Crushing Kel. A
Crushing Kel. A
PENDAHULUAN
Terdapat beberapa spesies tanaman kayu manis yang sering disingkat dengan sebutan
Cinnamomun sp. Roy et al (2009) mengelompokkan tiga spesies utama tanaman kayu
manis yang terkenal di pasar dunia yaitu:
Pada beberapa olahan kayu manis tidak hanya kandungan minyak yang
menjadi olahan, adapula produk berbahan kayu manis yang berbentuk Broken and
Clean. Pada industri pengolahan produk kayu manis terdapat beberapa unit proses
yang berperan dalam menghasilkan produk kayu manis seperti broken and clean di
PT. Cassis Co-op, salah satunya proses crushing. Dalam proses crushing material
kayu manis diolah menjadi produk broken and clean melalui beberapa tahap proses
crushing. Untuk itu dilakukan pengamatan secara langsung terhadap proses crushing
secara keseluruhan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut ;
1. Mengetahui proses penerimaan bahan baku
2. Mengetahui proses sortasi sebelum crushing
3. Mengetahui proses crushing
4. Mengetahui proses sortasi setelah crushing
5. Mengetahui proses pengemasan produk broken
BAB II
Pada proses crushing terdapat 3 belt conveyor, yaitu conveyor bagian bawah,
tengah, dan atas. Raw material kayu manis yang telah disortasi dimasukkan kedalam
belt conveyor untuk dilakukan proses crushing. Setiap pergantian nama petani, nomor
lot dan grade maka conveyor belt diberhentikan, serta untuk mengurangi terjadinya
material agar tidak tertukar dan material tetap jelas grade serta pemiliknya agar
memudahkan penelusuran sewaktu terjadi complain yang diakibatkan oleh
tercampurnya produk broke and clean dengan fiber, puntung rokok,tali dan lain lain.
Khusus untuk pergantian raw material organic dan non organic maka belt converyor
dibiarkan berjalan dan kosong selama 5 menit agar material organic dan non organic
tidak tercampur.
Raw material kayu manis yang berada pada belt conveyor dimasukkan secara
merata agar tidak terjadi penumpukkan raw material pada saat berada di belt
conveyor bagian atas, karena terdapat besi yang menjadi penghambat material jika
melebihi tinggi dari belt convenyor. Setelah itu, raw material yang masuk dalam
mesin crusher akan dipecah, material yang telah di hancurkan akan masuk ke dalam
pipa dan di sedot oleh mesin rotary sedangkan debu sisa crushing di sedot oleh mesin
lift fan,apabila mesin rotary dan lift fant tidak seimbang maka akan terjadi
penyumbatan pada pipa yang akan membawa material ke separator, jika hal ini terjadi
maka operator mesin crusher perlu naik ke rotary dan membuka penutupnya
kemudian mendorong material yang menumpuk agar jalan mesin rotary dan lift fant
kembali normal dan seimbang. Kemudian, material akan jatuh diatas ayakan yang
terdapat pada bagian mesin crushing.
Terdapat satu ayakan dalam proses crushing, akan tetapi memiliki dua fungsi
pemisah. Ayakan pertama yaitu pada bagian atas berbentuk kotak persegi yang
berfungsi untuk meyaring material broken, sedangkan ayakan bawah berbentuk
lingkaran yang berfungsi untuk menyaring pecahan kayu manis berukuran kecil yang
disebut course. Potongan kayu manis yang berukuran besar akan tertampung pada
wadah untuk dilakukan proses crushing ulang. Broken yang telah di ayak akan masuk
ke pipa yang mengarah ke meja sortasi. Terdapat dua pipa yang mengeluarkan
material yang telah dicrushing, yaitu satu pipa yang mengeluarkan course dan satu
pipa berbentuk cabang yang mengeluarkan material broken.
Gambar 1.3 conveyor belt membawa kulit kayu manis
Material yang telah menjadi broken akan keluar dari pipa dan tertumpuk pada
meja sortasi. Terdapat 3 meja sortasi pada proses ini, yaitu meja bagian tengah, kanan
dan kiri. Pada bagian tengah, material broken yang tertumpuk akan ditarik
menggunakan alat penarik dan dilakukan sortasi pada material seperti fiber, tali,
puntung rokok, dan batu yang terdapat pada tumpukan material. Dibagian akhir meja
bagian tengah, material akan didorong secara perlahan agar sampah atau kotoran lain
dapat tertiup dengan angin yang berasal dari mesin kipas angin yang diletakkan pada
bagian bawah meja.
