Anda di halaman 1dari 43

2015

MAKALAH AUDITING
TENTANG
ETIKA PROFESIONAL

KELOMPOK 3
1. Imam Syafei
2. Muhammad Sholich
3. Reza Yandripano
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. ETIKA PROFESIONAL MENURUT BUKU MODERN AUDITING
A. Etika dan Moralitas 2
Etika Umum 3
Etika Profesional 4
B. Kode Perilaku Profesional AICPA 5
Tim Etika Profesional AICPA 5
Komposisi Kode Etik AICPA 6
Definisi Kode Etik 6
Prinsip-Prinsip 7
C. Peraturan Perilaku 11
D. Penegakan Peraturan 19
Prosedur Penegakan Etika Bersama 19
Prosedur Badan Pengadilan Bersama 20
Ketentuan Disiplin Otomatis 20
III. ETIKA PROFESIONAL MENURUT BUKU ARENS
Kode Etik Profesi 21
IV. KODE ETIK PROFESI AUDITOR PEMERINTAH
A. Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan 26
B. Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah 26
V. ETIKA PROFESIONAL MENURUT ISLAM
A. Etika Profesi 27
B. Etika Profesi Auditor dan Akuntan Syariah 28
Prinsip Etika Auditor dan Akuntan 28
Kode Etik Auditor dan Akuntan Syariah 29
C. Kisah Pemeriksa Zakat di Zaman Rasulullah 32
VI. PENUTUP 33
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 35
ETIKA PROFESIONAL

I. PENDAHULUAN
Salah satu karakteristik yang membedakan setiap profesi dengan masyarakat pada
umumnya adalah adanya kode etik perilaku profesional atau etika bagi para anggotanya. Perilaku
yang beretik memerlukan lebih dari sekedar beberapa peraturan perilaku dan kegiatan
pengaturan. Tidak ada satupun kode etik profesional maupun kerangka kerja pengaturan yang
mampu mengantisipasi segala situasi yang memerlukan adanya pertimbangan pribadi dalam
perilaku beretika. Sesuai dengan itu, maka makalah ini akan dimulai dengan suatu pembahasan
singkat tentang etika umum sebelum bergerak pada topik etika profesional. Kemudia baru akan
melangkah pada Cade of Professional AICPA (Kode Prilaku Profesional) yang cukup rinci.
Profesi
Profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
Sedangkan profesional menurut KBBI adalah:
1. Bersangkutan dengan profesi;
2. Pekerjaan yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya;
3. Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan dari amatir).
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persyaratan utama dari suatu profesi adalah
tuntutan kepemilikan keahlian tertentu yang unik. Dengan demikian setiap orang yang mau
bergabung dalam suatu profesi tertentu dituntut memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki
oleh orang awam atau orang kebanyakan. Selain itu, para anggota profesi dituntut untuk
memberikan hasil pekerjaan yang memuaskan karena ada kompensasi berupa pembayaran untuk
melakukannya. Hal ini mewajibkan adanya komitmen terhadap kualitas hasil pekerjaan.
Suatu pekerjaan keahlian dapat digolongkan sebagai suatu profesi jika memenuhi persyaratan
tertentu. Prof. Welenski di dalam buku Sawyers Internal Auditing menyebutkan 7 (tujuh) syarat,
yaitu:
1. Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani kepentingan orang banyak (umum);
2. Bagi yang ingin terlibat dalam profesi dimaksud, harus melalui pelatihan yang cukup lama
dan berkelanjutan;
3. Adanya kode etik dan standar yang ditaati di dalam organisasi tersebut;

1
4. Menjadi anggota dalam organisasi profesi dan selalu mengikuti pertemuan ilmiah yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi tersebut;
5. Mempunyai media massa/publikasi yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan
keterampilan anggotanya;
6. Kewajiban menempuh ujian untuk menguji pengetahuan bagi yangingin menjadi anggota;
dan
7. Adanya suatu badan tersendiri yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk mengeluarkan
sertifikat.
Dikaitkan dengan tugas auditor, timbul pertanyaan apakah pekerjaan audit yang dilakukan
oleh auditor dapat digolongkan sebagai pekerjaan profesi. Jika dilihat dari rumusan atau
pengertian profesi menurut KBBI dan pendapat Prof. Welenski tersebut di atas, maka pekerjaan
audit yang dilakukan auditor dapat digolongkan pada pekerjaan profesi/professional.
Bekerja secara profesional berarti bekerja dengan menggunakan keahlian khusus menurut
aturan dan persyaratan profesi. Karena itu setiap pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan
suatu sarana berupa standar dan kode etik sebagai pedoman atau pegangan bagi seluruh anggota
profesi tersebut. Kode etik dan standar tersebut bersifat mengikat dan harus ditaati oleh setiap
anggota agar setiap hasil kerja para anggota dapat dipercaya dan memenuhi kualitas yang
ditetapkan oleh organisasi.
Pada makalah ini akan dibahas Etika Profesional dalam berbagai sudut pandang literatur,
organisasi pemerintahan, dan keilmuan Islam. Oleh karena itu diharapkan malakah ini dapat
memberikan gambaran secara lebih rinci apa itu etika professional dan bagaimana etika
professional diterapkan pada auditor baik auditor eksternal maupun auditor internal di Indonesia.

II. ETIKA PROFESIONAL MENURUT BUKU MODERN AUDITING


A. Etika Dan Moralitas
Etika (ethics) berasal dari Bahasa Yunani Ethos yang berarti “karakter”. Kata lain
untuk etika ialah moralitas (morality), yang berasal dari Bahasa Latin mores yang berarti
“kebiasaan”. Moralitas berpusat pada “benar” dan ”salah” dalam perilaku manusia. Oleh
karena itu, etika berkaitan dengan pernyataan tentang bagaimana orang akan berperilaku
terhadap sesamanya. Ahli filsafat dan etika telah mengembangkan sejumlah teori tentang
perilaku beretika.

2
1. Etika Umum
Manusia senantiasa dihadapkan pada kebutuhan untuk membuat keputusan yang
memiliki konsekuensi bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Sering kali dilema
etika (etichal dilemma) yang berasal dari pilihan yang membawa kebaikan pada suatu
pihak, ternyata tidak membawa kebaikan bagi pihak lain. Dalam situasi seperti itu, orang
harus mengajukan dua pertanyaan penting yaitu: “Kebaikan apa yang saya cari?” dan
“Apa kewajiban saya dalam kondisi seperti ini?”.
Etika umum (general ethics) berusaha mengani pertanyaan-pertanyaan semacam
ini dengan mencoba mendefinisikan apa yang dimaksud dengan baik bagi seseorang atau
masyarakat, dan mencoba menetapkan sifat dari kewajiban atau tugas yang harus
dilakukan oleh seseorang atau masyrakat, dan mencoba menetapkan sifat dari kewajiban
dan tugas yang harus dilakukan oleh seseorang bagi dirinya sendiri atau sesamanya.
Namun, ketidakmampuan untuk menyapakati apa yang dsebut “baik” dan “kewajiban”
telah membuat para filsuf terpecah menjadi dua kelompok aliran. Kelompok aliran
pertama disebut kelompok aliran etika absolut (ethical absolutist) yang mengatakan
bahwa terdapat suatu standar universal yang tidak berubah selama-lamanya dan berlaku
bagi semua orang. Kelompok aliran yang lain disebut kelompok aliran Ethical Relavists
atau kelompok aliran relatif, yang mengatakan bahwa pertimbangan etika manusia
ditentukan oleh perubahan kebiasaan dan tradisi dalam masyarakat dimana dia hidup.
Beberapa orang berpendapat bahwa kedua kelompok tersebut sama benarnya
bahwa sejumlah orang akan membuat sejumlah keputusan hidup yang harus dituntung
oleh standar universal yang tidak berubah serta banyak pilihan lain yang bersumber pada
kebiasaan masyarakat yang berubah. Karena tidak ada standar universal ataupun kode
etik relative yang dapat secara gamblang mentukan bagaimana pilihan perilaku yang
paling tepat, maka beberapa ahli etika telah mengembangkan suata kerangka kerja etika
umum untuk pengambilan keputusan, yang disebut kerangka kerja enam langkah sebagai
berikut:
a. Mendapatkan fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan;
b. Mengidentifikasi masalah-masalah etika dari fakta yang relevan tersebut;
c. Menentukan siapa saja yang dapat dipengaruhi oelh keputusan tersebut dan
bagaimana masing-masing dipengaruhi;

3
d. Mengidentifikasi alterative mengambil keputusan;
e. Mengidentifikasi konsekuensi setiaf alternative;
f. Membuat pilihan yang beretika;

2. Etika Profesional
Etika profesional (profrssional ethics) harus lebih dari sekedar prinsip-prinsip
moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang profesional yang dirancang untuk
tujuan praktis dan idealistik. Sedangkan kode etik profesional dapat dirancang sebagian
untuk mendorong perilaku yang ideal, sehinggga bersifat realistis dan dapat ditegakkan.
Agar dapat memiliki arti, keduanya harus pada posisi diatas hukum, namun sedikit
dibawah posisi ideal.
Negara bagian seringkali memberikan hak monopli eksklusif untuk melakukan
praktik profesi bagi para profesional. Pada sebagian besar negara bagian, CPA
merupakan satu-satunya profesi yang diberikan wewenang dan menandatangani laporan
audit. Sebagai timbal balik atas hak monopoli ini, para profesional harus bertindak
untuk kepentingan publik. Etika profesional lebih diberlakukan lebih ketat dibandingkan
dengan menerima standar perilaku professional. Sebuah kode etik secara signifikan akan
mempengaruhi reputasi profesi serta kepercayaan yang diyakininya.
Proyek Visi CPA yang berorentasi pada masa depan, menyatakan bahwa
pengakuan terhadap profesi yang harus bertumpuh pada nilai-nilai layanan yang
diberikan. Proyek Visi CPA telah mengidentifikasi lima nilai inti berkaitan dengan
profesi CPA, yaitu:
a. Pendidikan berkelanjutan dan pembelajaran seumur hidup;
b. Kompetensi;
c. Integritas;
d. Selaras dengan isu-isu bisnis yang luas; dan
e. Objektifitas.
Secara keseluruhan nilai-nilai diatas merupakan hal yang penting guna
mendapatkan kepercayaan pada keyakinan diri mereka yang mmengandalkan jasa-jasa
CPA.

