Anda di halaman 1dari 20

RAID

(Redundant Array Of
Independent Disks)
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Basis Data
Dosen : Alif Finandhita, S.Kom., M.T.

Disusun Oleh :
Arif Romadhan ( 10112063)
SBD - 8 / Semester V

Program Studi Teknik Informatika


Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Komputer Indonesia
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga Penulis berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul RAID (Redundant Array Of Independent Disks).
Makalah ini berisikan informasi mengenai konsep penyimpanan
data dimemori. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua mengenai konsep penyimpanan data dimemori
terutama konsep RAID (Redundant Array Of Independent Disks).
Penulis

menyadari

bahwa

makalah

ini

masih

jauh

dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu Penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.

Bandung, 26 Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................1
1.2 Batasan Masalah..............................................................2
1.3 Tujuan Masalah................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................5
2.1 Hakikat RAID....................................................................5
2.2 Struktur RAID...................................................................5
2.3 Konsep RAID.....................................................................6
2.4 Level RAID........................................................................7
2.5 Implementasi RAID..........................................................15
BAB III PENUTUP.............................................................17
3.1 Kesimpulan......................................................................17
3.2 Saran...............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................18

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sistem basis data adalah satu mata kuliah yang bertujuan

memberikan

pengetahuan

mengenai

pengelolahan

data

atau

memanipulasi data menggunakan perangkat lunak dan perangkat


keras yang sesuai kebutuhan. Materi yang dibahas dalam makalah ini
mengenai media penyimpanan data menggunakan konsep RAID
(Redundant Array Of Independent Disks).
Perkembangan teknologi yang pesat memunculkan banyak
konsep dalam mengatur media penyimpanan data diantaranya
adalah konsep RAID. RAID merupakan konsep lebih dari satu hardisk
yang bekerja sama untuk memperoleh kinerja yang lebih naik
dibanding dengan satu hardisk. Diharapkan konsep raid ini dapat
memberikan solusi dalam mengatur media penyimpanan data.
Istilah RAID pertama kali didefinisikan oleh David A. Patterson,
Garth A. Gibson dan Randy Katz dari University of California, Barkeley,
Amerika Serikat pada tahun 1987, yaitu 9 tahun setelah paten yang
dimiliki oleh Norman Ken Ouchi. Mereka bertiga mempelajari tentang
kemungkinan penggunaan dua hard disk atau lebih agar terlihat
sebagai

sebuah

perangkat

tunggal

oleh

sistem

yang

menggunakannya, dan mereka kemudian mempublikasikannya ke


dalam bentuk sebuah paper berjudul A case for Redundant Arrays of
Inexpensive Disks (RAID) pada bulan Juni 1988 pada saat konferensi
SIGMOD. Spesifikasi tersebut menyodorkan beberapa RAID level atau
kombinasi dari drive-drive tersebut. Setiap RAID level tersebut secara
teoritis memiliki kelebihan dan kekurangan. Satu tahun berselang,
implementasi

RAID pun

mulai banyak

muncul

ke permukaan.

Sebagian besar implementasi tersebut memang secara substansial


berbeda dengan RAID level yang asli yang dibuat oleh Patterson dan

kawan-kawan, tapi implementasi tersebut menggunakan nomor yang


sama dengan apa yang ditulis oleh Patterson.
Seiring dengan perkembangan zaman, level dan implementasi
RAID pun berkembang. Oleh karena itu, penulis menyusun sebuah
makalah dengan judul Konsep RAID dan Impelementasinya agar
dapat mengetahui level dan implementasi RAID pada saat sekarang.
1.2

Batasan Masalah
Banyaknya materi dalam media penyimpanan data beserta

konsepnya, maka penulis hanya fokus pada masalah yang berkaitan


dengan kebutuhan pembuatan makalah ini, yaitu RAID (Redundant
Array Of Independent Disks).
1.3

