Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pembangunan kota saat ini menunjukkan kecenderungan terjadinya


aktivitas pembangunan yang tidak seimbang (Rushayati, dkk. 2011). Pembangunan yang
terjadi saat ini lebih berorientasi pada pemenuhan ruang-ruang kota dengan fasilitas
maupun sarana prasarana berupa kawasan terbangun yang berisi bangunan fisik yang
tidak diimbangi dengan ketersediaan ruang terbuka yang memadai khususnya ruang
terbuka hijau. Aktivitas pembangunan yang tidak seimbang ini dapat berdampak negatif
bagi kondisi lingkungan (Rahmy, dkk. 2012) hal ini dikarenakan pada kondisi tertentu
lingkungan tidak dapat mendukung maupun mengakomodasi aktivitas perkotaan secara
berlebihan sehingga mengakibatkan kualitas lingkungan menjadi terganggu.
Masalah perkotaan pada saat ini telah menjadi masalah yang cukup serius untuk
diatasi. Dampak pertumbuhan penduduk yang pesat membuat wilayah-wilayah perkotaan
semakin padat. Selain itu permasalahan lainnya di perkotaan adalah banyaknya
permukiman padat penduduk/permukiman kumuh yang seringkali tergambar di beberapa
sudut perkotaan bahkan tak jarang dijumpai di tengah kota itu sendiri. Hal tersebut yang
memengaruhi tingkat permintaan kebutuhan akan ruang dan lahan mengalami
peningkatan, baik untuk lahan permukiman maupun lahan bisnis dan industri. Jika
pembangunan yang mengarah pada sektor perekonomian, tentu saja hal ini sangat
menguntungkan dari segi sektor ekonomi, akan tetapi dapat menyebabkan dampak buruk
dari sisi kualitas lingkungan, terlebih bagi pembangunan yang kurang mengedepankan
pada aspek lingkungan. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya proses perubahan alih
fungsi lahan hijau dari nonterbangun menjadi lahan terbangun.
Wilayah perkotaan dengan dinamika perkembangannya hendaknya tetap dapat
menjaga dan menjamin terpeliharanya kelestarian sumberdaya dan kualitas lingkungan.
Bentuk atau model penataan kota yang dapat menciptakan kualitas lingkungan yang
optimal adalah melalui penataan yang tidak hanya fokus pada pengembangan kawasan
terbangun untuk fungsi-fungsi sosial maupun ekonomi tetapi juga mempertimbangkan
keberadaan atau ketersediaan ruang terbuka hijau. Salah satu upaya untuk
meminimalkan dampak negatif adari bahaya lingkungan terhadap pembangunan fisik

I-1
wilayah perkotaan adalah melalui perencanaan ruang terbuka hijau (Nurusyah, 2007).
Ruang terbuka hijau memiliki beberapa manfaat penting bagi suatu kota utamanya dalam
menjamin terpeliharanya kualitas lingkungan kota disamping manfaat lain berupa manfaat
sosial, ekonomi maupun perannya dalam meningkatkan kualitas visual dan estetika kota
(Brahmanty, dkk. 2012).
Di dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah
kota. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari
20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Proporsi
30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik
keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis
lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat,
serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.
Daerah Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah 508,1 km 2 dengan jumlah
penduduk mencapai 955.952 jiwa.yang tersebar di tujuh belas kecamatan. (Badan Pusat
Statistik Kota Yogyakarta,2014). Meliputi Kecamatan Srandakan, Sanden, Kretek,
Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Bantul, Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan,
Banguntapan, Sewon, Kasihan, Pajangan, dan Sedayu. Daerah yang termasuk kawasan
perkotaan Yogyakarta (KPY) hanya meliputi tiga kecamatan saja yaitu Banguntapan,
Kasihan dan Sewon. Dengan jumlah luas wilayah 91.698.644 Ha. Dengan peningkatan
jumlah penduduk Kabupaten Bantul akan mendorong meningkatnya kebutuhan penduduk
akan lahan pemukiman dan sarana perekonomian, seperti sarana transportasi, industri,
pusat perberlanjaan, dan lainnya. Akibatnya banyak lahan-lahan bervegetasi yang
dialihfungsikan menjadi pemukiman, kompleks perbelanjaan, dan perkantoran.
Luas ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan Bantul setiap tahun semakin
berkurang, hal tersebut disebabkan terjadinya perubahan fungsi yang semula berupa
lahan terbuka menjadi terbangun untuk berbagai keperluan seperti perumahan, industri,
pertokoan, kantor, dan lain-lain. Semakin sempitnya RTH, khususnya taman dapat
menimbulkan munculnya kerawanan dan penyakit sosial sifat individualistik dan
ketidakpedulian terhadap lingkungan yang sering ditemukan di masyarakat perkotaan.