4
Profesi CPA juga menetapkan sikap sukarela dan pengaturan sendiri Kode Perilku
Profesional ini. Mukadimah pada Kode Perilaku Profesional yang dikeluarkan oleh
AICPA menekankan pentingnya standar etika bagi CPA, seperti berikut ini:

B. Kode Perilaku Profesional AICPA


Sekarang kita mengalihkan perhatian kepada Kode Perilaku AICPA, yang mengatur
anggota AICPA dan dikelola oleh Tim Etika Profesional AICPA. Perlu diketahui bahwa
setiap negara bagian memiliki kode etik sendiri yang serupa dengan Kode Perilaku
Profesional AICPA. Kode AICPA akan dibahas dalam makalah ini, mengingat besarnya
jumlah anggota yang mencapai angka di atas 350.000 orang disetiap negara bagian dan
yurisdiksi Amerika Serikat.
1. Tim Etika Profesional AICPA
Pengaturan senidiri dan etika professional demikian penting bagi profesi akuntan,
sehingga pengaturan AICPA menetapkan perlunya dibentuk Divisi atau Tim Etika
Profesional. Misi dari tim ini adalah untuk:
a. Mengembangkan dan menjaga standar etika dan secara efektif menegakkan standar-
standar tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa kepentingan amsyarkat terlindungi;
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai CPA; dan
c. Menyediakan pedoman mutakhir dan berkualitas sehingga para anggota mampu
menjadi penyedia nilai utama dalam bidangnya.
Tim ini terdiri dari beberapa staf penuh waktu, anggota sukarela aktif, dan
investigator sementara yang bersifat sukarela sesuai kebutuhan. Tim tersebut
melaksanakan tiga fungsi utama untuk menyelesaikan misinya sebagai berikut:
a. Menetapkan Standar: Komite Ekskutif Etika Profesional melakukan interprestasi atas
Kode Perilaku Profesional AICPA serta mengusulkan perubahan pada kode perilaku;
b. Penegakan Etika: Tim Etika Profesional melakun investigasi atas potensi masalah-
masalah disiplin yang melibatkan anggota AICPA serta masyarakat CPA negara
bagian dan Program Penegakkan Etika Bersama; dan
c. Jasa Permintaan Bantuan Teknis (ethics hotline): Tim Etika Profesional melakukan
pendidikan bagi anggota serta mempromosikan pemahaman atas standar etika yang
ada didalam Kode Perilaku Profesional AICPA, dengan cara menanggapi permintaan

5
bantuan anggota dalam rangka penerpan Kode Perilaku Profesional AICPA pada
bidang praktik yang spesifik.
2. Komposisi Kode Etik AICPA
Kode Perilaku Profesional (code of professional conduct) AICPA yang telah
direvisi dan diterima oleh keanggotaan tahun 1988 terdiri dari dua direksi sebagai
berikut:
a. Prinsip-prinsip (Principle) yang mengatakan ajaran dasar perilaku etika dan
memberikan kerangka kerja bagi peraturan-peraturan.
b. Pedoman perilaku (Rules of Conduct) yang menetapkan standa minimum perilaku
yang dapat diterima dalam pelaksanaan layanan professional.
Sebagai suatu pernyataan ideal perilaku professional, maka prinsip-prinsip ini
tidak dapat digolongkan sebagai standar yang dapat ditegakkan. Sebaliknya Peraturn
Perilaku menetapkan standar minimum perilaku yang dapat diterima serta dapat
ditegakan atau dengan perkata lain sebagai suatu keharusan untuk dicapai.
Sebagai tambahan atas kedua seksi dan Kode tersebut, maka Komite Eksukitif
Divisi Etika Profesional mengeluarkan pengumuman-pengumuman sebagi berikut:
a. Interpretasi Peraturan Perilaku (interpretations of the rules of conduct) yang
menyediakan pedoman tentang lingkup dan penerapan peraturan-peraturan yang
spesifik
b. Ketetapan Etika (ethics rullings) yang menunjukkan penerapan Peturan Perilaku dan
Interpretasi pada kondisi nyata tertentu
Para anggota yang menyimpan dari Interpretasi atau Ketetapan Etika harus
memberikan alasan dan penjelasan penyimpangan tersebut pada rapat dengar pendapat
tentang disiplin.
3. Definisi Kode Etik
Kata etik ditulis dalam Bahasa teknis. Oleh karena itu penting sekali untuk
mengetahui definisi kode etik (code difinitions) berikut ini guna memahami penerapan
Prinsip-prinsip Kode dan Peraturan:
Klien (klien). Setiap orang atau entitas, selain pegawai anggota CPA yang
menugaskan anggota atau kantor CPA untuk melaksanakan jasa profesional bagi
perorangan atau entitas yang akan menerima jasa profesional tersebut.

6
Dewan (council). Dewan yang berada dalam lembaga AICPA.
Perusahaan (enterprise). Sinonim dengan istilah “Klien”.
Kantor Akuntan Publik (firm). Bentuk orgnisasi yang diizinkan oleh undang-
undang negara bagian atau aturan yang memiliki karekteristik sesuai dengan
keputusan Dewan, untuk melaksanakan praktek akuntan publik, termasuk untuk
perorangan sebagai pemilik.
Status keanggotaaan (holding out). Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang
anggota yang menginformasikan statusnya sebagai CPA atau spesialis AICPA
yang terakreditasi.
Institut (institute). AICPA itu sendiri sebagai kelembagaan.
Anggota (member). Seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional
dari AICPA.
Praktik akuntan publik (prantice of public accounting). Pemberian jasa
professional berupa jasa akuntansi, perencanaan keuangan, perpajakan,
perencanaan keuangan pribadi, jasa dukungan litigasi, serta jasa profesional
lainnya oleh anggota atau kantor akuntan publik yang terdaftar sebagai pemegang
CPA atau spesialis AICPA yang terakreditasi, sesuai dengan standar yang
diumumkan oleh badan-badan yang ditunjuk oleh dewan. Akan tetapi, tidak
diperkenankan untuk melakukan praktik akuntan publik, apabila seorang anggota
atau kantor akuntan publik pemegang CPA tersebut memang tidak memberikan
jasa profesional seperti di atas kepada klien.
Jasa profesional (professional services). Semua jasa yang dilaksanakan oleh
seorang CPA yang masih berstatus sebagai pemegang saham CPA.
4. Prinsip-Prinsip
Enam prinsip yang terdapat dalam kode etik, dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Tanggung jawab
CPA memberika jasa yang penting dan perlu dalam sistem persaingan bebas
yang dianut di Amerika Serikat. Seluruh CPA memiliki tanggung jawab kepada
mereka yang menggunakan jasa CPA. Selain itu, para CPA memiliki tanggung
jawab yang berkesinambungan untuk bekerja sama dengan anggota lainnya guna:
a) Meningkatkan seni akuntansi

7
b) Menjaga kepercayaan publik pada profesi
c) Melaksanakan kegiatan pengaturan sendiri (self-regulatory)

Tujuan keseluruhan dalam memenuhi prinsip ini adalah untuk menjaga dan
meningkatkan sosok profesi akuntan publik.
b. Kepentingan publik
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kemakmuran kolektif dan komunitas
manusia dan institusi yang dilayani oleh CPA. Kepentingan publik yang harus
dilindungi oleh CPA meliputi kepentingan klien, pemberi kredit, pemerintah,
pegawai, pemegang saham dan masyarakat umum. Suatu ciri yang mulia dari
sebuah profesi adalah kesediaannya untuk menerima tanggung jawab profesional
kepada publik.
CPA diharapkan untuk memenuhi standar mutu dan standar professional dalam
semua perikatan. Dalam melayani kepentingan publik anggota harus menunjukkan
dengan jelas tingkat profesionalisme yang konsisten dengan prinsip-prinsip dalam
Kode.
c. Integritas
Integritas merupakan karekteristik pribadi yang tidak dapat dihindari dalam
diri seorang CPA. Elemen ini merupakan tolak ukur dengan mana setiap anggota
pada akhirnya harus mempertimbangkan semua keputusan yang dibuat dalam
penugasan. Integritas juga menunjukkan tingkat kualitas yang menjadi dasar
kepercayaan public.
Dalam memenuhi prinsip-prinsip ini, para anggota harus bersikap jujur dan tulus.
Dalam integritas masih dimungkinkan terjadinya kesalahan akibat kelalaian dan
perbedaan pendapat, namun integritas tidak dapat mentolerir terjadinya distorsi
fakta yang dilakukan sengaja atau upaya mengecilkan pertimbangan.
d. Objektifitas atau independensi
Objektifitas adalah suatu sikap mental. Meskipun prinsip ini tidak dapat dikur
secara tepat, namun wajib untuk dipegang oelh semua anggota. Objektifitas berarti
tidak memihak dan berat sebelah dalam semua hal yang berkaitan dengan
penugasan. Kepatuhan pada prinsip ini akan meningkat bila anggota menjauhkan
diri dari ekadaan yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan. Sebagai

