Anda di halaman 1dari 23

Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no.

3, 2018

PERAN GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN


KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)
SISWA SMK KOMPUTAMA MAJENANG

Much Solehudin
Manajemen Pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
Solehu41@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru PAI dalam
mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa
SMK Komputama Majenang serta untuk mengetahui faktor yang dapat
mempengaruhi kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa SMK
Komputama Majenang. Karena melihat banyaknya peran orang tua yang kurang
memadai dalam menghadapi arus globalisasi yang membawa pengaruh negatif
terhadap dunia pendidikan, yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang
tua terhadap perkembangan teknologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran
guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMK
Komputama Majenang adalah sebagai pembuat program, pelaksana program, dan
sebagai contoh atau suri tauladan. Bentuk perhatian seorang guru terhadap siswa
berupa bimbingan, arahan, nasihat, motivasi belajar serta program-program yang
dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa.

Kata kunci : Peran guru PAI, Kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan Spiritual (SQ)
ABSTRACT

The purpose of this research is to know the role of PAI teacher in


developing the emotional intelligence (EQ) and spiritual intelligence (SQ) of SMK
Komputama Majenang students and to know the factors that can influence the
emotional intelligence (EQ) and spiritual intelligence (SQ) SMK Komputama
Majenang students. Given the many parental roles that are inadequate in facing the
current globalization that brings a negative impact on the world of education, caused
by lack of knowledge of parents to technological developments. The results of this
study indicate that the role of PAI teachers in developing the emotional and spiritual
intelligence of students in SMK Komputama Majenang is as a program maker,
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

303
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

program implementer, and as an example or role model. The form of attention of a


teacher to students in the form of guidance, direction, advice, motivation to learn and
programs that can improve students' emotional and spiritual intelligence.
Keywords: The role of PAI teacher, Emotional Intelligence (EQ), Spiritual
Intelligence (SQ)

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

304
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

A. PENDAHULUAN
Guru merupakan pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan
yang terpikul di pundak orang tua. 1 Di ruang lingkup sekolah, guru memiliki
peran yang sangat penting bagi peserta didik, selain mampu dalam mengajarkan
ilmu yang dikuasai, sosok guru memiliki beban moral yang sangat tinggi,
terutama dalam memberikan motivasi agar siswa semangat untuk belajar dan
memberi contoh perilaku yang baik dalam pergaulan kehidupan sehari-hari.
Apalagi sebagai guru PAI, dengan adanya perkembangan jaman modern dan
semakin banyaknya teknologi-teknologi canggih, maka sebagai guru PAI wajib
mengarahkan, membimbing dan mengembangkan kecerdasan emosional maupun
spiritual peseta didiknya agar lebih berhati- hati dalam menghadapi era
globalisasi.
Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar
mengatakan bahwa guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. 2 Secara
keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, baik
keluarga, masyarakat dan sekolah. Hal ini disebabkan karena bermacam-
macamnya figur seorang guru seperti guru mengaji, guru silat, guru mata
pelajaran, guru vak dan sebagainya. Masyarakat melihat figur guru sebagai
manusia yang serba bisa tanpa ada cela dan nista. Kemuliaan seorang guru
tercermin dari kepribadian, sikap, dan perilaku kehidupan sehari- hari. Oleh
karena itu sedikit cela dan nista dari pribadi guru, maka masyarakat akan
mencaci makinya habis- habisan dan hilanglah kewibawaan seorang guru.
Berbicara tentang kecerdasan, menurut Toni Busan kecerdasan berasal
dari kata cerdas yaitu “sempurna perkembangan akal budi untuk berfikir dan

1
Zakiah Daradjat,Il mu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bu mi Aksara, 2011), hlm. 39.
2
Syaifu l Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2011), h lm. 185.
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

305
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

mengerti”. 3 Sedangkan Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah


kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. 4 Setiap manusia pasti tidak jauh
dari masalah dan memiliki masalah, baik itu masalah yang timbul dari luar
maupun dari dalam diri seseorang. Dengan adanya kecerdasan sehingga menjad i
suatu peran penting bagaimana manusia dalam mengolah dirinya untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam diri sendiri. Sedangkan Danah Zahar
dan Ian Marshall mengelompokkan kecerdasan manusia ke dalam 3 (tiga) jenis :
1. Kecerdasan rasional (Intelligence Quotient) , yaitu suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Kecerdasan/intelegensi tidak
dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manivestasi dari proses berfikir rasional itu
sendiri. Kecerdasan/intelegensi meliputi : kemampuan membaca, menulis, dan
menghitung dengan tepat.
2. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient), yaitu kecerdasan terpenting
daripada kecedasan yang lain yang meliputi pengendalian diri, semangat dan
ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri.
3. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient), merupakan kecerdasan jiwa, ia
dapat membantu manusia menumbuhkan dan membangun dirinya secara utuh.
SQ akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk membedakan yang