Gambar 1.8 Material yang telah di
crushing dan keluar dari ayakan
Pada proses crushing terdapat hasil sampingan yang terbentuk yaitu debu.
Debu merupakan hasil dari proses terpecahnya kulit kayu manis yang telah
dihancurkan. Debu yang terbentuk dari hasil crushing kayu manis akan masuk pada
saluran pipa yang mengarah ke tabung udara dan turun pada pipa yang akan
menyedot debu untuk masuk pada ayakan. Akan tetapi untuk sementara debu hasil
crushing ditampung langsung dengan menggunakan karung, dikarenakan pipa
penyedot debu tersebut sedang mengalami kerusakan. Selanjutnya, debu dimasukkan
pada bagian atas mesin pengolah debu yang mempunyai 4 bagian ayakan.
PENGAMATAN
gambar
a. Pada saat proses incomematerial, material yang berada di belt conveyor masih
banyak yang jatuh kebagian bawah celah conveyor belt terutama untuk grade KBHC.
Hal ini dikarenakan ukuran grade KBHC yang kecil membuat kemungkinan masuk
kedalam celah lebih besar dibandingkan grade lainnya.
b. Saat proses sortasi material dimeja dengan bantuan kipas, ada sebagian material
yang ikut terjatuh keterpal ataupun saat penuangan kedalam meja sortasi menjadikan
material menumpuk diatas terpal. Kemudian material diambil dan dilakukan sortasi
ulang, tetapi dicampur dengan material yang bukan gradenya. Hal ini diperbolehkan
karena masih ada toleransi dalam pencampuran tersebut. Selain itu, material yang
telah terjatuh banyak terinjak dengan para pekerja, tentu akan membuat adanya
kontaminasi pada produk yang dihasilkan .
3.3 Standard Operating Procedure (SOP) Proses Crushing
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, J.A. 2010. Let’s Preserve: Jams, Jellies, and Preserves. University of
Nebraska-Lincoln and United States Department of Agriculture. United States
of America.
Ariffin, A.A.B, Jamilah, T., Chin, P., Rahman, R.A., Karim, R & Loi, C.C. 2008.
Essential fatty acids of pitaya (dragon fruit) seed oil. Food Chemistry (in Press).
Atmaka, W., E. Nurhartadi, dan M. M. Karim. 2013. Pengaruh penggunaan karaginan
dan konjak terhadap karakteristik permen jelly temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb). Jurnal Teknosains Pangan. 2(2): 66-74.
Hardjadinata, S. 2010.Budi Daya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar
Swadaya:Jakarta
Herutami, R. 2002. Aplikasi Gelatin Tipe ADalam Pembuatan Permen JellyMangga
(Mangifera indica L).Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Haug, Ingvild J. Kurt I. Draget, Olav Smidsrod. 2004. Physical behavior of Fish
Gelatin-K-Carrageenan Mixtures. International Journal of Carbohydrate
Polymers. 56: 11-19.
Minarni. 1996. Mempelajari pembuatan dan penyimpanan permen jelly gelatin dari
sari buah kweni. [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Nurismanto, R., Sudaryanti, Ihsan, A.H. 2015. Konsentrasi Gelatin Dan Karagenan
Pada Pembuatan PermenJelly Sari Brokoli (Brassica oleracea). J.Rekapangan.
Vol. 9, No.2
Poppe, J. 1992. Gelatin. Di dalam Imeson A (ed) Thickening and Gelling Agent for
Food. London: Blackie Academic and Profesional.
Rahmi, S.L., Tafzi, F., dan Anggraini, S. 2012. Pengaruh Penambahan Gelatin
Terhadap Pembuatan Permen Jelly dari Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa
Linn). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, 14(1): 37-44.
Vail EG, Phillips JA, Rust LO, Grisworld RM, Justin MJ. 1978. Food 7thEdition.
Boston: Houghton Miffin Company.
Viro, F. 1992. Gelatin. Didalam Y.H. Hui (ed). Encyclopedia of Food Science and
Technology Vol.2. Toronto. Canada. John Wiley and Sons, Inc.
Ward A,G., A, Courts. 1997. The Science and Technology of Gelatin. London.
Academic Press.
Winarsi,H.2007.Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Wu, J. dan H. Prentice. 2005. Role of Taurine in The Central Nervous System.
Journal Biomedical Science.
Zainoldin, K., and Baba, A.S. 2009. The effect of Hylocereus polyrhizu sand
Hylocereus undatus on physicochemical, proteolysis, and antioxidant activity in
yoghurt. World Academy of Science, Engineering, and Technology (60): 361-
366.