8
contoh, seorang CPA yang mempunyai hak kemilikan perusahaan klien akan dapat
melemahkan objektifitas anggota dalam pelaksanaan audit terhadap klien.
Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana
kempetennya sebagai CPA dalam melaksanakan audit dan jasa asistensi lainnya,
pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan
laporan auditor apabila CPA tersebut tidak independen. Dalam memberika jasa-
jasa tersebut, para anggota harus independen dalam segala hal. Artinya para
anggota harus bertindak dengan integritas dan objektifitas. Para anggota harus
bersikap independen dalam penampilan. Untuk mengujinya, para anggota dilarang
mempunyai kepentingan keungan atau hubungan usaha dengan klien. Sebagai
contoh, seorang CPA tidak boleh menjadi bagian dari manajemen atau melayani
dewan direksi. Para anggota yang berpraktik sebagai akuntan public, harus
senantiasa menilai hubungannya dengan klien agar tidak melemahkan
indpedensinya.
e. Kecermatan dan keseksamaan
Prinsip kecermatan atau kesesksamaan adalah pusat dari pencarian terus
menerus dari kesempurnaan dalam melaksanakan jasa profesional. Keseksamaan
mengharuskan setiap CPA untuk melaksanakan tanggung jawab profesionalnya
dengan kompetensi dan ketekunan.
Kompetensi adalah hasil dari pendidikan dan pengalaman. Pendidikan diawali
dengan persiapan diri untuk memasuki profesi tersebut. Dilanjutkan dengan
pendidikan profesi berkelanjutan melalui jenjang karir anggota. Pengalaman
meliputi kerja magang dan penerimaan tanggung jawab yang meningkat selama
usia profesional anggota.
Keseksamaan meliputi keteguhan, kesungguhan, serta bersikap energik dalam
menerapkan dan mengupayakan pelaksanaan jasa-jasa profesional. Hal itu juga
berarti, seorang CPA harus:
a) Cermat dan seksama dalam melaksanakan pekerjaan;
b) Memperhatikan standar teknis dan etika yang diterapkan; dan
c) Menyelesaikan jasa yang dilaksanakan dengan segera.

9
Keseksamaan meliputi keseksamaan dalam perencanaan dan supervisi
perikatan yang menjadi tanggung jawab CPA. Sebagai contoh, setiap CPA
diharapkan memberika supervisi secara tepat dan benar kepada para asisten yang
mengambil bagian dalam perikatan tersebut.
f. Lingkup dan sikap jasa
Prinsip ini hanya dapat diterapkan kepada anggota yang memberikan jasa
kepada masyarakat. Dalam memutuskan apakah akan memberikan jasa yang
spesifik dalam situasi tertentu, maka CPA tersebut harus mempetimbangkan
semua prinsip-prinsip yang telah ada sebelumnya. Apabila ternyata tidak ada
prinsip yang tidak dapat dipenuhi, maka penugasan tersebut harus ditolak.
Selanjutnya seorang CPA harus:
a. Hanya berpraktik pada sebuah kantor yang telah mengimplementasikan
prosedur pengendalia mutu;
b. Menentukan apakah lingkup dan sifat jasa lain yang diminta oleh klien tidak
akan menciptakan pertentangan kepentingan dalam pemberian jasa audit bagi
klien; dan
c. Menilai apakah jasa yang diminta konsiten dengan peran seorang professional.

10
C. Peraturan Perilaku
Seksi kedua dari Kode Perilaku Profesional AICPA terdiri dari sebelas peraturan
sebagaimana digambarkan pada table berikut:

No. Diterapkan Oleh


Peraturan Semua CPA yang
CPA Berpraktik
Publik
Seksi 100 Independensi, Integritas dan Objektifitas
101 Independensi v
102 Integritas dan Objektifitas v

Seksi 200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi


201 Standar Umum v
202 Kepatuhan Terhadap standar v
203 Prinsip Prinsip Akuntansi v

Seksi 300 Tanggung Jawab terhadap Klien


301 Informasi Rahasia Klien v
302 Honor Kontinjen v

Seksi 400 Tanggung Jawab kepada Kolega (Saat ini


tidak ada peraturan mengenai hal ini)

Seksi 500 Tanggungjawab dan Praktik Lainnya


501 Tindakan yang Mendiskreditkan v
502 Periklanan dan Bentuk Sosialisasi Lainnya v
503 Komisi dan Honor Referal v
505 Bentuk Organisassi dan Nama v

Dalam memformulasikan peraturan peraturan ini,AICPA telah berusaha untuk


memberikan layanan layanan terbaik bagi para anggotanya, profesi dan masyarakat.
Peraturan organisasi AICPA mengharuskan para CPA mematuhi peraturan perilaku.
Peraturan tersebut dapat diterapkan kepada semua CPA dan kepada semua jasa professional
yang dilaksanakan, kecuali apabila:
1) Susunan kata dalam peraturan menunjukkan lain; dan
2) CPA yang berpraktik di luar Amerika Serikat, sehingga menyesuaikan peraruran di
Negara Tuan Rumah.

11
Seorang CPA dalam praktik public mungkin harus bertanggung Jawab memenuhi
semua peraturan bagi setiap orang yang berada dalam supervise anggota atau angghota
partner atau pemegang saham dalam praktik. Selain itu, seorang CPA tidak dapat
mengijinkan orang lain untuk bertindak atas namanya. Apabila ini dilakukan, berarti
melanggar peraturan. Pernyataan setiap peraturan dan penjelasan yang penting diberikan
dalam bagian berikut:
1. Peraturan 101: Independensi
Independensi akuntan, terlebih akuntan public, penting dalam melakukan
pekerjaannya. Seorang akuntan yang berpraktik public harus bersikap independen dalam
melaksanakan jasa professional sebagaimana disyaratkan oleh standar resmi yang
diumumkan oleh badan badan yang ditunjuk dewan.
Terdapat beberapa tema dalam interpretasi independensi yang meliputi pengaruh
dari:
a. Kepentingan keuangan
Ada dua jenis larangan bagi CPA dalam melakukan parktik professional
dengan klien, yaitu:
a) Kepentingan keuangan langsung
b) Kepentingan keuangan tidak langsung
Yang dimaksud kepentingan keuangan langsung adalah akuntan dilarang
membpunyai kepentingan yang berkaitan dengan aspek keuangan secara langsung
dengan perusahaan klien. Contoh: Akuntan Publik dilarang melakukan audit
keuangan terhadap perusahaan yang sahamnya dimiliki auditor.
Sedang yang dimaksud kepentingan tidak langsung adalah akuntan dilarang
mempunyai kepentingan yang berkaitan dengan aspek keuangan secara tidak
langsung terkait perusahaan klien yang nantinya akan melemahkan
independensinya sebagai auditor. Ada dua bentuk kepentingan keuangan tidak
langsung
i. Mempunyai kepemilikan saham secara tidak langsung, misal: mempunyai
saham induk perusahaan klien.
ii. Ada anggota keluarga yang mempunyai kepemilikan saham klien.
b. Hubungan Bisnis

12
Seorang CPA tidak diperbolehkan memberikan layanan professional dalam
kapasitas sebagai mempunyai relasi atau berperan dalam internal perusahaan
klien. Contoh: Sebagai anggota manajemen dan pegawai klien. Hubungan bisnis
ini bisa dari anggota CPA ataupun keluarga atau pasangan anggota CPA.
Anggota CPA yang dilarang mempunyaihubungan bisnis dengan klien
meliputi:
a) Semua orang yang berpartisipasi dalam perikatan kecuali yang
melaksanakan fungsi klerk.
b) Semua orang yang memiliki posisi manajerial dan berlokasi dalam kantor
yang berpartisipasi signifikan dalam perikatan
c) Semua pemilik, partner atau pemegang saham dari kantor akuntan public
d) Sebuah entitas, yang kebijakan usaha, keuangan atau akuntansinya dapat
dikendalikan oleh seorang atau lebih dari orang orang yang telah
disebutkan diatas atau oleh dua orang atau lebih yang dipilih dan ditunjuk
untuk bertindak bersama-sama.
Anggota keluarga seorang CPA yang bekerja pada perusahaan klien selama
periode waktu yang berkaitan dengan hubungan bisnis hanya akan melemahkan
independensi dalam keadaan berikut:
a) Posisi Peka Audit, yaitu anggota keluarga CPA mempunyai hubungan
signifikan terhadap pengendalian internal perusahaan klien, contoh:
sebagai kasir, kepala akuntansi atau kepala gudang.
b) Pengaruh signifikan: yaitu anggota keluarga CPA mempunyai pengaruh
signifikan dalam kebijakan operasional maupun strategis: contoh sebagai
manajer keuangan atau operasional.
c. Jasa lain bagi klien
CPA dapat menyediakan jasa lain bagi klien atas tambahan jasa aestasi yang
diberikan. Sebagai contoh, CPA dapat melakukan kegiatan pembukuan dan jasa
akuntansi kepada klien. Namun, CPA harus memenuhi persyaratan berikut:
a) CPA tidak diperkenankan memiliki hubungan lain, seperti kepentingan
keuangan yang dapat melemahkan objektivitasnya.
b) Klien harus bertanggungjawab penuh atas laporan keuangan