3
Maskhuri, Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di
Raudlatul Athfal Masyithoh 01 Adimulya Wanareja Cilacap Tahun Pelajaran 2014/2015 , Skripsi
dikutip dari Toni Busan, Kekuatan ESQ Sepuluh Langkah Meningkatkan Emosional, Spiritual ,
Terjemahan Ana Bud i Kuswandi, (Jakarta : Pustaka Delapratosa,2003), hlm. 6.
4
Muchlisin Riadi, Pengertian dan Jenis-jenis Kecerdasan, (http://www.Kajian
Pustaka.com/2013/ 09/pengertian-dan-jenis-jenis-kecerdasan.html?m=1), d i akses pada tanggal 30 Mei
2015 pukul 00.35 WIB.
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

306
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

baik dan yang buruk, memberi manusia rasa moral dan memberi kemampuan
untuk menyesuaikan dirinya dengan aturan-aturan yang baru. 5
Upaya membangun kecerdasan emosional dan spiritual siswa berarti
bertujuan membangun kesadaran dan pengetahuan siswa dalam mengembangkan
kemampuan nilai- nilai emosional dan spiritual dalam dirinya. Seseorang yang
tidak memiliki kecerdasan emosional dengan kata lain, emosi yang tidak
terkontrol menimbulkan perilaku brutal yang berujung pada tindakan kriminal,
sedangkan rendahnya emosional menimbulkan perilaku malas, lemah pikir,
lemah penglihatan dan sebagainya. Begitu pula seorang yang tidak memiliki
kecerdasan spiritual akan menimbulkan rasa hampa dalam dirinya, meskipun
banyak prestasi yang telah diraih. Karena kecerdasan spiritual memiliki
kedudukan tertinggi diantara kecerdasan yang lainnya. Kecerdasan spiritual akan
mampu mengatasi semua beban hidup yang super berat menjadi super ringan,
termasuk mampu mengatasi semua kekurangan, stres, dan depresi di manapun ia
berada. Satu hal yang penting harus diupayakan oleh manusia adalah
mengembalikan pembinaan manusia atas dasar prinsip-prinsip Islam yang
sempurna dan akhlak yang mulia karena manusia diciptakan memiliki budi
pekerti yang luhur, seperti firman Allah dalam Surat Al-Qalam ayat 4 yang
berbunyi :

    

Artinya : “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang


luhur.” (Q.S. Al Qalam : 4)”. 6

5
Maskhuri, Peran Orang Tua, Skripsi dikutip dari Danah Zahar dan Ian Marshall,
Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai
Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 3.
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

307
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

Perlu diketahui pada zaman ini banyak pelanggaran yang dilakukan oleh
peserta didik atau siswa, khususnya perbuatan-perbuatan yang melanggar norma
agama, etika, penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan di sekolah misalnya
perkelahian antar siswa, mencuri, melanggar tata tertib di sekolah, mengkonsumsi
narkoba, free seks yang bisa merusak moral siswa, untuk mengatasi hal tersebut
kita harus selalu mengupayakan pembinaan, penjelasan dan pengarahan serta
memberikan pendidikan yang bermanfaat dan relevan.

