DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Ridho dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah Organisasi Komputer
yang berjudul “RAID ( Redundant Array Of Independent Disks )”, dengan baik, dan tepat pada
waktunya.
saya tidak luput lupa untuk menyampaikan banyak-banyak terimaksih kepada Bapak
Yoga Dwitya Pramudita, S.Kom, M.Cs. selaku dosen pengampu yang telah membantu dan
membimbing saya dalam menyelesaikan makalah Organisasi Komputer yang berjudulkan
“RAID ( Redundant Array Of Independent Disks )”. Saya juga mengucapkan banyak-bayak
terimaksih kepada teman-teman mahasiswa serta pihak-pihak lain yang sudah ikut serta dalam
kontribusinya baik secara langsung turun kelapangan maupun yang membantu secara tidak
langsung dalam menyelesaikan pembuatan makalah Organisasi Komputer berjudul “RAID (
Redundant Array Of Independent Disks )”.
Saya menyadari pasti masih banyak sekali kekurangan pada makalah yang saya buat ini.
Oleh karena itu saya meminta bantuan ke pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
dapat membangun saya nantinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangatlah bermanfaat dan
berguna untuk saya kedepannya dalam penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata dari saya semoga makalah yang sudah saya buat ini bisa bermanfaat dan
berguna bagi kita sekalian.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
BAB I…………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN……………………………………………………………..
1.2 PERMASALAHAN…………………………………………………….
1.3 TUJUAN………………………………………………………………...
BAB II………………………………………………………………………….
Landasan Teori…………………………………………………………………..
BAB III………………………………………………………………………….
PEMBAHASAN………………………………………………………………...
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………...
KESIMPULAN…………………………………………………………………..
SARAN…………………………………………………………………………..
KATA PENUTUP………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang Teknogi RAID.
2. Mengetahui contoh implementasi Teknologi RAID.
BAB II
LANDASAN TEORI
Selama ini teknologi menurut pandangan kita sering kali disamakan sebagai alat.
Dengan melihat teknologi sebagai alat, banyak bidang-bidang teknik yang menekankan
secara berlebihan berwawasan teknologi dan industry, seandainya teknologi tidak lagi di
artikan sebagai alat, mesin maupun berbagai artefak lainnya dari era modern, tetapi dapat
diartikan sebagai jalur penyelesaian untuk mengetahui dan mengerjakan suatu hal.
Dengan definisi yang semacam itu bisa lebih dari sekedar terapan atau rekayasa semacam
pemahaman dunia akademik tradisional, melainkan bisa dipandang secara universalistic
dalam penyelesaian sebuah masalah.
Membahas banyak tentang teknologi tidak akan lepas dari ilmu pengetahuan,
karena pada dasarnya adalah penerapan dari ilmu dan pengetahuan lain yang
menyambung ke tugas-tugas praktis. Sehingga teknologi dapat dipahami dengan
pengejawatahan dari ilmu pengetahuan. Jika ilmu pengetahuan berbicara dalam konteks
teoritis, maka teknologi telah melakukan tataran praktisnya.
Teknologi juga bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk menghasilkan barang atau
jasa. Dari dulu masyarakat dahulu sudah lama memanfaatkan sumber daya alam untuk
memenuhi kehidupan sehari-hari. Namun di masa itu teknologi masih belum secanggih di
era modern ini.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada tahun 1978, Norman Ken Ouchi dari International Business Machines (IBM)
dianugerahi paten Amerika Serikat dengan nomor 4092732 dengan judul “System for
recovering data stored in failed memory unit”. Klaim untuk paten ini menjelaskan mengenai
apa yang kemudian dikenal sebagai RAID 5. Istilah RAID pertama kali didefinisikan oleh
David A. Patterson, Garth A. Gibson dan Randy Katz dari University of California,
Barkeley, Amerika Serikat pada tahun 1987, yaitu 9 tahun setelah paten yang dimiliki oleh
Norman Ken Ouchi. Mereka bertiga mempelajari tentang kemungkinan penggunaan dua
hard disk atau lebih agar terlihat sebagai sebuah perangkat tunggal oleh sistem yang
menggunakannya, dan mereka kemudian mempublikasikannya ke dalam bentuk sebuah
paper berjudul “A case for Redundant Arrays of Inexpensive Disks (RAID)” pada bulan
Juni 1988 pada saat konferensi SIGMOD. Spesifikasi tersebut menyodorkan beberapa
RAID level atau kombinasi dari drive-drive tersebut. Setiap RAID level tersebut secara
teoritis memiliki kelebihan dan kekurangan. Satu tahun berselang, implementasi RAID pun
mulai banyak muncul ke permukaan. Sebagian besar implementasi tersebut memang secara
substansial berbeda dengan RAID level yang asli yang dibuat oleh Patterson dan kawan-
kawan, tapi implementasi tersebut menggunakan nomor yang sama dengan apa yang ditulis
oleh Patterson.
RAID juga merupakan organisasi disk memori yang mampu menangani beberapa
disk dengan sistem akses paralel dan redudansi ditambahkan untuk meningkatkan
reliabilitas. Kerja paralel ini menghasilkan resultan kecepatan disk yang lebih cepat.
Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang
disebut dengan “RAID Level“. Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama kali
dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni dengan
menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga mengimplementasikan beberapa
level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.
RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis
penyimpanan, dengan menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Solusi
perangkat keras umumnya didesain untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk
secara sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara kerja skema
RAID tersebut. Sementara itu, solusi perangkat lunak umumnya diimplementasikan di
dalam level sistem operasi, dan tentu saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah
kesatuan logis yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.
Ada beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan data ke lebih dari
satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi
kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah
untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault
tolerance/toleransi kesalahan). Level-level RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah
satu atau beberapa teknik yang disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan sistem. Tujuan
utama penggunaan RAID adalah untuk meningkatkan keandalan/reliabilitas yang sangat
penting untuk melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis, seperti
halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang sangat penting untuk beberapa
pekerjaan, seperti halnya untuk menyajikan video on demand ke banyak penonton secara
sekaligus.
Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda pula
pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan banyak
disk adalah salah satunya akan mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan teknik
pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal dengan
melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya “selamat” dari kerusakan
yang fatal. Teknik mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat sebuah
sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih, tapi saat
untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang sama akan dituliskan
pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam larik tersebut.
Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi
kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti saat sistem
menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya mungkin
mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki. Karenanya, RAID sering digunakan
dalam sistem-sistem yang harus selalu on-line, yang selalu tersedia (highly available),
dengan waktu down-time yang, sebisa mungkin,
2.4 Struktur Teknologi RAID
Disk memiliki resiko untuk mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat berakibat
turunnya kinerja atau pun hilangnya data. Meski pun terdapat backup data, tetap saja ada
kemungkinan data yang hilang karena adanya perubahan setelah terakhir kali data di-
backup. Karenanya reliabilitas dari suatu disk harus dapat terus ditingkatkan.
Berbagai macam cara dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan juga reliabilitas
dari disk. Biasanya untuk meningkatkan kinerja, dilibatkan banyak disk sebagai satu unit
penyimpanan. Tiap-tiap blok data dipecah ke dalam beberapa subblok, dan dibagi-bagi ke
dalam disk-disk tersebut. Ketika mengirim data disk-disk tersebut bekerja secara paralel,
sehingga dapat meningkatkan kecepatan transfer dalam membaca atau menulis data.
Ditambah dengan sinkronisasi pada rotasi masing-masing disk, maka kinerja dari disk dapat
ditingkatkan. Cara ini dikenal sebagai RAID. Selain masalah kinerja RAID juga dapat
meningkatkan realibilitas dari disk dengan jalan melakukan redundansi data.
RAID dapat dibagi menjadi 8 level, yaitu level 0, level 1, level 2, level 3, level 4,
level 5, level 6, level 0+1 dan 1+0. Setiap level tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server, tapi
bisa juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan di dalam workstation umumnya
digunakan dalam komputer yang digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan seperti
melakukan penyuntingan video/audio. Implementasi RAID, selain secara hardware (dengan
RAID controller) juga dapat dilakukan secara software, misalnya pada Microsoft Windows
NT 4.0. Penjelasan dari ke 8 level RAID adalah sebagai berikut :
1. RAID level 0
RAID level 0 menggunakan kumpulan disk dengan striping pada level blok, tanpa
redundansi. Jadi hanya menyimpan melakukan striping blok data ke dalam beberapa disk.
RAID level 0 membutuhkan minimal 2 harddisk, Sistemnya adalah menggabungkan
kapasitas dari beberapa harddisk. Sehingga secara logikal hanya "terlihat" sebuah
harddisk dengan kapasitas yang besar (jumlah kapasitas keseluruhan harddisk). Pada
awalnya, RAID 0, digunakan untuk membentuk sebuah partisi yang sangat besar dari
beberapa harddisk dengan biaya yang efisien.
2. RAID level 1
RAID level 1 ini merupakan disk mirroring, menduplikat setiap disk. Cara ini
dapat meningkatkan kinerja disk, tetapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi dua kali
lipat, sehingga biayanya menjadi sangat mahal. Pada level 1 (disk duplexing dan disk
mirroring) data pada suatu partisi hard disk disalin ke sebuah partisi di hard disk yang
lain sehingga bila salah satu rusak , masih tersedia salinannya di partisi mirror.
3. RAID level 2
4. RAID level 3
6. RAID level 5
7. RAID level 6
RAID level 6 disebut juga redundansi P+Q, seperti RAID level 5, tetapi
menyimpan informasi redundan tambahan untuk mengantisipasi kegagalan dari beberapa
disk sekaligus. RAID level 6 melakukan dua perhitungan paritas yang berbeda, kemudian
disimpan di dalam blok-blok yang terpisah pada disk-disk yang berbeda. Jadi, jika disk
data yang digunakan sebanyak n buah disk, maka jumlah disk yang dibutuhkan untuk
RAID level 6 ini adalah n+2 disk. Keuntungan dari RAID level 6 ini adalah kehandalan
data yang sangat tinggi, karena untuk menyebabkan data hilang, kegagalan harus terjadi
pada tiga buah disk dalam interval rata-rata untuk perbaikan data (Mean Time To Repair
atau MTTR). Kerugiannya yaitu penalti waktu pada saat penulisan data, karena setiap
penulisan yang dilakukan akan mempengaruhi dua buah paritas blok.
8. RAID level 0+1 dan 1+0
RAID level 0+1 dan 1+0 ini merupakan kombinasi dari RAID level 0 dan 1.
RAID level 0 memiliki kinerja yang baik, sedangkan RAID level 1 memiliki kehandalan.
Namun, dalam kenyataannya kedua hal ini sama pentingnya. Dalam RAID 0+1,
sekumpulan disk di-strip, kemudian strip tersebut di-mirror ke disk-disk yang lain,
menghasilkan strip-strip data yang sama. Kombinasi lainnya yaitu RAID 1+0, di mana
disk-disk di-mirror secara berpasangan, dan kemudian hasil pasangan mirrornya di-strip.
RAID 1+0 ini mempunyai keuntungan lebih dibandingkan dengan RAID 0+1. Sebagai
contoh, jika sebuah disk gagal pada RAID 0+1, seluruh strip-nya tidak dapat diakses,
hanya sebagian strip saja yang dapat diakses, sedangkan pada RAID 1+0, disk yang gagal
tersebut tidak dapat diakses, tetapi pasangan mirror-nya masih dapat diakses, yaitu disk-
disk selain dari disk yang gagal.
• 4 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
digunakan sebesar 600GB.
• 5 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
digunakan sebesar 900GB.
• 6 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
digunakan sebesar 1.2TB, dst.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Kita bisa mengetahui level level dari Teknologi RAID. Bagaimana konsep konsep RAID
dan bagaimana meimplementasikan Teknologi Raid. Kita juga dapat mengetahui pengertian
Teknologi RAID dan belajar sejarah pertama kali Teknologi RAID di temukan.
SARAN
Perkembangan sangat pesat pada teknologi, termasuk juga dengan teknologi RAID,
dimana teknologi RAID ini memudahkan dalam menyelesaiakan masalah Perkomputasian,
dengan munculya teknologi-teknologi baru yang semakin maju, akan memudahkan masalah
dalam kehidupan, maka peningkatan teknologi secara kontinu sangatlah penting.
KATA PENUTUP
https://blog.ub.ac.id/alifiannurahzari/2012/10/02/jelaskan-dan-gambarkan-arsitektur-serta-
implementasi-teknologi-raid-6/
http://kukuhpambudi0.blogspot.com/2014/10/makalah-raid.html