13
c) CPA tidak diperkenankan melakukan peran lain yang terkait manajemen
atau pegawai Klien.
d) CPA harus bekerja sesuai standar profesional, dalam melaksanakan
perikatan Aestasi.
Jika CPA diminta menjalankan peran sebagai auditor internal perusahaan
klien maka ada beberapa kondisi yang dipenuhi:
a) Dewan direksi, Komite Audit, Manajemen Klien serta anggota CPA,
semuaya harus memiliki pemahaman yang jelas tentang tanggung jawab
masing masing dalam fungsi audit internal
b) Pemahaman tersebut didokumentasikan dalam surat perikatan
c) CPA harus merasa puas bahwa klien memahami tanggung jawabnya untuk
menetapkan dan menjaga pengendalian internal serta mengarahkan fungsi
audit internal, sebagai bahagian dari pemantauan pengendalian internal
d) Klien harus bertanggungjawab untuk:
(a) Menunjuk seorang yang kompeten untuk bertanggungjawab dalam
fungsi audit internal
(b) Menentukan lingkup, resiko dan frekuensi audit internal
(c) Mengevaluasi prosedur audit yang dilakukan, temuan serta hasil
kegiatan audit internal sebagaimana yang disajikan dalam laporan audit
yang disususn sesuai dengan pedoman CPA perihal pelaksanaan
layanan public tersebut.
CPA diminta menarik diri dari jasa konsultasi manajemen jika auditor sebagai
pengambil keputusan, contoh:
a) Bantuan dalam merger dan akuisisi untuk mendapatkan finder’s fee
b) Perekrutan eksekutif
c) Jasa aktuaria bagi perusahaan asurasi
d) Jajak pendapat umum
e) Pengujian psikologi
d. Imbalan yang belum dibayar
Imbalan yang belum dibayar untuk jasa profesional akan dianggap sebagai
pinjaman yang diberikan anggota kepada klien. Dalam hal ini, independensi KAP

14
dianggap melemah apabila ada imbalan yang belum dibayar klien terhadap jasa
yang diberikan CPA terhadap klien, baik yang sudah ditagih maupun yang belum.
2. Peraturan 102: Integritas dan Objektivitas
Dalam pelaksanaan setiap jasa profesional, seorang CPA harus menjaga
objektifitas dan integritas, harus bebas dari pertentangan kepentingan, dan tidak
diperbolehkan salah menyajikan fakta atau mensubordinasikan pertimbangannya kepada
pihak lain.
3. Peraturan 201: Standar Umum
Setiap anggota harus memenuhi standar standar berikut ini dan setiap interpretasi
dari badan badan yang ditunjuk dewan
1) Kompetensi Profesional: Hanya melaksanakan jasa profesional yang diyakini dapat
diselesaikan oleh anggota atau kantor akuntan public dengan kompetensi
professional;
2) Penggunaan Kemahiran Profesional: mempergunakan kemahiran rofesional dengan
cermat dan seksama dalam meaksanakan setiap jasa professional;
3) Perencanaan dan Supervisi: Merencanakan dengan cermat dan mengawasi jalannya
pelaksanaan jasa professional; dan
4) Data relevan yang mencukupi: memperoleh data relevan yang mencukupi agar
mendapatkan dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau memberi
rekomendasi yang berkaitan dengan setiap jasa profesional yang dilaksanakan.
4. Peraturan 202: Kepatuhan Terhadap Standar
Seorang CPA yang melaksanakan Auditing, review, Kompilasi, konsultasi
Manajemen, Perpajakan, atau Jasa Profesional lainnya harus mematuhi standar standard
an setiap interpretasi yang diterbitkan oleh badan badan yang ditunjuk oleh dewan.
5. Peraturan 203: Prinsip Prinsip Akuntansi
Seorang CPA tidak dibenarkan untuk:
1) Menyatakan pendapat bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain dari setiap
entitas yang diauditnya telah disajikan sesuai prinsip prinsip akuntansi yang
berlaku umum, atau

15
2) Menyatakan bahwa ia tidak mengetahui setiap modifikasi material yang telah
dilakukan pada laporan keuangan dan menyatakan laporan keuangan telah sesuai
prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Apabila laporan keuangan mengandung salah saji material atau mengandung
penyimpangan dari prinsip yang berlaku umum.
6. Peraturan 301: Informasi Rahasia Klien
Setiap anggota yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan untuk
mengungkap semua informasi rahasia klien tanpa izin khusus dari klien. Peraturan ini
tidak boleh diartikan:
1) Membebaskan seorang anggota dari kewajiban profesionalnya sesuai peraturan 202
dan 203;
2) Untuk mempengaruhi dengan cara apapun kewajiban anggota untuk mematuhi
permitaan atau panggilan pengadilan yang sah dan berlaku, atau untuk melarang
anggota mematuhi ketentuan dan peraturan pemerintah yang berlaku;
3) Menghalangi review atas praktik profesional anggotamenurut wewenang AICPA
atau masyarakat CPA Negara Bagian, atau Dewan Akuntansi atau; dan
4) Menghindarkan seorang anggota dari pernyataan keberatan atau kewajiban untuk
menjawab permintaan keterangan yang diajukan divisi etika profesional atau
Pengadialn institute atau badan investigasi dan disiplin dari masyarakat CPA
Negara Bagian atau Dewan Akuntansi.
Setiap anggoat dari badan badan yang disebutkan dalam nomor (4) diatas serta
para anggota yang terlibat dalam praktik review profesional yang disebutkan dalam
nomor (3) diatas tidak diperkenankan mempergunakan untuk kepentingan sendiri atau
mengungkapkan informasi rahasia klien anggota yang menarik perhatiannya dalam
melaksanakan kegiatan tersebut. Namun demikian, larangan tersebut tidak boleh
membatasi pertukaran informasi dalam kaitannya dengan kegiatan investigasi dan
disiplin yang dilakukan oleh badan badan tersebut, dan kegiatan praktik review
profesional.
7. Peraturan 302: Honor Kontinjen
Setiap Anggota yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan untuk:

16
1) Melaksanakan jasa Profesional dengan menerima honor kontinjen atau imbalan
semacam itu dari klien yang CPA atau kantor akuntan publiknya juga
melaksanakan:
a. Suatu audit atau review atas laporan keuangannya;
b. Suatu kompilasi laporan keuangan, dimana anggota mengharapkan atau
mungkin mengharapkannya adanya pihak ketiga yang akan menggunakan
laporan keuangan dan laporan kompilasi yang tidak mengungkapkan
kurangnya independensi; atau
c. Pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif.
2) Membuat SPT PPh perdana atau yang telah diperbaiki atau klain atas
pengembalian pajak untuk honor kontinjen.
Larangan kontinjen pada angka (1) diatas berlaku selama periode dimana CPA
atau kantor akuntan publik ditugaskan untuk melaksanakan setiap jasa diatas dan periode
yang dicakup dalam laporan keuangan historis tercakup juga dalam jasa jasa tersebut
diatas.
Kecuali seperti yang dinyatakan dalam kalimat berikut, honor kontinjen adalah
imbalan yang ditetapkan berdasar kinerja jasa yang diberikan, dimana imbalan tidak
akan diberikan apabila tidak diperoleh hasil atau temuan tertentu, atau dimana jumlah
imbalan akan tergantung pada temuan atau hasil jasa tersebut. Hanya untuk maksud
peraturan ini saja, imbalan tidak dianggap kontinjen apabila imbalan tersebut ditetapkan
oleh pengadilan atau lembaga lembaga yang berwenang lainnya, atau dalam masalah
pajak, apabila penetapan tersebut berdasarkan hasil keputusan pengadilan atau temuan
dari pejabat pajak.
8. Peraturan 501: Tindakan yang Mendikreditkan Profesi
Seorang CPA tidak boleh melakukan suatu perbuatan tercela yang
mendiskreditkan profesi. Yaitu tindakan yang apabila dilakukan akan merusak reputasi
dari profesi akuntan publik. Dalam interpretasi tindakan berikut termasuk tindakan
tercela yang mendiskreditkan profesi, yaitu:
1) Menahan catatan klien serta kertas kerja auditor: contoh menahan ayat ayat jurnal
penyesuaian untuk melengkapi catatan klien;
2) Diskriminasi dalam pekerjaan;