Tujuan Penulisan Makalah


Dalam membuat makalah ini, Penulis memiliki beberapa tujuan

yang disesuaikan dengan kebutuhan Penulis. Pada mulanya Penulis


hanya bertujuan membuat makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas dari dosen mata kuliah sistem basis data. Akan tetapi, ketika
Penulis mulai menyusun dan mengumpulkan bahan untuk membuat
makalah ini, akhirnya Penulis menyadari bahwa tujuan penulisan
makalah ini lebih diutamakan pada penambahan wawasan bagi
Penulis mengenai RAID.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat RAID
RAID, atau Redundant Array of Independent Disks merujuk
kepada sebuah teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang
digunakan untuk mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan
pada media penyimpanan komputer (terutama hard disk) dengan
menggunakan cara redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan
menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat keras RAID
terpisah. Kata RAID juga memiliki beberapa singkatan Redundant
Array of Inexpensive Disks, Redundant Array of Independent Drives,
dan juga Redundant Array of Inexpensive Drives. Teknologi ini
membagi atau mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk
terpisah. RAID didesain untuk meningkatkan keandalan data dan
meningkatkan kinerja I/O dari hard disk.
RAID juga merupakan organisasi disk memori yang mampu
menangani beberapa disk dengan sistem akses paralel dan redudansi
ditambahkan

untuk

meningkatkan

reliabilitas.

Kerja

paralel

ini

menghasilkan resultan kecepatan disk yang lebih cepat.


2.2 Struktur RAID
Setiap diisk memiliki resiko untuk mengalami kerusakan.
Kerusakan ini dapat berakibat turunnya kinerja atau pun hilangnya
data. Meski pun terdapat backup data, tetap saja ada kemungkinan
data yang hilang karena adanya perubahan setelah terakhir kali data
di-backup. Karenanya reliabilitas dari suatu disk harus dapat terus
ditingkatkan.

Apa cara yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan juga


reliabilitas dari disk. Biasanya untuk meningkatkan kinerja, dilibatkan
banyak disk sebagai satu unit penyimpanan. Tiap-tiap blok data
dipecah ke dalam beberapa subblok, dan dibagi-bagi ke dalam diskdisk tersebut. Ketika mengirim data disk-disk tersebut bekerja secara
paralel, sehingga dapat meningkatkan kecepatan transfer dalam
membaca atau menulis data. Ditambah dengan sinkronisasi pada
rotasi masing-masing disk, maka kinerja dari disk dapat ditingkatkan.
Cara ini dikenal sebagai RAID. Selain masalah kinerja RAID juga dapat
meningkatkan

realibilitas

dari

disk

dengan

jalan

melakukan

redundansi data.
Tiga karakteristik umum dari RAID ini, yaitu :
1. RAID adalah sekumpulan disk drive yang dianggap sebagai
sistem tunggal disk.
2. Data didistribusikan ke drive fisik array.
3. Kapasitas redunant disk digunakan untuk menyimpan informasi
paritas, yang menjamin recoveribility data ketika terjadi masalah
atau kegagalan disk.
Jadi, RAID merupakan salah satu jawaban masalah kesenjangan
kecepatan disk memori dengan CPU dengan cara menggantikan disk
berkapasitas besar dengan sejumlah disk-disk berkapasitas kecil dan
mendistribusikan data pada disk-disk tersebut sedemikian rupa
sehingga nantinya dapat dibaca kembali.
2.3 Konsep RAID
Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam
beberapa skema, yang disebut dengan RAID Level. Pada awalnya,
ada lima buah RAID level yang pertama kali dikonsepkan, tetapi
seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni dengan
menggabungkan

beberapa

level

yang

berbeda

dan

juga

mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi


standar RAID.

RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah


unit logis penyimpanan, dengan menggunakan perangkat lunak atau
perangkat keras khusus. Solusi perangkat keras umumnya didesain
untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk secara sekaligus,
dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara kerja
skema

RAID

tersebut.

Sementara

itu,

solusi

perangkat

lunak

umumnya diimplementasikan di dalam level sistem operasi, dan tentu


saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah kesatuan logis
yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.
Ada

beberapa

konsep

kunci

di

dalam

RAID:

mirroring

(penyalinan data ke lebih dari satu buah hard disk), striping


(pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi kesalahan,
di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan
masalah untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum
disebut sebagai teknik fault tolerance/toleransi kesalahan).
Teknik

mirroring

dapat

meningkatkan

proses

pembacaan

data

mengingat sebuah sistem yang menggunakannya mampu membaca


data dari dua disk atau lebih, tapi saat untuk menulis kinerjanya akan
lebih buruk, karena memang data yang sama akan dituliskan pada
beberapa hard disk yang tergabung ke dalam larik tersebut.
Teknik striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan
sekumpulan data dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus
pada satu waktu, akan tetapi bila satu hard disk mengalami
kegagalan,

maka

keseluruhan

hard

disk

akan

mengalami

inkonsistensi. Teknik pengecekan kesalahan / koreksi kesalahan juga


pada umumnya akan menurunkan kinerja sistem, karena data harus
dibaca dari beberapa tempat dan juga harus dibandingkan dengan
checksum

yang

ada.

