Anda di halaman 1dari 11

Kayu manis

PENANGANAN PASCA PANEN KAYU MANIS

Oleh : Abdul Roni Angkat, S.TP. M.Si (Widyaiswara Muda)

I.PENDAHULUAN

Kayu manis (Cinnamomum burmanii)merupakan komoditas perkebunan yang telah lama


dimanfaatkan oleh manusia sebagai bumbu penyedap masakan (Anonim, 2010). Di Indonesia,
produk kayu manis tidak hanya dimanfaatkan untuk bidang kulinari semata, namun kayu manis
kerap dibuat sebagai obat untuk mencegah beberapa macam penyakit seperti pencegah kanker,
penurun nilai gula darah, dan penurun total kolesterol dalam tubuh (Azima, 2008). Saat ini,
komoditas kayu manis telah banyak dikembangkan menjadi produk turunan yang bernilai tinggi,
seperti minyak atsiri, sehingga kebutuhannya cenderung meningkat setiap tahun.

Produk kayu manis di Indonesia dominan dikembangkan oleh masyarakat dalam bentuk
perkebunan rakyat. Pada tahun 2007 luas areal pengembangan kayu manis sebesar 134.897 ha
yang tersebar di 19 wilayah provinsi dengan nilai total produksi mencapai 103.594 ton (BPS dan
Ditjenbun, 2007 dalam Jaya, 2010). Sumber daya alam yang sangat mendukung serta
tersedianya lahan perkebunan kayu manis yang luas menjadikan Indonesia sebagai negara
penghasil kayu manis terbesar didunia dengan pangsa pasar mencapai 31.06% terhadap nilai
total ekspor dunia pada tahun 2002-2007 (Jaya, 2010).
Berdasarkan data-data tersebut diatas, sudah selayaknyaIndonesia mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki dengan intensifikasi budidaya serta penerapan mekanisasi dalam proses
pengolahan hasil perkebunan kayu manis. Dengan intensifikasi dan mekanisasi, diharapkan
produk kayu manis dapat menjadi komoditas unggulan yang bernilai ekspor tinggi.
Pembuatan karya tulis ini ditujukan untuk mendokumentasikan proses penanganan pasca panen
kayu manis dan mesin-mesin yang digunakan dalam penanganan tersebut.

II.PASCA PANEN KAYU MANIS

Kayu manis dapat segera dimanfaatkan begitu proses panen dilakukan. Apabila kayu manis
hendak dimanfaatkan sebagai penyedap masakan, tidak diperlukan penanganan khusus agar
produk tersebut dapat diolah, cukup dibersihkan dan dikeringkan. Namun, jika kayu manis
dimanfaatkan untuk komoditas ekspor, bahan baku farmasi, dan bahan pembuat minyak atsiri,
diperlukan beberapa tahap penanganan setelah proses panen dilakukan, antara lain: pembersihan,
pengeringan, pengecilan ukuran, sortasi, distilasi, maupun pengepakan.
Tata Alir Penanganan Kayu Manis

Proses penanganan kayu manis dari bahan baku hingga menjadi produk yang diperjualbelikan
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Diagram alir penanganan kayu manis

Berikut ini adalah penjelasan mengenai tahapan penanganan pasca panen kayu manis:

a.Pembersihan dilakukan dengan memeriksa serta mencuci kayu manis untuk menghilangkan
sisa-sisa jamur maupun kotoran yang menempel pada kulit kayu manis.
b.Setelah dibersihkan, kayu manis kemudian dijemur dibawah terik matahari selama 6-12 jam
agar kadar airnya menurun, penurunan kadar air dapat dilihat dari perubahan warna kulit kayu
manis dari cokelat ketuaan menjadi coklat muda atau coklat cerah. Pengeringan kayu manis
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengeringan Kayu Manis

c.Kayu manis yang telah kering disortasi berdasarkan ukuran, bentuk fisik, dan tingkat kelurusan
batang. Kayu manis yang dipilih memiliki ukuran 50-60cm dengan ketebalan kulit 1-2mm,
selain itu bentuk fisik kayu manis dipilih apabila tidak bercabang dan kayu manis menggulung
dengan sempurna atau tidak menggulung dari dua arah berlawanan, selanjutnya kayu manis juga
diseleksi berdasarkan tingkat kelurusan batangnya. Gambar 3 memperlihatkan proses
penyeleksian kayu manis.