17
3) Kegagalan memenuhi standar atau prosedur lain atau persyaratan lain;
4) Kelalaian dalam penyusunan laporan keuangan;
5) Kegagalan memenuhi persyaratan badan pemerintahan, komisi, atau lembaga
pengatur dalam melaksanakan jasa atestasi; dan
6) Permohonan atau pengungkapan pertanyaan CPA berikut jawabannya.
9. Peraturan 502:Periklanan dan bentuk solisitasi lainnya
Setiap Anggota yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan untuk
mendapatkan klien dengan cara memasang iklan atau bentuk sosialisasi lainnya dalam
segala hal yang salah, menyesatkan dan menipu. Solisitasi dengan cara memaksa, yang
melampaui batas, atau melecehkan dilarang.
10. Praturan 503: Honor referral
1) Larangan Komisi
Seorang CPA yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan memberikan
rekomendasi atau referensi produk atau jasa pihak lain kepada klien demi
mendapatkan komisi, atau memberikan rekomendasi atau referensi produk atau jasa
yang disediakan oleh klien untuk mendapatkan komisi, atau menerima komisi ketika
CPA atau kantor akuntan publik juga sedang melaksanakan jasa berikut bagi klien:
a. Suatu audit atau review laporan keuangan;
b. Kompilasi laporan keuangan; dan
c. Pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif.
Larangan ini berlaku selama periode penugasan utuk melaksanakan jasa jasa
tersebut diatas dan selama periode yang dicakup oleh laporan keuangan historis
yang terkait jasa jasa diatas.
2) Pengungkapan Komisi yang tidak diperkenankan
Seorang CPA tidak dilarang dalam peraturan ini untuk melaksanakan jasa dengan
imbalan komisi atau menerima komisi atau yang dibayar atau mengharapkan untuk
dibayar dengan komisi harus mengungkapkan fakta ini kepada setiap orang atau
entitas kepada siapa CPA merekomendasikan atau merujuk produk dan jasa yang
berkaitan dengan komisi tersebut.

18
3) Honor Referal
Seorang CPA yang menerima Honor Referal karena merekomendasikan atau
merujuk jasa CPA apapun kepada setiap orang atau entitas, atau yang membayar
honor referral untuk mendapatkan klien, harus mengungkapkan hal tersebut kepada
klien.
11. Peraturan 505: Bentuk Organisasi dan Nama
Seorang CPA dapat membuka prktik akuntan publik hanya dalam bentuk
organisasi yang diizinkan oleh hokum dan peraturan Negara bagian yang ciri cirinya
sesuai dengan ketentuan dari resolusi Dewan
Seorang CPA tidak diperkenankan membuka praktik akuntan publik dengan nama
yang dapat menyesatkan. Nama dari satu atau lebih pemilik yang lama dapat
dicantumkan dalam nama kantor organisasi penerus.
Sebuah kantor tidak dapat menyebut dirinya sendiri sebagai “Anggota American
Institute of Certified Public Accountants”, kecuali semua partner atau pemiliknya adalah
anggota dari lembaga tersebut.

D. Penegakan Peraturan
Seorang CPA hanya dapat dihukum karena melanggar peraturan peraturan dari kode
perilaku profesional. Akan tetapi, dalam hal adanya dugaan pelanggaran atas peraturan,
seorang CPA harus memberikan tanggapan atas setiap penyimpangan dari interpretasi
peraturan perilaku dan peraturan etika yag berlaku. Tindakan penegakan dapat dilakukan
sebagai tanggapan atas:
1. Adanya keluhan terhadap anggota;
2. Ulasan dari surat kabar atau publikasi; dan
3. Penyampaian adanya indikasi pelanggaran kepada AICPA.

1. Prosedur Penegakan Etika Bersama


Menurut ketentuan dalam program penegakan etika bersama, keluhan terhadap
seorang CPA dapat disampaikan melalui AICPA atau masyarakat CPA Negara bagian.
Pada umumnya AICPA memiliki Yurisdiksi untuk menangani kasus:
1. Pada lebih dari satu Negara bagian;

19
2. Litigasi; dan
3. Masalah masalah yang menarik perhatian berskala nasional.
2. Prosedur Badan Pengadilan Bersama
Hanya terdapat satu badan pengadilan bersaa yang terdiri dari setidaknya 36
anggota yang dipilih oleh majelis dari anggota majelis saat ini atau mantan anggota
majelis. Badan Pengadilan Bersama baru melibatkan diri apabila prosedur penegakan
etikan bersama sebelumnya menilai bahwa keluhan yang disampaikan tentang anggota
ternyata cukup serius. Dengar pendapat yang dilakukan oleh Badan Pengadilan Bersama
umumnya dilakukan oleh kelompok kerja yang terdiri dari setidaknya lima anggota
badan yang ditunjuk untuk mewakili bidang umum dimana anggota tersebut berada.
Seorang CPA diperbolehkan untuk meminta agar badan secara pleno melakukan review
atas putusan kelompok kerja tersebut.
Badan Pengadilan Bersama dapat melakukan tindakan disiplin sebagai berikut:
1. Menegur CPA;
2. Memberhentikan sementara CPA dengan batas tidak lebih dari dua tahun; dan
3. Mencabut keanggotaan CPA.
3. Ketentuan Disiplin Otomatis
Peraturan tambahan bylaw AICPA meliputi juga ketentuan disiplin otomatis
berupa pemberhentian sementara atau mencabut keanggotaan tanpa perlu melakukan
dengar pendapat dalam situasi tertentu. Hal ini bisa terjadi apabila:
1. Menjalani hukuman pidana kurungan lebih dari satu tahun;
2. Dengan sengaja lalai mengarsipkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan, dimana
CPA sebagai Wajib Pajak yang menurut undang undang wajib mengarsipkan Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan; dan
3. Pemalsuan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan atas nama CPA bersangkutan.
Pemalsuan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan atas nama klien CPA
bersangkutan.

20
III. ETIKA PROFESIONAL MENURUT BUKU ARENS
Etika secara garis besar didefinisikan sebagai perangkat prinsip atau nilai moral. Kebutuhan
akan etika dalam masyarakat cukup penting karena pada dasarnya berhubungan dengan hukum.
Dilema etikaadalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku
yang layak harus dibuat. Rasionalisasi perilaku tindakan tidak etis:
a. Setiap orang melakukannya;
b. Jika merupakan hal yang sah menurut hukum, hal itu etka; dan
c. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya.
Menyelesaikan dilemma etika:
a. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan;
b. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta;
c. Menentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh
dilemma;
d. Menentukan alternatif yang tersedia bagi orang yang harus memecahkan dilemma;
e. Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternative; dan
f. Menetapkan tindakan yang tepat.
Kebutuhan akan kepercayaan publik akan kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari
yang dilakukan secara perorangan. Bagi akuntan publik, penting untuk meyakinkan klien dan
pemakai laporan keuangan atas kualitas audit dan jasa lainnya karena pemakai tidak memiliki
kompetensi dan waktu untuk mengevaluasi pekerjaan akuntan publik. Akuntan publik
mempunyai hubungan profesional yang berbeda dengan profesional lain. Profesional lain hanya
bertanggung jawab kepada klien yang ditanganinya sedangkan akuntan publik ditugaskan dan
dibayar oleh yang mengeluarkan laporan keuangan ( klien ) sedangkan yang mendapat manfaat
dari audit adalah pemakai laporan keuangan yang umumnya tidak pernah berhubungan dengan
auditor.

Kode Etik Profesi


Merupakan ketentuan umum mengenai perilaku yang ideal atau peraturan khusus yang
menguraikan berbagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan . Menurut AICPA kode etik profesi
terdiri dari :
 prinsip-prinsip : standar etika ideal yang dinyatakan dalam istilah filosofi.

21
 terdiri dari dua bagian utama yaitu enam prinsip yang harus dipatuhi oleh semua anggota
AICPA dan diskusi tentang enam prinsip tersebut. Adapun keenam prinsip tersebut
adalah tanggung jawab, kepentingan masyarakat, integritas, objektivitas dan
indepedensi, penampilan, lingkup dan sifat jasa .
 peraturan perilaku: standar etika minimum yang dinyatakan sebagai peraturan spesifik.
 Interpretasi: bersifat teoritis, tetapi praktisi harus menyesuaikan penyimpangannya.
 kaidah etika, penjelasan dan jawaban yang diterbitkan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan peraturan perilaku yang diajukan oleh praktisi dan lainnya.tidak merupakan
keharusan tapi praktisi harus memahaminya.
1. Peraturan 101- Independensi.
Anggota dalam praktek publik harus bersikap independen dalam melaksanakan
jasa profesionalnya seperti disyaratkan menurut standar yang disusun oleh lembaga-
lembaga yang dibentuk oleh dewan .
Beberapa konflik independensi yang biasa timbul :
a. Kepentingan keuangan .
 Peraturan ini berlaku bagi partner atau pemegang saham tetapi untuk non
partner berlaku jika mereka terlibat dalam penugasan;
 Berlaku bagi Pemilikan langsung dan untuk pemilikan tidak langsung jika
jumlahnya material; dan
 Materialitas harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kekayaan
pribadi anggota dan penghasilannya.
b. Interpretasi dari independensi adalah sebagai berikut :
 Pinjaman antara KAP dengan klien dilarang kecuali jumlahnya kecil, hipotek
rumah, atau pinjaman tanpa agunan;
 Kepentingan keuangan pada hubungan saudara dilarang kecuali kontak jarang
terjadi atau letaknya yang terpisah secara geografis;
 Hubungan investor atau investee bersama dengan klien dilarang kecuali
jumlahnya maksimal 5 % dari total aktiva;
 Mantan partner atau pemegang saham boleh mengadakan hubungan dengan
klien;

