TUTORIAL FARMAKOTERAPI 1
Dosen :
Apt., Keni Idacahyati.,M.Farm
Disusun oleh :
EGA KASTIWI
31118154
3D Farmasi
Kelompok 1
Penatalaksanaan :
Obat Dosis Tanggal
24-09-2019 25-09-2019 26-09-2019
P Si So M P Si So M P Si So M
Ventolin neb 3x/hari V V V V V V
Flixotide neb 2x/hari V V
Biozyim 2x1 gr V V V V
(ceftadizime
)
Ranitidin 2x1 gr V V V V
Cefotaxime 2x1 gr V V V V
Lasal 3x1 C V V V V V V V V V
ekspectoran
(GG dan
Salbutamol)
Allopurinol 1x300 V V
Vectrin 2x300 V V V V
(erdostein)
metformin 2X1 V V V V V V V V V V
gram
Glikazide 2X 80 V V V V V V V V V V
mg
TERMINOLOGI
SUBJECTIVE
Tn Lg mengeluh bangun dengan sakit kepala, pusing dan kleyengan pada pagi hari.
Sering merasa kesemutan dan terdapat luka di kaki yang tidak sembuh dari 3 bulan yang lalu.
Tn Lg juga mengalami sesak nafas. Sesak nafas semakin berat saat malam hari. Akhir-akhir
ini mengeluh sering berkeringat dingin dan berat badan menurun.
OBJECTIVE
HbA1C 9,2%.
Vital sign: TD : 100/70 mmHg, N : 80x/menit, RR : 28x/menit.
Pemeriksaan laboratorium :
Parameter Hasil Satuan Normal Keteran
gan
Tanggal 24 September 2019
Hb 15,4 g/dl 14,0 – 18,0 Normal
Leukosit 9.050 /µL 4.800–10.800 Normal
Hematokrit 49 % 42-52 Normal
Eritrosit 5,8 106/µl 4,7-6,1 Normal
Trombosit 84 Mg/dL 79-99 Normal
Segmen 71,9 40-70 Tinggi
SGOT 39 U/L 15-37 Tinggi
SGPT 53 U/L 30-65 Normal
Glukosa sewaktu 214 mg/dl ≤200 Tinggi
Asam urat 8,3 mg/dL 3,5-7,2
Ureum 19,8 mg/dL 14,98-38,52
Kreatinin 0,82 mg/dL 0,80-13,0
Tanggal 25 September 2019
BTA Negatif
Lekosit Positif
Epitel Positif
Tanggal 26 September 2019
Glukosa puasa 234 mg/dL 74-106 Tinggi
Glukosa 2jam PP 235 mg/dL ≤ 126 Tinggi
T3 20 mcg/dL 4,5-10,9 Tinggi
T4 400 Ng/dL 60-181 Tinggi
ASSESSMENT
Nilai abnormal
Keterang
Parameter Hasil Satuan Normal
an
Segmen 71,9 40-70 Tinggi
SGOT 39 U/L 15-37 Tinggi
Glukosa sewaktu 214 mg/dl ≤200 Tinggi
Asam urat 8,3 mg/Dl 3,5-7,2 Tinggi
Lekosit Positif
Epitel Positif
Glukosa puasa 234 mg/dL 74-106 Tinggi
Glukosa 2jam PP 235 mg/dL ≤ 126 Tinggi
T3 20 mcg/dL 4,5-10,9 Tinggi
T4 400 Ng/dL 60-181 Tinggi
Diagnosis :
Diabetes Melitus tipe 2, Foot ulcer diabetic, Asma, Hipertiroid, Hipoglikemia, Asam urat.
Xanthin Oksidase
adalah enzim
yang
mengkatilisis
konversi
hipoksantin
menjadi xanti
kemudian
menjadi asam
urat.
Vectrin Mukolitik Mengencerkan Mengencerkan
(erdostein dahak yang dahak yang
) terdapat di saluran kental sehingga
pernapasan. mudah
Dengan demikian, dikeluarkan.
dahak dapat lebih
mudah
dikeluarkan saat
batuk.
Metformi Antidiabet Metformin Mengontrol
n es bekerja diperifer kadar gula darah
golongan pada otot-otot tinggi yang
biguanide. dimana biasanya
memperbaiki diberikan pada
sensitivitas sel pasien diabetes
terhadap insulin. tipe 2.
Glikazide Antidiabet Menurunkan Mengontrol
es kadar gula darah kadar gula darah
golongan dengan cara pada pasien
sulfonylur meningkatkan Diabetes tipe 2.
ea. pelepasan insulin
dari pankreas.
DRPs
No DRP Obat
1 Indikasi tanpa obat Hipertiroid
Hipoglikemik
2 Obat tanpa indikasi Ranitidine
Vectrine
Lasal ekspectoran
3 Overdosis Allupurinol (100-
200mg/hari)
Ranitidine (150mg/hari)
Metformin (500mg/hari)
4 Underdose -
5 Efek samping obat Metformin : sakit
kepala, kleyengan
Glikazide : sakit kepala,
kleyengan
Insulin basal : sakit
kepala, kleyengan
6 Pemilihan obat yang tidak tepat Ceftazidime
Cefotaxime
7 Gagal menerima obat -
PLANNIG
1. Diabetes Melitus Tipe 2 dengan HbA1c sejak awal yaitu 9,2 % maka bisa langsung
diberikan kombinasi 2 macam obat, pasien diberikan obat :
a. Metformin
b. Glikazide
Apabila dengan kombinasi 2 obat tidak tercapai target kendali, maka diberikan
kombinasi 3 macam obat dengan ditambahkan insulin basal (Soelistijo et al.,
2015).
2. Asma hanya diberikan obat ventolin nebulizer yang mengandung zat aktif salbutamol
dan flixotide nebules mengandung zat aktif fluticasone propionate, tidak di berikan
vectrine dan lasal ekspektoran. Dikarenakan pasien tidak menunjukkan adanya gejala
berdahak.
3. Hipertiroid diberikan obat :
PTU (Propiltiourasil)/Metimazole. PTU bekerja dengan cara menghambat sintesis
hormon tiroid dengan menghambat kompetitif enzim peroksidase dari kelenjar
tiroid. Dosisnya : oral 300-400 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 6-8 jam. Pada
pasien dengan hipertiroidisme berat, gonndok yang sangat besar, atau keduanya
dosis awal biasanya 400 mg/hari pasien kadang-kadang membutuhkan 600-900
mg/hari, pemeliharaan 100-500 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. (Wells
BG, Dipiro JT, Dipiro CV, Schwinghammer TL, 2009).
Iodide. Mekanisme kerjanya yaitu iodida secara akut memblokir pelepasan hormon
tiroid, menghambat biosintesis hormon tiroid dengan mengganggu penggunaan
iodida intrathyroidal dan menurunkan ukuran dan vaskularisasi kelenjar.
Adrenergik Blockers untuk memperbaiki gejala tirotoksik seperti palpitasi,
kecemasan, tremor dan intoleransi panas. Ex : propanolol dan nadolol secara parsial
memblokir konversi T4 menjadi T3 tetapi kontribusi ini terhadap efek terapeutik
keseluruhan kecil. Dosis awal propanolol yaitu 20-40 mg 4 kali sehari efektif untuk
kebanyakan pasien (detak jantung kurang dari 90 denyut/menit).
MONITORING
1. Pemeriksaan HbA1c merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan
terapi 8-12 minggu sebelumnya. Untuk melihat hasil terapi dan rencana perubahan
terapi, HbA1c diperiksa setiap 3 bulan, atau tiap bulan pada HbA1c yang sangat tinggi
˃10%. Pada pasien yang telah mencapai sasaran terapi disertai glikemik yang stabil
HbA1c diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun.
2. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah tujuannya untuk mengetahui apakah sasaran terapi
telah tercapai, dan untuk melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai
sasaran terapi. Waktu pelaksanaan pemeriksaan glukosa darah :
Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
Glukosa 2 jam setelah makan atau
Glukosa darah pada waktu yang lain secara berkala sesuai dengan kebutuhan.
3. Pemeriksaan tingkat keparahan sesak dengan menggunakan Spirometer. Spirometer ini
alat yang digunakan untuk mengukur ventilasi maksimum yaitu volume seseorang
dalam inspirasi dan ekskresi secara paksa. Dua parameter yang digunakan adalah
Forced Vital Capacity (FVC) dan Forced Expiratory Volume (FEV-1). Pada asma
serangan ringan nilai FEV-1 ˃60%, serangan sedang nilai FEV-1 40-60% dan serangan
berat yaitu 80%.
4. Pemeriksaan asam urat
5. Memperbaiki gaya hidup
6. Penggunaan antibiotik harus dipantau mengenai keefektifan dan keamanan dari terapi
yang sedang dilakukan.
7. Pemantauan kadar T4 dan TSH.
PERHITUNGAN INSULIN
Jawab :
= 40% x 37,5
= 15 unit