Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi
dengan masyarakat lainnya tentunya membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling
memahami tentang suatu hal. Yang perlu dipahami salah satunya adalah tanda. Agar bisa
memahami tanda secara benar dan sama, membutuhkan konsep yang sama agar tidak
terjadi misunderstanding atau salah pengertian.
Ada pun ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik (the study of sign).
Oleh karena itu, penting bagi kita memahami semiotik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud semiotik?
2. Bagaimana pengertian semiotika menurut para ahli?
3. Apa saja macam-macam semiotika?
4. Apa saja tipe-tipe tanda?
5. Bagaimana sistem dari semiotika?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Semiotika

Semiotika merupakan sebuah ilmu pengetahuan untuk memahami sistem


hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut “tanda.” Selain tanda, ada istilah lain
yang sering dipersamakan, yaitu simbol dan lambang. Dalam ilmu semiotika, bahasa
dianggap sebagai tanda (sign) yang memiliki komponen.

Sedangkan dalam konsep pierce symbol diartikan sebagai tanda yang mengacu
pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara symbol sebagai penanda
dengan sesuatu yang ditandakan. Maka berdasarkan hal tersebut, masyarakat menafsirkan
ciri hubungan antara symbol dengan objek yang diacu dan menafsirkan maknanya.

Metode semiotika selalu beroperasi pada jenjang analisis. Pertama adalah analisis
tanda secara individual, misalnya jenis tanda, mekanisme atau struktur tanda, dan makna
secara individual. Kedua adalah analisis tanda sebagai kelompok tanda-tanda yang
membentuk apa yang disebut teks.1

Pengertian semiotik atau semiotika berhubungan dengan pengertian semantik,


karena kedua pengertian itu meliputi makna dan kemaknaan dalam komunikasi antar
manusia. Charles Morries mengatakan bahwa bahasa sebagai satu sitem sign dibedakan
atas signal dan symbol. Akan tetapi semiotic bukan hanya berhubungan dengan isyarat
bahasa, melainkan juga berhubungan dengan isyarat-isyarat non bahasa dalam
komunikasi antar manusia. Kita dapat mengatakan semiotik adalah ilmu isyarat
komunikasi yang bermakna.2

Ilmu-ilmu lain yang telah mengembangkan semiotic sebagai isyarat komunikasi


adalah Filsafat, Psikologi, Sosiologi, dan Antropologi.

B. Pengertian Semiotika secara Etimologi dalam Teks dan Kebudayaan untuk Studi Islam

1
Achmad Slamet, Metodologi Studi Islam: Kajian Metode Dalam Ilmu Keislaman, (Yogyakarta:
Deepublish, 2016), hal.154-155.
2
Jos. Daniel Parera, Teori Semantik Edisi II, (Jakarta: Erlangga, 2004),Hal. 41
Semiotika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambing dalam kehidupan manusia.
Semiotika berasal dari bahasa Yunani Semeion yang berarti tanda. Semeion adalah istilah
yang digunakan oleh orang Greek untuk merujuk kepada sains yang mengkaji sistem
perlambangan atau sistem tanda dalam kehidupan manusia.3

Teks secara sederhana adalah “kombinasi tanda-tanda.” Dalam pemahaman yang


sama, semua produk dsain (termasuk arsitektur dan interior) dapat dianggap sebagai
sebuag teks, karena produk desain tersebut semua factor dan aspek hakiki untuk
pemahaman susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat manapun.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kajian semiotic


dalam teks kebudayaan untuk studi Islam, yiatu ilmu yang mengkaji tentang sesuatu
tanda dalam ilmu pengetahuan kajian dari hasil pemahaman suatu karya yang
berhubungan dengan Isam dan dengan teknik tertentu.4

C. Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli


a. C.S Pierce

Pierce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri
dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), objek, dan interpretant. Tanda adalah
sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia, dan
merupakan sesuatu yang merujuk (menginterpretasikan) hal lain di luar tanda itu
sendiri. Tanda menurut Pierce terdiri dari symbol (tanda yang muncul dari
kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik), dan indeks (tanda yang
muncul dari sebab-akibat).

Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan adalah konteks
sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Contohnya:
saat seorang wanita mengenakan jilbab, maka wanita itu sedang mengomunikasikan
mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai symbol
kemuslimahan.

3
Achmad Slamet, Ibid, hal.155
4
Achmad Slamet, Ibid, hal.155-156
b. Ferdinand De Saussure

Dalam teori ini semiotic dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu sebagai
penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk fisik
dapat dikenal melalui wujud arsitektur, sedangkan pertanda dilihat sebagai makna
yang terungkap melalui konsep, fungsi, dan atau nilai-nilai yang terkandung di dalam
karya arsitektur tersebut. Eksisstensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda
dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut deng segnifikasi. Contohnya: ketika
orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat, maka hal tersebut
merupakan tanda kesialan (signified).

c. Roland Barthes
Dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua
tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat
pertanda yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas,
menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat
pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya
beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti.5
Barthes juga melihat aspek lain dari penanda yaitu “mitos” yang menandai suatu
masyarakat. Contohnya: pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan
konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi
“keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada
symbol pohon beringin. Sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi
konotasi, tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua.
D. Komponen Dasar Semiotika

Membicarakan tentang komponen dasar semiotika tidak terlepas dari masalah-


masalah pokok mengenai tanda (sign), lambing (symbol), dan isyarat (signal).
Pemahaman masalah lambing akan mencakup pemahaman masalah penanda (signifie;
5
Yusita Kusumarini, 2006
signans; signfant) dan pertanda (signified; signatum; signifie). Ketika masalah di atas
dimasukkan, maka akan terjadi komunikasi ke dalam cakupan ilmu semiotic, karena
memungkinkan terjadinya komunikasi antara subjek dan objek dalam jalur pemahaman
sebagai komponen dasar semiotika.6

1. Tanda (sign)
Tanda merupakan bagian dari ilmu semiotika yang menandai suatu hal
atau keadaan untuk menerangkan atau memberitahukan objek kepada subjek.
Dalam hal ini, tanda selalu menunjukkan pada sesuatu hal yang nyata. Misalnya,
benda, kejadian, tulisan, bahasa, tindakan, peristiwa, dan bentuk-bentuk tanda
yang lain. Sebagai contoh konkret, yaitu adanya petir selalu ditandai dengan
adanya kilat yang mendahului adanya petir tersebut.
Namun, tanda-tanda yang dibuat oleh manusia menunjukkan pada sesuatu
yang terbatas maknanya dan hanya menunjukkan pada hal-hal tertentu saja.
Sebagai contoh tanda waqaf dalam al-Quran, tanda waqaf memiliki makna yang
berbeda-beda, contohnya: huruf ‫ ال‬menunjukkan makna tidak boleh berhenti

(waqaf mamnu’). Huruf ‫ ج‬bermakna boleh berhenti atau boleh melanjutkan (waqf
ja’iz).
Begitu juga huruf ‫ قلقف‬bermakna berhenti lebih utama (al-waqf ula).
Tanda-tanda tersebut dari dulu sampai sekarang tetap digunakan, tidak berubah
dan tidak menambahan. Kreativitas apapun. Jadi, tanda adalah arti yang statis,
umum, lugas, dan objektif.
2. Lambang

Lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman si


subjek kepada objek. Hubungan keduanya tersebut terselip pengertian sertaan,
sesuatu lambang selalu dikaitkan dengan tanda-tanda yang sudah berisi sifat-sifat
kultural, situasional, dan kondisional. Dalam Al-Quran kata Jannah (surga)
melambangkan kenikmatan dan kebahagiaan, sementara kata al-nar
melambangkan azab dan sengsara.

6
Puji Santosa, Ancangan Semiotik dan Pengkajian Susastra, hal.13
Kata jannah melambangkan kesenangan dan kebahagiaan, karena di
dalamnya terdapat berbagai kenikmatan, diantaranya:

 Terdapat bidadari surga

Adapun sifat-sifat bidadari yang disebutkan dalam Alquran yaitu:

َ ‫خ ۡي ٰ َرتٌ ِح‬.
ٞ ‫س‬
a. baik dan elok (Q.S. al-Rahman [55]: 70), ‫ان‬ َ
b. belum pernah disentuh siapapun baik itu oleh manusia maupun jin (Q.S. al-
ٞ ِ‫ف لَمۡ يَ ۡط ِم ۡث ُهنَّ إ‬
ٞ ‫نس قَ ۡبلَ ُهمۡ َواَل َج‬ ٰ
Rahman [55]: 56), ّ‫ٓان‬ ِ ‫ص ٰ َرتُ ٱلطَّ ۡر‬
ِ َ‫ ق‬.
ٰ
ِ ‫ٕو ۡٱل َم ۡكنُو‬-ِِٕ ُ‫ َكأَمۡ ثَ ِل ٱللُّ ۡؤل‬.
c. seperti mutiara yang tersimpan (Q.S. al-Waqiah: 23). ‫ن‬

Kata an-Nar dalam Alquran menyimbolkan azab dan kesengsaraan kare na


para penghuninya akan merasakan siksa dan sengsara. Ada pun kepedihan hidup
yang akan dirasakan penghuni neraka adalah:

a. Minumnya air mendidih dan air nanah (Q.S. al-Naba’: 24-25) ‫اَّل يَ ُذوقُونَ فِيهَا بَ ۡر ٗدا‬
‫َواَل َش َرابًا إِاَّل َح ِم ٗيما َو َغس َّٗاقا‬
ٞ َ‫ُوا قُطِّ َع ۡت لَهُمۡ ثِي‬
ٖ َّ‫اب ِّمن ن‬
b. Pakaian mereka dari api (Q.S. al-Hajj: 19-20) ‫ار‬ ْ ‫فَٱلَّ ِذينَ َكفَر‬
c. Mereka akan terus diazab, mereka tidak akan mati dan tidak pula hidup (Q.S.
ُ ‫ثُ َّم اَل يَ ُم‬
al-‘Ala: 11-13). ‫وت فِيهَا َواَل يَ ۡحيَ ٰى‬

Setiap lambang adalah tanda, tapi tidak setiap lambang itu dipakai sebagai
tanda, ada kalanya tanda dapat menjadi lambang secara keseluruhan , yaitu dalam
bahasa. Hal ini dimungkinkan karena bahasa merupakan sistem tanda yang
arbitrer, sehingga setiap tanda dalam bahasa merupakan lambang. 7 khusus dalam
bahasa Arab, terdapat huruf yang melambangkan bunyi baik vocal maupun
konsosnan yang menyiratkan makna tertentu.

Bahasa sesungguhnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan


antara penanda dan petandanya.8 Penanda adalah yang menandai dan sesuatu yang
segera terserap atau teramati, mungkin terdengar seperti bunyi atau terbaca seperti

7
Puji Santosa, Ibid, hal.7
8
Marcel Danesi, Pesan Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi,
(Jogjakarta: Jalasutra, 2010), hal.11
tulisan, misalnya kata “takwa” mungkin terlihat dalam bentuk penampilan,
misalnya: beramal shaleh, tidak melakukan hal yang diharamkan secara terang-
terangan. Adapun petanda adalah suatu kesimpulan atau sesuatu yang terpahami
maknanya dari ungkapan bahasa maupun nonbahasa.9

3. Isyarat
Isyarat adalah sesuatu hal atau keadaan yang diberikan oleh si subjek
kepada objek. Dalam keadaan ini, subjek selalu berbuat sesuatu untuk
memberitahukan kepada si objek yang diberi isyarat pada waktu itu juga. Jadi
isyarat selalu bersifat imporal atau berhubungan dengan waktu. Apabila
ditangguhkan pemakaiannya, isyarat akan berubah menjadi tanda atau lambang.
Ketiga hal tersebut (tanda, lambang, dan isyarat) terdapat nuansa, yakni
perbedaan yang sangat kecil mengenai bahasa, warna dan sebagainya.10
Semiologi dan semiotik kedua-duanya mempelajari tanda. Tanda
bermacam-macam asalnya. Ada tanda yang berasal dari manusia yang berwujud
lambang dan isyarat, misalnya orang yang mengacungkan jari telunjuk bermakna
ingin bertanya. ada pula tanda yang diciptakan manusia, misalnya rambu-rambu
lalu lintas, tanda-tanda pangkat, konvensi ang berlaku dalam dunia pramuka dan
olah raga.
Ada juga tanda yang berasal dari alam, seperti langit mendung
menandakan hujan tidak lama lagi akan turun. Ada tanda yang berasal dari dunia
tumbuh-tumbuhan, misalnya tunbuhan yang diserang hama atau penyakit akan
memberikan tanda tertentu.11
Berdasarkan asal tanda dia atas, jenis tanda dapat ditetapkan. Oleh karena
itu, lambang yang dihasilkan oleh manusia menjadi pembicaraan orang yang
bergerak dalam bidan semantik, yakni yang khusus menelaah makna lambang.
Sedangkan lambang itu sendiri adalah tanda, dan tanda tersebut menjadi objek
pembahasan, maka kedudukan semantic dapat dijelaskan.12

9
Puji Santosa, Op.Cit,hal.8
10
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (), hal.11
11
Puji Santosa, Op.Cit,hal.8
12
Roland Barthes, Elements of Semiology, terj. M. Ardiansyah, Elemen-Elemen Semiologi, (Cet.I;
Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), hal.15.
Pateda dalam bukunya yang berjudul Semantik Leksikal mengungkapkan sekurang-
kurangnya terdapat Sembilan macam semiotik, yaitu:13

a. Semiotik Analitik, yakni semiotic yang menganalisis sistem tanda. Pierce


menyatakan bahwa semiotik berobjekan tanda dan penganalisisnya menjadi ide,
objek, dan makna. Ide dapat dikaitkan sebagai lambang, sedangkan makna adalah
beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada objek tertentu.
b. Semiotik Deskriptif, yakni semiotic yang memperhatikan sistem tanda yang dapat
kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dulu tetap seperti yang
disaksikan sekarang. Misalnya langit yang mendung menandakan bahwa hujan
tidak lama lagi akan turun, dari dulu sampai sekarang seperti itu.
c. Seniotik Faunal (zoo semiotic), yakni semiotik yang khusus memperhatikan
sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda
untuk berkomunikasi antar sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda
yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, seekor ayam betina yang
berkotek-kotek itu menandakan bahwa ayam itu telah bertelur atau ada sesuatu
yang ia takuti.
d. Semiotik kultural, yakni semiotic yang khusus menelaah sistem tanda yang
berlaku dalam kebudayaan tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai
makhluk sosial tertentu yang telah turun temurun dipertahankan dan dihormati.
Budaya yang terdapat dalam masyarakat yang juga merupakan sistem itu,
menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat lain.
e. Semiotik naratif, yakni semiotic yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang
berbwujud mitos dan cerita lisa (folklore). Telah diketahui bahwa mitos dan cerita
lisan, diantara keduanya memiliki nilai kultural tinggi.
f. Semiotik natural, yakni semiotic yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan, dan
daun pohon-pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak bersahabat
dengan manusia, misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan
tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.

13
Pateda, Mansoer, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal.29
g. Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah tentang sistem tanda
yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu
lalu lintas. Di ruang kereta sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang
merokok.
h. Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah tentang sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata
atau maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat.
Contohnya, buku Halliday berjudul Language Social Semiotic, dengan kata lain
semiotic sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.
i. Semiotic Struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah tentang sistem tanda
yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara umum, semiotika aalah ilmu yang membahas tentang tanda (the study of
sign). Tokoh dalam semiotika antara lain yaitu C.S Pierce mengemukakan teori segitiga
makna (triangle meaning) yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), objek,
dan interpretant. Ferdinand De Saussure membagi semiotik menjadi dua bagian
(dikotomi) yaitu sebagai penanda (signifier) dan pertanda (signified), dan Roland Barthes
mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan
konotasi.

DAFTAR PUSTAKA

Slamet, Achmad. 2016. Metodologi Studi Islam: Kajian Metode Dalam Ilmu
Keislaman. Yogyakarta: Deepublish.
Barthes, Roland. 2012. Elements of Semiology, terj. M. Ardiansyah, Elemen-Elemen
Semiologi, Cet.I. Jogjakarta: IRCiSoD.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika
dan Teori Komunikasi. Jogjakarta: Jalasutra.

Parera, Jos. Daniel . 2004. Teori Semantik, Edisi II. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai