Anda di halaman 1dari 8

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.

2 JULI-DES 2014 ISSN : 2089-8592

ETOS KERJA DAN ETIKA PROFESI DALAM


PANDANGAN ISLAM
Sahmiar Pulungan
Dosen IAIN Dpk Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK usaha orang lain, meminta tanpa ada


kebutuhan yang sifatnya mendesak
Kerja adalah suatu aktivitas yang (darurat). Sebab meminta bantuan seperti
menggunakan daya yang dianugerahkan itu berarti bangkit tanpa usaha. Bagi
Allah swt. Kepada manusia, secara garis sipemberi, memiliki keunggulan di mata
besar, dianugerahi empat daya pokok. Allah dibanding yang diberi. Setiap orang
Pertama, daya fisik yang menghasilkan yang mampu berusaha, dituntut untuk
kegiatan fisik dan keterampilan. Kedua, bekerja dan berusaha secara sungguh-
daya pikir yang mendorong pemiliknya sungguh, berusaha di bumi merupakan
berpikir dan menghasilkan ilmu penge- wahana ibadah dan jihad di jalan Allah,
tahuan. Ketiga, daya kalbu yang men- karena yang maha pemberi rezeki adalah
jadikan manusia mampu berhayal, meng- Allah maka wajiblah bagi orang mukmin
ekspresikan keindahan, beriman dan untuk mencarinya dengan jiwa yang tinggi
merasa, serta berhubungan dengan Allah, penuh kemuliaan. Seseorang tidak boleh
Sang Pencipta. Dan keempat, daya hidup merasa hina, selain dihadapan Allah swt.,
yang menghasilkan semangat juang, meskipun dituntut bersikap lemah lembut
kemampuan menghadapi tantangan dan dan berbuat baik dalam menekuni
menanggulangi ```kesulitan. pekerjaan. Implementasi dari bekerja
Al-Qur’an mendorong manusia perlu diikat dan dilandasi oleh ahlak/etika,
bekerja untuk memakmurkan dunia, yang sering disebut dengan etika profesi.
menjadikan usaha sebagai asas untuk Etika profesi tercermin dari kata sifat,
memperoleh rezeki dalam kehidupan, yaitu, Istiqamah, Fathanah, Amanah dan
rezeki tidak akan muncul begitu saja, Tablig.
akan tetapi datang dengan buah kerja
keras. Karenanya, kerja itu menuntut ada- Kata Kunci : Hukum Islam, Etos Kerja
nya pemberdayaan dengan fisik, seperti
pertanian, perindustrian dan perdagang- PENDAHULUAN
an, ataupun kerja pikiran dan keilmuan,
seperti kedokteran, guru, insinyur dan Islam adalah ajaran yang mendorong
cendikiawan dalam berbagai bidang yang umatnya memiliki semangat bekerja dan
memberikan manfaat bagi manusia. beramal, serta menjauhkan diri dari sifat
Semua itu termasuk kepentingan ke- malas (Hafidhuddin, 2003). Kerja dalam
hidupan, dan hukumnya termasuk fardhu Islam memiliki nilai tinggi dan mulia, yang
kifayah, dimana dunia akan tegak, ke- merupakan dasar setiap kebesaran dan
bajikan dan peradaban dibangun, masya- jalan menuju kesuksesan. Dengan kerja,
rakat dibebaskan dan kemandirian di- manusia akan hidup mulia, dapat me-
wujudkan, agar tidak bergantung pada rekayasa waktu guna mengembangkan
pihak lain. Instrumen kerja adalah tiang kekayaan. Manusia akan selamat di-
ekonomi bangsa dan ummat yang hadapan Allah, karena Allah membenci
menginginkan kemerdekaan, keluhuran hamba yang menganggur.
dan menuju masa depan cemerlang. Oleh “Ya Alllah aku berlindung kepada-Mu
karena itu, pemerintah perlu menyiapkan lemah pendirian, sifat malas, penakut,
infra struktur kerja dengan segala sarana- kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang,
nya, menyiapkan peluang produksi dan dan dikendalikan orang lain. Dan aku
pasar, sehingga tidak ada intervensi pihak berlindung kepada-Mu dari siksa kubur,
luar dalam kehidupan internal ummat dan fitnah (ketika) hidup dan mati.” (HR.
Islam. Bukhari dan Muslim).(i)
Jalan terburuk dalam etos kerja Ciri penting dan ciri utama dari
Islam, adalah saat kita bergantung pada orang-orang mukmin yang akan berhasil
513
Sahmiar Pulungan : Etos Kerja dan Etika Profesi Dalam Pandangan Islam .............................

dalam hidupnya adalah kemampuannya lahiriah dikerjakan manusia, ditemukan


untuk meninggalkan perbuatan yang dalam petunjuk-petunjuk serta ajaran-
melahirkan kemalasan (tidak produktif) ajaran Syari’ah. Untuk memahami etika
dan digantinya dengan amalan yang kerja Islam dalam pengertiannya yang
bermanfa’at. (al-Mukminun: 1-4) universal, dalam pengertian konsep kerja
yang lebih luas dan umum ini, yang dalam
kenyataannya tak pernah sepenuhnya
dipisahkan dari tindakan dan perbuatan
manusia, termasuk seni secara umum
dan pertimbangan-pertimbangan etis
yang tercakup dalam Syari’ah yang meng-
Artinya: arah kepada tindakan seluruh manusia.
1. Sesungguhnya beruntunglah orang- Al-Qur’an, dalam (Q. S.5: 1) ”Wahai
orang yang beriman, orang-orang yang beriman, penuhilah
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' janji-janjimu (’uqud”)’
dalam sembahyangnya, Menurut Raghib al-Isfahani (1992),
3. Dan orang-orang yang menjauhkan janji-janji yang tercakup dalam ayat ini”
diri dari (perbuatan dan perkataan) terdiri dari tiga macam janji antara Tuhan
yang tidak berguna, dengan manusia (sehubungan dengan
4. Dan orang-orang yang menunaikan kewajiban manusia terhadap Tuhan), janji
zakat. antara manusia dan dirinya sendiri, dan
Dalam tulisan ini akan diketengahkan janji antara seorang individu dengan se-
nilai utama yang berkaitan dengan etos samanya” Dengan demikian janji-janji itu
kerja dan etika profesi dalam Islam. mencakup seluruh wilayah tanggung
jawab moral dan sosial mereka. Sejalan
BEKERJA MERUPAKAN BAGIAN dengan diktum Syari’ah yang menata
DARI IBADAH tindakan-tindakan manusia baik terhadap
Tuhan maupun sesamanaya. Landasan
Untuk memahami dimensi etis kerja semua etika kerja Islam ditentukan dalam
dari sudut pandangan Islam tradisional, kerakter moral yang tak dapat dipisahkan
penting bagi kita untuk memperhatikan dari seluruh tindakan manusia dan tang-
kenyataan bahwa kata kerja dalam gung jawab yang harus dipikul mereka,
bahasa Arab tidak dipisahkan dari kata tidak hanya dihadapan majikan atau
yang digunakan untuk menunjukkan pegawai, melainkan juga dihadapan kerja
tindakan dalam pengertian yang paling itu sendiri yang harus dilaksanakan se-
luas, dan dalam perbincangan Syari’ah, sempurna mungkin sejalan dengan ke-
kata kerja dimasukkan ke dalam kategori mampuan seseorang. Dalam Islam,
yang sama dan termasuk dalam Syari’ah. manusia tetap bertanggung jawab atas
Kenyataannya, jika mencari terjemahan konsekwensi–konsekwensi moral seluruh
untuk kata kerja dalam sebuah kamus tindakannya dihari perhitungan nanti,
Inggris –Arab, kita menemukan dua kata yang keterpesonaan dan keagungannya
amal dan shun yang dijadikan padanan- ditekankan dengan luar biasa fasih dan
padanannya, diantara kedua kata ini, kuat pada surat-surat akhir al-Qur’an
yang berarti tindakan seperti yang secara Perspektif Islam yang padu, yang me-
umum dipertentangkan dengan kata nolak pemisahan antara yang sakral dan
pengetahuan dan yang kedua berarti yang profan, lebih jauh lagi menolak
membuat atau “memproduksi” sesuatu pemisahan antara tindakan-tindakan
dalam pengertian artistik dan kete- religius dan tindakan-tindakan sekular,
rampilan (Sayyid Hussein, 1990). Etika atau antara ibadah (Quraish Shihab,
kerja dalam pandangan Islam melingkupi 2002) dengan kerja. Etika kerja Islam
dua cakupan fungsi yaitu amal dan seni, tidak dapat dipisahkan dari karakter moral
sebab Syari’ah mencakup seluruh seluruh apa yang harus dipenuhi seorang
jaringan tindakan dan perbuatan manusia. muslim, dalam perjalanan hidup manusia
Sementara prinsip-prinsip aspek dari shun di atas bumi, dibawah petunjuk dan ajaran
atau seni dalam pengertian primordial Syari’ah (Sayyid Hussein, 1990).
kata itu, berkaitan dengan dimensi spritual Unsur pertama etika kerja Islami
kewahyuan Islami. Maka aspek etis baik yang harus diperhatikan adalah petunjuk
dari amal maupun seni apa yang secara Syariah bahwa penyelesaian kerja apa-
514
Sahmiar Pulungan : Etos Kerja dan Etika Profesi Dalam Pandangan Islam .............................

