Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sentra UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang bergerak dalam bidang

industri kerajinan tangan boneka kain rumaahan atau yang dikenal dengan home

industry boneka kain di Bandung saat ini terus mengalami penurunan. Tercatat

bahwa dari tahun 1990 hingga tahun 2015 jumlah pengusaha boneka kain di jalan

Babakan caringin Bandung terus mengalami penurunan.

Tabel 1.1 : Jumlah Penurunan Pengusaha Boneka Kain Bbk Caringin

Sumber : Hasil Observasi dan Wawancara Pada pengusaha boneka

Penurunan jumlah pengusaha boneka yang sangat signifikan terjadi pada tahun

1997 hingga tahun 2002, tercatat bahwa jumlah pengusaha yang mengalami

kebangkrutan saat itu berjumlah 50% dari total pengusaha yang ada. Informasi

diperoleh dari pengusaha boneka yang saat ini masih ada yang menyebutkan bahwa

krisis ekonomi pada tahun 1998 merupakan penyebab utama para pengusaha

boneka mengalami kebangkrutan, yang kedua adalah harga bahan baku yang

meningkat, dan yang ketiga karena ketidakmampuan pengusaha boneka untuk terus

1
bersaing dikarenakan saat itu produk boneka impor mulai masuk ke Indonesia

sedangkan inovasi dari segi bentuk boneka tidak dilakukan oleh para pengusaha

boneka, karena saat itu mayoritas pengusaha boneka memproduksi boneka

berdasarkan pesanan saja, dikarenakan takut mengambil resiko barangnya tidak

laku terjual. Saat ini pengusaha boneka kain di Babakan caringin kota Bandung

yang masih bertahan hanya berjumlah 5 pengusaha. Pemerintah daerah Bandung

terus melakukan pemantauan dan bantuan dari segi pembiayaan agar kelima

pengusaha boneka kain ini tetap bertahan dan bahkan meningkat dari skala

bisnisnya agar dapat menyerap tenaga kerja yang lebih tinggi, dan mengurangi

jumlah pengangguran.

Penurunan jumlah pengusaha boneka kain juga terjadi di wilayah Bandung

kulon, yaitu pada desa Warung Muncang atau yang dikenal dengan nama jalan peta.

Pada tahun 2005 jumlah pengusaha di desa Warung muncang berjumlah 32

pengusaha, kemudian pada tahun berikutnya mengalami kenaikan, dan pada tahun

2014 mengalami penurunan dikarenakan alasan yang sama, yaitu efek dari krisis

moneter, bahan baku yang tinggi, persaingan yang meningkat dan masuknya

produk boneka dari luar negeri yang lebih murah dengan kualitas yang cukup baik.

Tabel 1.2 : Jumlah Penurunan Pengusaha Boneka Kain Bbk Caringin

Sumber : Hasil Observasi dan Wawancara Pada pengusaha boneka

2
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini persaingan di berbagai sektor usaha,

khususnya sektor kerajinan tangan boneka kain sangat kompetitif. Masuknya

produk – produk boneka kain dan mainan impor dari China dengan kualitas yang

cukup baik dan harga yang relatif murah membuat para pengusaha boneka harus

jeli untuk meraih segmentasi pasar yang ada, maka para pengusaha boneka kain di

Bandung yang masih tetap bertahan saat ini perlu mengetahui kondisi dan trend

pasar yang sedang berkembang untuk dapat diaplikasikan dalam bentuk dan produk

– produk boneka, seperti ketika tahun 2011 – 2012 yang mana saat itu sedang trend

penggunaan smartphone blackberry dan icon emoticon black barry, menjadi trend

pasar yang dikembangkan dalam aplikasi kerajinan tangan boneka kain. Disamping

itu, menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan memastikan bahwa produk yang

