat digunakan mendasarkan pada aspek Sarana
Penduduk Radius Lokasi dan
ketersediaan pelayanan (Service (jiwa) (m) Penyelesaian
Ditengah kelompok
Availability), tingkat ketersediaan (size of TK 1.250 500 keluarga.
availability), dan fungsi pelayanan (daya Tidak menyeberang
layan) atau function of availability jalan raya. Bergabung
SD 1.600 1.000 dengan taman
(Muta’ali, 2015). Analisis fungsi pelayanan sehingga terjadi
merupakan perbandingan antara jumlah
Jenis
Jumlah Kriteria pada tahun 2010. Tahun 2011 hingga tahun
Penduduk Radius Lokasi dan
Sarana
(jiwa) (m) Penyelesaian
2013 mengalami peningkatan yang cukup
pengelompokan tajam melebihi nilai sebelumnya hal ini
kegiatan. Dapat dikarenakan pada tahun tersebut mulai
SLTP 4.800 1.000 dijangkau dengan
kendaraan umum.
mengalami penambahan jumlah fasilitas.
Disatukan dengan Setiap tahun baik sebelum dan setelah
lapangan olahraga. pemekaran mengalami kenaikan. Grafik
SLTA 4.800 3.000 Tidak selalu harus di
pusat lingkungan.
diatas secara tidak langsung menunjukkan
Ditengah kelompok bahwa sebelum dan setelah pemekaran
Taman
2.500 1.000
warga. Tidak terjadi perubahan/penambahan fasilitas
Bacaan menyeberang jalan
lingkungan
SLTA dan pemenuhan pelayanan SLTA
pada Kabupaten Pringsewu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Daya layan potensial merupakan
perbandingan antara jumlah ketersediaan
A. Daya Layan Fasilitas Pendidikan fasilitas dengan variabel pembanding
SLTA Pra dan Pasca Pemekaran berupa jumlah anak usia 15 – 19 tahun.
Daya layan fasilitas pendidikan
merupakan kemampuan untuk melayani
sesuatu dalam hal ini adalah fasilitas SLTA
di Kabupaten Pringsewu. Daya layan pada
tahun 2004 hingga tahun 2015 mengalami
perbedaan melalui batas pemekaran.
Terdapat tiga jenis daya layan yang
dianalisa, yaitu: daya layan kasar, daya
layan potensial dan daya layan aktual.
Daya layan kasar merupakan
perbandingan antara jumlah ketersediaan
fasilitas dengan variabel pembanding Gambar 2 Grafik Daya Layan Potensial Kab.
berupa jumlah penduduk. Pringsewu
Grafik diatas menggambarkan
perkembangan daya layan pada tahun 2004
hingga 2015, dari sebelum pemekaran
hingga pemekaran di Kabupaten
Pringsewu. Tahun 2004 hingga tahun 2009
mengalami kenaikan dengan nilai tertinggi
pada tahun 2008. Tahun 2010 hingga tahun
2015 atau setelah terjadinya pemekaran
terlihat kenaikan drastis, khususnya pada
tahun 2013 walaupun pada tahun
Gambar 1 Grafik Daya Layan Kasar Kab. setelahnya sempat mengalami penurunan
Pringsewu namun pada tahun 2015 mengalami
Grafik daya layan tersebut kenaikan. Hal ini berarti dengan adanya
memperlihatkan perkembangan daya layan pemekaran ternyata memengaruhi daya
yang terjadi di Kabupaten Pringsewu. layan fasilitas khususnya pada fasilitas
Peningkatan nilai daya layan terjadi sejak pendidikan.
tahun 2006 hingga tahun 2008. Tahun 2009 Daya layan kasar merupakan
mengalami penurunan dikarenakan pada perbandingan antara jumlah ketersediaan
tahun tersebut merupakan masa transisi fasilitas dengan variabel pembanding
atau terjadinya pemekaran. Selanjutnya berupa jumlah siswa/i yang mngenyam
berangsur menyamai keadaan sebelumnya pendidikan SLTA.