B. LANDASAN TEORI

1. Peran dan Tugas Guru PAI


a. Peran Guru PAI
Peran guru merupakan sosok seorang yang dijadikan pelaku atau
pemain dalam dunia pendidikan sebagai tokoh terhormat dalam
masyarakat sebab ia nampak sebagai orang yang berwibawa, sebagai
penilai, sebagai seorang sumber karena ia memberi ilmu pengetahuan,
sebagai pembantu, sebagai wasit, sebagai detektif, sebagai obyek
identifikasi, sebagai penyangga rasa takut, sebagai orang yang menolong
memahami diri, sebagai pemimpin kelompok, sebagai orang tua / wali,
sebagai orang yang membina dan memberi layanan, sebagai kawan
bekerja dan sebagai pembawa rasa kasih sayang.
Peran guru dipandang strategis dalam usaha mencapai
keberhasilan proses belajar mengajar apabila guru mau menempatkan dan
menjadikan posisi tersebut sebagai pekerjaan profesional. Dengan
demikian, guru akan disanjung, diagungkan dan dikagumi, karena

6
Departemen Agama RI, Al Quran Perkata, (Jakarta : Kalam Med ia Ilmu, 2014), hlm. 564.
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

308
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

perannya yang sangat penting diarahkan ke arah yang dinamis yaitu


menjadi pola relasi antara guru dan lingkungannya, terutama siswanya. 7
b. Tugas Guru PAI
Berbicara tentang guru memang sangat luas sekali ranahnya,
karena guru memiliki nilai tersendiri dibanding dengan jabatan atau
profesi lainnya. Dalam perspektif Islam, mengemban amanat sebagai guru
bukan terbatas pada jabatan atau pekerjaan seseorang, melainkan
memiliki dimensi nilai yang lebih luas dan agung, yaitu tugas ketuhanan,
kerasulan, dan kemanusiaan. Allah mengajar semua makhluknya melalui
tanda-tanda dengan menurunkan wahyu. Guru juga mengemban tugas
kerasulan, yaitu menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada umat
Manusia. Secara lebih khusus, tugas Nabi dalam kaitannya dengan
pendidikan, sebagaimana tercantum dalam surat Al-Jumu’ah ayat 2 :

           

          

Artinya : Dia-lah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta
huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat-Nya, mensucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan mereka Kitab
dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata,8

7
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta : Adicita Karya
Nusa, 1999, Cet. 2), hlm. 334
8
Departemen Agama RI, Al Quran, hlm. 553
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

309
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

Ayat diatas menggambarkan bahwa tugas Rasul adalah melakukan


pencerahan, pemberdayaan, transformasi, dan mobilisasi potensi umat
menuju kepada cahaya (nur) setelah sekian lama terbelenggu dalam
kegelapan. Dalam kehidupan keluarga, orang tua adalah guru bagi anak-
anaknya. dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal pembagian
kerja, dalam lembaga persekolahan guru merupakan actor utamanya.
2. Kecerdasan Emosional (EQ)
a. Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ)
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti
bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman
dalam bukunya Emotional Intelligence bahwa emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi
terhadap rangsangan dari luar dan dalam d iri individu. Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga
secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang
berperilaku menangis. 9
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam- macam emosi,
antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire
(hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta)
dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga

9
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakata : PT Gramed ia Pustaka Utama, 2000),
Cet.10, hlm. 411
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

310
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta).10


Daniel Goleman mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak
berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu 11 :
a) Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.
b) Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi
diri, putus asa.
c) Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut
sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.
d) Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur,
bangga.
e) Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih.
f) Terkejut : terkesiap, terkejut.
g) Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h) Malu : malu hati, kesal

b. Ciri - ciri Kecerdasan Emosional (EQ)


Goleman dalam bukunya Esthi Endah Ayuning Tyas menyebutkan
ciri-ciri kecerdasan emosional dapat diketahui dengan tingkat
kemampuan seseorang pada lima aspek kondisi mental manusia, antara
lain12 :
a) Kesadaran diri

10
Amalia Sawitri Wahyuningsih, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional
Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas Ii Smu Lab School Jakarta Timur,
(Jakarta : 2004), hlm. 32
11
Daniel Goleman, Emotional, hlm. 411
12
Ibid, hlm. 60
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