Gambar 3. Penyeleksian Kayu Manis

d.Pemotongan kayu manis dilakukan dengan mesin potong CC-Tipe M V4. mesin V4 dengan
kapasitas potong ±500 kg/hari dapat memotong kayu manis menjadi beberapa ukuran, yaitu 2.5
cm, 5 cm, 6 cm, 8 cm, 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm, dan 30 cm. Dibawah ini merupakan gambar
proses pemotongan kayu manis.
Gambar 4. Proses Pemotongan Kayu Manis

e.Setelah kayu manis dipotong kemudian dilakukan pemilihan berdasarkan ukuran panjang kayu
manis yang telah dipotong. Nilai toleransi pemotongan yang diizinkan sebesar 1mm, sehingga
apabila terdapat kayu manis yang memiliki ukuran 8 cm±> 1mm maka akan langsung
dimasukan ke unit pengecilan ukuran. Proses sortasi kedua dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah
ini.

Gambar 5. Proses Sortasi Kedua Kayu Manis

f.Kayu manis dengan ukuran yang memenuhi syarat kemudian dimasukkan kedalam kotak
dengan kapasitas 20 kg dan siap untuk didistribusikan. Gambar 6 memperlihatkan produk kayu
manis “stick” yang siap dipasarkan.

Gambar 6. Kayu Manis yang siap dipasarkan


g.Sementara itu, kayu manis yang tidak lolos dalam sortasi 1 dan 2 dimasukkan kedalam unit
hammer mill untuk dikecilkan ukurannya.
h.Setelah melewati hammer mill, kayu manis yang telah hancur dan ukurannya mengecil
dilewatkan ke unit magnetic separator (sortasi 3) agar kandungan kontaminan logam yang
tercampur dari mesin hammer mill dapat dipisahkan.
i.Kayu manis yang telah dipisahkan kontaminannya kemudian dimasukkan kedalam mesin
pengayak (sortasi 4) untuk diklasifikasikan ukurannya.
j.Pada mesin pengayak, kayu manis yang berukuran sangat kecil (menyerupai debu) akan
dipisahkan dan tidak dimasukkan kedalam pengepakan produk “Broken”. Kayu manis tersebut
akan dipersiapkan sebagai bahan baku penyulingan minyak atsiri.

Karakteristik Kayu Manis

Data karakteristik kayu manis sangat diperlukan untuk mendesain mesin pengolahan kayu
manis. Data-data yang harus diketahui adalah karakteristik fisik dan karakteristik mekanik.
Karakteristik fisik meliputi: bentuk, ukuran, volume, densitas, warna, dan penampakan
sedangkan karakteristik mekanik meliputi gaya yang diperlukan untuk memotong kayu
manis.Data-data mengenai karakteristik fisik kayu manis ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Karakteristik Fisik Kayu Manis

Data diambil pada bulan Nopember 2014

Tabel 2. Karakteristik Fisik Kayu Manis (lanjutan)


Data diambil pada bulan Desember 2014

Pengukuran untuk memperoleh data pada Tabel 1 dilakukan pada bulan Nopember 2014.
Berdasarkan data-data diatas, beberapa parameter desain untuk mesin yang dapat diketahui
antara lain: lebar mesin minimal 50 cm untuk mengakomodir panjang kayu manis dan
genggaman operator sebaiknya tidak melebihi 24 batang atau 600 gram. Sedangkan data pada
Tabel 2 diambil pada bulan Desember 2014. Tabel 2 berisi informasi penting mengenai densitas
kayu manis, sudut luncur serta koefisien gesek bahan dengan material mesin. Data koefisien
gesek memperlihatkan bahwa kayu manis memiliki koefisien gesek lebih rendah pada bahan
stainless steel dibandingkan besi. Hal tersebut berpengaruh pada desain kemiringan corong
pengeluaran dari mesin pengolahan kayu manis untuk kedua material tersebut, apabila outlet
berbahan stainless steel maka kemiringan outlet sebaiknya lebih dari 21.2°, namun bila outlet
dibuat dari bahan besi maka sebaiknya desain kemiringan outlet lebih dari 30° agar proses
pengeluaran hasil pengolahan dapat berjalan lancar.

Selain karakteristik fisik, pengukuran juga dilakukan untuk mengetahui karakteristik mekanik
kayu manis. Karakteristik mekanik kayu manis yang meliputi gaya yang dibutuhkan untuk
memotong kayu manis akan ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Karakteristik Mekanik Kayu Manis
Nilai F diperoleh dari massa 1= 250 gram dan massa 2= 500 gram yang dikalikan dengan
percepatan gravitasi (9.81 m/s2)

Data Tabel 3 memperlihatkan perbedaan yang signifikan dari hasil kikisan pisau terhadap bahan
kayu manis. Percobaan dilakukan menggunakan pisau yang sama namun dibedakan dari gaya
yang diberikan. Pada pengikisan dengan gaya 2.45 N, bahan kayu manis sangat sedikit
mengalami pengikisan. Sedangkan pada percobaan dengan gaya 4.9 N, bahan kayu manis
terkikis dengan baik dan meninggalkan bekas kikisan yang cukup dalam. Dari kedua hasil
tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa gaya minimal yang dibutuhkan untuk mengikis
kayu manis adalah 4.91 N.

Interaksi Kayu Manis dengan Mesin

Penanganan produk kayu manis pasca panen hendaknya dilakukan dengan mekanisasi. Hal
tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kayu manis untuk komoditas
dalam negeri maupun luar negeri. Saat ini, mekanisasi yang telah dilakukan dalam penanganan
pasca panen kayu manis terdapat pada tahap pemotongan. Proses pemotongan kayu manis
dilakukan menggunakan pisau gergaji tipe sirkular. Konsep pemotongan kayu manis dapat
dilihat pada ilustrasi Gambar 7 berikut ini.
Gambar 7. Ilustrasi konsep pemotongan kayu manis

Berikut ini (Tabel 4) merupakan kumpulan data-data hasil percobaan mengenai hubungan jenis
mata pisau, tenaga motor penggerak, dan rasio transmisi pada mesin pemotong kayu manis.

Tabel 4. Hasil Percobaan Mesin Pemotong Kayu Manis

Pengambilan data Tabel 4 dilakukan sejak Nopember 2014 hingga Desember 2014 dan
merupakan data empiris hasil pengukuran di lapangan. Hasil pemotongan sangat dipengaruhi
oleh gaya potong yang diberikan pisau untuk mengikis kulit kayu manis. Nilai gaya yang
dibutuhkan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: tebal pisau, jumlah bahan yang
akan dipotong, jumlah mata pisau, dan daya dari motor penggerak. Hubungan dari tiap
komponen tersebut belum dapat diperhitungkan dalam sebuah persamaan sehingga diharapkan
penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi hubungan antar komponen dengan lebih baik.
Perhitungan daya yang dibutuhkan oleh motor penggerak untuk memotong kayu manis dapat
dilihat pada penjabaran mekanisme pemotongan dengan simulasi perhitungan gaya pada Gambar
8.