Maka,

desain

sistem

RAID

harus

mempertimbangkan kebutuhan sistem secara keseluruhan, sehingga


perencanaan dan pengetahuan yang baik dari seorang administrator
jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-larik RAID modern umumnya
menyediakan

fasilitas

bagi

para

penggunanya

untuk

memilih

konfigurasi yang diinginkan dan tentunya sesuai dengan kebutuhan.


Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan,
meskipun terjadi kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami
kegagalan tersebut dapat diganti saat sistem menyala (hot-swap) dan
data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya mungkin
mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki. Karenanya,
RAID sering digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu on-line,
yang selalu tersedia (highly available), dengan waktu down-time
yang, sebisa mungkin, hanya beberapa saat saja.
2.4 Level RAID
Arsitektur yang berbeda diberi nama RAID diikuti dengan nomor
dan setiap arsitektur memberikan keseimbangan yang berbeda
antara kinerja, kapasitas dan toleransi. Ada beberapa level RAID yang
berbeda seperti berikut ini:
1. RAID level 0 : Striped Disk Array tanpa Fault Toleransi
Juga dikenal dengan modus stripping. Membutuhkan
minimal

harddisk.

Sistemnya

adalah

menggabungkan

kapasitas dari beberapa harddisk. Sehingga secara logikal


hanya "terlihat" sebuah harddisk dengan kapasitas yang besar
(jumlah kapasitas keseluruhan harddisk).
Pada awalnya, RAID 0, digunakan untuk membentuk sebuah
partisi yang sangat besar dari beberapa harddisk dengan biaya
yang efisien.
Misalnya:
Kita membutuhkan suatu partisi dengan ukuran 500GB. Harga
sebuah

harddisk

sedangkan

berukuran

harga

Rp.5.000.000,-.

harddisk

Nah,

kita

100GB

adalah

berukuran

dapat

Rp.500.000,-

500GB

membetuk

suatu

adalah
partisi

berukuran 500GB dari 5 unit harddisk berukuran 100GB dengan


menggunakan RAID 0. Tentunya skenario ini lebih murah karena
memakan

biaya

lebih

murah:

Rp.500.000,-

Rp.2.500.000,-. Lebih murah daripada harus membeli harddisk


yang berukuran 500GB. Itulah kenapa pada awalnya disebut
redundant array of inexpensive disk.
Contoh lain:
Pada saat ini ukuran harddisk terbesar yang tersedia di pasaran
adalah 500GB, sedangkan kita membutuhkan suatu partisi
dengan ukuran 2TB. Nah, kita dapat membeli 4 unit harddisk
berkapasitas 500GB dan mengkonfigurasinya dengan RAID 0,
sehingga kita dapat memiliki suatu partisi berkururan 2TB tanpa
harus

menunggu

harddisk

dengan

kapasitas

sebesar

itu

tersedia di pasar.
Data yang ditulis pada harddisk-harddisk tersebut terbagibagi

menjadi

fragmen-fragmen.

Dimana

fragmen-fragmen

tersebut disebar di seluruh harddisk. Sehingga, jika salah satu


harddisk mengalami kerusakan fisik, maka data tidak dapat
dibaca sama sekali.
Namun ada keuntungan dengan adanya fragmen-fragmen
ini: kecepatan. Data bisa diakses lebih cepat dengan RAID 0,
karena saat komputer membaca sebuah fragmen di satu
harddisk, komputer juga dapat membaca fragmen lain di
harddisk lainnya.

2. RAID level 1 : Mirroring dan Duplexing


RAID 1 identik dengan total redundansi dimana 2 harddisk
yang masing-masing samakapasitasnya menyalin isi (mirorring)

data disk satu sama lainnya. Yang satu secara otomatis dan
secara terus menerus melakukan back-up terhadap yang
lainnya. Operasi dialihkan ke salah satu dari drive tunggal yang
normal bila yang lainnya rusak.
Biasa disebut dengan modus mirroring. Membutuhkan
minimal 2 harddisk. Sistemnya adalah menyalin isi sebuah
harddisk ke harddisk lain dengan tujuan: jika salah satu
harddisk rusak secara fisik, maka data tetap dapat diakses dari
harddisk lainnya.
RAID 1 didesain untuk menangani data yang teramat
penting (bernilai amat mahal/sulit diganti bila hilang). Konsep
kerja ini menyebabkan kapasitas total harddisk akan berkurang
setengahnya

walau

tidak

mempengaruhi

performance

keseluruhan. Kontroller RAID 1 yang lebih canggih biasanya


mampu mengirimkan data sebanyak 2 kali lipat dengan cara
membaca sektor-sektor yang bersangkutan dari 2 drive secara
serentak.
Contoh:
Sebuah server memiliki 2 unit harddisk yang berkapasitas
masing-masing

80GB

dan

dikonfigurasi

RAID

1.