311
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

Kesadaran diri adalah kemampuan mengetahui apa yang


dirasakan pada suatu kondisi tertentu dan mengambil keputusan
dengan pertimbangan yang matang, serta memiliki tolak ukur yang
realistis, dengan kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
b) Kemampuan pengaturan diri
Pengaturan diri adalah dapat menangani emosionalnya dengan
baik, sehingga berdampak positif dalam melaksanakan tugas, peka
terhadap kata hati dan sehingga dapat mencapai tujuannya. Hal yang
dilakukan adalah dapat mengontrol emosi, dan menjaga keburukan
pribadi.
c) Motivasi
Motivasi yaitu dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga
menuntun seseorang untuk menuju sasaran dan membantu dalam
mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif untuk bertahan
menghadapi frustasi. Tanpa adanya motivasi, seseorang akan merasa
lemah dan seperti tak berdaya dalam melakukan suatu kegiatannya.
Oleh karena itu motivasi adalah kekuatan atau power yang tanpa
disadari dapat membangun jiwa semakin kuat.
d) Empati atau kecakapan sosial
Aspek Empati atau kecakapan sosial merupakan kemampuan
seseorang di dalam merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu
memahami perspektif dengan bermacam- macam orang.
e) Kemampuan keterampilan sosial atau kemampuan interpersonal
Aspek ini merupakan kemampuan seseorang di dalam
menangani emosi dengan baik, ketika berhubungan dengan orang
lain, cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

312
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi serta


menyelesaikan permasalahan dengan cermat.
Dari kelima aspek yang telah disebutkan di atas dapat kita lihat
bahwa orang yang sukses dalam pekerjaan tidak hanya memiliki
intelegensi yang tinggi, namun secara emosional mereka juga memiliki
kepribadian yang baik. Orang yang cerdas secara emosi akan bersikap
tegas dan mampu mengendalikan perilaku sehingga terbebas dari
perilaku-perilaku negatif. Kecerdasan emosional sangat sulit diukur dan
sampai sekarang belum ada alat tes tunggal yang menghasilkan nilai
kecerdasan emosional.
c. Manfaat Kecerdasan Emosional
Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia
karena melalui emosi yang terkendali maka bentrokan antara satu dengan
yang lain sangat jarang sekali terjadi. Jika seseorang itu dapat mengenal,
mengendalikan emosinya dan dapat menyalurkan emosi itu kearah yang
benar dan bermanfaat, maka akan cerdas dalam emosinya. Dengan
menggunakan aspek-aspek kecerdasan emosionalnya dengan baik,
otomatis akan timbul sikap individu yang diharapkan tersebut.
Kecerdasan emosional sangat bermanfaat bagi semua golongan
umur di semua strata kehidupan, diantaranya dapat membuat orang tidak
depresi, tidak cepat putus asa, tidak membuat implusif dan agresif, tidak
cepat puas, tidak egois, selalu terbuka pada kritikan, terampil dalam
melakukan hubungan sosial, tidak mudah marah dan lain sebagainya, dan
ini semua tentu akan berdampak positif untuk menghilangkan sosial
problem, sebagai dampak negatif globalisasi yang saat ini banyak terjadi
di masyarakat.

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

313
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

3. Kecerdasan Spiritual (SQ)


a. Pengertian Kecerdasan Spiritual (SQ)
Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak
memproduksi pikiran sadar yang menakjubkan kesadaran akan diri dan
lingkungan, serta kemampuan menghasilkan dan menstrukturkan
pemikiran kita, memungkinkan kita memiliki perasaan dan menjembatani
kehidupan spiritual. Kesadaran akan makna, nilai dan konteks yang sesuai
untuk memahami pengalaman. 13
Secara alami otak bersifat konservatif. Ia merekam seluruh sejarah
evolusi kehidupan di bumi dengan struktur yang begitu kompleks. 14
Kecerdasan manusia terekam dalam kode genesis dan seluruh evolusi
kehidupan di bumi. Kecerdasan manusia juga dipengaruhi oleh
pengalaman sehari- hari, kesehatan fisik dan mental, porsi latihan yang
diterima, ragam hubungan yang dijalin dan berbagai faktor lain. Ditinjau
dari segi ilmu saraf, semua kecerdasan itu bekerja melalui atau
dikendalikan oleh otak beserta jaringan sarafnya yang bekerja di seluruh
tubuh. 15
Definisi kecerdasan spiritual dapat dilihat dari beberapa pendapat
tokoh di bawah ini :
a) Danah Zohar dan Ian Marshall, berpendapat :
SQ (Kecerdasan Spiritual) adalah kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan hidup makna dan nilai, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
konteks mana yang lebih luas, dan kaya, kecerdasan untuk menilai
13
Danah Zohar, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan
Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 136.
14
Ibid, hlm. 35.
15
Ibid, hlm. 39.
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

314
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna


dibandingkan dengan yang lain. 16
b) Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan :
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-
langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang
seutuhnya (hanif) dan mempunyai pola pemikiran tauhid
(integralistik) serta berprinsip “hanya karena Allah”. 17
c) Sineter menjelaskan :
SQ sebagai kecerdasan mendapat inspirasi, dorongan dan
efektivitas yang terinspirasi, penghayatan keutuhan yang di dalamnya
kita semua menjadi bagian. 18
b. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual (SQ)
Robert A. Emmons sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin
Rakhmat, dijelaskan terdapat lima ciri-ciri orang yang memiliki
kecerdasan spiritual antara lain 19 :
a) Kemampuan untuk mentransendensikan 20 yang fisik dan material.
b) Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak.
c) Kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari- hari.