dibeli pelanggan dapat membuat pelanggan puas adalah hal yang penting, karena

berdasarkan wawancara yang dilakukan pada pengusaha boneka kain, konsumen

yang dicatat dalam data base konsumen adalah pelanggan yang rutin membeli

boneka dan dengan jumlah yang banyak, sedangkan konsumen yang membeli

satuan jarang dicatat dalam data base para pengusaha boneka ini, karena jarang

melakukan pembelian kembali. Hal inilah yang banyak dilakukan pelaku usah

boneka kain di Babakan caringin dan Desa warung Muncang Bandung, fokus pasar

yang dibidiknya adalah konsumen dengan pembelian kuantiti tinggi, padahal

konsumen yang membeli dalam jumlah kecil pun merupakan konsumen yang

berpotensi menjadi konsumen potensial karena dapat menjadi konsumen yang loyal

dan menjadi agen promosi yang baik jika pendapat konsumen mengenai pelayanan,

kualitas dan harga produk boneka dirasa memuaskan. Oleh karena itu, informasi

3
mengenai kepuasan pelanggan, apa yang mereka sukai, dan bagaimana tingkat

kepuasan konsumen menjadi sangat penting untuk diketahui oleh para pengusaha

boneka di Babakan caringin dan warung muncang Bandung.

Keberadaan pesaing yang saat ini didominasi oleh sebagian besar produk

impor Cina dan produk lokal berskala pabrik perlu dipantau dan diawasi

perkembangannya, agar para pengusaha boneka kain dengan skala industri rumahan

di Babakan caringin dan Warung muncang Bandung mampu bersaing dengan

produk – produk impor China dan pabrik besar yang ada di Indonesia maka perlu

menciptakan produk yang unik dan berbeda dari pesaing, agar dapat meraih relung

pasar yang tidak tergapai oleh pesaing. Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah

menjalin kerjasama dan komunikasi dengan para pemasok, agen – agen distributor,

para pedagang kecil PKL (Pedagang Kaki Lima) perbankan pemberi dana, dan

konsumen perlu dilakukan untuk memastikan bahwa proses produksi yang

dilakukan dapat tetap berjalan dan sampai pada konsumen akhir.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persaingan yang

kompetitif mendorong para pengusaha kerajinan tangan boneka kain (pengrajin

boneka) di Babakan caringin Bandung harus dapat berinovasi dalam menciptakan

produk – produk bonekanya agar dapat diminati oleh konsumen. Untuk

menciptakan produk yang inovatif para pengusaha kerajinan tangan boneka kain

(pengrajin boneka) perlu mengikuti perubahan trend pasar, minat konsumen,

memberi kepuasan pada konsumen, memantau kegiatan pesaing dan menjaga

kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan produksi boneka.

Maka peneliti akan memfokuskan penelitian pada pembahasan mengenai

4
pengaruh orientasi pasar terhadap inovasi produk boneka pada pengusaha

kerajinan tangan boneka kain (pengrajin boneka) di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Konstruksi identifikasi masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut ini.

1. Bagaimana tingkat inovasi produk pengusaha boneka di Bandung ?

2. Bagaimana pemahaman pengusaha boneka di Bandung terhadap orientasi

konsumennya ?

3. Bagaimana pemahaman pengusaha boneka di Bandung terhadap orientasi

pesaingnya ?

4. Bagaimana kordinasi fungsional yang dilakukan pengusaha boneka di

Bandung ?

5. Apakah orientasi konsumen berpengaruh terhadap inovasi produk pada

pengusaha boneka Bandung ?

6. Apakah orientasi pesaing berpengaruh terhadap inovasi produk pada

pengusaha boneka di Bandung ?

7. Apakah kordinasi fungsional berpengaruh terhadap inovasi produk pada

pengusaha boneka di Bandung ?

8. Apakah orientasi pasar (orientasi konsumen, orientasi pesaing dan kordinasi

fungsional) secara simultan berpengaruh terhadap inovasi pada pengusaha

boneka di Bandung?

5
1.3 Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahu tingkat inovasi produk pengusaha boneka di Bandung.

2. Mengetahui pemahaman pengusaha boneka di Bandung mengenai orientasi

konsumennya.