Setelah

beberapa tahun, salah satu harddisknya mengalami kerusakan


fisik. Namun data pada harddisk lainnya masih dapat dibaca,
sehingga data masih dapat diselamatkan selama bukan semua
harddisk yang mengalami kerusakan fisik secara bersamaan.

10

3. RAID level 2 : Kesalahan-Memperbaiki Coding


Cara kerjanya adalah dengan memisahkan

masing-

masing bit dari byte/blok data pada drive yang terpisah dan
menambahkannya

pada

beberapa

drive

lainnya

untuk

pemeriksaan kesalahan. Misalnya RAID level 2 akan menyimpan


sebuah 16 bit digital secara satu per satu bit pada 16 drive
dengan 5 drive ditambahkan untuk dicadangkan pada proses
pemeriksaan kesalahan. Dari seluruh total kapasitas disk,
sebanyak 37,5 % digunakan untuk byte pemeriksaan kesalahan
data.
RAID level 2 tidak cocok digunakan untuk menyimpan file
data dengan ukuran yang kecil. Keuntungan penggunaan RAID
Level 2 adalah kecepatan transfer data yang tinggi. Hal ini
didapat karena drive mengirimkan data secara paralel. Setiap
kesalahan yang terjadi akan dikoreksi tanpa menimbulkan
waktu

tunda

sedikitpun

karena

kontrolernya

dapat

memanfaatan informasi yang ada tanpa perlu membaca ulang


drive lagi.
RAID 2, juga menggunakan sistem stripping. Namun
ditambahkan tiga harddisk lagi untuk pariti hamming, sehingga
data menjadi lebih reliable. Karena itu, jumlah harddisk yang
dibutuhkan adalah minimal 5 (n+3, n > 1). Ketiga harddisk
terakhir digunakan untuk menyimpan hamming code dari hasil
perhitungan tiap bit-bit yang ada di harddisk lainnya.
Contoh:
Kita memiliki 5 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, D, dan E)
dengan ukuran yang sama, masing-masing 40GB. Jika kita
mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 2,
maka kapasitas yang didapat adalah: 2 x 40GB = 80GB (dari
harddisk A dan B). Sedangkan harddisk C, D, dan E tidak
digunakan untuk penyimpanan data, melainkan hanya untuk
menyimpan informasi pariti hamming dari dua harddisk lainnya:
A, dan B. Ketika terjadi kerusakan fisik pada salah satu harddisk

11

utama (A atau B), maka data tetap dapat dibaca dengan


memperhitungkan pariti kode hamming yang ada di harddisk C,
D, dan E.

4. RAID level 3 : Paritas Bit-Interleaved


RAID 3, juga menggunakan

sistem

stripping.

Juga

menggunakan harddisk tambahan untuk reliability, namun


hanya ditambahkan sebuah harddisk lagi untuk parity.. Karena
itu, jumlah harddisk yang dibutuhkan adalah minimal 3 (n+1 ; n
> 1). Harddisk terakhir digunakan untuk menyimpan parity dari
hasil perhitungan tiap bit-bit yang ada di harddisk lainnya.
RAID level 3 memanfaat prinsip pendeteksian kesalahan
bukan

mengkoreksi

kesalahan.

Pendeteksian

kesalahan

dilakukan dengan pemrosesan pemeriksaan paritas. Saat error


terdeteksi oleh kontroler maka RAID akan membaca ulang data
pada drive untuk menyelesaikan masalah error tersebut.
Artinya seluruh piringan disk pada RAID akan berputar lebih
banyak dari biasanya. RAID 3 biasanya digunakan pada
Superkomputer.
Contoh kasus:
Kita memiliki 4 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, dan D)
dengan ukuran yang sama, masing-masing 40GB. Jika kita
mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 3,
maka kapasitas yang didapat adalah: 3 x 40GB = 120GB.