16
Ibid., hlm. 3-4.
17
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ, (Jakarta : A rgawijaya Persada,
2001), hlm. 57.
18
Agus Nggermanto, Quantum Questiont Kecerdasan Quantum, (Bandung : Nuansa, 2001),
hlm. 117.
19
Ibid, Skripsi dikutip dari (www.muthahari.or.id/doc/artikel/sqanak.ht), hlm. 32.
20
Transenden merupakan cara berpikir tentang hal-hal yang melampau i apa yang terlihat,
yang dapat ditemukan di alam semesta. Contohnya, pemikiran yang mempelajari sifat Tuhan yang
dianggap begitu jauh, berjarak dan mustahil dipahami manusia. Lihat di
(https://id.wikipedia.org/wiki/Transenden) pada tanggal 17 Agustus 2015 pukul 19:46 WIB.
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

315
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

d) Kemampuan menggunakan sumber-sumber spiritual untuk


menyelesaikan masalah.
e) Kemampuan untuk berbuat baik, yaitu memiliki rasa kasih sayang
kepada sesama makhluk Tuhan seperti memberi maaf, bersyukur
atau mengungkapkan terima kasih.
c. Manfaat Kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan bukan hanya cerdas secara intelektual (IQ). Tetapi
untuk menjadi orang yang bisa mengatasi tantangan dan agar tidak
terbawa arus zaman, maka seseorang bukan hanya memerlukan
kecerdasan intelektual (IQ) saja, namun juga harus memiliki kecerdasan
emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi. Manusia
yang memiliki spiritual tinggi akan memiliki hubungan yang kuat
dengan Allah SWT, sehingga akan berdampak pula pada kepandaian dia
dalam berinteraksi dengan manusia. 21
Berikut ini adalah manfaat kecerdasan spiritual bagi manusia:
a) Mendidik hati menjadi benar
Pendidikan sejati adalah pendidikan hati, karena pendidikan
hati tidak hanya menekankan segi-segi pengetahuan kognitif
intelektual saja tetapi juga menumbuhkan segi-segi kualitas
psikomotorik dan kesadaran spiritual yang reflektif dalam
kehidupan sehari- hari. 22
b) Membuat manusia memiliki hubungan yang kuat dengan Allah
SWT.

21
Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal , (Jakarta :
Zikrul Hakim,2005), Cet. 1, hlm.181
22
Sukidi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Gramed ia Pustaka Utama, 2004), Cet. 2, h lm. 8
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

316
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

Hal ini akan berdampak pada kepandaian dia berinteraksi


dengan manusia lainnya, karena dibantu oleh Allah yaitu hati
manusia dijadikan cenderung kepada-Nya. Sehingga kondisi
spiritual manusia berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam
menjalani kehidupan ini. Jika spiritualnya baik, maka ia akan
menjadi orang yang baik juga.
c) Melahirkan keputusan yang terbaik
Keputusan spiritual adalah keputusan yang diambil dengan
mengedepankan sifat-sifat Ilahiyah dan menuju kesabaran
mengikuti Allah atau mengikuti suara hati untuk memberi atau
Taqarrub kepada Al-Wahhaab dan tetap menyayangi menuju sifat
Allah Ar-rahim. 23
d) Menjadi landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.
Kecerdasan spiritual (SQ) sering dianggap sebagai
kecerdasan tertinggi dari kecerdasan-kecerdasan lain dalam
multiple intellegence seperti kecerdasan fisik (PQ), kecerdasan
intelektual (IQ) maupun kecerdasan emosional (EQ). Orang yang
telah memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan mampu mengerti
makna dibalik setiap kejadian dalam hidupnya dan menyikapi
segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dengan positif sehingga
mampu menjadi orang yang bijaksana dalam menjalani kehidupan.
Kecerdasan spiritual (SQ) sendiri adalah kecerdasan batin dari
pikiran dan jiwa untuk membangun diri menjadi manusia seutuhnya
dengan selalu berfikir positif dalam menyikapi setiap kejadian yang
dialaminya. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan

23
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia, hlm. 162.
ISSN Jurnal Tawadhu:
2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

317
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna


positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang
dialaminya. 24

C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu salah satu penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan atau perilaku orang
yang diamati. Populasi yang diambil adalah seluruh guru PAI yang berjumlah
tiga orang. Sedangkan sampel yang diambil peneliti adalah sampling jenuh atau
disebut sensus yaitu Dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang dibutuhkan diperoleh melalui
Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi.

D. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS


Untuk mengetahui adakah peran guru PAI dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMK Komputama Majenang, maka
data-data yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisa, karena penelitian ini
termasuk penelitian deskriptif maka dalam menganalisa hanya dijelaskan
fenomena yang terjadi dalam bentuk analisis induktif.
1. Peranan guru
Hasil analisis penulis bahwa guru PAI di SMK Komputama majenang
telah berperan sebagai layaknya seorang guru, meskipun tidak semua sesuai
dengan yang di katakan oleh Syaiful Bahri Djamarah pada teori diatas. Hal ini
dibuktikan bahwa guru telah melakukan sebagai : a) Inisiator, guru adalah
pencetus ide- ide progresif dalam pendidikan, membuat sebuah program-

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

318
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

program yang tujuannya untuk mengembangkan kecerdasan siswa baik


emosional maupun spiritual. b) Evaluator, guru selalu menilai siswa dan
mengevaluasi program yang telah dibuat. c) Suri tauladan, siswa akan
mengikuti sikap atau perilaku yang dilakukan oleh guru. d) Pembimbing, guru
di sekolah telah membimbing siswa menjadi manusia dewasa yang
berperilaku secara mandiri.
2. Kecerdasan Emosional
Dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa tidak semudah
seperti yang kita lihat, namun proses dalam mengembangkannya
membutuhkan waktu yang sangat lama. Pengembangan kecerdasan emosional
merupakan usaha sadar yang dimiliki seseorang untuk menyadarkan orang
lain guna mengendalikan emosi yang terdapat dalam dirinya, menumbuhkan
rasa optimis dalam menghadapi kehidupan. Namun, tidak semua orang dapat
melakukan hal tersebut. Karena disebabkan adanya faktor perbedaan tingkat
kecerdasan masing- masing individu. Sehingga guru berupaya menjadi sosok
seorang yang dapat memotivasi serta memberikan program-program positif
terhadap siswa agar memiliki kecerdasan emosional yang baik.
Dalam mengembangkan sebuah kecerdasan emosional siswa SMK
Komputama Majenang tentunya tidak semua dapat berjalan lancar atau sesuai
dengan keinginan. Namun terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
dalam mengembangkan kecerdasan tersebut, seperti:
a. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional
1) Adanya antusias siswa dalam mengikuti program yang diterapkan
2) Adanya kebijakan dari kepala sekolah
3) Adanya sifat kepedulian siswa terhadap sesama
4) Adanya SDM pendidik

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

319
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

5) Lokasi sekolah yang mudah dijangkau


6) Sarana dan prasarana yang memadai
b. Faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional
1) Perbedaan latar belakang siswa tiap daerah
2) Kekurang ahlian siswa dalam mengikuti pelaksanaan bedah rumah.
3) Keluarga dan lingkungan di rumah
4) Adanya siswa yang kurang berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan.
5) Adanya beberapa siswa yang sering terlambat dengan berbagai alasan.
6) Tidak diwajibkannya kegiatan ekstrakurikuler, sehingga banyak siswa
yang tidak mengikuti.
3. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk memberikan makna
atas sesuatu yang berpusat pada hati, serta membentuk jiwa menjadi bersih
yang terwujud dalam ketaatan dan kegiatan beramal saleh dalam hidupnya,
baik amalan yang bersifat vertikal atau kepada Allah SWT maupun amalan
yang bersifat horizontal atau antar sesama.
Dalam mengembangkan sebuah kecerdasan spiritual siswa SMK
Komputama Majenang tentunya tidak semua dapat berjalan lancar atau sesuai
dengan keinginan. Namun terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
dalam mengembangkan kecerdasan tersebut, seperti:
a. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan Spiritual
1) Dukungan dari pihak komite madrasah, kepala madrasah, semua guru
dan wali siswa.
2) Banyaknya siswa yang berasal dari MTs
3) Mayoritas siswa yang berasal dari keluarga yang islami.