3. Mengetahu pemahaman pengusaha boneka di Bandung mengenai orientasi

pesaingnya.

4. Mengetahu kordinasi fungsional yang dilakukan pengusaha boneka di

Bandung.

5. Mengetahu pengaruh orientasi konsumen terhadap inovasi produk pada

pengusaha boneka di Bandung.

6. Mengetahu pengaruh orientasi pesaing terhadap inovasi produk pada

pengusaha boneka di Bandung.

7. Mengetahu pengaruh kordinasi fungsional terhadap inovasi produk pada

pengusaha boneka di Bandung.

8. Mengetahu pengaruh orientasi pasar (orientasi konsumen, orientasi pesaing

dan kordinasi fungsional) secara simultan terhadap inovasi produk pada

pengusaha boneka di Bandung.

6
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Orientasi Pasar

Narver dan Slater (1994) mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi

yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku-perilaku yang dapat

menghasilkan suatu yang terbaik bagi pembeli serta menghasilkan superior

performance bagi perusahaan. Craven (1994) mendefinisikan orientasi pasar

sebagai penetapan sasaran konsumen strategis dan membangun organisasi yang

berfokus pada layanan konsumen, memberikan dasar persaingan yang berfokus ke

dalam, memberi layanan yang sesuai dengan harapan para konsumen, sehingga

berhasil memenangkan suatu persaingan. Pandangan serupa dikemukakan Day

(1988) bahwa orientasi pasar mencerminkan kompetensi dalam memahami

pelanggan. Karena itu, mempunyai peluang memberi kepuasan pada pelanggan

sama halnya dengan kemampuannya dalam mengenali gerak-gerik pesaingnya.

Perusahaan-perusahaan yang berhasil dalam mengendalikan pasar disebut sebagai

market drive firm, yaitu perusahaan yang selalu menempatkan orientasi pelanggan

dan orientasi pesaing secara harmonis, sehingga menghasilkan kinerja pemasaran

yang lebih baik. Oleh karena itu, konsep utama dalam orientasi pasar adalah

orientasi pelangan dan orientasi pesaing. Orientasi pasar merupakan suatu filosofi

dalam strategi pemasaran yang menganggap bahwa penjualan produk tidak

tergantung pada strategi penjualan tetapi lebih pada keputusan konsumen dalam

7
membeli produk. Oleh karena itu, membutuhkan perhatian secara tepat pada

orientasi pelangggan dan orientasi pesaing dalam rangka menyediakan kebutuhan

dan keinginan konsumen dengan memberi nilai terbaik (Lamb et al., 2001).

2.1.1 Orientasi Konsumen

Kotler (2007) menyatakan bahwa apa yang menjadi keinginan pelanggan lebih

penting dibandingkan dengan produk yang saat ini dijual kepada pelanggan.

Pemasaran menurut Kara et al., (2005) seperti dikutip Adinoto (2012) harus

memakai konsep bagaimana perusahaan mengetahui apa yang diinginkan

pelanggan / konsumen dan memenuhinya dengan meletakkan kepuasan serta nilai-

nilai pelanggan sebagai hal yang utama dan transaksi sebagai dasar analisis. Konsep

pemasaran sebagai falsafah memiliki nilai praktis terbatas. Agar dapat bermanfaat

dalam praktik, maka konsep pemasaran perlu dijembatani oleh suatu pengertian

operasional. Pengertian operasional yang merupakan implementasi dari falsafah

pemasaran adalah pelaksanaan orientasi pasar oleh manajemen perusahaan. Oleh

karena orientasi pasar merupakan implementasi dari konsep pemasaran, maka bisa

disimpulkan bahwa perusahaan yang berorientasi pasar adalah perusahaan yang

tindakan-tindakannya senantiasa konsisten dengan konsep pemasaran.

Perusahaan yang berorintasi pada pelanggan senantiasa berupaya menggali

apa yang dapat disediakan perusahaan dengan membuat barang atau jasa yang

terbaik, sedangkan perusahaan yang berorientasi pesaing harus menggali informasi

tentang bagaimana dan apa yang dilakukan oleh pesaing utamanya agar langkah

dan strategi yang dilakukan oleh perusahaan tidak didahului oleh para pesaingnya.

8
Oleh karena itu perusahaan harus melakukan inovasi yang selaras dengan arah

orientasi pesaing dan orientasi pelanggan yang telah dirumuskan, agar inovasi yang

dikembangkan perusahaan mampu memberikan value added yang bersifat unik dan

tidak mudah ditiru oleh pesaingnya. Keunikan produk yang dikembangkan oleh

perusahaan akan menjadi unsur pembeda dibanding dengan produk perusahaan

lain, karena itu produk yang berkualitas dan unik diharapkan menjadi alternatif

pilihan konsumen dan juga mampu menciptakan kepuasan baginya. Kepuasan

konsumen merupakan sasaran strategi jangka panjang, karena diharapkan loyalitas

konsumen akan tercipta dengan sendirinya dan tingkat penjualanpun diharapkan

meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan terpeliharaanya kepentingan

pelanggan dan kemampuan mendeteksi model strategi yang dikembangkan

pesaingnya, sehingga perusahaan mampu memposisikan diri pada keunggulan

strategi yang unik dan tidak mudah ditiru oleh para pesaingnya, sehingga

pertumbuhan tingkat penjualan dapat terjaga dan komitmen para pelanggan menjadi

semakin kuat (Wahyudiono, 2013).

2.1.2 Orientasi Pesaing

Orientasi pesaing berarti pemahaman yang dimiliki penjual dalam memahami

kekuatan-kekuatan jangka pendek, kelemahan-kelemahan, kapabilitas-kapabilitas

dan strategi-strategi jangka panjang baik dari pesaing utamanya saat ini maupun

pesaingpesaing potensial utama. Day dan Wensley (2010) seperti dikutip

Wulandari (2013) menyatakan bahwa, kemampuan manajemen mengenali

pesaingnya akan membantu dan menggali berbagai informasi mengenai apa dan

9
bagaimana pesaing menjalankan bisnis serta model strategi yang diterapkan,

sehingga manajemen memperoleh kepastian bahwa strategi dan aktivitas apapun

yang dilakukan perusahaan tidak didahului oleh pesaingnya. Perusahaan yang dapat

meningkatkan efektivitas perusahaannya, profitabilitas yang akan diperoleh juga

akan meningkat pula. Hal ini penting dalam rangka menjamin kepastian bahwa

perusahaan memiliki keunggulan yang tidak dapat disamai oleh pesaingnya.

Seandainya pesaing akan menirunya maka cukup mahal biaya yang harus

dikorbankan, sehingga perusahaan selalu dapat menempatkan posisi dirinya pada

posisi terdepan dibanding para pesaingnya.

Orientasi pesaing dapat dinyatakan melalui monitoring atas informasi

mengenai pesaing dan menyebarluaskan berbagai informasi tersebut pada semua

fungsi yang ada di dalam perusahaan misalnya divisi riset dan pengembangan

produk atau mendiskusikan dengan top manajemen bagaimana kekuatan pesaing

dan strategistrategi yang mereka kembangkan, baik yang menyangkut tindakan saat

sekarang maupun tindakan dimasa mendatang. Perusahaan yang berorientasi pada

pesaing, senantiasa akan menggunakan sebagian besar waktunya untuk melacak

penggunaan strategi dan pangsa pasar pesaing serta berusaha menemukakan

berbagai strategi untuk melawannya (Zhou et al., 2005).

2.1.2 Kordinasi Fungsional

Zhou et al., (2005) mengemukakan bahwa koordinasi antar fungsi dalam organisasi

harus mampu melakukan peran sebagai:

10
1. Mendistribusikan sumber daya perusahaan kepada unit bisnis lain yang ada

di dalamnya.