22
 Tidak diperkenankan seorang anggota menjadi direktur atau pengurus
perusahaan klien kecuali untuk organisasi nirlaba atau sepanjang profesinya
bersifat kehormatan;
 Tuntutan antara sebuah KAP dengan kliennya dilarang;
 Jasa pembukuan dan audit untuk klien yang sama oleh sebuah KAP diijinkan
dengan syarat :
1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan keuangan;
2. Akuntan publik tidak berperan sebagai pegawai atau manajemen
perusahaan; dan
3. Dalam pemeriksaan harus sesuai dengan standar auditing yang berlaku
umum.
 Honor audit tidak boleh dibayar oleh manajemen kecuali auditor pemerintah
atau komite audit.
2. Peraturan 102- Integritas dan Obyektifitas
Auditor harus mempertahankan integritas dan obyektifitas dan bebas dari
perbedaan kepentingan dan tidak dengan sengaja salah mengemukakan fakta-fakta atau
mendelegasikan pertimbangan-pertimbangannya pada orang lain .
3. Peraturan 201 - standar umum
Anggota harus mentaati standar -standar berikut dan interpretasinya yaitu :
kompetensi profesional, kepedulian profesional, perencanaan dan pengwasan, dan data
relevan yang mencukupi.
4. Peraturan 202- Ketaatan pada standar
Anggota yang melaksanakan audit, penelaahan, kompilasi, bantuan manajemen,
perpajakan , atau jasa profesional lainnya harus taat pada standar yang diumumkan oleh
lembaga yang ditetapkan dewan .
5. Peraturan 203- Prinsip Akuntansi
Anggota tidak dibenarkan menyatakan laporan keuangan tidak menyimpang dari
GAAP atau menyatakan tidak mengetahui setiap modifikasi yang material jika laporan
keuangan menyimpang dari prinsip akuntansi ditetapkan oleh badan perumus yang
ditunjuk dewan. Dan kalau ada penyimpangan atau yang dapat menyebabkan

23
penyimpangan maka dia harus menjelaskan mengenai penyimpangan tersebut, akibatnya
, alasan mengapa menyatakan penyimpangan.
6. Peraturan 301-Kerahasiaan
Anggota dalam praktek publik tidak dibenarkan mengungkapkan semua informasi
rahasia klien tanpa ijin khusus dari klien. Terdapat empat pengecualian yang berkaitan
dengan tanggung jawab yang lebih penting dari sekedar mempertahankan hubungan
rahasia dengan klien yaitu :
1. Kewajiban sehubungan dengan standar teknis;
2. Dakwaan pengadilan;
3. Penelaahan sejawat; dan
4. Tanggapan kepada divisi etik.
7. Peraturan 302- Honor bersyarat
Anggota dalam praktek publik tidak boleh membuat honor bersyarat untuk setiap
jasa profesional atau menerima ongkos dari klien yang anggota perusahaannya juga
melakukan; audit atau penelaahan, kompilasi, Pemeriksaan prospektif.
8. Peraturan 501- tindakan tercela
Anggota tidak akan melakukan tindakan yang mendatangkan aib bagi profesinya.
Interpretasi dari tindakan yang mendatangkan aib diatas adalah sebagai berikut :
1. Menahan catatan klien setelah mereka meminta;
2. Melakukan diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, jenis kelamin dan
lainnya; dan
3. Jika melakukan audit atas badan pemerintah yang prosedurnya lain dari GAAS ,
auditor tidak mengikuti keduanya kecuali dinyatakan dan beserta alasannya pada
laporan.
9. Peraturan 502- Periklanan dan Penawaran
Anggota tidak dibenarkan melakukan periklanan dan penawaran yang bersifat
mendustai, menyesatkan dan menipu. Dan penawaran yang menggunakan pemaksaan,
desakan yang berlebihan, dan hasutan dilarang.
10. Peraturan 503 -A. Komisi yang dilarang
Anggota tidak diperkenankan merekomendasi atau mereferensi produk atau jasa
yang pihak lain bagi klien atau yang disediakan oleh klien demi untuk memperoleh

24
komisi atau menerima komisi , apakah anggota atau perusahaan anggota juga
memberikan jasa kepada klien untuk audit atau penelaahan, kompilasi, pemeriksaan
prospektif .
11. Peraturan 503 -B. Pengungkapan komisi yang diijinkan
Anggota diijinkan untuk memberikan jasa dengan menerima komisi dan harus
mengungkapkan kepada siapa merekomendasikannya.
12. Peraturan 505- Bentuk dan Nama praktek
Anggota dapat membuka praktek dalam bentuk perusahaan perorangan,
persekutuan, atau perseroan profesional sesuai dengan ketentuan dewan dan tidak
diperkenankan membuka praktek dengan nama yang menyesatkan dan tidak boleh
menyebut dirinya sebagai “AICPA” kecuali semua partner dan pemegang sahamnya
anggota dari lembaga tersebut.

25
IV. KODE ETIK PROFESI AUDITOR PEMERINTAH
A. Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemerika Keuangan, maka BPK-RI memandang perlu
untuk menetapkan Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan yaitu Peraturan BPK-RI Nomor 2
Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(LAMPIRAN I).
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan kode etik adalah norma-norma yang harus
dipatuhi setiap Anggota BPK dan Pemeriksa selama menjalankan tugasnya. Secara terperinci
dapat dilihat pada lampiran 1 makalah ini.

B. Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah


Berdasarkan kerangka berpikir bahwa untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik,
berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab diperlukan adanya pengawaan
oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang berkualitas dan auditor yang
professional dan untuk mewujudkan adanya pengawsan oleh APIP yang berkualitas dan
auditor yang professional diperlukan suatu budaya etis dalam profesi APIP.
Oleh karena itu, pada tanggal 31 Maret 2008 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara menetapkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
Per/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(LAMPIRAN II).
Maksud ditetapkannya kode etik APIP ini adalah tersedianya pedoman perilaku bagi
auditor dalam menjalankan profesinya dan bagi atasan auditor APIP dalam mengevaluasi
perilaku auditor APIP dimana terdapat 4 (empat) Prinsip Perilaku APIP, yaitu:
1. Integritas;
2. Objektivitas;
3. Kerahasiaan; dan
4. Kompetensi.

26
V. Etika Profesional Menurut Islam
A. Etika Profesi
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988),
mendefinisikan etik sebagai (1) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (2)
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. sedang etika
adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).
Etika menurut Dictionary of Acconting karangan Ibrahim Abdullah Assegaf, adalah
sebagi disiplin pribadi dalam hubungannya dengan lingkungan yang lebih daripada apa yang
sekedar ditentukan oleh Undang-undang.
Arens dan Loebbecke (1996) memberikan pengertian etika dengan suatu perangkat
prinsip moral atau nilai. Sedangkan menurut Satyanugraha (2003) dalam Reni (2006) etika
adalah nilai-nilai dan norma-norma moral dalam suatu masyarakat. dalam pengertian ini
maka etika adalah sama artinya dengan moral.
Dalam Islam dikenal istilah Akhlak. Akhlak menempati posisi yang sangat penting
dalam Islam. Akhlak merupakan salah satu dari tiga cakupan agama Islam bersama Aqidah
dan Ibadah. Dalam beberapa ayat al Quran, Allah banyak menyinggung masalah akhlak atau
etika. Salah satu kode etik auditing dan akuntansi yang banyak disinggung adalah konsep
Fairness atau keadilan. Disebutkan dalam al Quran surat An Nahl, ayat 90:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Surat An Nissa ayat 58:


“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”
Dalam pandangan Islam, profesi akuntan dan auditor adalah profesi yang diperlukan
sebagai fardu kifayah[1].Seorang akuntan dan auditor muslim dituntut untuk menjalani
profesinya dengan akhlak yang baik utnuk memenuhi tujuan sebagai berikut:

27
a. Untuk membantu mengembangkan kesadaran etika profesi dengan membawa perhatian
mereka pada isu-isu etika yang terdapat dalam praktek profesi dan apakah setiap
tindakan dapat dipertimbangkan sebagai perilaku yang beretika sesuai dengan sudut
pandang syariah sebagai tambahan dari sekedar komitmen etika profesi yang normal.
b. Untuk meyakinkan keakuratan dan keandalan laporan keuangan, sehingga dapat
meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan kepada jasa yang diberikan akuntan. Selain
itu dapat meningkatkan perlindungan kepentingan baik inttitusi maupun pihak-pihak
yang terkait dengan institusi tersebut.

B. Etika Profesi Auditor dan Akuntan Syariah


a. Prinsip Etika Auditor dan Akuntan
Berdasarkan code of ethics for professional Accountants yang ditetapkan oleh
International Ethics Standards Board For Accountants (IESBA), setiap praktisi wajib
mematuhi prinsip dasar etika profesi berikut ini (IAPI,2008) :

(1) Prinsip Integritas;


(2) Prinsip Objektivitas,;
(3) Prinsip Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional;,
(4) Prinsip Kerahasiaan; dan
(5) Prinsip perilaku profesional.
Dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), prinsip etika profesi akuntan
sebagai berikut:

(1) Tanggung Jawab Profesi;


(2) Kepentingan Publik;
(3) Integritas;
(4) Objektivitas;
(5) kompetensi dan kehati-hatian professional;
(6) kerahasiaan;
(7) perilaku profesi, dan
(8) standar teknis.

