Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

Tentang :
AQIDAH dan PENYIMPANGAN – PENYIMPANGAN YANG
TERJADI pada AQIDAH
Dosen Pengampu : Dra. Murniyetti, M.ag

OLEH :

1. Yolla Ferdi (19065024)


2. Dio Kurnia Azmi (19065031)
3. Azzahra Fujiatul Mardatillah (19075009)
4. Fatma Yovita Amri (19075070)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Aqidah dan
Penyimpangan – Penyimpangan yang terjadi pada Aqidah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Pendidikan Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Aqidah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Murniyetti, M.ag, selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Agama yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Judul...................................................................................................................................
Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii

BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................

BAB II : Pembahasan
A. Pengertian Aqidah..................................................................................................
B. Aqidah dalam Kehidupan Sehari - hari..................................................................
C. Penyimpangan yang terjadi pada Aqidah .............................................................

BAB III : Penutup


A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Begitu pentingnya Aqidah sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan Rasul
membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian ini,
karena aqidah adalah landasan semua tindakan. Dia dalam tubuh manusia seperti
kepalanya. Maka apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitisi
adalah kepalanya lebih dahulu. Inilah mengapa aqidah sangat penting bagi kehidupan.
Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah
suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut
terminologi syarat (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-
kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya.
lni disebut Rukun Iman.
Dalam syarat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan
pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan
(ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal
atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai
cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang
pertama.

Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : ikhlas karena Allah SWT
yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai
dengan petunjuk Rasululiah SAW. ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu
syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasuluflah SAW tertolak
atau mengikuti Rasuiullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia,
umpamanya, maka amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria
itu. Inilah makna yang terkandung dalam AI-Qur'an surah AI-Kahfii 110 yang artinya :
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia me.mpersekutukan. seorangpun cialam
befibadah kepada Tuhannya. “
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita
sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang
beriman (mu’min).
Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara
dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal
manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau
oleh akal manusia.
B. Rumusan Masalah.
1. Apa yang di maksud dengan aqidah ?
2. Bagaimana aqidah dalam Kehidupan Sehari – hari?
3. Apa saja bentuk penyimpangan yang terjadi pada Aqidah?
C. Tujuan.
1. Menjelaskan pengertian Aqidah.
2. Memaparkan bentuk Aqidah dalam kehidupan.
3. Memaparkan penyimpangan – penyimpangan yang terjadi pada Aqidah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah.
Aqidah menurut bahasa berasal dari kata ‫عقد‬,‫ يعقد‬,‫عقدا‬,‫عقيدة‬, yang artinya simpul, ikatan,
perjanjian dan kokoh. Sedangkan menurut Istilah Aqidah ialah keyakinan teguh yang tidak
tercampur keraguan dengan sesuatu apapun.
Definisi Aqidah Islam yaitu: meyakini seyakin-yakinnya dan mengikuti segala ajaran
yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad saw sebagai suri tauladan baik melalui
Akhlak atau petunjuk Beliau dari Al-qur'an dan Al-hadits.
AQIDAH ISLAM ialah Aqidah yang paling benar dan akan membawa kepada
kebahagiaan serta keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Menurut ulama, ada tiga
macam tauhid menurut pembagian ulama:
1. Tauhid Al-Uluhiyyah, (al-Fatihah ayat 4 dan an-Nas ayat 3)
mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan
karenaNya semata.
2. Tauhid Ar-Rububiyyah, (al-Fatihah ayat 2, dan an-Nas ayat 1.
mengesakan Allah dalam perbuatanNya, yakni mengimani dan meyakini bahwa
hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.
3. Tauhid Al-Asma’ was-Sifat, mengesakan Allah dalam asma dan sifatNya, artinya
mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma
maupun sifat.

