Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus,
genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, terutama Aedes aegypti (infodatin, 2016). Penyakit DBD dapat muncul
sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini
berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Perkembangan kasusu DBD ditingkat global semangkin meningkat, seperti
dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni dari 980 kasus hampir 100 negara
tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus dihampir 60 negara tahun 2000-2009 (WHO,
2014). Demam berdarah muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga
mengakibatkan kepanikan di masyarakat karena beresiko menyebabkan kematian serta
penyebarannya sangat cepat.Angka kejadian demam berdarah terus meningkat dari
21.092 (tahun 2015) menjadi 25.336 orang (tahun 2016).
Demam Berdarah Dengue masihmenjadi permasalahan kesehatan baik diwilayah
perkotaan maupun wilayah semiperkotaan.Perilaku vector dan hubungannya dengan
lingkungan, seperti iklim, pengendalian vector, urbanisasi dan lain sebagainya
mempengaruhi terjadinya wabah demam berdarah didaerah perkotaan.
Menurut Soedarto (2012) Indonesia adalah daerah edemis DBD dan mengalami
epidemic sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan banyaknya genangan air
bersih dan menjadi sarang nyamuk, mobilitas penduduk yang tinggi dan cepatnya
transportasi antar daerah, menyebabkan sering terjadinya DBD. Indonesia termasuk
dalam salah satu Negara yang edemik DBD dengan jumlah penderitanya yang terus-
menerus bertambah dan penyebarannya semakin luas.

4
1.2  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah yaitu agar mahasiswa :
a) Dapat mengetahui definisi DHF.
b) Dapat mengetahui etiologi DHF. .\
c) Dapat mengetehui Manifestasi Klinis HF
d) Dapat mengetahui patofisiologi DHF.
e) Dapat mengetahui patogenesis DHF.
f) Dapat mengetahui penatalaksanaan DHF.
g) Dapat Mengetahui Asuhan Keperawatan pada DHF

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi DHF


Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Resti, 2014).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar
secara efidemik. (PADILA, 2012)

2.2  Etiologi DHF
1.      Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab ib=ni termasuk ke dalam arbovirus
(arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4
dari keempat tipe virus tersebut di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang
lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavorivirus ini
berdeameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK(Babby
Homsster Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
2.      Vektor
Virus dengue serotype 1,2,3, dan 4 yang ditularkan melalui vector yaitu
nyamuk sedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesisiensis dan beberapa
spesies lain yang merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotype yang menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan
tetapi tidak ada perlidungan terhadap serotype jenis lainnya. (Arief Mansjoer &
Suprohaita;2000;420).

2.3  Patofisiologi DHF
Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes daan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti demam,
nyeri otot dan atau sendi, sakit kepala, dengan/tanpa rash dan limfa denopati.
6
Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan
virus dengue pertama kali, mendaapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi
ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan
konsentrasi komplek antibodi (komplek virus anti bodi) yang tinggi.
Terdapat komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan
aktivitas sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator anafilatiksin C 3a
dan C 5a, dua peptida yang berdaya melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (plasma-leakage), dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu, renjatan yang tidak diatasi secara
adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir kematian.
Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi
agfegaasi dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan
akibat terjadi trombositopenia hebat dan pendarahan.
Terjadinya aktivasi faktor hegemon (faktor XII) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivitasi ini maka
plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Prodect (FDP).

2.4 Patogenesis DHF


Ada dua perubahan patofisiologi utama terjadi pada DHF/DSS. Pertama
adalah peningkatan permeabilitas vascular yang meningkatkan kehilangan plasma dari
kompartemen vascular. Keadaan ini mengakibatkan hemokonsentrasi, tekanan sangat
membahayakan. Perubahan kedua adalah gangguan pada hemostasis yang mencakup
perubahan vascular, trombositopenia, dan koagulopati.
Temuan konstan pada DHF/DSS adalah aktivasi sistem komplemen, dengan
depresi besar kadar C3 dan C5. Mediator yang meningkatkan permeabilitas vascular
dan mekanisme pasti fenomena perdarahan yang timbul pada infeksi dengue belum
teridentidikasi sehingga, diperlukan studi lebih lanjut. Kompleks imun telah ditemukan
pada DHF tetapi peran mereka belum jelas.
Defek trombosit terjadi baik kualitatif dan kuantitatif, yaitu beberapa
trombosit yang bersirkulasi selama fase akut DHF mungkin kelelahan (tidak mampu
berfungsi normal). Karenanya, meskipun pasien dengan jumlah trombosit lebih besar
dari 100.000 per mm3 mungkin masih mengalami masa perdarahan yang panjang.