I-2
Disamping ini semakin terbatasnya RTH juga berpengaruh terhadap peningkatan iklim
mikro, pencemaran udara, banjir dan berbagai dampak negatif lingkungan lainnya.
Wilayah Kecamatan Banguntapan dan Kecamatan Sewon merupakan bagian dari
kawasan Perkotaan Yogyakarta, pada wilayah itu khususnya pada wilayah pusat-pusat
aktivitas permukiman maupun perdagangan menunjukkan kondisi lingkungan yang belum
memberikan kenyamanan yang optimal utamanya jika dilihat dari aspek kenyamanan
iklim, pencemaran lingkungan maupun permasalahan kualitas estetika kota. Permasalahan
pada wilayah ini tidak dapat dipisahkan dengan ketersediaan dan otpimalisasi penataan
ruang terbuka hijau yang belum memadai artinya pembangunan yang dilakukan saat ini
lebih fokus pada pembangunan untuk penyediaan fasilitas maupun sarana prasarana fisik
belum mempertimbangkan pada pemenuhan penyediaan ruang terbuka hijau baik secara
kuantitas maupun kualitas.
Optimalisasi penyediaan ruang terbuka hijau perlu dilakukan dalam rangka
menjamin terpeliharanya kualitas lingkungan kawasan tersebut, tersedianya fasilitas
publik yang dapat menyediakan wadah bagi warga untuk beraktivitas, berekreasi maupun
bersosialisasi serta terciptanya kualitas visual kota yang menarik dan estetik. Dalam
rangka mewujudkan optimalisasi penyediaan ruang terbuka hijau khususnya diwilayah
Kecamatan Banguntapan dan Kecamatan Sewon perlu dilakukan kajian penentuan
kebutuhan ruang terbuka hijau disesuaikan dengan standar atau ketentuan yang telah
ditetapkan baik dari aspek luas, kesesuaian dengan jumlah penduduk maaupun dari aspek
lainnya.

1.2. Maksud dan Tujuan


1.2.1. Maksud dari penyusunan kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen sebagai bahan
untuk pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan Kecamatan
Banguntapan dan Sewon.
1.2.2. Tujuan dari penyusunan kegiatan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
ketersediaan ruang terbuka hijau kawasan pusat pelayanan kota Kecamatan
Banguntapan dan Kecamatan Sewon dan menentukan kebutuhan ruang terbuka hijau
kawasan pusat pelayanan kawasan berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk.

I-3
1.3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah teridentifikasinya ruang terbuka hijau di Kecamatan
Banguntapan dan Kecamatan Sewon.

1.4. Peraturan
Penyusunan dokumen dilakukan berdasarkan beberapa peraturan yang berlaku dan
terkait dengan RTH mulai dari tingkat nasional hingga daerah. Berikut ini peraturan
dan standart yang digunakan dalam penyusunan dokumen :
a. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali yang terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
e. Peraturan Menteri PU No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
f. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 04 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030;
g. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2015 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

1.5. Ruang Lingkup


Ruang lingkup kegiatan sebagai batasan kegiatan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan dari kegiatan. Ruang lingkup kegiatan ini sebagai berikut :
a. Melakukan review kebijakan terkait dengan pemanfaatan kawasan sebagai RTH di
Kecamatan Banguntapan dan Sewon
b. Melakukan inventarisir dan analisis potensi dan permasalahan pemanfaatan
kawasan sebagai RTH;
I-4
c. Menyusun strategi pemanfaatan potensi kawasan sebagai Ruang Terbuka Hijau

I-5
I-6

Anda mungkin juga menyukai