Berdasarkan tabel 4.4 nilai
efektifitas pelayanan SLTA dari tahun 2004
hingga tahun 2015. Nilai efektifitas sejak
tahun 2015 kurang dari satu, artinya
pelayanan fasilitas pendidikan SLTA sejak
tahun 2005 hingga tahun 2015 tidak efektif
. Semakin tinggi jumlah fasilitas maka
semakin sedikit jumlah penduduk dalam
satu fasilitas artinya satu falitas dapat lebih
Gambar 3 Grafik Daya Aktual Kasar Kab. efektif melayani penduduk. Nilai efektifitas
Pringsewu pada tabel diatas diketahui bahwa nilai
Grafik daya layan aktual terendah di tahun 2004 yang mana satu
memperlihatkan daya layan aktual pada fasilitas melayani 10.265 penduduk padahal
tahun 2005 hingga tahun 2014. Semakin standar minimal yang telah ditentukan
tinggi daya layan berarti semakin cukup adalah satu fasilitas berbanding 4800. Nilai
fasilitas yang ada dengan jumlah siswa. efektifitas tertinggi terjadi pada tahun 2015
Pada tahun 2005 hingga tahun 2009 yaitu satu fasilitas menjangkau 6.141
mengalami kenaikan. Tahun 2009 dan 2010 penduduk. Nilai efektifitas setiap tahunnya
tidak banyak mengalami perubahan. mengalami peningkatan walaupun pada
Namun, pada tahun 2012 mengalami tahun 2015 masih belum mencapai angka
penurunan yang drastis dan pada tahun satu sehingga semua penduduk belum dapat
2013 mengalami kenaikan kembali. Tahun terlayani.
2014 dan 2015 mengalami penurunan
walaupun nilainya lebih tinggi C. Perbedaan Daya Layan
dibandingkan pada saat sebelum Deskripsi data digunakan untuk
pemekaran. memperoleh kesimpulan dari hasil
pengujian. Sebelum melakukan uji Paired
B. Efektifitas Fasilitas Pendidikan SLTA Sample T test dilakukan uji normalitas
Nilai daya layan diketahui setiap untuk mengetahui data yang diambil
tahunnya daya layan mengalami berdistribusi normal atau tidak, selain itu
peningkatan, artinya hampir setiap tahun dilakukan pula uji homogenitas.
penduduk pendukung yang mendapatkan Tabel 3 Signifikansi Daya Layan
fasilitas semakin terlayani. Berikut nilai No. Keterangan Sig.
efektifitas daya layan ; 1. Daya Layan Kasar 0,014
Tabel 2 Efektifitas Pelayanan
2. Daya Layan Potensial 0,004
Jumlah Jumlah
Ket. Tahun Efektifitas 3. Daya Layan aktual 0,582
Fasilitas Penduduk
Nilai signifikansi pada tabel tersebut
2004 35 359265 0.468
sebesar 0,014 yang mana lebih kecil
2005 36 359510 0.481 daripada 0,05. Hal ini berarti terdapat
P 2006 37 368319 0.482 perbedaan daya layan kasar sebelum dan
R 2007 37 350422 0.507 setelah terjadinya pemekaran pada taraf
A 2008 40 351093 0.547 signifikansi 5%. Nilai signifikansi pada
2009 40 357554 0.537 tabel tersebut sebesar 0,004 yang mana
2010 43 365369 0.565 lebih kecil daripada 0,05. Hal ini berarti
P 2011 46 369336 0.598 terdapat perbedaan daya layan kasar
A 2012 47 370158 0.609 sebelum dan setelah terjadinya pemekaran
S 2013 58 379190 0.734 pada taraf sig. 5%. Nilai signifikansi pada
C tabel tersebut sebesar 0,582 yang mana
2014 58 383101 0.727
A lebih besar daripada 0,05. Hal ini berarti
2015 63 386891 0.782
tidak terdapat perbedaan daya layan kasar Kecamatan Banyumas yang sebelumnya
sebelum dan setelah terjadinya pemekaran. belum memiliki SLTA dan Kecamatan
Melalui daya layan kasar dan daya Gadingrejo. Pada tahun ini Kabupaten
layan potensial terjadi perbedaan yang Pringsewu belum mengalami pemekaran.
signifikan antara sebelum dan setelah Tahun 2008 mengalami sedikit perbedaan
terjadinya pemekaran. Kedua daya layan dengan adanya penambahan satu sekolah di
tersebut menggunakan jumlah penduduk Kecamatan Gadingrejo yang berada di
total dan jumlah penduduk usia 15 – 19 baragian barat daya kecamatan tersebut dan
tahun. melengkapi di area tersebut dikarenakan
belum terdapatnya sekolah di area tersebut.