7
Mekanisme yang dapatmenunjang terjadinya DHF/DSS adalah peningkatan
replica virus dalam makrofag oleh anti bodi heterotipik. Pada infeksi sekunder dengan
virus dari serotype yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, antibody
reaktif-silang yang gagal untuk menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah monosit
terinfeksi saat kompleks antibodi-virus dengue masuk kedalam sel ini. Hal ini
selanjutnya dapat mengakibatkan aktivasi reaktif-silang CD4+ dan CD8+ limfosit
sitotoksik. Pelepasan cepat sitokin yang disebabkan oleh aktivasi sel T dan oleh lisis
monosit terinfeksi dimedia oleh limfosit sitotoksik yang dapat mengakibatkan rembesan
plasma dan perdarahan yang terjadi pada DHF.

2.5  Manifestasi Klinis DHF

Masa Inkubasi DHF

Menurut Akhsin Zulkoni (2010), manifestasi klinis yang terjadi pada penderita Dengue
Haemorrhagic Fiver yaitu :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38oC-40oC)
2. Manifestasi perdarahan (hidung, gusi, mimisan, kulit lengan)
3. Hepatomegali (pembesaran hati)
4. Syok, tekanan nadi kurang dari 20 mmHg, tekanan sistolik sampai     kurang dari 80
mmHg
5. Trombositopenia, pada hari ke 3-7 ditemukan trombosit dibawah 100.000/mm3
6. Gejala klinis lain : lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang, dan sakit kepala.

8
Manifestasi klinis menurut NANDA (2013) yaitu :
1.    Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
2.    Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
a.    Uji tourniquet positif
b.    Peteke, ekimosis, atau purpura.
c.   Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan.
d.   Hematemesis atau melena.
3.   Kebocoran plasma yang ditandai dengan :

a.   Peningkatan nilai hematokrit 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin.

b.    Penurunan nilai hematokrit 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
4.   Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
Menurut WHO (2009), Manifestasi klinis dari infeksi virus Dengue termasuk
infeksi asimtomatik demam dengue (DF ) dan demam berdarah penyakit berat shock
syndrome demam berdarah / dengue (DBD / DSS ) . Biasanya infeksi dengue tidak
menunjukkan gejala atau gejala ringan mungkin termasuk dalam bentuk demam
dibedakan dengan atau tanpa ruam. Khas DF ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala
parah, myalgia, arthralgia, retro-orbital nyeri dan ruam makulopapular.Beberapa pasien
menunjukkan petechiae , memar atau trombositopenia. Presentasi klinis infeksi dengue
akut non - spesifik .Namun 5-10 % pasien berkembang menjadi parah DHF / DSS yang
dapat mengakibatkan kematian jika tidak dikelola dengan tepat .

2.6  Pencegahan DHF

Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus


diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara yang tepat dalam
pencegahan penyakit DBD adalah dengan pengendalian vector, yaitu nyamuk aedes
aegypti.Cara yang tepat untuk memberantas nyamuk  aedes aegypti adalah
memberantas jentikjentiknya di tempat berkembang biaknya.Cara ini dikenal dengan pe
mberantasan sarang nyamuk DBD (PSN-DBD).  Oleh karena tempat-tempat
berkembang biaknya terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap

9
keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali.Cara Pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Kimia; Dengan cara pemberian abatisasi (abate), pengasapan dan fogging.
b) Fisik ; Dalam sekurang-kurangya seminggu sekali, maka cegahlah dengan cara 3 M
plus:
1 Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air
lemari es, dan lain-lain.
2 Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum,
kendi, toren air, dan sebagainya.
3 Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
4 Plus, adalah segala bentuk kegiatan pencegahan, seperti:
1)      Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan.
2)      Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk.
3)      Menggunakan kelambu saat tidur.
4)      Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.
5)      Menanam tanaman pengusir nyamuk.
6)      Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.
7)      Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
c) Biologi
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14) yaitu agen yang aktif mengendalikan
nyamuk.