pun secara baik adalah penting untuk halal dan yang dijalankan menurut cara
menunjang kehidupan diri sendiri dan yang halal pula, kepada majikan dan
keluarga, dan ini di mata Tuhan, mem- Tuhan, harus diimbangi oleh majikan,
punyai nilai yang sebanding dengan yang juga bertanggung jawab baik ke-
ditunaikannya kewajiban-kewajiban ke- pada Tuhan maupun pekerjaannya. Ia
agamaan yang diklasifikasikan sebagai harus menepati butir-butir perjanjiannya.
wajib (harus dilakukan). Setiap orang Lebih jauh lagi ia harus memperlihatkan
harus bekerja untuk memenuhi ke- sikap yang baik dan tulus kepada mereka
butuhannya sendiri dan mereka yang ber- yang bekerja untuknya, demikian juga
gantung kepadanya, orang yang biasanya sebuah hadis yang terkenal, ia harus
termasuk kedalam anggota–anggota memberikan kepada perjanjiannya itu gaji
dekatnya, serta sewaktu-waktu laki-laki yang menjadi haknya, sebelum keringat-
dan orang tua yang tidak mampu walau- nya kering dari badannya.
pun mereka berasal dari keluarga yang Komitmen untuk menjaga ke-
cukup jauh. Kewajiban ini biasanya dipikul hormatan, etika kerja yang keras, tang-
oleh laki-laki dalam keluarga, namun gung jawab demi dan pengabdian kepada
wanita juga bertanggung jawab jika ke- kualitas kerja, kebanggaan akan diri
nyataan mengharuskannya bekerja di luar sendiri, kedermawanan kepada orang lain
rumah, seperti yang biasanya dilakukan dan ringan tangan terhadap anggota-
oleh wanita-wanita dalam masyarakat anggota sarikat sesama, serta beberapa
yang bertani. Betapa pentingnya ini bagi aturan etis dan spiritual sehubungan
kelanjutan hidup manusia, menurut ajaran dengan kerja dibangun lewat organisasi-
Islam, sehingga kemestian itu mempunyai organisasi seperti itu. Sarikat-sarikat dan
sangsi-sangsi keagamaan yang khusus. tarikat-tarikat menjadi pelindung-
Dalam perspektif Islam, kerja di- pelindung yang memperhatikan etika
pandang bernilai jauh dilaksanakan untuk kerja, sekaligus berfungsi sebagai sarana-
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia sarana dengan apa karakter etis dari kerja
dan menciptakan keseimbangan dalam anggota-anggotanya menjadi terjamin.
kehidupan induvidual dan sosial. Tapi Organisasi-organisasi itu menjamin
kewajiban kerja ini, dan perjuangan untuk anggota-anggotanya untuk menjaga
memenuhi kebutuhan-kebutuhan se- mereka dari berbagai tekanan dan pe-
seorang dengan keluarganya, selalu di- nindasan oleh pihak luar (Sayyid Hussein,
jaga dan dijauhkan dari akibat menjadi 1990).
berlebih-lebihan, dengan penegasan al- Dalam kaitan kajian ini, sebuah
Qur’an atas kesementaraan hidup, katagori kerja yang khusus yang dikaitkan
bahaya kelobaan atau kerakusan dan iri dengan pembuatan sesuatu, yaitu seni
hati, serta pentingnya manusia untuk dan keterampilan (yang kenyataannya tak
menjauhkan diri dari akumulasi kekayaan pernah dipandang sebagai bentuk- bentuk
secara berlebihan. kegiatan yang berbeda dalam Islam),
Islam juga melihat, kerja itu sendiri, secara khusus harus ditekankan. Seluruh
jika dilihat dari aspek ekonomisnya, harus pekerjaan yang ada kaitannya dengan
dijalankan menurut perjanjian yang dibuat pembuatan sesuatu, atau seni, memiliki
atas dasar keadilan dan tanggung jawab, signifikansi religius dan spiritual ketika
baik dari pihak pekerja maupun majikan. dilaksanakan menurut kriteria tradisional
Seorang pekerja harus bertanggung yakni dengan tangan sendiri dan dengan
jawab baik kepada majikannya maupun teknik-teknik (Sidigazalba, 1988) yang
kepada Tuhan Untuk menyelesaikan pe- memiliki signifikansi simbolik dan karena
kerjaan yang sudah ditentukan oleh itu bersipat spiritual. Aspek etika dari kerja
kedua belah pihak sejauh kemampuan- dalam kasus ini mencakup aspek estetis,
nya. Hanya dengan begitulah, maka gaji sebab, untuk menghasilkan sebuah karya
yang diperoleh menjadi halal. Kondisi- yang indah dan berkualitas, dibutuhkan
kondisi dan butir-butir tertentu harus rasa cinta dari sipembuat kepada kerja itu
tercakup dalam perjanjian kerja, baik dan mendapatkan nilai kebaikan. Kerja
masalah jam kerja, gaji yang harus semacam itu mensejahterakan jiwa se-
dibayar, kuantitas yang harus dihasilkan, seorang yang membuatnya, dan me-
atau kualitas yang harus dicapai. menuhi kebutuhan relegius dan spiritual
Tanggung jawab seorang pekerja di yanbg mendalam, karena ia mentras-
dalam menjalankan pekerjaannya yang misikan kepada orang yang menyelesai-
515
Sahmiar Pulungan : Etos Kerja dan Etika Profesi Dalam Pandangan Islam .............................

kan pekerjaan itu, tidak saja sebuah objek berapa bentuk industri yang mengasing-
yang memenuhi kebutuhan eksternal ter- kan, habis sama sekali.
tentu, melainkan juga sebuah kebahagian Semua ini terjadi ketika pasar yang
yang membuat jiwa kembali segar dan para pekerja Muslim sangat terkait
memiliki makna keagamaan yang khusus. dengannya didominasi secara lebih kuat
Dalam kesenian Islam, keindahan oleh kekuatan-kekuatan yang buta akan
objek-objek yang disiapkan untuk peng- pertimbangan-pertimbangan etis. Semua
gunaan sehari-hari, mulai dari tekstil dan ini, dan faktor-faktor serta kekuatan-
karpet sampai mangkuk dan lampu- kekuatan lain, secara parsial, telah me-
lampu, memberikan kesaksian tentang rusak tatanan tradisioanal di mana etika
kayanya hasil-hasil karya manusia yang kerja Islami diterapkan dan diperaktekkan.
bekerja dengan cinta, pengabdian, ke- Walaupun demikian, baik etika kerja
bahagiaan, dan kedamaian. Unsur-unsur Islami ini maupun orang-orang yang
ini tak dapat dipisahkan dari masalah masih berpegang teguh kepadanya, tidak
dimensi etis dari kerja dalam Islam Unsur- pernah habis sama sekali. Banyak di
unsur tersebut juga menempatkan antara etika kerja Islami yang tradisional
konsekwensi-konsekwensi moral pem- masih bertahan, sementara itu bahkan di
buatan sesuatu di dalam jiwa pembuat- sektor-sektor masyarakat yang telah ter-
nya, yaitu orang yang dalam membuat modernkan, terdapat nostalgia dikalangan
sesuatu menurut norma-norma seni para pekerja yang tidak tercabut dari
tradisional juga memperlihatkan bagian akar-akar tradisonalnya akan keutuhan
dalam dari kemanusiaan. etika kerja itu, yang mencirikan cara kerja
Jika seseorang ingin mengkaji etika tradisional. Dengan demikian, etika kerja
kerja kaum muslimin dewasa ini, tidak Islami itu patut diketahui dan dipelajari,
akan menemukan seluruh kualitas dari ciri bukan saja karena etika itu masih dapat
yang telah dikemukakan di atas dalam ditemukan di beberapa bagian dan
tindakan dan perbuatan pada pekerja wilayah masyarakat Islam, melainkan juga
yang ada setidak-tidaknya tidak disetiap karena ia tetap merupakan tujuan yang
tempat dan tidak diseluruh jenis–jenis dan baik kaum muslimin laki-laki dan wanita
kelas-kelas pekerja. Bahkan pada ge- harus merealisasikannya dewasa ini.
nerasi belakangan, di berbagai wilayah Terlepas dari berbagai malapetaka di
Islam, beberapa kualitas moral dari para dunia Islam yang diakibatkan oleh me-
pekerja dan dimensi etis kerja telah me- lebarnya modernisme dan reaksi-reaksi
nurun atau bahkan menghilang, khusus- yang muncul atasnya, kaum muslimin
nya di kota-kota besar. Tesis yang di- yang saleh, yang mencakup mereka yang
kemukakan di atas mewakili sudut bekerja dalam suatu atau lain cara di
pandang Islam tradisional tentang etika dalam masyarakat Muslim, tidak akan
kerja yang didasarkan kepada al-Quran melupakan kandungan sebuah hadis
dan hadis serta berabad-abad penge- yang menyebutkan bahwa ”keganjilan
laborasiannya lewat institusi-institusi adalah jalan-jalan orang beriman, sebab
Syari’ah. terdapat kebaikan pada setiap kejadian
Seorang pekerja, dalam kebanyakan yang dikerjakannya” Mereka yang ber-
dunia Islam, khususnya di kota-kota iman mengetahui bahwa, jika mereka
besar, sering kali terlepas dari asal-usul benar-benar beriman, mereka harus
kekeluargaan dan sosial. Hubungan de- menyesuaikan kerja mereka dengan
ngan norma-norma alam terputus. Dalam norma-norma yang telah ditetapkan
banyak kejadian, cara-cara produksi yang Tuhan dan mampu mempersembahkan
didasarkan kepada mesin yang im- kerjanya kepada-Nya dengan melaksana-
personal telah menggantikan cara-cara kan menurut aturan-aturan etis yang
produksi tradisioanal yang didasarkan terkandung di dalam sumber pewahyuan
kepada cinta serta pengabdian kepada Islami.
suatu ketrampilan. Hukum-hukum yang Al-Qur’an mendorong manusia be-
bersifat mengasingkan secara parsial kerja untuk memakmurkan dunia, men-
telah menggantikan hukum Tuhan dan jadikan usaha sebagai asas untuk mem-
menghancurkan homogenitas Syari’ah peroleh rezeki dalam kehidupan, rezeki
yang sekaligus merupakan guru agama tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi
dan etika telah langka dan dalam be- datang dengan buah kerja keras. Karena-
nya, kerja itu menuntut adanya pem-
516
Sahmiar Pulungan : Etos Kerja dan Etika Profesi Dalam Pandangan Islam .............................