2. Semua fungsi harus dimanfaatkan untuk memahami pelanggannya.

3. Mendistribusikan semua informasi untuk semua fungsi.

4. Semua fungsi harus di integrasikan untuk mendukung strategi perusahaan.

5. Semua fungsi harus memberi kontribusi dalam menciptakan nilai

pelanggan.

Koordinasi antar fungsi di dalam organisasi harus diarahkan untuk

memahami kebutuhan pelanggan dengan memberi nilai terbaik dibanding

pesaingnya, sehingga tercipta kepuasaan bagi pelanggannya. Koordinasi antar

fungsi mengidentifikasi kemampuan yang dibutuhkan oleh organisasi dalam rangka

membentuk rantai nilai (value chain) yang meliputi aktivitas utama dan aktivitas

pendukung (Zhou et al., 2005). Perusahaan harus memiliki kemampuan khusus

dengan tugas individual untuk diintegrasikan ke dalam fungsi yang lebih luas

cakupannya seperti kemampuan pemasaran, riset, dan pengembangan. Integrasi

antar fungsi dalam organisasi memerlukan sumber daya, khususnya pengetahuan

dan keahlian dari setiap pekerja sehingga dapat mendukung organisasi dalam

menyajikan nilai terbaik bagi pelanggannya.

2.2 Produk Inovasi

Secara konvensional istilah inovasi diartikan sebagai suatu terobosan yang

berhubungan dengan produk-produk baru. Thompson (1965) dalam Hurley and

Hult (1998) mendifinisikan bahwa inovasi adalah konsep yang lebih luas yang

11
membahas penerapan gagasan, produk, atau proses yang baru. Sedangkan Hurley

and Hult (1998) mendefinisikan inovasi sebagai sebuah mekanisme perusahaan

untuk beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis, oleh karena itu perusahaan

dituntut untuk mampu menciptakan pemikiran-pemikiran baru, gagasan-gagasan

baru dan menawarkan produk yang inovatif serta peningkatan pelayanan yang

memuaskan pelanggan.

Hurley and Hult (1998) mengajukan dua konsep inovasi yaitu : (1)

Keinovativan dan (2) Kapasitas untuk berinovasi. Keinovativan adalah fikiran

tentang keterbukaan untuk gagasan baru sebagai sebuah aspek kultur perusahaan.

Sedangkan kapasitas untuk berinovasi adalah kemampuan perusahaan untuk

menggunakan atau menerapkan gagasan, proses, atau produk baru secara berhasil.

Keinovativan dapat juga diterjemahkan sebagai kultur suatu perusahaan.

Keinovativan ini dapat dilihat dari bagaimana sikap suatu perusahaan terhadap

adanya suatu inovasi.

Thompson (dikutip dalam Hurley dan Hult, 1998) memberikan definisi

inovasi secara klasik yaitu merupakan konsep yang luas yang antara lain adalah

implementasi dari ide-ide baru, produk ataupun proses. Duncan dan Holbek dalam

Hurley dan Hult (1998) juga mendefinisikan inovasi adalah sebagai praktek,

maupun materi yang dianggap baru oleh unit adopsi yang relevan. Secara luas

Amabile et al (1996) dalam Hurley dan Hult (1998) mendifinisikan inovasi sebagai

implementasi yang sukses dari sebuah ide yang kreatif dalam sebuah organisasi.

Rogers (1983) dalam Hadjimanolis (2000) menggunakan istilah daya inovasi

sebagai tingkat kecepatan individu dalam mengadopsi ide-ide baru dibandingkan

12
anggota-anggota lain dalam suatu sistem. Keberadaan produk sejenis dari pesaing

yang memiliki tampilan yang serupa merupakan faktor pendorong terjadinya

inovasi produk, biasanya produk pesaing tersebut muncul tanpa mengalami

perubahan yang berarti bahkan senderung statis. Keadaan tersebut dapat menjadi

hal yang menguntungkan, karena persaingan yang timbul dengan munculnya

produk pesaing dapat diatsi dengan melakukan inovasi produk. Inovasi produk

merupakan sesuatu yang bisa dilihat dari kemajuan fungsional produk yang dapat

membawa produk selangkah lebih maju dibanding dengan produk pesaing.