B. Aqidah dalam Kehidupan Sehari – hari.


1. Aqidah dalam individu.
Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam rukun iman dalam
kehidupan manusia.
Contoh: melaksanakan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
2. Aqidah dalam keluarga
Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling
menyayangi sesuai dengan ajaran islam.
Contoh :
a. shalat berjamaah yang dipimpin oleh ayah, dan
b. berdoa sebelum melakukan sesuatu.
3. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat
Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga
hubungan dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara,
antara lain dengan saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu
masyarakat yang tentram dan harmonis.
4. Aqidah dalam kehidupan bernegara
Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka tumbuh kehidupan bernegara yang
lebih baik dengan masyarakatnya yang baik pada negara itu sendiri. Tak perlu lagi
menjual tenaga rakyat ke negara lain karena rakyatnya sudah memiliki SDM yang
tinggi berkat penerapan aqidah yang benar. Apabila hal ini terlaksana dengan
baik, maka negara tersebut akan memperoleh kehidupan yang baik pula dan
semua warganya akan hidup layak dan sejahtera.
5. Aqidah dalam pemerintahan
Perilaku terhadap pemerintahan yang dapat membuahkan hasil yang bagus untuk
rakyat dan Negara. Segala keputusan yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadist
adalah benar dan diridhoi Allah. Dengan begitu, nantinya akan dihasilkan suatu
kehidupan berbangsa dan bernegara yang insyaallah juga akan diridhoi Allah
SWT.
C. Penyimpangan yang terjadi Pada Aqidah.
Di tengah-tengah masyarakat kita masih banyak sekali praktik kesyirikan yang
merusak bahkan membatalkan tauhid. Perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan oleh
sebagian orang dengan dalih bahwa amalan tersebut adalah tradisi dan adat-istiadat
peninggalan leluhur. Padahal perbuatan tersebut adalah bentuk kesyirikan yang
membahayakan agama mereka. Di antara perbuatan-perbuatan tersebut adalah:
1. Tathayyur
Tathayyur adalah beranggapan sial dengan waktu tertentu, tempat tertentu, atau
sesuatu yang dilihat, didengar, atau diketahui. (al-Qaulul Mufid).Di sebagian
daerah, penduduk membangun rumah menghadap arah tertentu. Mereka juga
memulai membangun dan menempatinya di hari tertentu, dengan keyakinan akan
mendatangkan keberuntungan dan menjauhkan kesialan. Ada pula yang tidak mau
berdagang di hari tertentu dan melarang pernikahan di bulan tertentu. Semua ini
adalah bentuk tathayyur syirik, harus dijauhi oleh seorang muslim. Rasulullah
berkata:
ٌ ْ‫ الطِّيَ َرةُ ِشر‬،‫ك‬
‫ك‬ ٌ ْ‫ الطِّيَ َرةُ ِشر‬،‫ك‬
ٌ ْ‫الطِّيَ َرةُ ِشر‬
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik.” (HR. Abu Dawud no.
3910, lihat al-Qaulul Mufid)
2. Tamimah
Tamimah adalah sesuatu yang digantungkan pada seorang anak untuk menolak
‘ain atau musibah. Sering kita melihat benda-benda yang digantungkan di rumah,
mobil, toko, atau dipakaikan pada anak dengan niat menolak bala. Semua ini
termasuk jenis tamimah yang syirik. Orang yang melakukannya terjatuh dalam
kesyirikan. (Lihat al-Qaulul Mufid)
3. Tiwalah
Ia adalah sesuatu yang dibuat untuk membuat suami/seorang lelaki mencintai
istrinya/seorang wanita atau sebaliknya. Adapun dublah (cincin yang dipakai oleh
seseorang setelah menikah) dengan keyakinan bahwa selama cincin emas tersebut
dipakai maka pernikahannya akan tetap langgeng, ini adalah keyakinan yang
syirik, karena tidak ada yang bisa membolak-balikan hati manusia selain Allah .