2.7 Penatalaksanaan DHF


Penderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau
kematian jika terlambat diatasi. Oleh karena itu seharusnya penderita dirawat di rumah
sakit (terutama penderita DHF derajat II, III, IV). Penderita sebaiknya dipisagkan dari
pasien penyakit lain dan diruang yang bebas nyamuk (berkelambu). Penatalaksanaan
penderita dengan DHF menurut Christantie (1995) adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring

10
b. Diet makan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/ 24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirop dan beri
penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita
DHF.
d. Pemberian cairan interval (biasanya ringer laktat, NaCl daali) ringer Laktat
merupakan cairan interval yang paling sering digunakan mengandung Na + 130
mEq/liter Cl 109 mEq/liter dan Ca++ 3mEq/liter.
e. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g. Pemberian obat antiseptic sebaiknya dari golongan aseteminofen, eukinin atau dipiron
(kolaborasi dengan dokter). Juga pemberian kompres dingin.
h. Monitor tanda – tanda pendarahan lebih lanjut.
i. Pemberian antibiotic bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan
dokter)
j. Monitor tanda – tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahantanda – tanda
vital, hasil – hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk,
k. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter)
Penderita yang mengalami renjatan (DSS) dan penurunan kesadaran biasanya
dirawat di unit perawatan intensif. Pada penderita DSS, cairan diberikan dengan diguyur
dan bila tak Nampak perbaikan, penderita perlu mendapatkan plasma atau ekspander
plasma atau dextran antara 15 – 20 ml/kg BB. Disamping itu penderita mungkin perlu
mendapatkan Na- bikarbonas untuk mengatasi asidosis metabolic.
Pemberian cairan intervena baik berupa plasma maupun elektrolit (untuk
menjaga keseimbangan volume intravascular) dipertahankan 12 -48 jam setelah renjatan
teratasi.Transfuse darah diberikan penderita yang mengalami pendarahan
yang  membahayakan seperti hementemesis, mellena serta penderitaa yang menunjukan
penurunan kadar HB, HT pada pemeriksaan berkala (curiga adanya pendarahan
intraabdominal). Indikasi pemberiak transfuse pada penderita DHF yaitu jika ada
pendarahan yang jelas secara klinis, dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan
Hb yang mencolol. Tujuan pemberian trasnfusi antara lain untuk mempertahankan
jumlah sirkulasi darah, mempertahankan kemampuan pengangkutan oksigen oleh darah.

11
Pada penatalaksanaan penderita dengan DHF diperlukan tindakan – tindakan perawatan
invasive seperti pemasangan infuse, pengambilan darah vena dan arteri, kompres dingin,
uji turniket dan pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) atau Sonde lambung jika perlu

2.8 Diferensial diagnosa

Diagnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana terdapat kesesuaian klinis


dengan demam tifoid, campak, influenza,chikungunga dan leptospirosis.Sindrom Syok
Dengue (SSD). Seluruh kriteria diatas untuk DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan
manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun (< 20 mmhg),hipotensi
dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah

2.9 Periksaan penunjang

Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan


pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat
ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni :

 Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%) leukopenia
(mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis.
 Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi HI
(Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah
a. Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20 dan
akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada infeksi kedua
atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan meningkat dalam
stadium rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.
b. Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam stadium
rekonvalensi tidak naik lagi.
 Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam atau 4-6
jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-foto dada, elektro
kardio gram, kreatinin serum.
 Laboratorium:
Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari 20%.Secara
singkat, pemeriksaan penunjang yang menunjukkan DHF :

12
a. Darah
 Trombosit menurun.
 HB meningkat lebih 20 %
 HT meningkat lebih 20 %
 Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
 Protein darah rendah
 Ureum PH bisa meningkat
 NA dan CL rendah

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)

2.10 Komplikasi
Menurut (Sudarto, 2012) Komplikasi DHF ada 6 yaitu :
1. Komplikasi susunan sistem saraf pusat; Komplikasi pada susunas system saraf pusat
(SSP) dapat berbentuk konfulsi, kaku kuduk, perubahan kesadaran dan paresis
2. Ensefalopati ; Komplikasi neorolig ini terjadi akibat pemberian cairan hipotonik yang
berlebihan
3. Infeksi
4. Kerusakan hati
5. Keruskan otak
6. Resiko jatuh syok
7. Kejang-kejang