D. Persebaran Fasilitas Pendidikan
Kabupaten Pringsewu merupakan
kabupaten yang memiliki luas ± 640 km2.
Luas tersebut terhitung kecil dibandingkan
dengan kabupaten lain yang berada di
Provinsi Lampung. Seperti yang di
jabarkan pada tabel daya layan setiap tahun
fasilitas pendidikan khususnya SLTA
bertambah. Namun, pertambahan tersebut
perlu ditinjau kembali dari segi pemerataan.

Gambar 4 Peta Persebaran SLTA Pasca


Pemekaran Kab. Pringsewu
Pada tahun 2012 terdapat
penambahan satu sekolah di Kecamatan
Pagelaran dan lagi-lagi di area selatan dan
merupakan sekolah swasta. Kecamatan
Pegelaran sendiri pada tahun 2012
mengalami pemekaran kecamatan menjadi
Kecamatan Pagelaran dan Kecamatan
Pagelaran Utara. Pada tahun 2013
Gambar 4 Peta Persebaran SLTA Pra Kabupaten Pringsewu memiliki kenaikan
Pemekaran Kab. Pringsewu jumlah SLTA yang tinggi yaitu 11 sekolah.
Pada tahun 2005 seperti gambar di Penambahan tersebut terdapat pada
atas tidak jauh berbeda dengan tahun 2004. kecamatan Adiluwih sebanyak dua sekolah,
Jumlah fasilitas pendidikan mengalami Kecamatan Pringsewu sebanyak dua
penambahan satu sekolah yang berada di sekolah, kecamatan Gadingrejo dua
Kecamatan Ambarawa. Sekolah tersebut sekolah, Kecamatan Ambarawa sebanyak
masih berada pada pusat pemerntahan dua sekolah dan Kecamatan Pardasuka
kecamatan tersebut dan berdekatan dengan sebanyak tiga sekolah. SLTA di
sekolah-sekolah sebelumnya. Seperti yang Kecamatan Adiluwih berada di sekitar
terlihat pada gambar diatas bahwa pada sungai tepatnya pada barat kecamatan dan
tahun 2007 tidak terdapat penambahan pada daerah tersebut belum terdapat SLTA.
sekolah dan sama seperti tahun 2006. Pada Kecamatan Gadingrejo penambahan
Tahun 2008 mengalami penambahan yang lebih kepada area pusat daerah dan tersebar
drastis menjadi 40 SLTA yang artinya di bagian tengah kecamatan dan daerah
mengalami penambahan sekolah sebanyak tersebut belum terdapat SLTA. Sedangkan
tiga sekolah. Tiga sekolah tersebut tersebar di Kecamatan Pringsewu penambahan lebih
di Kecamatan Sukoharjo yang pada kepada di area pusat kota. Pada Kecamatan
awalnya hanya terdapat empat sekolah, Ambarawa fasilitas SLTA berpusat di
tengah kota. Penambahan dua sekolah Sebagian besar area Kabupaten
sendiri merupakan sekolah swasta dan satu Pringsewu belum tersentuh area
yayasan dengan satu sekolah di kecamatan pendidikan. Sehingga untuk memperoleh
tersebut. Kecamatan Pardasuka yang pendidikan SLTA satu kecamatan harus
memiliki penambahan tiga sekolah yang menempuh jarak yang cukup banyak.
tersebar di tiga daerah terpisah. Tahun 2004 Kabupaten Pringsewu masih
dalam lingkup Kabupaten Tanggamus.
E. Keterjangkauan Fasilitas Pendidikan Kabupaten Pringsewu mengalami
Keterjangkauan merupakan rentang pemekaran pada tahun 2009.
atau jarak yang ditempuh untuk mencapai
fasilitas SLTA. Keterjangkauan Fasilitas
SLTA di Kabupaten Pringsewu dapat
diketahui dengan analisis buffer dan
mengetahui ciri kecamatan-kecamatan
dengan mengelompokan menjadi tiga
hierarki.