28
b. Kode Etik Auditor dan Akuntan Syariah
1) Struktur Kode Etik
AAOIFI merumuskan struktur kode etik akuntan dan auditor syariah untuk
lembaga keuangan syariah kedalam tiga bagian. Bagian satu merupakan pondasi
syariat dari kode etik akuntan dan auditor syariah, yang berupa dasar-dasar hukum
dari kode etik itu sendiri. Bagian kedua merupakan prinsip etika akuntan dan
auditor syariah yang yang berisi prinsip etika yang berlaku umum diambil dari
dasar syariat dan kode etik profesional yang berlaku. Bagian tiga berupa aturan
kode etik akuntan dan auditor syariah yang berisi apa yang seharusnya menjadi
perilaku akuntan dan auditor syariah. Sumber: Harahap, 2008
2) Kode Etik
Etika yang dalam konsep syariat Islam dikenal dengan Akhlak merupakan
bagian yang terintegrasi dengan syariat islam itu sendiri, akhlak tidak dapat
terpisah dari bagian Islam. Islam menempatkan akhlak atau etika pada posisi
tertinggi dan merupakan tujuan dari Islam. Oleh karena itu, Islam mengatur
berbagai aspek dalam kehidupan manusia dengan etika, termasuk profesi akuntan
dan Auditor pun tidak terlepas dari pengaturan Islam. AAOIFI membuat beberapa
landasan Kode Etika akuntan dan auditor Syariah sebagai berikut :
a) Prinsip Integritas
Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi oleh sikap
jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun
kepercayaan agar dapat memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan
keputusan. Bersikap dan bertindak jujur merupakan tuntutan untuk dapat
dipercaya. Hasil pengawasan yang dilakukan auditor dapat dipercaya oleh
pengguna apabila auditor dapat menjunjung tinggi kejujuran. Sikap jujur ini
didukung oleh sikap berani untuk menegakkan kebenaran (bpkp,2008).
Islam menempatkan integritas sebagai nilai tertinggi yang memandu
seluruh perilakunya. Islam juga menilai perlunya kemampuan, kompetensi
dan kualifikasi tertentu untuk melaksanakan suatu kewajiban.

29
Dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 26 disebutkan
bahwa: “sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.
Dan juga dalam hadits Rasulullah SAW: “Setiap kamu adalah pemimpin
dan setiap pemimpin akan bertanggung jawab terhadap yang
dipimpinnya.” Dan juga: “Berikanlah kembali kepercayaan kepada mereka
yang kamu percayai terhadapnya”. Yang paling penting dari sikap integritas
adalah kepercayaan dan Islam selalu mensyaratkan perlunya jujur kepada
Allah SWT, kepada masyarakat dan diri sendiri (harahap,2008)
b) Prinsip Khalifah
Allah menciptakan manusia di bumi mengemban tugas yang cukup berat,
yaitu sebagai khalifah atau pemimpin untuk memakmurkan bumi dan segala
isinya.
Sebagaimana firman Allah: “sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi” (Q.S Al Baqarah 30).
“dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi” (Q.S Al
An’am 165).
“Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu
pemakmurnya” (Q.S Hud 61).
Kekhalifahan ini didasarkan pada prinsip yang menyatakan bahwa
pemegang kekuasaan tertinggi di bumi ini adalah Allah SWT dan kepemilikan
manusia terhadap kekayaan yang di bumi ini bukanlah tujuan akhir tetapi
sebagai sarana untuk menjalani kehidupan dirinya, keluarganya dan
masyarakat. Manusia harus memperhatikan perintah dan larangan Allah
selaku pemilik semua yang ada di bumi ini dalam penggunaannya sebab
manusia akan dimintai pertanggungjawaban bagaimana ia menggunakan
kekayaan itu.
c) Prinsip Ikhlas (sincerity)
Landasan ini berarti bahwa akuntan harus mencari keridhaan Allah dalam
melaksanakan pekerjaannya bukan mencari nama. Pura-pura, hipokrit dan
berbagai bentuk kepalsuan lainnya. Menjadi ikhlas berarti akuntan tidak perlu

30
tunduk pada pengaruh atau tekanan luar tetapi harus berdasarkan komitmen
agama, ibadah dalam melaksanakan fungsi professinya. Tugas professi harus
bisa dikonversikan menjadi tugas ibadah. Jika hal ini bisa diwujudkan maka
tugas akuntan menjadi bernilai ibadah dihadapan Allah SWT disamping tugas
professi yang berdimensi material dan dunia.
d) Prinsip Taqwa (Piety)
Takwa adalah sikap ketakutan kepada Allah baik dalam keadaan
tersembunyi maupun terang-terangan sebagai slaah satu cara untuk
melindungi dari akibat negative dan perilaku yang bertentangan dari syariah
khususnya dalam hal yang berkaitan dengan perilaku terhadap penggunaan
kekayaan atau transaksi yang cenderung pada kezaliman dan hal lain yang
tidak sesuai dengan syariah. ketakwaan akan dapat diwujudkan bila kita
mematuhi semua perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Quran: “Hai-hai orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepadanya. (QS.
Ali-Imran: 102). Dalam salah satu hadist, Rasulullah bersabda: “takutlah
kepada Allah dimanapun kamu berada dan sertailah kejahatan dengan amal
yang baik untuk menghapuskanya dan berhubunganlah dengan manusia
dengan tingkah laku yang baik”
e) Kebenaran dan bekerja secara sempurana
Akuntan tidak harus membatasi dirinya hanya melakukan pekerjaan-
pekerjaan professi dan jabatannya tetapi juga harus berjuang untuk mencari
dan menegakkan kebenaran dan kesempurnaan tugas professinya dengan
melaksanakan semua tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baik
dan sesempurna mungkin. Hal ini tidak akan bisa direalisir terkecuali melalui
kualifikasi akademik, pengalaman praktek, dan pemahaman serta pengalaman
keagamaan yang diramu dalam pelaksanaan tugas professinya.
Sebagaimana Allah berfirman: “ Allah memerintahkan kamu berbuat adil
dan berbuat baik” (Al An’am: 90).
“dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berbuat baik” (Q.S Al Baqarah 195). Dalam hadist Rasulullah bersabda:

31
“Allah menyukai jika seseorang dari kamu bekerja dan melaksanakan
pekerjaannya dengan sebaik-baiknya”.
f) Allah menyaksikan tingkah laku setiap orang
Seorang Akuntan atau Auditor meyakini bahwa Allah selalu melihat dan
menyaksikan semua tingkah laku hambany-Nya dan selalu menyadari dan
mempertimbangkan setiap tingkah laku yang tidak disukai Allah. Ini berarti
bahwa seorang akuntan/auditor harus berperilaku”takut”kepada Allah tanpa
harus menunggu dan mempertimbangkan apakah orang lain atau atasannya
setuju atau menyukainya. Sikap ini merupakan sensor diri sehingga ia mampu
bertahan terus-menerus dair godaan yang berasal dari pekerjaan professinya.
Allah berfirman: “sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu” (An-Nisa 1). Dan “Maka apakah Tuhan menjaga setiap diri terhadap
apa yang diperbuatnya?” (Q.S Ar Raad 33)
g) Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah
Akuntan muslim harus meyakini bahwa allah selalu mengamati semua
perilakunya dan dia akan mempertanggungjawabkan semua tingkah lakunya
kepada Allah nanti dihari akhirat baik tingkah laku yang baik maupun yang
besar. Karenanya akuntan harus berupaya untuk selalu menghindari pekerjaan
yang tidak disukai oleh Allah SWT karena dia takut akan mendapat hukuman
nantinya dihari akhirat.
Sebagaimana firman Allah dalam QS Annisa ayat 6 dan QS Ali Imran
ayat 199. Oleh karenanya akuntan/auditor eksternal atau internal harus selalu
ingat bahwa dia akan mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya
dihadapan Allah dan juga kepada public, professi, atasan dan dirinya sendiri.

C. Kisah Pemeriksa Zakat di Zaman Rasulullah


Gratifikasi pernah ada di zaman Nabi Muhammad SAW seperti yang dikerjakan oleh
Ibnu Al-Lutaibah yang di beri pekerjaan juga sebagai pengelola zakat, lalu ia
menyalahgunakan tugasnya (jabatan) untuk memperkaya diri. Satu hari, Ibnu Al-Lutaibah
seseorang petugas zakat datang menghadap Rasulullah SAW untuk melaporkan serta

32
menyerahkan hasil penarikan zakat dengan menyampaikan : “Ini untukmu, serta yang ini
sudah dihadiahkan kepadaku! ”
Rasulullah SAW saat itu juga tersentak mendengar laporan akunting zakat dari amil
beliau yang datang dari suku Uzdi. Dengan berang serta heran Rasulullah SAW berdiri diatas
mimbar seraya menyampaikan : “Ada apa kiranya seseorang petugas yang kami utus untuk
menggerakkan satu pekerjaan lantas menyampaikan : “Ini untukmu (Wahai Rasulullah), serta
yang ini sudah dihadiahkan untukku! ”
Mengapa ia tak duduk saja dirumah ayah serta ibunya, lantas ia menyaksikan apakah ia
di beri hadiah atau tak? ” Lanjutnya, “Demi Tuhan yang jiwa kalian ada di tangan-Nya,
bahwa tidak ada yang membawa sesuatupun dari hadiah-hadiah itu terkecuali ia dapat
membawanya juga sebagai beban tengkuknya pada hari kiamat. ” (HR Imam Ahmad).
Lewat cerita diatas Rasulullah SAW menyatakan perihal larangan (haramnya) untuk
petinggi atau pegawai di lingkungan manapun menyalahgunakan jabatannya untuk
memperkaya diri dengan terima gratifikasi diluar hak yang sudah ditetapkan untuk dia.