Apabila produk tersebut memiliki suatu kelebihan yang dipandang sebagai

nilai tambah bagi konsumen. Pengembangan produk baru dan strateginya yang

efektif seringkali menjadi penentu keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu

perusahaan, tetapi ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Pengembangan produk baru

memerlukan upaya, waktu, dan kemampuan termasuk besarnya resiko dan biaya

kegagalan. Disisi lain perubahan lingkungan yang cepat akan mempengaruhi proses

pembelajaran, hal ini menentukan efisiensi dalam inovasi produk (Hurley dan Hult,

1998).

Dalam sisi lain produk inovasi menurut Galbraith, 1973; Schon, 1967

(dalam Lukas dan Ferrel, 2000, p.240) didefinisikan sebagai proses dari

penggunaan teknologi baru kedalam suatu produk sehingga produk tersebut

mempunyai nilai tambah. Inovasi dapat dilakukan pada barang, pelayanan, atau

gagasan-gagasan yang diterima oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, sehingga

mungkin saja suatu gagasan telah muncul di masa lampau, tetapi dapat dianggap

inovatif bagi konsumen yang baru mengetahuinya. Seringkali orang berpendapat

13
bahwa dengan melakukan inovasi pada suatu hal maka seseorang telah melakukan

perubahan yang bersifat positif yang mengarah pada kemajuan. Pendapat tersebut

memang benar adanya, tetapi perubahan (dalam bentuk apapun) tersebut bagi

sebagian konsumen sesuatu yang sulit diterima begitu saja.

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menghasilkan produk yang

inovatif (Kotler, 2007), yaitu dengan cara :

1. Mengembangkan atribut produk baru.

2. Mengembangkan beragam tingkat mutu.

3. Mengembangkan model dan ukuran produk.

Menurut Gatignon dan Xuereb (1997, p.79) dalam inovasi produk terdapat tiga

inovasi produk, yaitu :

1. Keunggulan produk.

2. Kesamaan produk.

3. Biaya produk.

Produk inovasi dapat gagal karena banyak alasan, tidak menawarkan desain yang

unik atau salah memperkirakan persaingan merupakan kesalahan yang umum

terjadi. Kadang-kadang gagasannya sendiri sebenarnya baik tetapi terletak pada

desain dan efisiensi biayanya jauh lebih tinggi dari yang semula diperkirakan.

Dengan adanya inovasi produk maka akan memberi nilai tambah dibanding produk

sejenis (keunggulan produk), sehingga akan meningkatkan penjualan.

Keunggulan kompetitif suatu produk merupakan salah satu faktor penentu

dari kesuksesan produk baru (Song dan Parry, 1997) sehingga suatu produk inovasi

harus mempunyai keunggulan dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Hal

14
ini juga sejalan dengan pendapat Cooper (2000, p.38), bahwa keunggulan produk

baru sangat penting dalam lingkungan pasar global yang sangat kompetitif.

Keunggulan tersebut tidak lepas dari pengembangan produk inovasi yang

dihasilkan sehingga akan mempunyai keunggulan di pasar yang selanjutnya akan

menang dalam persaingan.

Li dan Calantone (1998), berpendapat bahwa keunikan pada suatu produk

diartikan sebagai atribut penting dari keunggulan produk tersebut, yang dipengaruhi

oleh daya inovatif serta teknologi yang tinggi, sehingga dapat dihasilkan produk

sesuai dengan keinginan konsumen. Wheelwright dan Clark, 1992 (dalam Li dan

Calantone, 1998) berpendapat bahwa perusahaan diharapkan bisa memuaskan

konsumen, keinginan konsumen dengan membuat produk dengan nilai superior.

Hal ini sesuai dengan pendapat Song dan Parry (1997) bahwa keunggulan produk

baru meliputi desain yang unik, kebaruan serta efisiensi dalam biaya.

Keberhasilan bisnis perusahaan akan dapat dicapai bila perusahaan dapat

dengan cepat bereaksi dengan kondisi pasar baru dan kebutuhan pelanggan. Selain

itu perusahaan dapat secara berkesinambungan mencari solusi yang kreatif serta

peningkatan secara terus-menerus dalam menghasilkan produk. Perusahaan harus

beradaptasi serta berinovasi secara terus menerus (Martensen dan Dahlgaard,

1998). Inovasi produk itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya

orientasi pasar dan teknologi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adinoto., (2012), Pengaruh Orientasi Pasar dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap


Kepekaan Perusahaan Dan Implikasinya Pada Kinerja Perusahaan: Studi
pada Penyalur Sepeda Motor di Indonesia, Ultima Management, Vol 4, No
10.
Craven, D. W., (1994), Pemasaran Strategis.Penerbit: Erlangga, Jakarta.
Day, C. W., (1994), Pemasaran Strategis.Penerbit: Erlangga, Jakarta.
Gatignon, Hubert and Xuereb, Jean-Marc, 1997, “Strategic Orientation of the Firm
and New Product Performance”, Journal of Marketing Research, Vol. 34,
February.
Hadjimanolis, Athanasios, 2000, “An Investigation of Innovation antecedents in
Small Firms in the Context of a Small Developing Country”, R&D
Management, Vol. 30.
Hurley,Robert. F and Hult, G, Tomas. M, 1998, ”Inovation, Market Orientation,
and Organizational Learning: An Intergration and Empirical
Examination”, Journal of Marketing, July.
Kotler, P., (2007), Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan Pengendalian, Penerbit: Erlangga, Jakarta.
Lamb, C. W., Hair, J.F., McDaniel, C., (2001), Pemasaran, Penerbit: Salemba
Empat, Jakarta.
Li, Tiger and Calantone, Roger J, 1998, “The Impact of Market Knowledge
Competence on New Product Advantage: Conceptualization and
Empirical Examination”, Journal of Marketing, Vol. 62, October.
Lukas, Bryan. A and Ferrell, O. C, 2000, The Effect of Market Orientation on
Product Innovation, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol.
28, Spring.

16
Lukas, Bryan. A and Ferrell, O. C, 2000, The Effect of Market Orientation on
Product Innovation, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol.
28, Spring.
Narver, J.C., Slater, S.F., (1994), Creating a Market Orientation, Journal of Market-
Focused Management, Vol. 2, No. 3.
Song, X. Michael and Parry, Mark E, 1997, “A Cross-National Comparative Study
of New Product Development Processes: Japan and the United States”,
Journal of Marketing, Vol. 61, April.
Wahyudiono., (2013), Pengaruh Orientasi Pelanggan dan Orientasi Pesaing
Terhadap Inovasi Pasar dan Pertumbuhan Penjualan Perusahaan Makanan
di Surabaya, Jurnal Riset Manajemen & Bisnis, Vol 8. No. 1.
Wulandari, A., (2013), Pengaruh Orientasi Pelanggan, Orientasi Pesaing dan
Inovasi Produk Terhadap Kinerja Pemasaran, Management Analysis
Journal, Vol. 1, No. 2.
Zhou, K. ., Yim, C.K., dan Tse, D.K., (2005), The Efeect of strategic Orientations
on Technology-and Market-Based Breakthrough Innovations. Journal of
Marketing. Vol. 69.

17
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 6
BAB 2 LANDASAN TEORI .................................................................................. 7
2.1 Orientasi Pasar ............................................................................................. 7
2.1.1 Orientasi Konsumen ............................................................................. 8
2.1.2 Orientasi Pesaing .................................................................................. 9
2.1.2 Kordinasi Fungsional .......................................................................... 10
2.2 Produk Inovasi ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

18

Anda mungkin juga menyukai