Gambar 6 Peta Jangkauan SLTA Pasca


Pemekaran Kab. Pringsewu

Tahun 2009 daerah yang belum


memenuhi fasilitas pendidikan sudah mulai
berkurang terbukti dengan luas daerah yang
beada diluar jangkauan. Berikut luasan
Gambar 5 Peta Jangkauan SLTA Pra daerah yang telah terjangkau fasilitas
Pemekaran Kab. Pringsewu pendidikan SLTA. Seperti yang tergambar
Melalui gambar 5 dapat diketahui dalam peta, tahun 2010 terdapat
bahwa banyak sekali area yang belum penambahan SLTA dan menjangkau
masuk dalam radius SLTA. Jumlah SLTA Kecamatan Adiluwih. Tahun 2011 terdapat
tahun 2004 telah menjangkau beberapa penambahan SLTA namun lokasi SLTA
kecamatan, seperti; Kecamatan Adiluwih, tidak di area yang belum terdapat fasilitas.
Kecamatan Gadingrejo, Kecamatan Tahun 2012 terdapat penambahan SLTA
Pringsewu, Kecamatan Ambarawa, dan yang menjangkau Kecamatan Pagelaran
Kecamatan Sukoharjo. Pada tahun tersebut dan Kecamatan Pringsewu. Tahun
Kecamatan Pagelaran dan Kecamatan 2013terdapat bebrapa daerah yang memiliki
Pardasuka belum terjangkau SLTA. penambaha keterjangkauan di Kecamatan
Tahun 2005, 2006, 2007, 2008 dan Pardasuka, Kecamatan Adiluwih dan
2009 tidak mengalami penambahan fasilitas Kecamatan Gadingrejo. Area yang
yang besar sehingga keterjangkauan pun terjangkau pada tahun 2013 semakin
tidak berpengaruh besar. Kecamatan meluas terutama di kecamatan Pardasuka
Banyumas terdapat fasilitas yang yang menjangkau hampir seluruh area.
berdekatan dengan Kecamatan Pagelaran. Tahun 2014 mencul Kecamtan Pardasuka,
Sehingga satu fasilitas tersebut sudah mulai Kecamatan pagelaran terdapat satu SLTA
mewadahi peserta didik di dua kecamatan. yang menjangkau area selatan Kecamatan
Selebihnya pada tahun 2007 dan 2009 tidak Pagelaran. Pada tahun 2015 sebenarnya
mengalami penambahan SLTA. terjadi penambahan fasilitas namun fasilitas
tersebut tidak di area yang belum
terjangkau, sebagian besar sudah terdapat Kecamatan Pardasuka hampir sama
SLTA di area tersebut. Perbandingan dengan Kecamatan Pagelaran, dengan luas
sebelum dan setelah terjadinya pemekaran wilayah yang tinggi namun tidak diimbangi
dapat terlihat dalam gambar berikut; dengan fasilitas. Tahun 2004 area yang
terjangkau fasilitas pendidikan mencapai
3,387 km2, dan pada tahun 2009 mencapai
3,611 km2. Kecamatan Pringsewu dan
Kecamatan Sukoharjo merupakan
kecamatan padat penduduk, khususnya
Kecamatan Pringsewu yang merupakan ibu
kota Kabupaten Pringsewu. Area yang
terjangkau fasilitas pendidikan terhitung
luas yaitu seluas 43,148 km2 meskipun
pada tahun selanjutnya tidak mengalami
peningkatan luas keterjangkauan.
Gambar 7 Peta Jangkauan SLTA Pra dan Pasca Kecamatan Sukoharjo pada tahun 2004
Pemekaran Kab. Pringsewu menjangkau 32,985 km2 fasilitas
Berdasarkan gambar 6 dapat pendidikan dan pada tahun 2009
diketahui bahwa Kecamatan Adiluwih menjangkau seluas 33,070 km2.Tahun 2015
mengalami perubahan. Sebagian besar seperti terlihat pada gambar 4.8 mengalami
sudah terjangkau oleh fasilitas pendidikan. perubahan yang drastis. Hampir semua area
Begitu pula dengan kecamatan Pringsewu, sudah terjangkau oleh fasilitas SLTA. Area
Kecamatan Ambarawa, Sukoharjo dan yang belum terjangkau seluas. Melihat hal
Gadingrejo seluruh area sudah terjangkau tersebut sebenarnya Kabupaten Pringsewu
oleh fasilitas pendidikan SLTA. Namun mengalami perubahan yang signifikan
sedikit berbeda dengan Kecamatan dengan adanya pemekaran baik secara
Pagelaran dan Kecamatan Pardasuka yang langsung ataupun tidak. Namun, hal yang
belum mengalami perbedaan terkait menjadi perhatian bahwa Kabupaten
keterjangkauan. Kedua kecamatan tersebut Pringsewu masih membutuhkan SLTA
masih banyak area yang masih kosong dan khususnya di area utara, yaitu Kecamatan
belum terjangkau. Berikut luasan Pagelaran Utara dan Kecamtan Pardasuka.
keterjangkauan
F. Angka Partisipasi Kasar dan Angka
Tabel 4 Luas Keterjangkauan Fasilitas
Partisipasi Murni
Pendidikan
Sebelum Sebelum
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Pemekaran Pemekaran merupakan rasio jumlah siswa yang sedang
No Kecamatan
Tahun Tahun Tahun Tahun sekolah ditingkat pendidikan tertentu
2004 2009 2010 2015
terhadap penduduk kelompok usia yang
1 Adiluwih 32,104 37,558 56,949 62,500 berkaitan dengan jenjang pendidikan.
2 Ambarawa 26,881 26,881 30,111 30,111 Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten
3 Banyumas 3,830 25,443 27,215 30,360 Pringsewu untuk jenjang SLTA pada tahun
4 Gadingrejo 50,289 60,575 60,575 62,642 2009 sebesar 42,32.hal ini sangat
5 Pagelaran 44,293 48,894 49,268 78,635 disayangkan dengan jumlah penduduk yang
6 Pardasuka 3,387 3,611 3,611 54,390 cukup tinggi partisiapasi sebelum
7 Pringsewu 43,148 43,148 43,148 43,797 terjadinya pemekaran terhitung rendah.
8 Sukoharjo 32,985 33,070 33,070 33,757
Angka Partisiapasi Kasar sebagai berikut
Luas Area 236,91 279,180 303,947 396,19
Berbeda dengan Angka Partisipasi
Murni Kabupaten Pringsewu yang setiap
tahunnya mengalami perubahan. Angka
Partisipasi murni merupakan proporsi
penduduk pada kelompok umur jenjang
pendidikan tertentu yang masih bersekolah
terhadap jumlah penduduk pada kelompok
umur tersebut. APM menunjukan seberapa
banyak penduduk usia sekolah yang sudah
memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai
dengan jenjang pendidikannya. Terjadi
penurunan APM pada tahun 2014 dan
2015, artinya pada tahun tersebut penduduk
Gambar 8 Angka Partisipasi Kasar Kabupaten diusia sekolah sekolah berkurang ditahun
Pringsewu tersebut. Nilai APM pada tahun 2015
Sumber : Kemendikbud RI sebesar 59,35% anak yang bersekolah tepat
waktu.
Pada tahun 2010 nilai APK Nilai APM lebih rendah
mengalami kenaikan hingga pada tahun dibandingkan dengan APK hal ini
2015 nilai APK di Kabupaten Pringsewu dikarenakkan nilai APK mencakup anak
81,83%. Artinya partisipasi untuk menuju diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan
jenjang berikutnya tinggi. Nilai tertinggi yang bersangkutan. Pada tahun 2015 selisih
pada tahun 2015 sedangkan sebelum anatara APK dan APM adalah 22,48 artinya
pemekaran terlihat grafik cukup rendah terdapat 22,48% siswa mengenyam
sebelum terjadinya pemekaran. Walaupun pendidikan SLTA berusia diatas atau
terjadi penurunan angka partisipasi pada dibawah usia SLTA. Pada konteks
tahun 2014 dan 2015. Angka Partisipasi pemekaran nilai nilai yang paling mencolok
Kasar yang tinggi menunjukan tingginya adalah nilai APK yang mengalami
tingkat partisipasi sekolah, tanpa perbedaan antara sebelum dan setelah
memperhatikan ketepatan usia sekolah pada terjadinya pemekaran.
jenjang pendidikan tertentu. Pada nilai
APK Kabupaten Pringsewu nilai APK
semakin tinggi artinya setelah terjadinya G. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas
pemekaran berefek pada partisipasi sekolah Pendidikan
yang semakin tinggi dan lebih stabil. Perkembangan suatu kota
berhubungan erat dengan faktor penduduk.
Laju pertumbuhan penduduk akan
memengaruhi perkembangan suatu kota.
Sehingga ketika jumlah penduduk
meningkat maka akan ada beberapa hal
yang akan terpengaruh sebagi bentuk
konsekuensi dari pertambahan penduduk
tadi. Salah satu bentuk konsekuensi dari
jumlah penduduk adalah akan
meningkatnya kebutuhan sarana dan
prasarana salah satunya adalah sarana
pendidikan yang secara fisik yang dapat
Gambar 9 Angka Partisipasi Murni Kabupaten terlihat adalah fasilitas pendidikan.
Pringsewu Tabel diatas memproyeksikan
Sumber : Kemendikbud RI
penduduk pada tahun 2020. Apabila dilihat
jumlah penduduk dari tahun 2005 hingga merupakan pusat atau ibukota Kabupaten
2010 hampir semua mengalami kenaikan Pringsewu sehingga memang padat
jumlah penduduk kecuali Kecamatan penduduk. Sedangkan Kecamatan
Pardasuka yang memiliki pertumbuhan Gadingrejo merupakan pusat kegiatan
penduduk yang kecil. Jumlah penduduk ekonomi bersamaan dengan Kecamatan
tertinggi berada di dua kecamatan, yaitu; Pringsewu. Pada tahun 2020 dapat
Kecamatan Gadingrejo dan Kecamatan diketahui kenaikan yang cukup tinggi.
Pringsewu. Kecamatan Pringsewu yang Apabila dihitung untuk kebutuhan fasilitas
merupakan pusat atau ibukota Kabupaten SLTA dengan mempertimbangkan satu
Pringsewu sehingga memang padat fasilitas pendidikan untuk 4800 jiwa maka
penduduk. Sedangkan Kecamatan dapat diketahui kebutuhan masing masing
Gadingrejo merupakan pusat kegiatan kecamatan. Kecamatan Adiluwih
ekonomi bersamaan dengan Kecamatan diperkirakan membutuhkan 8 SLTA pada
Pringsewu. Pada tahun 2020 dapat tahun 2020 dengan diketahu pada tahun
diketahui kenaikan yang cukup tinggi. 2015 telah ada enam SLTA sehingga
Apabila dihitung untuk kebutuhan fasilitas apabila dilihat berdasarkan standar SNI satu
SLTA dengan mempertimbangkan satu sekolah menjangkau 2800 jiwa maka masih
fasilitas pendidikan untuk 4800 jiwa maka mengalami kekurangan sebanyak dua buah.
dapat diketahui kebutuhan masing masing
kecamatan. Kecamatan Adiluwih Kecamatan Ambarawa diperkirakan
diperkirakan membutuhkan 8 SLTA pada pada tahun 2020 akan memiliki jumlah
tahun 2020 dengan diketahu pada tahun penduduk sebanyak 47781 jiwa. Pada tahun
2015 telah ada enam SLTA sehingga 2015 telah terdapat 8 SLTA baik negeri
apabila dilihat berdasarkan standar SNI satu ataupun swasta yang sudah ada. Apabila
sekolah menjangkau 2800 jiwa maka masih dilihat proyeksi kebutuhan sebanyak 10
mengalami kekurangan sebanyak dua buah. maka akan membutuhkan 2 sekolah
tambahan. Kecamatan Banyumas pada
Tabel 5 Proyeksi Kebutuhan Ruang Kabupaten tahun 2020 diperkirakan terdapat 23107
pringsewu jiwa. Kebutuhan yang diperlukan dengan
J. jumlah penduduk demikian adalah 5 buah
Kebutuhan Keb.
Kecamatan 2020 tahun
Ruang SLTA dengan yang sudah ada pada tahun 2015
2015
Adiluwih 36358 1650,243 8 6 sebanyak 2 SLTA, sehingga masih
Ambarawa 47781 1255,715 10 8 membutuhkan 3 SLTA pada tahun 2020.
Banyumas 23107 2596,522 5 2
Kebutuhan pada tahun 2020
Gadingrejo 79272 756,882 17 11
diperkirakan sebnayak 17 SLTA dengan
Pagelaran 65664 913,7339 14 11 yang sudah ada pada tahun 2015 sebanyak
Pardasuka 13470 4454,141 3 3 11 SLTA. Hal ini berarti masih terdapat
Pringsewu 78766 761,7477 16 17 kekurangan sebanyak 6 SLTA untuk
Sukoharjo 53189 1128,036 11 6 Kecamatan Gadingrejo. Kecamatan
Tabel diatas memproyeksikan Pagelaran memiliki pada tahun 2020
penduduk pada tahun 2020. Apabila dilihat diperkirakan akan memiliki jumlah
jumlah penduduk dari tahun 2005 hingga penduduk sebanyak 65.664 jiwa.