13
Virus Dengue (arbovirus)

Melalui gigitan nyamuk

Re infektion oleh virus


dengan serotip berbeda

Menimbulkan respon Bereaksi dengan trombositopenia


peradangan antibodi/DBD

Terbentuk kompleks anti Perubahan status kesehatan


hipertermia Menstimulus bodi dalam siklus darah anak
medula vomiting

Pengaktifan sistem
Mual dan muntah Anak harus dihospitalisasi
complement dan
dilepaskannya ana
filatoksin C3a dan C5a
anoreksia Perubahan peran keluarga
Melepaskan histamin yang
Intake nutrisi bersifat vasoaktif
kurang
Risiko perdarahan
Permeabilitas
dinding pembuluh
Gangguan pemenuhan
darah
kebutuhan nutrisi
Gangguan
Kebocoran plasma keseimbangan
intertisium cairan dan electrolit

Penurunan jumlah
cairan intravaskuler

Risiko syok

14
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1. Domain 11: Domain 2: (3740) Perawatan Demam
Keamanan/Perlindungan Kesehatan Fisiologis  Pantau tanda-tanda vital (suhu, nadi,
pernafasan, dan tekanan darah)
Kelas 6: Kelas 1:  Monitor intake/output c airan
Termoregulasi Regulasi Metabolik  Monitor komplikasi akibat demam( mis:
kejang, penurunan ,status elektrlit abnormal)
Diagnosa Keperawatan: (0800) Termoregulasi  Tutupi badan dengan selimut / pakaian tebal
(00007) Hipertermia Dipertahankan pada berat (1) ditingkatkan ke saat merasa dingin, selimut/pakaian tipis
ringan (4) dengan kriteria hasil:  Me kompres hangat
(080001) suhu kulit  Edukasi klien
(080019) Hipertermi
(080003) sakit kepala
(080004) sakit otot

2. Domain 2: Domain 2: (1100) Manajemen Nutrisi


Nutrisi Kesehatan Fisiolgi - Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
Kelas 1: Kelas 1: - Berikan pilihan makanan yang sehat
Makan Makan - Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
mengkonsumsi makanan
Diagnosa Keperawatan : (1004) Status Nutrisi - Lakukan perawatan mulut sebelum makan
(00002) Ketidakseimbangan Nutrisi Dipertahankan pada sangat menyimpang dari - Sajikan makanan dengan cara yang menarik
Kurang dari Kebutuhan Tubuh rentang normal (1), ditingkatkan ke sedikit dan dalam keadaan hangat
menyimpang dari rentang normal (4) dengan - Tawarkan makanan ringan namun padat gizi
kriteria hasil: - Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
(1004001) Asupan Nutrisis nutrisi
(1004002) Asupan Makanan
(1004008) Asupan Cairan
(1004003) Energi
(1004005) Rasio berat badan / tinggi badan
3. Domain 2: Domain 2: (4120) Manajemen Cairan
Nutrisi Hidrasi - Monitor status hidrasi misalnya nadi, tekanan

15
darah, suhu tubuh, dan turgor kulit.
Kelas 5: Kelas G: - Monitor berat badan harian
Hidrasi Cairan dan Elektrolit - Catat intake dan output dan hitung balance
cairan
Diagnosa Keperawatan: (0602) Hidrasi - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
( 00026) Risiko Defisien Volume - (060201) turgor kulit dipertahankan sangat - Berikan asupan cairan oral
Cairan terganggu (1), dipertingkatkan ke sedikit - Berikan cairan intra vena bila perlu
terganggu (4) - Kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi
- (060215) intake cairan dipertahankan pada
sangat terganggu (1) ditingkatkan ke (4)
- (06215) output urine dipertahankan pada
sangat terganggu, di tingkatkan ke sedikit
terganggu (4)
- (060205) haus dipertahankan pada berat
(1), ditingkatkan ke ringan (4)
- (060221) Nadi cepat dan lemah
dipertahankan ke berat (4), ditingkatkan ke
ringan (4)
4. Domain 11: Domain 2: (4010) Pencegahan Perdarahan
Keamanan Perlindungan Kesehatan Fisiologi - Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor nilai hematokrit dan HB sebelum dan
Kelas 2: Kelas E: sesudah kehilangan darah sesuai indikasi
Cedera Fisik Jantung Paru - Pertahankan bedrest selama perdarahan
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Diagnosa Keperawatan: (0413) Keparahan Kehilangan Darah dipertahankan - Anjurkan pasien meningkatkan asupan cairan
(00206) Risiko Perdarahan pada , ditingkatkan ke - Kolaborasi pemberian obat penngontrol
- (041301) Kehilangan darah yang terlihat perdarahan bila perlu
- (041302) Hematuria
- (041309) Penurunan tekanan darah sistol
- (041310) Penurunan tekanan darah sistol
- (0413150) Penurunan kognisi
- (041316) Penurunan HB

16
5. Domain11: Domain 2: (4260) Pencegahan Syok
K eamanan/ Perlindungan Kesehatan Fisiologis - Monitor status kardiopulmonal ( frekuensi dan
kekuatan nadi, frekuensi pernafasan, TD)
Kelas 2: Kelas E: - Monitor status cairan
Cedera Fisik Jantung Paru - Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
- Berikan oksigen, sesuai kebutuhan
Diagnosa Keperawatan (0419) Keparahan syok: Hipovolemik - Berikan cairan intravena bila perlu
Risiko Syok dipertahankan pada berat (1), ditingkatkan ke - Elaskan penyebab dan faktor risiko syok
ringan (4) dengan kriteria hasil: - Jelaskan tanda dan gejala syok
- (041901) Penurunan tekanan nadi perifer - Anjurkan melapor jika jika
- (041907) Nadi lemah dan halus menemukan/merasakan tanda dan gejala syok
- (041910) Meningkatnya laju nafas - Anjurkan memperbanyak asupan cairan
- (041915) Akral dingin, kulit lembab/basah normal
- (041916) Pucat - Kolaborasi tim medis dalam pemberian
- (041923) Penurunan tingkat kesadaran therapi

17
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Resti, 2014).
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi antara 13 – 15 hari, rata- rata 2-8 hari. Penderita biasanya mengalami:
1) Deman akut atau suhu meningkat tiba – tiba (selama 2 – 7 hari)
2) Sering di sertai menggigil.
3) Perdaran pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta perdarahan lain seperti
epitaksis, hematemesis, hematuria, dan melena.
4) Keluhan pada saluran pernafasan (batuk, pilek, sakit waktu menelan)
5) Keluhan pada saluran cerna (mual, muntah, tak nafsu makan, diare, konstipasi)
6) Keluhan sistem tubuh yang lainnya (nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal – pegal pada seluruh tubuh,
kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi
dan fotopobia, otot – otot sekitar mata sakit bila di sentuh.
7) Hepatomegali, splenomegali.

Cara Pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :


1.   Kimia
Dengan cara pemberian abatisasi (abate), pengasapan dan fogging.
2.   Fisik
Dalam sekurang-kurangya seminggu sekali, maka cegahlah dengan cara 3 M plus:
 Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air
minum, penampung air lemari es, dan lain-lain.
 Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti
drum, kendi, toren air, dan sebagainya.

18
 Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki
potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
 Plus, adalah segala bentuk kegiatan pencegahan, seperti:
1)   Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan.
2)    Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk.
3)   Menggunakan kelambu saat tidur.
4)   Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.
5)   Menanam tanaman pengusir nyamuk.
6)   Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.
7)   Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
3.2  Saran

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini
bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah
ini. Semoga makalh ini dapat bermanfaan bagi semua

19
DAFTAR PUSTAKA

Wong Donna L. (2017).Ilmu Penyakit Dalam jilid 1.Jakarta: Interna Publishing


Endah Tri Suryani. (2015). Jurnal Berkala Epidemiologi Gambaran Kasus Demam
Berdarah Dengue tahun 2015-2017. http://journal.unair.ac.id/index.php/JBE/
Candra, A. (2010). Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator, 2, 110-119.
Susan Carman. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Volume 4 Edisi 2.Jakarta :
EGC
Herdman T.Heather (2017).NANDA -1 Diagnosis Keperawatan 2018-2020.Jakarta: EGC
Moorhead Sue.(2016).Nursing outcomes classification.Indonesia : Elsevier
BulechekM.Gloria.(2016).Nursing intervention classification.Indonesia : Elsevier
Suriadi dkk’(2010).Asuhan Keperawatan pada anak edisi 2.Jakarta : Sagung seto

20
21

Anda mungkin juga menyukai