berdayaan dengan fisik, seperti pertanian, sabaran serta keuletan sehingga meng-
perindustrian dan perdagangan, ataupun hasilkan sesuatu yang optimal. Istiqamah
kerja pikiran dan keilmuan, seperti ke- merupakan hasil dari suatu proses yang
dokteran, guru, insinyur dan cendikiawan dilakukan secara terus menerus. Misalnya
dalam berbagai bidang yang memberikan interaksi yang kuat dengan Allah dalam
manfaat bagi manusia. Semua itu ter- bentuk shalat, zikir, membaca Al-Qur’an,
masuk kepentingan kehidupan, dan dan lain-lain. Proses itu menumbuh kem-
hukumnya termasuk fardhu kifayah, di- bangkan suatu sistem yang memungkin-
mana dunia akan tegak, kebajikan dan kan, kebaikan, kejujuran, keterbukaan,
peradaban dibangun, masyarakat di- teraplikasikan dengan baik. Sebaliknya,
bebaskan dan kemandirian diwujudkan, keburukan dan ketidakjujuran akan
agar tidak bergantung pada pihak lain. tereduksi dan ternafikan secara nyata.
Instrumen kerja adalah tiang ekonomi Orang yang istiqamah dalam kebaikan
bangsa dan ummat yang menginginkan akan mendapatkan ketenangan dan
kemerdekaan, keluhuran dan menuju sekaligus mendapatkan solusi dan jalan
masa depan cemerlang. Oleh karena itu, keluar dari segala persoalan yang ada.
pemerintah perlu menyiapkan infra Allah swt. berfirman dalam kitab suci
struktur kerja dengan segala sarananya, al-Qur’an surat Pushshilat ayat 30-31
menyiapkan peluang produksi dan pasar, yang Artinya:“Sesungguhnya orang-orang
sehingga tidak ada intervensi pihak luar yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah
dalam kehidupan internal ummat Islam. Allah, ’kemudian mereka meneguhkan
Jalan terburuk dalam etos kerja pendirian mereka, maka Malaikat akan
Islam (Wahbah Zuhaili, 1995), adalah turun kepada mereka (dengan mengata-
saat kita bergantung pada usaha orang kan), Janganlah kamu merasa takut dan
lain, meminta tanpa ada kebutuhan yang janganlah kamu merasa sedih dan ber-
sifatnya mendesak (darurat). Sebab me- gembiralah kamu dengan (memperoleh)
minta bantuan seperti itu berarti bangkit surga yang telah dijanjikan Allah kepada-
tanpa usaha. Bagi sipemberi, memiliki mu. Kamilah pelindung-pelindungmu
keunggulan di mata Allah dibanding yang dalam kehidupan dunia dan di akhirat, di
diberi. Setiap orang yang mampu ber- dalamnya kamu memperoleh apa yang
usaha, dituntut untuk bekerja dan ber- kamu inginkan dan memperoleh (pula) di
usaha secara sungguh-sungguh, ber- dalamnya apa yang kamu minta.
usaha di bumi merupakan wahana ibadah Disamping istiqamah juga sifat
dan jihad di jalan Allah, karena yang fathanah yang harus dimilki oleh setiap
maha pemberi rezeki adalah Allah maka orang dalam dunia kerja dalam arti
wajiblah bagi orang mukmin untuk men- memahami dan menghayati secara men-
carinya dengan jiwa yang tinggi penuh ke- dalam segala yang menjadi tugas dan
muliaan. Seseorang tidak boleh merasa kewajibannya. Sifat ini akan menumbuh-
hina, selain dihadapan Allah swt., meski- kan kreatifitas dan kemampuan melaku-
pun dituntut bersikap lemah lembut dan kan berbagai macam inovasi yang ber-
berbuat baik dalam menekuni pekerjaan. manfaat. Kreatif dan inovatif hanya
Implementasi dari bekerja perlu diikat dan mungkin dimiliki manakala seseorang se-
dilandasi oleh ahlak/etika, yang sering lalu selalu berusaha untuk menambah
disebut dengan etika profesi. Etika profesi berbagai ilmu pengetahuan, peraturan,
tercermin dari kata sifat, yaitu , Istiqamah, dan informasi, baik yang berhubungan
Fathanah, Amanah dan Tablig. dengan pekerjaanya maupun perusahaan
Dalam dunia kerja dan usaha, ke- secara umum. Sifat amanah yang mem-
jujuran ditampilkan dalam bentuk ke- punyai arti bertanggung jawab dalam
sungguhan dan ketepatan (mujahadah melaksanakan setiap tugas dan ke-
dan itqan), baik ketepatan waktu, janji, wajiban, Amanah ditampilkan dalam
pelayanan, pelaporan, mengakui ke- keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang
lemahan dan kekurangan (tidak ditutup- optimal dan ihsan (berbuat yang terbaik)
tutupi) untuk kemudian diperbaiki secara dalam segala hal. ihsan (berbuat yang
terus-menerus, serta menjauhkan diri dari terbaik) dalam segala hal. Tablig yang
berbuat bohong dan menipu (baik dari artinya mengajak sekaligus memberikan
diri, teman sejawat, perusahaan maupun contoh kepada pihak lain untuk melak-
mitra kerja). Konsisten dalam kebaikan sanakan ketentuan-ketentuan ajaran
ditampilkan dalam keteguhan dan ke- Islam dalam kehidupan sehari-hari.Tabliq
517
Sahmiar Pulungan : Etos Kerja dan Etika Profesi Dalam Pandangan Islam .............................

disampaikan dengan hikmah, sabar, Jika demikian, maka kerja harus


argumentatif, dan persuasif akan me- disertai dengan keikhlasan, dan ini men-
numbuhkan hubungan tabliq disampaikan jadikan pelakunya tidak semata-mata
dengan hikmah, sabar, argumentatif, dan mengandalkan imbalan hidup sekarang
persuasif akan menumbuhkan hubungan (dunia), tetapi pandangan dan visinya
kemanusiaan yang semakin solit dan kuat harus melampawi batas-batas keduniaan
termasuk sifat yang harus dimiliki oleh yaitu kehidupan yang kekal (akhirat).Bisa
setiap orang. dipahami setiap pekerjaan hendaknya
dihiasi dengan niat yang tulus, dan di-
KERJA ADALAH KENISCAYAAN mulai dengan basmalah untuk mengingat-
kan pelakunya tentang tujuan akhir yang
Kerja adalah suatu aktivitas yang diharapkan dari kerjanya, serta me-
menggunakan daya yang dianugerahkan nyadarkan dirinya tentang anugerah Allah
Allah swt. Kepada manusia, secara garis swt. Yang menjadikannya mampu melak-
besar, dianugerahi empat daya pokok. sanakan pekerjaannya.
Pertama, daya fisik yang menghasilkan Hidup harus dihiasi dengan amal
kegiatan fisik dan keterampilan. Kedua, saleh. Al-Qur’an tidak memberikan sedikit
daya pikir yang mendorong pemiliknya peluang bagi seorang muslim untuk me-
berpikir dan menghasilkan ilmu penge- nganggur sepanjang masa yang dialami-
tahuan. Ketiga, daya kalbu yang men- nya dalam kehidupan dunia. Seseorang
jadikan manusia mampu berhayal, meng- yang telah memenuhi waktunya dengan
ekspresikan keindahan, beriman dan pekerjaan, kemudian melaksanakan pe-
merasa, serta berhubungan dengan Allah, kerjaan tersebut, maka waktu antara
Sang Pencipta. Dan keempat, daya hidup selesainya pekerjaan pertama dan di-
yang menghasilkan semangat juang, mulainya dengan pekerjaan selanjutnya
kemampuan menghadapi tantangan dan dinamai faragh (Q.s.94: 7).
menanggulangi kesulitan (Quraish
Shihab, 2003).
Penggunaan salah satu dari daya-
daya tersebut, betapapun sederhananya Waktu digunakan dalam batas ahir
dapat melahirkan kerja, atau amal dalam kesempatan atau peluang untuk me-
Istilah Al-Qur’an. Untuk melangkah ke- nyelesaikan suatu pekerjaan. Apabila ada
tahap awal adalah daya fisik, paling tidak dua pekerjaan yang mengandung nilai
guna menghadapi daya tarik bumi. Oleh tambah dan dapat diselesaikan dalam
karena itu kerja adalah keniscayaan, waktu yang sama tanpa nilai tambah,
Akan tetapi kerja atau amal yang dituntut- maka pilihlah pekerjaan yang memiliki
Nya bukan asal kerja, tetapi kerja yang nilai tambah. Karena shalat jama’ah di-
baik (amal saleh). Salih berarti yang se- anjurkan dari shalat sendirian, sedangkan
suai, bermanfa’at lagi memenuhi syarat- waktu yang digunakan untuk kedua shalat
syarat dan nilai-nilainya. tidak jauh berbeda, tetapi nilai tambah
Nabi Muhammad saw. mengajarkan berupa ganjaran adalah 27.
kepada setiap muslim untuk selalu meng-
hadap Allah pada semua kondisi dalam DAFTAR PUSTAKA
sholat yang selalu dibaca dan merupakan
ajaran untuk diucapkan “Sesungguhnya Al-Qur’an al-Karim, Jakarta : Proyek
shalatku, ibadahku, hidup dan matiku ke- Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an
semuanya adalah untuk Allah, Pemelihara Depag RI, 1981/1982.
seluruh alam”. Dengan membaca dan
menancapkan hal itu dalam hati setiap Al-Suyuti, Jami’us Shaghir fi Ahaditsil
muslim, diharapkan dapat mengarahkan Basyir al-Nadhir, (Terjemahan),
segala aktivitasnya guna meraih ke- Jakarta: Dar al-Ihya’ al-Kutub al-
ridhaan ilahi. Kerja dalam pandangan Arabiyyah, tt.
Islam memiliki nilai ibadah. Manusia di-
ciptakan bertujuan dan segala aktivitas- Assyaikh Ismail bin Muhammad al-A’jaluni
nya menjadi ibadah (QS. Al-Zariyat: 56) al-Jarohi, minal Ahadisi A’la al-Sinati
artinya segala aktifitasnya ditujukan ke- an-Nasi, Damaskus: Dar al-Fikr al-
pada Allah swt. ‘Arabi , 1351 H).
518
Sahmiar Pulungan : Etos Kerja dan Etika Profesi Dalam Pandangan Islam .............................