2010 hampir semua mengalami kenaikan Kebutuhan fasilitas SLTA pada tahun 2020
jumlah penduduk kecuali Kecamatan diperkirakan berjumlah 14 sedangkan yang
Pardasuka yang memiliki pertumbuhan sudah ada pada tahun 2015 sebanyak 11
penduduk yang kecil. Jumlah penduduk SLTA. Kecamatan Pagelaran masih
tertinggi berada di dua kecamatan, yaitu; memiliki kekurangan fasilitas sebanyak 3
Kecamatan Gadingrejo dan Kecamatan SLTA dilihat pada tahun 2015.
Pringsewu. Kecamatan Pringsewu yang
Kecamatan Pardasuka diperkirakan fasilitas. Selain itu di area selatan
akan memiliki jumlah penduduk sebanyak kabupaten di Kecamatan Pardasuka
13.470 pada tahun 2020. Sehingga yang belum terdapat Fasilita sehingga
membutuhkan 3 SLTA pada tahun 2020. lebih memperharikan fasilitas-fasilitas
Pada saat 2015 sudah terdapat 3 SLTA khusunya persebarannya.
berarti sudah mencukupi untuk tahun 2020.
Kecamatan Pringsewu pada tahun 2020 2. Terdapatnya kebijakan pendirian
diperkirakan akan memiliki 78.766 sekolah khususnya SLTA yang
penduduk. Sehingga membutuhkan 17 memperhatikan area.
SLTA untuk mencukupi kebutuhan pada
tahun 2020. Pada tahun 2015 telah terdapat DAFTAR PUSTAKA
17 SLTA, sehingga untuk tahun 2020 sudah
mencukupi dalam pemenuhan kebutuhan. Felsenstein, Daniel dkk. 2010. On the
Kecamatan Sukoharjo pada tahun 2020 Suitability of Income Inequality
diproyeksikan akan memiliki 53.189 Measures for Regional Analysis :
penduduk. Kebutuhan Fasilitas SLTA pada Some Evidence from Simulation
tahun tersebut dengan melihat jumlah Analysis and Bootstrapping Tests.
penduduk sebesar 11 SLTA. Pada tahun Spcio-Economic Planning Science
2015 telah ada 6 SLTA artinya masih 44 (2010) 212 – 219
membutuhkan 5 SLTA untuk memenuhi
Harmantyo, Djoko. 2007. Pemekaran
kebutuhan pada tahun 2020. Daerah dan Konflik Keruangan
Kebijakan Otonomi dan
KESIMPULAN Implementasinya di Indonesia.
Makara Sains 11 (1) : 16-22.
1. Pemekaran Kabupaten Pringsewu
mempengaruhi peningkatan daya layan Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi.
daya layan kasar dan daya layan Yogyakarta. Penerbit Kanisius
potensial sedangkan daya layan aktual
tidak mengalami kenaikan yang Moenir, A.S. 2002. Manajemen Pelayanan
signifikan hal ini dikarenakan potensi Umum di Indonesia. Jakarta :
penduduk masuk sekolah yang tinggi Bumi Aksara
namun pada realita angka aktual masih Muta’ali, Lutfi . 2015. Teknik Analisis
rendah dan terjadi penurunan pada Regional untuk Perencanaan
daya layan aktual walaupun mendekati Wilayah, Tata Ruang dan
tahun 2015 angka semakin membaik. Lingkungan. Yogyakarta : Badan
2. Keterjangkauan fasilitas pendidikan penerbit Fakultas Geografi
SLTA semakin tinggi setelah
Romli, Lili. 2007. Potret Otonomi Daerah
pemekaran, namun masih tetap
dan Wakil Rakyat di Tingkat
membutuhkan penambahan fasilitas
Lokal. Yohyakarta : Pustaka
SLTA bagi beberapa area yang belum
Pelajar
terjamah fasilitas pendidikan.
SARAN SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan
1. Terdapat beberapa kecamatan yang Perumahan
masih membutuhkan fasilitas SLTA
utuk beberapa tahun kedepan. Tarigan, Antonius. 2010 . Dampak
Khususnya di area Barat Laut Pemekaran Wilayah. Majalah
Kabupaten atau di kecamatan Perencanaan Pembangunan 01:
Pagelaran yang masih belum terdapat 22-26

Anda mungkin juga menyukai