Anda di halaman 1dari 1

Dalam konteks pandemi COVID-19, apakah keadaan memaksa (force majeure) dapat terpenuhi

secara hukum? Atau, apakah klaim force majeure tetap harus merujuk pada perjanjian yang
disepakati para pihak?
istilah force majeure memang tidak diatur secara tegas. Namun di dalam Pasal 1245 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) disebutkan bahwa pihak dalam suatu perikatan
tidak diwajibkan memberikan ganti rugi apabila pihak tersebut terhalang memenuhi
kewajibannya karena adanya keadaan memaksa (overmacht). Menurut Black’s Law Dictionary,
force majeur adalah “an event or effect that can be neither anticipated nor
controlled”. Dalam konteks pandemi COVID-19, force majeure dapat diklaim karena para pihak
tidak dapat memprediksi pandemi dan tidak memiliki contributory effect serta pandemi ini
menjadi suatu halangan yang terjadi secara umum.

Anda mungkin juga menyukai