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

320
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

4) Banyaknya siswa yang antusias ingin mengikuti kegiatan


ektrakurikuler BTA
5) Fasilitas sekolah yang memadai.
6) Adanya tenaga pendidik.
b. Faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
1) Pihak sekolah tidak bisa memantau kegiatan siswa sehari- hari selama
di rumah dan apakah wali siswa sudah memantau dengan baik atau
belum terhadap kecerdasan spiritual siswa di rumah.
2) Lingkungan bermain siswa yang tidak mendukung ketika berada di
luar sekolah.
3) Banyaknya siswa yang belum dapat membaca Al-qur’an
4) Banyaknya siswa yang tidak membawa surat Yasin ketika hari Jum’at
karena berbagai alasan.

E. SIMPULAN
Setelah penulis mengadakan penelitian tentang Peran Guru PAI dalam
Mengembangan Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ)
Siswa di SMK Komputama Majenang, kemudian menganalisa data yang
terkumpul dan penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai akhir dari
pembahasan ini yaitu bahwa:
1. Peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual siswa SMK Komputama Majenang melalui berbagai cara yaitu :
a. Kegiatan sebelum proses pembelajaran yang meliputi; menanamkan
kedisiplinan dan tepat waktu, ketertiban dan kerapian, senyum sapa dan
salam, melakukan apel pagi dengan menghafal kosakata bahasa asing
kecuali hari Jum’at yaitu tadarus Al-qur’an dengan membaca surat Yasiin,

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

321
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

didampingi oleh wali kelas masing- masing, serta membaca do’a sebelum
mulai belajar.
b. Kegiatan saat proses pembelajaran yang meliputi; memberikan penjelasan
dengan mengambil contoh kisah umat terdahulu, selalu memotivasi siswa
agar semangat belajar meningkat, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya ketika pembelajaran, memberikan wacana yang
didasari dalil Al-qur’an dan Hadist, serta menumbuhkan hubungan saling
percaya dan kecakapan sosial.
c. Kegiatan di luar proses pembelajaran yang meliputi;
1) Bhakti sosial, merupakan program tahunan yang dilakukan oleh SMK
Komputama Majenang dengan tujuan melatih siswa-siswi akan sadar
dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa seperti mengenali
lingkungan, membina hubungan dengan orang lain, dan memiliki rasa
empati terhadap orang lain. Kegiatan yang dilakukan dalam program
ini adalah : Bedah rumah, bersih-bersih masjid, pembagian sembako
bagi yang membutuhkan.
2) Ekstrakurikuler, merupakan sebuah pelajaran tambahan yang diikuti
oleh siswa siswi SMK Komputama Majenang. Beberapa macam
ektrakurikuler yang terdapat di SMK Koputama Majenang seperti
OSIS, Pramuka, KECC (Komputama English Conversation Club),
BKC (Bandung Karate Club), Merpati Putih, Pecinta Alam, Sepak
Bola, Bola Voli, KIR ( Kajian Ilmiah Remaja), PMR (Palang Merah
Remaja), PKS (Polisi Keamanan Sekolah), BTA (Baca Tulis Al
Qu’an), Keagamaan, Autocat Design, Welding, dan Programing.
Dalam proses kegiatanya program ini dapat dikembangkan dengan
baik meskipun adanya beberapa hambatan.