VI. PENUTUP
Pada makalah ini telah dibahas apa itu profesi. Dalam menjalankan suatu profesi
dibutuhkan suatu etika professional. Standar perilaku bagi seorang profesional dirancang
dengan tujuan praktis dan idealistik. Lalu dari standar professional tersebut dirancanglanh
suatu kode etik profesional yang dapat dirancang sebagian untuk mendorong perilaku yang
ideal, sehinggga antara standar prilaku professional dan kode etik tersebut dapat bersifat
realistis dan ditegakkan.
Disamping itu pula, pada makalah ini juga membahas bagaimana kode etik yang ada di
auditor pemerintahan Indonesia. Kode etik yang kami lampirkan adalah Kode Etik anggota
dan pemeriksa BPK-RI dan Kode Etik Aparan Pengawasan Intern Pemerintah. Sehingga
sebagai seorang auditor dapat menjalankan profesinya sesuai dengan pedoman perilaku dan
bagi atasan auditor juga dapat mengevaluasi perilaku auditor tersebut.

33
DAFTAR PUSTAKA

Arens,Alvin A, Elder,Randal J, Mark S. Beasley (2010).Auditing and Assurance Service, An


Integrated Approach,19tn Edition,Prentice Hall,Englewood Clifts,New Jersey.

Boynton, Johnson, and Kell. Modern Auditing. Jakarta: Erlangga, 2003.

Tentang Kode Etik BPK-RI (2015). Diambil dari situs:


http://www.bpk.go.id/assets/files/magazine/edisi-07-volii-juli-
2012_hal_02_____30_.pdf

Tentang Organisasi Asosiasi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Diambil dari situs:
http://aaipi.or.id/struktur-organisasi/

Tentang Kajian Amanah Profesi dalam Al Qur-an. Diambil dari situs:


http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/10/konsep-amanah-dalam-al-quran.html

Peraturan BPK-RI Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/04/M.PAN/03/2008


tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

34
MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008

TENTANG

KODE ETIK
APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Menimbang : a. bahwa pengawasan intern pemerintah merupakan salah satu


unsur manajemen Pemerintah yang penting dalam rangka
mewujudkan kepemerintahan yang baik;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang
baik, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung
jawab diperlukan adanya pengawasan oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang berkualitas dan
auditor yang profesional;

c. bahwa dalam rangka mewujudkan adanya pengawasan oleh


APIP yang berkualitas dan auditor yang profesional
diperlukan suatu budaya etis dalam profesi APIP;

d. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a, b, dan c perlu


ditetapkan Kode Etik APIP dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999


tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003


tentang Keuangan Negara;

3. Undang-........
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004


tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara;

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005


tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005


tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

7. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan


Pemberantasan Korupsi;

8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara


Nomor: PER/03.1/M.PAN/3/2007 tanggal 30 Maret 2007
tentang Kebijakan Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah Tahun 2007-2009.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN


APARATUR NEGARA TENTANG KODE ETIK APARAT
PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

PERTAMA : Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimana


tercantum dalam Lampiran Peraturan ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan ini;

KEDUA : Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimana


dimaksud pada diktum PERTAMA wajib dipergunakan sebagai
acuan untuk mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis
sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang
optimal dalam pelaksanaan audit;
KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan seperlunya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 31 Maret 2008
LAMPIRAN PERATURAN
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
Nomor : PER/04/M.PAN/03/2008
Tanggal : 31 Maret 2008

KODE ETIK
APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

A. LATAR BELAKANG

Hasil kerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) diharapkan bermanfaat


bagi pimpinan dan unit-unit kerja serta pengguna lainnya untuk meningkatkan kinerja
organisasi secara keseluruhan. Hasil kerja ini akan dapat digunakan dengan penuh
keyakinan jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme
auditor yang bersangkutan.

Untuk itu disyaratkan diberlakukan dan dipatuhinya aturan perilaku yang menuntut
disiplin dari auditor APIP yang melebihi tuntutan peraturan perundang-undangan
berupa Kode Etik yang mengatur nilai-nilai dasar dan pedoman perilaku, yang dalam
pelaksanaannya memerlukan pertimbangan yang seksama dari masing-masing
auditor.

Pelanggaran terhadap Kode Etik dapat mengakibatkan auditor diberi peringatan,


diberhentikan dari tugas audit dan atau organisasi.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud ditetapkannya Kode Etik APIP adalah tersedianya pedoman perilaku bagi
auditor dalam menjalankan profesinya dan bagi atasan auditor APIP dalam
mengevaluasi perilaku auditor APIP.

Tujuan Kode Etik adalah:


1. mendorong sebuah budaya etis dalam profesi APIP;
2. memastikan bahwa seorang profesional akan bertingkah laku pada tingkat yang
lebih tinggi dibandingkan dengan PNS lainnya;
3. mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip
kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga dapat
terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan
audit.
Kode Etik APIP ini diberlakukan bagi:

1. Auditor;
2. PNS/petugas yang diberi tugas oleh APIP untuk melaksanakan pengawasan dan
pemantauan tindak lanjutnya.

C. KOMPONEN

Kode Etik APIP ini terdiri dari 2 (dua) komponen:


1. Prinsip-prinsip perilaku auditor.
2. Aturan perilaku yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-prinsip perilaku auditor.

D. PRINSIP-PRINSIP PERILAKU

Auditor wajib mematuhi prinsip-prinsip perilaku berikut ini:

1. Integritas
Auditor harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani,
bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna
memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal.

2. Obyektivitas
Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi. Auditor
APIP membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak
dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil
keputusan.

3. Kerahasiaan
Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan
tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan.

4. Kompetensi
Auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
E. ATURAN PERILAKU

Auditor wajib mematuhi aturan perilaku berikut ini:

1. Integritas
a. melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan
bersungguh-sungguh;
b. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan
organisasi dalam melaksanakan tugas;
c. mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan
mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan dan profesi yang berlaku;
d. menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi;
e. tidak menjadi bagian kegiatan ilegal, atau mengikatkan diri pada tindakan-
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi;
f. menggalang kerja sama yang sehat diantara sesama auditor dalam
pelaksanaan audit;
g. saling mengingatkan, membimbing dan mengoreksi perilaku sesama auditor.

2. Obyektivitas
a. mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya yang apabila tidak
diungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-kegiatan yang
diaudit;
b. tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang mungkin
mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak memihak atau
yang mungkin menyebabkan terjadinya benturan kepentingan;
c. menolak suatu pemberian dari auditi yang terkait dengan keputusan maupun
pertimbangan profesionalnya.

3. Kerahasiaan
a. secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang diperoleh
dalam audit;
b. tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
pribadi/golongan di luar kepentingan organisasi atau dengan cara yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

4. Kompetensi
a. melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan Standar Audit;
b. terus menerus meningkatkan kemahiran profesi, keefektifan dan kualitas hasil
pekerjaan;
c. menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidak sesuai dengan
pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki.

F. PELANGGARAN

Tindakan yang tidak sesuai dengan Kode Etik tidak dapat diberi toleransi meskipun
dengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi, atau
diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.

Auditor tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa karyawan lain


melakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis.

Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran Kode Etik oleh auditor kepada
pimpinan organisasi.

Pemeriksaan, investigasi dan pelaporan pelanggaran Kode Etik ditangani oleh


Badan Kehormatan Profesi, yang terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota yang
berjumlah ganjil dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan Kehormatan
Profesi diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan APIP.

G. PENGECUALIAN

Dalam hal-hal tertentu yang menurut pertimbangan profesionalnya, seorang auditor


dimungkinkan untuk tidak menerapkan aturan perilaku tertentu. Permohonan
pengecualian atas penerapan Kode Etik tersebut harus dilakukan secara tertulis
sebelum auditor terlibat dalam kegiatan atau tindakan yang dimaksud.

Persetujuan untuk tidak menerapkan Kode Etik hanya boleh diberikan oleh pimpinan
APIP.

H. SANKSI ATAS PELANGGARAN

Auditor APIP yang terbukti melanggar Kode Etik akan dikenakan sanksi oleh
pimpinan APIP atas rekomendasi dari Badan Kehormatan Profesi. Bentuk-bentuk
sanksi yang direkomendasikan oleh Badan Kehormatan Profesi antara lain berupa :
a. teguran tertulis;
b. usulan pemberhentian dari tim audit;
c. tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu.

Dalam beberapa hal, pelanggaran terhadap Kode Etik dapat dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai