Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“RAID ( Redundant Array Of Independent Disks )”

DISUSUN OLEH:

NAMA : Achmad Fany Fadheli


NRP : 200411100088
KELAS :A
MATA KULIAH : Organisasi Komputer
DOSEN PENGAMPU : Yoga Dwitya Pramudita, S.Kom, M.Cs.

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Ridho dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah Organisasi Komputer
yang berjudul “RAID ( Redundant Array Of Independent Disks )”, dengan baik, dan tepat pada
waktunya.

saya tidak luput lupa untuk menyampaikan banyak-banyak terimaksih kepada Bapak
Yoga Dwitya Pramudita, S.Kom, M.Cs. selaku dosen pengampu yang telah membantu dan
membimbing saya dalam menyelesaikan makalah Organisasi Komputer yang berjudulkan
“RAID ( Redundant Array Of Independent Disks )”. Saya juga mengucapkan banyak-bayak
terimaksih kepada teman-teman mahasiswa serta pihak-pihak lain yang sudah ikut serta dalam
kontribusinya baik secara langsung turun kelapangan maupun yang membantu secara tidak
langsung dalam menyelesaikan pembuatan makalah Organisasi Komputer berjudul “RAID (
Redundant Array Of Independent Disks )”.

Saya menyadari pasti masih banyak sekali kekurangan pada makalah yang saya buat ini.
Oleh karena itu saya meminta bantuan ke pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
dapat membangun saya nantinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangatlah bermanfaat dan
berguna untuk saya kedepannya dalam penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata dari saya semoga makalah yang sudah saya buat ini bisa bermanfaat dan
berguna bagi kita sekalian.

Bangkalan, Januari 2021


Achmad Fany Fadheli
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..

BAB I…………………………………………………………………………..

PENDAHULUAN……………………………………………………………..

1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………….

1.2 PERMASALAHAN…………………………………………………….

1.3 TUJUAN………………………………………………………………...

BAB II………………………………………………………………………….

Landasan Teori…………………………………………………………………..

BAB III………………………………………………………………………….

PEMBAHASAN………………………………………………………………...

2.1 Sejarah Teknologi RAID…………………………………………………………

2.2 Pengertian Teknologi RAID……………………………………………………..

2.3 Konsep Teknologi RAID………………………………………………………..

2.4 Struktur Teknologi RAID…………………………………………...

2.5 Level Teknologi RAID………………………………………….

2.6 Contoh Implementasi Teknologi RAID…………………………………..

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………...

KESIMPULAN…………………………………………………………………..

SARAN…………………………………………………………………………..

KATA PENUTUP………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan sumber daya teknologi komputer
atau komputasi dalam semua bidang sangat dibutuhkan. Akan tetapi investasi untuk
infrastruktur dari komputasi yang besar masih sangat mahal. Untuk itu, dengan adanya
teknologi cloud computing kebutuhan investasi dari infrastuktur tersebut dapat dipenuhi
tanpa diperlukannya investasi infrastruktur dan platform secara fisik. Cloud Computing
mampu menyediakan sumber daya teknologi informasi dasar seperti media penyimpanan,
processing power, memory, sistem operasi dan kapasitas jaringan yang dapat digunakan
oleh pengguna cloud client untuk menjalankan aplikasi yang dimilikinya dengan cara
memaksimalkan utilitas hardware server yang telah ada. Infrastructure as a Service (IaaS)
adalah salah satu layanan dari Cloud Computing yang menyediakan akses virtualisasi
komputer, sumber daya dari hardware termasuk mesin, jaringan maupun penyimpanan data
yang dapat digunakan oleh pengguna cloud client. Disk memiliki resiko untuk mengalami
kerusakan. Kerusakan ini dapat berakibat turunnya kinerja atau pun hilangnya data.
Meskipun terdapat backup data, tetap saja ada kemungkinan data yang hilang karena adanya
perubahan setelah terakhir kali data di-backup. Oleh karena itu reliabilitas dari suatu disk
harus dapat terus ditingkatkan. Pada media penyimpanan cloud computing yang sangat
besar kemungkinan terjadinya kesalahan atau kegagalan menjadi tinggi karena banyaknya
data yang akan disimpan atau diproses.

1.2 Rumusan Masalah


1. Penjelasan mengenai Teknologi RAID.
2. Contoh implementasi Teknologi RAID.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang Teknogi RAID.
2. Mengetahui contoh implementasi Teknologi RAID.
BAB II
LANDASAN TEORI

Selama ini teknologi menurut pandangan kita sering kali disamakan sebagai alat.
Dengan melihat teknologi sebagai alat, banyak bidang-bidang teknik yang menekankan
secara berlebihan berwawasan teknologi dan industry, seandainya teknologi tidak lagi di
artikan sebagai alat, mesin maupun berbagai artefak lainnya dari era modern, tetapi dapat
diartikan sebagai jalur penyelesaian untuk mengetahui dan mengerjakan suatu hal.
Dengan definisi yang semacam itu bisa lebih dari sekedar terapan atau rekayasa semacam
pemahaman dunia akademik tradisional, melainkan bisa dipandang secara universalistic
dalam penyelesaian sebuah masalah.

Membahas banyak tentang teknologi tidak akan lepas dari ilmu pengetahuan,
karena pada dasarnya adalah penerapan dari ilmu dan pengetahuan lain yang
menyambung ke tugas-tugas praktis. Sehingga teknologi dapat dipahami dengan
pengejawatahan dari ilmu pengetahuan. Jika ilmu pengetahuan berbicara dalam konteks
teoritis, maka teknologi telah melakukan tataran praktisnya.

Teknologi juga bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk menghasilkan barang atau
jasa. Dari dulu masyarakat dahulu sudah lama memanfaatkan sumber daya alam untuk
memenuhi kehidupan sehari-hari. Namun di masa itu teknologi masih belum secanggih di
era modern ini.
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Teknologi RAID

Pada tahun 1978, Norman Ken Ouchi dari International Business Machines (IBM)
dianugerahi paten Amerika Serikat dengan nomor 4092732 dengan judul “System for
recovering data stored in failed memory unit”. Klaim untuk paten ini menjelaskan mengenai
apa yang kemudian dikenal sebagai RAID 5. Istilah RAID pertama kali didefinisikan oleh
David A. Patterson, Garth A. Gibson dan Randy Katz dari University of California,
Barkeley, Amerika Serikat pada tahun 1987, yaitu 9 tahun setelah paten yang dimiliki oleh
Norman Ken Ouchi. Mereka bertiga mempelajari tentang kemungkinan penggunaan dua
hard disk atau lebih agar terlihat sebagai sebuah perangkat tunggal oleh sistem yang
menggunakannya, dan mereka kemudian mempublikasikannya ke dalam bentuk sebuah
paper berjudul “A case for Redundant Arrays of Inexpensive Disks (RAID)” pada bulan
Juni 1988 pada saat konferensi SIGMOD. Spesifikasi tersebut menyodorkan beberapa
RAID level atau kombinasi dari drive-drive tersebut. Setiap RAID level tersebut secara
teoritis memiliki kelebihan dan kekurangan. Satu tahun berselang, implementasi RAID pun
mulai banyak muncul ke permukaan. Sebagian besar implementasi tersebut memang secara
substansial berbeda dengan RAID level yang asli yang dibuat oleh Patterson dan kawan-
kawan, tapi implementasi tersebut menggunakan nomor yang sama dengan apa yang ditulis
oleh Patterson.

Seiring dengan perkembangan zaman, level dan implementasi RAID pun


berkembang. Oleh karena itu, penulis menyusun sebuah makalah dengan judul “Konsep
RAID dan Impelementasinya” agar dapat mengetahui level dan implementasi RAID pada
saat sekarang.
2.2 Pengertian Teknologi RAID

RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent Disks merujuk kepada


sebuah teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang digunakan untuk
mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer
(terutama hard disk) dengan menggunakan cara redundansi (penumpukan) data, baik itu
dengan menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat keras RAID terpisah. Kata
“RAID” juga memiliki beberapa singkatan Redundant Array of Inexpensive Disks,
Redundant Array of Independent Drives, dan juga Redundant Array of Inexpensive Drives.
Teknologi ini membagi atau mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk terpisah. RAID
didesain untuk meningkatkan keandalan data dan meningkatkan kinerja I/O dari hard disk.

RAID juga merupakan organisasi disk memori yang mampu menangani beberapa
disk dengan sistem akses paralel dan redudansi ditambahkan untuk meningkatkan
reliabilitas. Kerja paralel ini menghasilkan resultan kecepatan disk yang lebih cepat.

2.3 Konsep Teknologi RAID

Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang
disebut dengan “RAID Level“. Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama kali
dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni dengan
menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga mengimplementasikan beberapa
level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.

RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis
penyimpanan, dengan menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Solusi
perangkat keras umumnya didesain untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk
secara sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara kerja skema
RAID tersebut. Sementara itu, solusi perangkat lunak umumnya diimplementasikan di
dalam level sistem operasi, dan tentu saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah
kesatuan logis yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.

Ada beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan data ke lebih dari
satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi
kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah
untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault
tolerance/toleransi kesalahan). Level-level RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah
satu atau beberapa teknik yang disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan sistem. Tujuan
utama penggunaan RAID adalah untuk meningkatkan keandalan/reliabilitas yang sangat
penting untuk melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis, seperti
halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang sangat penting untuk beberapa
pekerjaan, seperti halnya untuk menyajikan video on demand ke banyak penonton secara
sekaligus.

Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda pula
pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan banyak
disk adalah salah satunya akan mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan teknik
pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal dengan
melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya “selamat” dari kerusakan
yang fatal. Teknik mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat sebuah
sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih, tapi saat
untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang sama akan dituliskan
pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam larik tersebut.

Teknik striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan sekumpulan data


dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu waktu, akan tetapi bila satu hard
disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan hard disk akan mengalami inkonsistensi.
Teknik pengecekan kesalahan / koreksi kesalahan juga pada umumnya akan menurunkan
kinerja sistem, karena data harus dibaca dari beberapa tempat dan juga harus dibandingkan
dengan checksum yang ada. Maka, desain sistem RAID harus mempertimbangkan
kebutuhan sistem secara keseluruhan, sehingga perencanaan dan pengetahuan yang baik
dari seorang administrator jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-larik RAID modern
umumnya menyediakan fasilitas bagi para penggunanya untuk memilih konfigurasi yang
diinginkan dan tentunya sesuai dengan kebutuhan.

Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi
kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti saat sistem
menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya mungkin
mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki. Karenanya, RAID sering digunakan
dalam sistem-sistem yang harus selalu on-line, yang selalu tersedia (highly available),
dengan waktu down-time yang, sebisa mungkin,
2.4 Struktur Teknologi RAID

Disk memiliki resiko untuk mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat berakibat
turunnya kinerja atau pun hilangnya data. Meski pun terdapat backup data, tetap saja ada
kemungkinan data yang hilang karena adanya perubahan setelah terakhir kali data di-
backup. Karenanya reliabilitas dari suatu disk harus dapat terus ditingkatkan.

Berbagai macam cara dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan juga reliabilitas
dari disk. Biasanya untuk meningkatkan kinerja, dilibatkan banyak disk sebagai satu unit
penyimpanan. Tiap-tiap blok data dipecah ke dalam beberapa subblok, dan dibagi-bagi ke
dalam disk-disk tersebut. Ketika mengirim data disk-disk tersebut bekerja secara paralel,
sehingga dapat meningkatkan kecepatan transfer dalam membaca atau menulis data.
Ditambah dengan sinkronisasi pada rotasi masing-masing disk, maka kinerja dari disk dapat
ditingkatkan. Cara ini dikenal sebagai RAID. Selain masalah kinerja RAID juga dapat
meningkatkan realibilitas dari disk dengan jalan melakukan redundansi data.

2.5 Level Teknologi RAID

RAID dapat dibagi menjadi 8 level, yaitu level 0, level 1, level 2, level 3, level 4,
level 5, level 6, level 0+1 dan 1+0. Setiap level tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server, tapi
bisa juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan di dalam workstation umumnya
digunakan dalam komputer yang digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan seperti
melakukan penyuntingan video/audio. Implementasi RAID, selain secara hardware (dengan
RAID controller) juga dapat dilakukan secara software, misalnya pada Microsoft Windows
NT 4.0. Penjelasan dari ke 8 level RAID adalah sebagai berikut :

1. RAID level 0

RAID level 0 menggunakan kumpulan disk dengan striping pada level blok, tanpa
redundansi. Jadi hanya menyimpan melakukan striping blok data ke dalam beberapa disk.
RAID level 0 membutuhkan minimal 2 harddisk, Sistemnya adalah menggabungkan
kapasitas dari beberapa harddisk. Sehingga secara logikal hanya "terlihat" sebuah
harddisk dengan kapasitas yang besar (jumlah kapasitas keseluruhan harddisk). Pada
awalnya, RAID 0, digunakan untuk membentuk sebuah partisi yang sangat besar dari
beberapa harddisk dengan biaya yang efisien.
2. RAID level 1

RAID level 1 ini merupakan disk mirroring, menduplikat setiap disk. Cara ini
dapat meningkatkan kinerja disk, tetapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi dua kali
lipat, sehingga biayanya menjadi sangat mahal. Pada level 1 (disk duplexing dan disk
mirroring) data pada suatu partisi hard disk disalin ke sebuah partisi di hard disk yang
lain sehingga bila salah satu rusak , masih tersedia salinannya di partisi mirror.

3. RAID level 2

RAID level 2 ini merupakan pengorganisasian dengan error-correcting-code


(ECC). Seperti pada memori di mana pendeteksian terjadinya error menggunakan paritas
bit. Setiap byte data mempunyai sebuah paritas bit yang bersesuaian yang
merepresentasikan jumlah bit di dalam byte data tersebut di mana paritas bit=0 jika
jumlah bit genap atau paritas bit=1 jika ganjil. Jadi, jika salah satu bit pada data berubah,
paritas berubah dan tidak sesuai dengan paritas bit yang tersimpan. Dengan demikian,
apabila terjadi kegagalan pada salah satu disk, data dapat dibentuk kembali dengan
membaca error-correction bit pada disk lain. Kelebihannya antara lain kehandalan yang
bagus karena dapat membentuk kembali data yang rusak dengan ECC tadi, dan jumlah bit
redundancy yang diperlukan lebih sedikit jika dibandingkan dengan level 1 (mirroring).
Kelemahannya antara lain prlu adanya perhitungan paritas bit, sehingga menulis atau
perubahan data memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang tanpa
menggunakan paritas bit, level ini memerlukan disk khusus untuk penerapannya yang
harganya cukup mahal.

4. RAID level 3

RAID level 3 merupakan pengorganisasian dengan paritas bit interleaved.


Pengorganisasian ini hampir sama dengan RAID level 2, perbedaannya adalah RAID
level 3 ini hanya memerlukan sebuah disk redundan, berapapun jumlah kumpulan disk-
nya. Jadi tidak menggunakan ECC, melainkan hanya menggunakan sebuah bit paritas
untuk sekumpulan bit yang mempunyai posisi yang sama pada setiap disk yang berisi
data. Selain itu juga menggunakan data striping dan mengakses disk-disk secara paralel.
Kelebihannya antara lain kehandalan (rehabilitas) bagus, akses data lebih cepat karena
pembacaan tiap bit dilakukan pada beberapa disk (parlel), hanya butuh 1 disk redudan
yang tentunya lebih menguntungkan dengan level 1 dan 2. kelemahannya antara lain
perlu adanya perhitungan dan penulisan parity bit akibatnya performannya lebih rendah
dibandingkan yang menggunakan paritas.
5. RAID level 4

RAID level 4 merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved, yaitu


menggunakan striping data pada level blok, menyimpan sebuah paritas blok pada sebuah
disk yang terpisah untuk setiap blok data pada disk-disk lain yang bersesuaian. Jika
sebuah disk gagal, blok paritas tersebut dapat digunakan untuk membentuk kembali blok-
blok data pada disk yang gagal tadi. Kecepatan transfer untuk membaca data tinggi,
karena setiap disk-disk data dapat diakses secara paralel. Demikian juga dengan
penulisan, karena disk data dan paritas dapat ditulis secara paralel. kehandalannya juga
bagus karena adanya paritas blok. Kelemahannya antara lain akses perblok seperti biasa
penggunaan 1 disk., bahkan untuk penulisan ke 1 blok memerlukan 4 pengaksesan untuk
membaca ke disk data yag bersangkutan dan paritas disk, dan 2 lagi untuk penulisan ke 2
disk itu pula (read-modify-read)

6. RAID level 5

RAID level 5 merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved


tersebar. Data dan paritas disebar pada semua disk termasuk sebuah disk tambahan. Pada
setiap blok, salah satu dari disk menyimpan paritas dan disk yang lainnya menyimpan
data. Sebagai contoh, jika terdapat kumpulan dari 5 disk, paritas blok ke n akan disimpan
pada disk (n mod 5) + 1; blok ke n dari empat disk yang lain menyimpan data yang
sebenarnya dari blok tersebut. Sebuah paritas blok tidak menyimpan paritas untuk blok
data pada disk yang sama, karena kegagalan sebuah disk akan menyebabkan data hilang
bersama dengan paritasnya dan data tersebut tidak dapat diperbaiki. Kelebihannya antara
lain seperti pada level 4 ditambah lagi dengan pentebaran paritas seoerti ini dapat
menghindari penggunaan berlebihan dari sebuah paritas bit seperti pada RAID level 4.
kelemahannya antara lain perlunya mekanisme tambahan untuk penghitungan lokasi dari
paritas sehingga akan mempengaruhi kecepatan dalam pembacaan blok maupun
penulisannya.

7. RAID level 6

RAID level 6 disebut juga redundansi P+Q, seperti RAID level 5, tetapi
menyimpan informasi redundan tambahan untuk mengantisipasi kegagalan dari beberapa
disk sekaligus. RAID level 6 melakukan dua perhitungan paritas yang berbeda, kemudian
disimpan di dalam blok-blok yang terpisah pada disk-disk yang berbeda. Jadi, jika disk
data yang digunakan sebanyak n buah disk, maka jumlah disk yang dibutuhkan untuk
RAID level 6 ini adalah n+2 disk. Keuntungan dari RAID level 6 ini adalah kehandalan
data yang sangat tinggi, karena untuk menyebabkan data hilang, kegagalan harus terjadi
pada tiga buah disk dalam interval rata-rata untuk perbaikan data (Mean Time To Repair
atau MTTR). Kerugiannya yaitu penalti waktu pada saat penulisan data, karena setiap
penulisan yang dilakukan akan mempengaruhi dua buah paritas blok.
8. RAID level 0+1 dan 1+0

RAID level 0+1 dan 1+0 ini merupakan kombinasi dari RAID level 0 dan 1.
RAID level 0 memiliki kinerja yang baik, sedangkan RAID level 1 memiliki kehandalan.
Namun, dalam kenyataannya kedua hal ini sama pentingnya. Dalam RAID 0+1,
sekumpulan disk di-strip, kemudian strip tersebut di-mirror ke disk-disk yang lain,
menghasilkan strip-strip data yang sama. Kombinasi lainnya yaitu RAID 1+0, di mana
disk-disk di-mirror secara berpasangan, dan kemudian hasil pasangan mirrornya di-strip.
RAID 1+0 ini mempunyai keuntungan lebih dibandingkan dengan RAID 0+1. Sebagai
contoh, jika sebuah disk gagal pada RAID 0+1, seluruh strip-nya tidak dapat diakses,
hanya sebagian strip saja yang dapat diakses, sedangkan pada RAID 1+0, disk yang gagal
tersebut tidak dapat diakses, tetapi pasangan mirror-nya masih dapat diakses, yaitu disk-
disk selain dari disk yang gagal.

2.6 Contoh Implementasi Teknologi RAID

• 4 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
digunakan sebesar 600GB.
• 5 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
digunakan sebesar 900GB.
• 6 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
digunakan sebesar 1.2TB, dst.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Kita bisa mengetahui level level dari Teknologi RAID. Bagaimana konsep konsep RAID
dan bagaimana meimplementasikan Teknologi Raid. Kita juga dapat mengetahui pengertian
Teknologi RAID dan belajar sejarah pertama kali Teknologi RAID di temukan.

SARAN

Perkembangan sangat pesat pada teknologi, termasuk juga dengan teknologi RAID,
dimana teknologi RAID ini memudahkan dalam menyelesaiakan masalah Perkomputasian,
dengan munculya teknologi-teknologi baru yang semakin maju, akan memudahkan masalah
dalam kehidupan, maka peningkatan teknologi secara kontinu sangatlah penting.

KATA PENUTUP

Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada pembaca telah meluangkan waktunya


untuk membaca makalah ini. Penyusun berharap makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat dan
bisa membantu semua orang.
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.ub.ac.id/alifiannurahzari/2012/10/02/jelaskan-dan-gambarkan-arsitektur-serta-
implementasi-teknologi-raid-6/

http://kukuhpambudi0.blogspot.com/2014/10/makalah-raid.html

Anda mungkin juga menyukai