Memakai cincin seperti ini minimal tasyabbuh (menyerupai) orang kafir, haram
hukumnya. Bisa juga terjatuh ke dalam kesyirikan, jika dia berkeyakinan bahwa
cincin itu bisa menjadi sebab langgengnya pernikahan. (Lihat al-Qaulul Mufid
Syarah Kitabut Tauhid)
4. Jampi-jampi/mantra
Yang dimaksud adalah ruqyah (bacaan-bacaan) yang syirik, yang mengandung
permintaan bantuan kepada jin.
Rasulullah telah melarang tiga hal di atas dalam hadits beliau:
ٌ ْ‫إِ َّن الرُّ قَى َوالتَّ َمائِ َم َوالتِّ َولَةَ ِشر‬
‫ك‬
“Sesungguhnya jampi-jampi, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.” (HR. Ahmad
dan Abu Dawud, disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani)
Adapun ruqyah yang dibenarkan oleh syariat adalah yang memenuhi tiga syarat
berikut.
a. Bacaan dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan doa-doa yang baik.
b. Menggunakan bahasa Arab dan dimengerti maknanya.
c. Diyakini hanya semata-mata sebagai sebab, tidak bisa berpengaruh selain
dengan kehendak Allah l. (Lihat Fathul Majid)
5. Perdukunan
Ini adalah musibah yang melanda banyak kaum muslimin. Banyak orang menjadi
pelanggan dukun dalam keadaan senang ataupun susah, padahal ancaman bagi
dukun dan yang mendatanginya sangat besar. Rasulullah berkata:
ً‫صاَل ةٌ أَرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة‬
َ ُ‫َم ْن أَتَى َعرَّافًا فَ َسأَلَهُ ع َْن َش ْي ٍء لَ ْم تُ ْقبَلْ لَه‬
“Barang siapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu, tidak akan diterima
shalatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain, beliau n berkata:
‫ص َّدقَهُ بِ َما يَقُو ُل فَقَ ْد َكفَ َر بِ َما أُ ْن ِز َل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬
َ َ‫َم ْن أَتَى َعرَّافًا أَوْ َكا ِهنًا ف‬
“Barang siapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu kemudian
membenarkannya, dia telah mengkufuri apa yang diturunkan kepada Muhammad
n.”
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin t menegaskan bahwa mendatangi
dukun ada beberapa rincian hukum.
a. Datang dan bertanya kepadanya, maka tidak diterima shalatnya empat puluh
hari.
b. Datang, bertanya kepadanya, dan membenarkan ucapannya, maka ia telah
ingkar kepada apa yang diturunkan kepada Rasulullah .
c. Datang untuk membongkar kesesatannya, diperbolehkan. (Lihat al-Qaulul
Mufid)
Adapun tentang kafirnya dukun, asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami
menyebutkan sembilan alasan kafirnya dukun. Di antara yang beliau sebutkan
adalah bahwa seorang dukun telah menjadi wali setan. Allah l berfirman:
“Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya….” (al-
An’am: 121)
Padahal setan tidak akan menjadikan seorang menjadi wali selain seorang
yang kafir. (Lihat Ma’arijul Qabul hlm. 423—424)
6. Sembelihan untuk selain Allah
Rasulullah n telah memberitakan bahwa termasuk orang yang dilaknat adalah
seorang yang melakukan sembelihan untuk selain Allah l.
Dari Ali bin Abi Thalib z, Rasulullah n berkata:
َ ‫ْ‹‹‹‹‹ر هللاِ َولَ َعنَ هللاُ َم ْن آ َوى ُمحْ‹‹‹‹‹ ِدثًا َولَ َعنَ هللاُ َم ْن لَ َعنَ َوالِ َديْ‹‹‹‹‹ ِه َولَ َعنَ هللاُ َم ْن َغيَّ َر ْال َمن‬
‫َ‹‹‹‹‹ار‬ ِ ‫لَ َعنَ هللاُ َم ْن َذبَ َح لِ َغي‬
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat
orang yang melaknat (mencerca) dua orang tuanya. Allah melaknat orang yang
melindungi pelaku pelanggaran syar’i. Dan Allah melaknat orang yang
mengubah-ubah batas tanah.” (HR. Muslim)
Di antara sembelihan yang dipersembahkan untuk selain Allah l adalah berbagai
bentuk sembelihan untuk jin.
1) Larung (sedekah laut)
Di antara sembelihan syirik adalah sembelihan tahunan yang dipersembahkan
untuk selain Allah l, baik untuk laut (sedekah laut), sungai, gunung, maupun
yang lainnya.
2) Sembelihan untuk pengantin
Di sebagian tempat ada sebuah tradisi penyembelihan ketika ada pernikahan.
Kedua mempelai diperintahkan untuk menginjakkan kedua kaki mereka di
darah sembelihan tersebut sebelum memasuki rumahnya.
3) Sembelihan untuk rumah baru
Di sebagian daerah, ketika telah selesai membangun rumah, mereka
menyembelih seekor hewan. Sebagian mereka bahkan menanam kepala hewan
tersebut di rumah barunya. Ini juga termasuk sembelihan yang syirik.
4) Memenuhi keinginan jin yang masuk pada tubuh seseorang
Ketika ada orang kerasukan jin kemudian diruqyah, jin terkadang minta
disembelihkan hewan untuk dirinya. Jika terjadi hal demikian, permintaan jin
itu tidak boleh ditunaikan, karena hal tersebut adalah sembelihan untuk jin.
(Lihat al-Qaulul Mufid, asy-Syaikh Muhammad al-Wushabi)
5) Kesyirikan di kuburan
Di antara perbuatan syirik yang dianggap biasa adalah perbuatan-perbuatan di
pekuburan sebagai berikut :
a) Berdoa kepada penghuni kubur
b) Nadzar untuk penghuni kubur
c) Isti’anah, meminta tolong kepada penghuni kubur
d) Isti’adzah, meminta perlindungan kepada penghuni kubur
e) Istighatsah, meminta dihilangkan bencana kepada penghuni kubur
Ketahuilah, semua hal di atas adalah kemungkaran yang harus diingkari.
Rasulullah n berkata:‫ فَ‹إ ِ ْن لَ ْم يَ ْس‹ت َِط ْع‬،‫ فَ‹إ ِ ْن لَ ْم يَ ْس‹تَ ِط ْع فَبِلِ َس‹انِ ِه‬،‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬
ِ ‫ك أَضْ َعفُ اإْل ِ ي َم‬
‫ان‬ َ ِ‫فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذل‬
“Barang siapa melihat kemungkaran hendaknya dia ubah dengan tangannya.
Jika tidak mampu, dengan lisannya. Jika tidak mampu juga maka dengan
hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim) (Lihat Ma’arijul
Qabul, Ighatsatul Lahafan, Tahdzirul Muslimin)
7. Mencari berkah dari benda-benda tertentu
Sebagian orang mencari berkah kepada pohon, kuburan, atau benda-benda yang
mereka miliki, seperti keris dan cincin.
Faedah
Tidak boleh bertabarruk (mencari berkah) dari diri seseorang, dengan tubuh atau
bagian tubuh seseorang tertentu, selain Rasulullah n.
Seorang muslim tidak boleh mencari berkah dengan diri seseorang yang dianggap
saleh, baik ludah, rambut maupun bagian tubuh lainnya. Hal ini berdasarkan
beberapa alasan.
a. Hal tersebut kekhususan bagi Rasulullah n.
b. Tidak ada seorang pun setelah Rasulullah n wafat yang meminta berkah
dengan bagian tubuh Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali bin Abi Thalib, dan
sahabat lainnya. Seandainya hal tersebut dibolehkan, niscaya akan dilakukan
oleh orang-orang di zaman mereka.
c. Akan menyebabkan fitnah dan ujub (bangga diri) dari orang yang dimintai
berkah. (Lihat Taisir al-‘Azizil Hamid, hlm. 144—145)
8. Sihir
Sihir adalah satu amalan kufur yang harus dijauhi oleh seorang muslim. Seseorang
yang belajar dan mengajarkan sihir telah terjatuh dalam kekufuran.
Allah l berfirman: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Hanya
setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir
kepada manusia.” (al-Baqarah: 102) (Lihat Ma’arijul Qabul hlm. 407—411)
9. Sedekah bumi
Sedekah bumi yaitu memberikan sesuguh/sesaji ketika hendak panen padi dan
lainnya. Menurut mereka, sesaji itu dipersembahkan untuk Dewi Sri. Ini pun
termasuk bentuk kesyirikan.
10. Sesajen
Yakni memberikan sesuguh untuk karuhun ketika hendak melaksanakan acara
tertentu.
11. Memberikan penghormatan dengan membungkuk
Ibnu Taimiyah t berkata, “Membungkuk ketika memberikan penghormatan
adalah perbuatan yang dilarang. Hal ini sebagaimana dalam riwayat at-
Tirmidzi dari Nabi n, bahwa mereka bertanya tentang seseorang yang
berjumpa dengan temannya lalu membungkuk kepadanya. Beliau n berkata,
“Tidak boleh.” Juga karena ruku dan sujud tidak boleh dilakukan selain untuk
Allah l, walaupun hal ini menjadi bentuk penghormatan pada syariat sebelum
kita, sebagaimana dalam kisah Yusuf q:
‫ ﮊ‹ ﮋ‹ ﮌ‹ ﮍ‹ ﮎ‹ ﮏ‹ ﮐﮑ‹ ﮒ‹ ﮓ‹ ﮔ‹ ﮕ‹ ﮖ‬Dan ia menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas
singgasana. Mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf.
Yusuf pun berkata, “Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu.”
(Yusuf: 100). Adapun dalam syariat kita, bersujud tidak diperbolehkan selain
untuk Allah l. (Lihat Majmu’ al-Fatawa, 1/259). Ketahuilah, semoga Allah l
merahmati Anda, apa yang kami sampaikan hanyalah sebagian amalan syirik
yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Semuanya harus kita jauhi. Kita
juga harus memperingatkan umat Islam untuk menjauhi amalan-amalan syirik.
Ketahuilah, semoga Allah l merahmati Anda, segala adat-istiadat dan
kebiasaan masyarakat harus tunduk kepada syariat Allah l.
Allah l berfirman: “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya.” (an-Nisa: 65). Janganlah kita seperti orang-orang
jahiliah yang tidak mau beriman kepada Rasul n dengan alasan mengikuti
amalan nenek moyang. Allah l berfirman tentang keadaan kaum musyrikin:
Apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan oleh
Allah,” mereka menjawab, “(Tidak), kami hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
sesuatu pun dan tidak mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170)
Seorang muslim harus mendahulukan syariat Allah l di atas segala hal. Dia
harus mengutamakan syariat daripada hawa nafsu, adat-istiadat, dan pendapat
akalnya. Allah l telah mencela orang yang lebih mendahulukan hawa
nafsunya.Allah l berfirman: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya
berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan
hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya? Siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa
kamu tidak mengambil pelajaran?” (al-Jatsiyah: 23)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di
mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa
prinsip keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan
kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah
sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada
nabi-Nya, Muhammad Saw.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi
sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua
sumber tersebut dan mencoba –kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran
yang disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran
bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu
menggapai sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka
syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.
B. Saran
Melalui makalah ini kami harap pembaca bisa mengerti tentang bagaimana Aqidah
dalam kehidupan sehari – hari dan penyimpangan – penyimpanganya.
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritikan yang ingin disampaikan silahkan sampaikan kepada kami. Apabila
terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan memakluminya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/farasyaa/makalah-akidah-islamiyah
http://pemudaperaihasa.blogspot.com/2016/09/makalah-tentang-aqidah-islam.html
http://www.jejakpendidikan.com/2016/04/makalah-aqidah.html

Anda mungkin juga menyukai