12

Sedangkan harddisk D tidak digunakan untuk penyimpanan


data, melainkan hanya untuk menyimpan informasi parity dari
ketiga harddisk lainnya: A, B, dan C. Ketika terjadi kerusakan
fisik pada salah satu harddisk utama (A, B, atau C), maka data
tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan parity yang ada
di harddisk D. Namun, jika harddisk D yang mengalami
kerusakan, maka data tetap dapat dibaca dari ketiga harddisk
lainnya.

5. RAID level 4 : Dedicated Parity Hard


Sama dengan sistem RAID 3, namun menggunakan parity
dari tiap block harddisk, bukan bit. Kebutuhan harddisk
minimalnya juga sama, 3 (n+1 ; n >1).
RAID level 4 bekerja pada level sektor bukannya level bit.
Sebuah file pada RAID 4 akan dipecah menjadi beberapa sektor
dimana setiap sektorna akan disebarkan pada semua drive. Lalu
nantinya sektor itu akan dibaca secara serial. Pertama dari
drive ke 1,lalu ke 3 , dst.
Untuk pendeteksian kesalahan RAID 4 menambahkan sebuah
drive

paritas

dan

kontroler

RAID

dapat

memperbaiki

performancenya dengan teknik data striping. Dua atau lebih


sektor dari drive yang berlainan dapat dibaca secara serentak
lalu disimpan pada RAM berkecepatan tinggi dan secara
berurutan akan dikirimkan ke user dengan kecepatan tinggi.
Operasi penulisan lebih lamban dari operasi pembacaan.
Hal ini dikarenakan RAID 4 memakai teknologi baca setelah
13

tulis. Artinya setelah data dituliskan ke disk lalu dilakukan


pembacaan untuk menentukan paritas kemudian data paritas
tersebut dituliskan ke drive parity.

6. RAID level 5 : Block Interleaved Paritas Terdistribusi


RAID 5 melenyapkan drive parity yang ada pada RAID 4.
Informasi pemeriksaan paritas ditambahkan sebagai sektor
biasa yang menjelajahi seluruh disk pada RAID persis sepeti
halnya data biasa lainnya. Keuntungannya adalah kontroler
RAID 5 mampu menyediakan kempuan data striping dan
elevator seeking.
RAID 5 pada dasarnya sama dengan RAID 4, namun
dengan pariti yang terdistribusi. Yakni, tidak menggunakan
harddisk khusus untuk menyimpan paritinya, namun paritinya
tersebut disebar ke seluruh harddisk. Kebutuhan harddisk
minimalnya juga sama, 3 (n+1 ; n >1).
Hal ini dilakukan untuk mempercepat

akses

dan

menghindari bottleneck yang terjadi karena akses harddisk


tidak terfokus kepada kumpulan harddisk yang berisi data saja.

14

7. RAID level 6 : Disk data Independen dengan Paritas ganda


Secara umum adalah peningkatan dari RAID 5, yakni
dengan penambahan parity menjadi 2 (p+q). Sehingga jumlah
harddisk minimalnya adalah 4 (n+2 ; n > 1). Dengan adanya
penambahan pariti sekunder ini, maka kerusakan dua buah
harddisk pada saat yang bersamaan masih dapat ditoleransi.
Misalnya jika sebuah harddisk mengalami kerusakan, saat
proses pertukaran harddisk tersebut terjadi kerusakan lagi di
salah satu harddisk yang lain, maka hal ini masih dapat
ditoleransi dan tidak mengakibatkan kerusakan data di harddisk
bersistem RAID 6.

8. RAID Tingakat 0+1 dan 1+0


Jika pada sebuah disk gagal pada RAID 0+1, seluruh disknya tidak dapat diakses, sedangkan pada RAID 1+0, disk gagal
tersebut tidak dapat diakses tetapi pesangan strip masih bisa,
dan

pasangan

mirror-nya

masih

dapat

diakses

untuk

15

menggantikan sehingga disk lainnya yang rusak masih bisa


digunakan.
2.5 Implementasi RAID
Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer
server, tapi bisa juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan di
dalam workstation umumnya digunakan dalam komputer yang
digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan seperti melakukan
penyuntingan

video/audio.

Implementasi

RAID,

selain

secara

hardware (dengan RAID controller) juga dapat dilakukan secara


software, misalnya pada Microsoft Windows NT 4.0
RAID mengabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah
unit logis penyimpanan, dengan menggunakan perangkat lunak atau
perangkat keras khusus. Solusi perangkat keras umumnya disesain
untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk secara sekalilgus,
dan system operasi tidak perlu mengetahui cara kerja skema RAID
tersebut.