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

322
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

3) Pondok bahasa, merupakan program wajib yang dilakukan selama 2


bulan sekali secara bergilir. Tujuannya adalah mengembangkan dan
meningkatkan ketaqwaan siswa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
membangun pola hidup mandiri, serta mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa secara matang.
4) Jum’at amal, merupakan program yang di jalankan oleh Organisasi
Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan cara menarik sejumlah dana
kepada siswa sebagai pembelajaran untuk beramal salih.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kecerdasan Emosional
siswa SMK Komputama Majenang yaitu:
a. Faktor pendukung
1) Sebelum kegiatan pembelajaran meliputi; Lokasi sekolah yang mudah
dijangkau, adanya antusias siswa dalam mengikuti program yang
diterapkan.
2) Saat proses pembelajaran meliputi; Adanya SDM pendidik, Sarana
dan prasarana yang memadai, adanya siswa yang di ajar.
3) Di luar proses pembelajaran meliputi; Adanya kebijakan dari kepala
sekolah, adanya sifat kepedulian siswa terhadap sesama.
b. Faktor penghambat
1) Sebelum kegiatan pembelajaran meliputi; Adanya beberapa siswa
yang sering terlambat dengan berbagai alasan.
2) Saat proses pembelajaran meliputi; Adanya perbedaan latar belakang
siswa tiap daerah, lingkungan, dan keluarga, adanya siswa yang tidak
mengerjakan tugas rumah.
3) Di luar pembelajaran meliputi; Kekurang ahlian siswa dalam
mengikuti pelaksanaan bedah rumah, adanya siswa yang kurang

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

323
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan, keluarga dan lingkungan di


rumah, tidak diwajibkannya kegiatan ekstrakurikuler, sehingga banyak
siswa yang tidak mengikuti.
3. Faktor pendukung dan penghambat pengembangan kecerdasan spiritual siswa
SMK Komputama Majenang yaitu:
a. Faktor pendukung
1) Sebelum kegiatan pembelajaran meliputi; Banyaknya siswa yang
berasal dari MTs, Mayoritas siswa yang berasal dari keluarga yang
islami.
2) Saat proses pembelajaran meliputi; Fasilitas sekolah yang memadai,
adanya tenaga pendidik.
3) Di luar proses pembelajaran meliputi; Dukungan dari pihak komite
madrasah, kepala madrasah, semua guru dan wali siswa, banyaknya
siswa yang antusias ingin mengikuti kegiatan ektrakurikuler BTA.
b. Faktor penghambat
1) Sebelum kegiatan pembelajaran meliputi; Banyaknya siswa yang tidak
membawa surat Yasin ketika hari Jum’at karena berbagai alasan, .
2) Saat proses pembelajaran meliputi; Banyaknya siswa yang belum
dapat membaca Al-qur’an.
3) Di luar proses pembelajaran meliputi; Pihak sekolah tidak bisa
memantau kegiatan siswa sehari-hari selama di rumah dan apakah wali
siswa sudah memantau dengan baik atau belum terhadap kecerdasan
spiritual siswa di rumah, dan lingkungan bermain siswa yang tidak
mendukung ketika berada di luar sekolah.

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

324
Much Solehudin Jurnal Tawadhu  Vol. 1 no. 3, 2018

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mas Udik. Meledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal,
(Jakarta : Zikrul Hakim,2005, Cet. 1).
Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun ESQ, (Jakarta : Argawijaya
Persada, 2001).
Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011).
Departemen Agama RI, Al Quran Perkata, (Jakarta : Kalam Media Ilmu, 2014).
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2011).
Goleman, Daniel. Emotional Intelligence, (Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama,
2000, Cet.10).
Maskhuri, Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di
Raudlatul Athfal Masyithoh 01 Adimulya Wanareja Cilacap Tahun Pelajaran
2014/2015, Skripsi dikutip dari Toni Busan, Kekuatan ESQ Sepuluh Langkah
Meningkatkan Emosional, Spiritual, Terjemahan Ana Budi Kuswandi,
(Jakarta : Pustaka Delapratosa,2003).
Maskhuri, Peran Orang Tua, Skripsi dikutip dari Danah Zahar dan Ian Marshall,
Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik
Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2000).
Nggermanto, Agus. Quantum Questiont Kecerdasan Quantum, (Bandung : Nuansa,
2001).
Riadi, Muchlisin. Pengertian dan Jenis-jenis Kecerdasan, (http://www.Kajian
Pustaka.com/2013/09/pengertian-dan-jenis-jenis-kecerdasan.html?m=1),
diakses pada tanggal 30 Mei 2015 pukul 00.35 WIB.
Sukidi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004, Cet. 2).
Supriadi, Dedi. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta : Adicita Karya
Nusa, 1999, Cet. 2).
Wahyuningsih, Amalia Sawitri. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan
Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas Ii Smu Lab School Jakarta Timur, (Jakarta
: 2004).
Zohar, Danah. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik
dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002).

ISSN Jurnal Tawadhu:


2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)

325

Anda mungkin juga menyukai