Gambar 8. Simulasi Perpindahan Gaya pada Mesin Pemotong Kayu Manis

Kebutuhan daya motor listrik dapat diketahui dengan menghitung beberapa parameter, yaitu:
gaya potong, diameter pisau, torsi pisau, rasio puli A dan B, torsi motor listrik dan kecepatan
putar motor listrik seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan Kebutuhan Daya Motor Listrik

Tanda (* pada persamaan 1 diperoleh dari :


Tabel 3 memperlihatkan daya yang dibutuhkan oleh motor listrik untuk mengikis kayu manis
adalah 0.2 HP. Namun, perhitungan tersebut masih belum memasukkan komponen-komponen
lain seperti: jumlah kayu manis yang dipotong, lebar pisau potong, dan gaya dorong operator.
Ketiga faktor tambahan tersebut diantisipasi dengan memberikan daya 1 HP pada mesin Tipe M-
V2, M-V3, dan M-V4. Daya yang diberikan menghasilkan kinerja yang baik bagi mesin
pemotong sehingga dapat disimpulkan bahwa daya 1 HP dapat mengakomodir kemungkinan
penambahan beban kerja dari komponen-komponen yang belum diperhitungkan

Hasil potongan dari berbagai macam mesin yang diujicobakan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hasil Potongan dan Tipe Mesin (dari kiri ke kanan) :


Tipe M-V1, Tipe M-V2, dan Tipe M V-3

Hasil potongan mengalami perbaikan kualitas dari satu mesin ke mesin lainnya seiring
dilakukannya pengembangan pada mesin-mesin tersebut.Kualitas potongan dinilai dari tingkat
kehalusan potongan, adanya pecahan pada hasil potongan, dan kecepatan pemotongan.Mesin V4
memberikan hasil dengan tingkat kehalusan yang tinggi, penurunan pecahan pada hasil
pemotongan, dan peningkatan kecepatan pemotongan.Mesin tipe M-V4 merupakan generasi
terakhir mesin potong kayu manis yang telah dibuat, mesin tersebut memiliki spesifikasi terbaik
dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Saat ini mesin tipe M-V4 telah diproduksi hingga 8
unit untuk mengakomodasi kebutuhan mesin potong kayu manis bagi pabrik pengolahan kayu
manis.

III.PENUTUP

Proses pengolahan kayu manis menjadi produk-produk turunannya yang siap konsumsi masih
memerlukan sentuhan mekanisasi yang cukup intensif. Peningkatan mutu produk dan kapasitas
produksi sangat diharapkan untuk mengukuhkan posisi Indonesia sebagai Negara penghasil
produk kayu manis terbesar di dunia. Apabila proses mekanisasi yang dijalankan diiringi dengan
kebijakan pemerintah untuk memperkuat sektor perkebunan, bukan tidak mungkin bahwa
agroindustri Indonesia dapat menjadi tulang punggung perekonomian bangsa dan lumbung
pangan dunia. Makalah ini diharapkan dapat menyumbangkan ilmu bagi peningkatan mutu dan
tolok ukur mekanisasi Indonesia khususnya pada komoditas kayu manis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kulit Manis. [terhubung berkala].http://id.wikipedia.org/wiki/Kulit_manis [5


November 2010]

Azima, Fauzan. 2008. Kayu Manis Cegah Aterosklerosis dan Kanker.Pikiran Rakyat Cyber
Media. [terhubung berkala]. http://www.jamitra.com/Kayumanis.htm. [5 November 2010]

Srivastava, Ajit K., Goering, Carroll E., Rohrbach, Roger P. 1996. Engineering Principles of
Agricultural Machines. Michigan. Information Publishing Group.

Jaya, Askar. 2010. Kebocoran Wilayah dalam Sistem Agribisnis Komoditas Kayu Manis Rakyat
Serta Dampaknya terhadap Perekonomian Wilayah. [terhubung berkala]. http://iirc
.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40260/3/BAB%20I_2009aj a1-2.pdf. [5 November 2010].

Anda mungkin juga menyukai