AL-ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din, Dar al- M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya
Kutub al-‘Arabiyyah Ilahi, (Bandung: Mizan 2003), cet. III,
hal 222.
Drijakara, S.J. Tentang Pendidikan,
Jakarta: Pembangunan, 1966. Moh. Isa Suliaman, Suatu Telaah tentang
Manusia Religi Pendidikan, Jakarta.
Downey, Merieldan Kelly, Moral
Education, Theory and Practise, Mohd ‘Athiah al-Abarsi, Dasar-dasar
London: Harper and Row Pokok Pendidikan Islam, (ter-
Publication. jamahan), Attarbiyatul Islamiyah.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Poespoprojo, Fisafat Moral Kesusilaan


PPLPTK dalam Teori dan Praktek, (Bandung ;
Remaja Karrya, 1986).
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif,
(Jakarta: Gema Insani, 2003) cet, I, Raghib al-Isfahani, al-MufradatAlfazh al-
hal.145 Qur’an, (Beirut: Dar al-Samiyat, 1412
H/1992 M).h.363.
Emil Salim, Perencanaan Pembangunan
Dan Pemerataan Pendapatan, Sayyid Hussein Nasr Ulumul Qur’an,
Jakarta: Yayasan Idayu, 1980. Jurnal Ilmu dan Kebudayaan,
1990/1411 H, h
Education Administration, University of
Oregon, Eugene,1968 Sidigazalba, Relefansi Islam dengan
Sosial Budaya Karya Manusia,
Fran Magnis Suseno, Etika Dasar: (Jakarta: Pustaka al-Husna,1988), h.
Masalah-masalah Pokok Filsafat 31-32.
Moral, Yokyakarta: Kanisius, 1991.
Soejono, Pendahuluan Ilmu Pengetahuan
Gunawan Setiadi, Dialektika Hukum dan Umum, Bandung: Ilmu, 1980
moral dalam Pembangunan
Masyarakat Indonesia, Jakarta: BPK Wahbah Zuhaili, -Qur’an Paradigma
Gunung Mulia , 1990. Hukum dan Peradaban, (Surabaya:
Risalah Gusti, 1995) cetakan
Ghose, Ajitdan Griffin, Keith, Rural pertama, hal 155.
Poverty and Deploment Alternative in
Sout and Sautheast Asia,Sone Zakiah Darajat, Dasar-Dasar Agama
Policy Issues Developmen, New Islam, Buku Teks Pendidikan Agama
York: Mc. Grow. Hill Book, 1980 Islam di Perguruan Tinggi, Bndung:
Bulan Bintang, 1984.
Hills Jean R. Toward an Science of
Organization: Center For The ------------------, Membina Nilai-Nilai Moral
AdvanceedStudi of Stone,Claranse Di Indonesia, Bandung: Bulan
M, Urban Polisy and Polities in a Bintang, 1983.
Bureucratic Age, New York: Prentice
Hall, 1952. Zaki al-Din ‘abdi al-‘azim al-Mundziri,
Mukhtashor Shahih Muslim, Beirut:
H.M.Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan al-Yamamah, 1417 H/ 1996 M,
Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
(i)Abdullah Muhammade bin Isma’il al-
Lewis, Oskar Kebudayaan Kemiskinan Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: al-
(terjamahan), dalam Kemiskinan Maktabah al-‘asriyah, 1417 H/1997
Perkotaan , Jakarta: Sinar Harapan, M), juz IV,h. 2001. Lihat juga Shahih
1969 Muslim no. 1911, h. 570

M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya


Ilahi, hidup bersama al-Qur’an,
(1423H/ 2002 M), Mizan, h. 223.
519
Sahmiar Pulungan : Etos Kerja dan Etika Profesi Dalam Pandangan Islam .............................

Anda mungkin juga menyukai