Sementara

itu,

solusi

perangkat

lunak

umumnya

diimplementasikan di dalamlevel system informasi, dan tentu saja


menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah kesatuan logis yang
digunakan untuk melakukan penyimpana. RAID biasanya digunakan
untuk peningkatan keandalan / reabilitas yang sangat penting untuk
melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis,
seperti halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja yang
sangat penting untuk beberapa pekerjaan, seperti halnya untuk
menyajikan video on demand ke banyak penonton secara sekaligus.
Ada tiga tempat untuk mengimplementasikan RAID: software, RAID
controller dan array storage:
1. Software RAID
RAID diimplementasikan

pada

server

dengan

software

menggunakan drive internal atau eksternal JBOD (hanya sekelompok


disk). Perangkat lunak, biasanya seorang administrator mengelola
semua mirroring data atau perhitungan paritas.
2. Controller RAID
Ini adalah kartu yang dapat ditambahkan ke server dan offload
overhead RAID dari CPU. RAID controller adalah solusi yang lebih baik

16

untuk server tunggal daripada perangkat lunak RAID karena CPU


server yang menghabiskan pengolahan power parity perhitungan
atau mengelola data mirror. RAID controller menggunakan salah satu
drive internal atau JBOD. Sebuah RAID controller berbasis server
dapat gagal dan menjadi titik tunggal kegagalan.
3. Penyimpanan Array
Sebuah array penyimpanan biasanya terdiri dari dua harddisk
kinerja tinggi, pengendali RAID berlebihan dan nampan disk. Semua
potongan array adalah berlebihan dan dibangun untuk mengatasi
permasalahan lingkungan produksi dengan banyak server mengakses
penyimpanan pada waktu yang sama. Mereka mendukung beberapa
RAID

tingkat

dan

jenis

drive

yang

berbeda

spesifikasi

dan

kecepatannya. Penyimpanan array juga biasanya memiliki snapshot,


salinan volume dan kemampuan untuk mereplikasi dari satu array ke
yang lain.

BAB 3

17

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent Disks
merupakan
beberapa

organisasi
disk

disk

dengan

memori

sistem

yang

akses

mampu

paralel

menangani

dan

redudansi

ditambahkan untuk meningkatkan reliabilitas / kehandalan.


Konsep kunci dari RAID meliputi mirroring (penyalinan data ke lebih
dari satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard
disk) dan juga koreksi kesalahan, di mana redundansi data disimpan
untuk mengizinkan kesalahan dan masalah untuk dapat dideteksi dan
mungkin

dikoreksi

(lebih

umum

disebut

sebagai

teknik

fault

tolerance/toleransi kesalahan).
RAID dapat dibagi menjadi 8 level, yaitu level 0, level 1, level 2, level
3, level 4, level 5, level 6, level 0+1 dan 1+0. Setiap level tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server,
tapi bisa juga digunakan di dalam workstation.
3.2 Saran
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak yang telah mempelajari makalah ini, agar kelak di kemudian
hari penulis dapat lebih baik lagi dan kesalahan-kesalahan dalam
penulisan makalah insya Alloh tidak akan terulang lagi.

18

DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. "RAID". Wikipedia, the free encyclopedia. 2007. Wikimedia
Foundation, Inc. 29 May. 2007.
Pansuri, Alvin. DISK ARRAY DAN OPERATING SYSTEM SUPPORT. 6
Juni

2014

Diperoleh

25

Oktober

2014

dari

http://nanik201043500120.wordpress.com/2012/06/06/raidredundant-array-of-independent-disks/
Dolanan. RAID (Redundant Array Of Independent Disks). 24 April
2013.

Diperoleh

25

Oktober

dari

http://dolanan4techno.wordpress.com/2013/04/24/raid-redundantarray-of-independent-disks/
Double-u. RAID.

27 Juni 2011. Diperoleh 25 Oktober dari

http://inknowlege.wordpress.com/2011/06/27/raid/
Sari, Gita Kurnia. RAID 5 Juni 2011. Diperoleh 25 Oktober dari
http://absolute-jimbeam-wijaya.blogspot.com/2010/06/

jaringan-

komputer-raid.html
KONSEP SISTEM TEKNOLOGI RAID 7 Juli 2014. Diperoleh 25 Oktober
dari

http://articloud.blogspot.com/2014/07/konsep-sistem-teknologi-

raid.html

19

Anda mungkin juga menyukai