15 Oct
Limbah panas.
Mikroorganisme seperti golongan bakteri coliform.
Partikulat, berupa :
Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain.
Partikulat zat kimia terutama yang mengandung Na dan Ca.
Gas, berupa :
Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari berbagai tahap
dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia.
Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime Kiln.
Uap yang akan membahayakan karena mengganggu jarak pandangan.
Solid waste, berupa :
Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder.
Limbah padat seperti potongan kayu dan limbah pabrik lainnya.
PENGELOLAAN LIMBAH
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi pulp dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu cair, padat,
dan emisi udara. Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah dengan menggunakan
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem pengelolaan limbah cair berdasarkan unit
operasinya dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Fisik
Pada unit operasi ini, salah satu hal yang ditangani ialah proses screening (penyaringan). Screening
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran
besar. Screening dilakukan pada sisa-sisa potongan kayu yang masih berukuran besar sehabis diolah
pada proses chipper. Setelah dilakukan penyaringan, umumnya kayu yang masih berukuran besar
akan dikembalikan lagi ke proses chipper, untuk diolah lagi dan mendapatkan ukuran kayu yang
dikehendaki.
Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Pengendapan primer biasanya terjadi di bak pengendapan atau bak penjernih. Bak
pengendap yang hanya berfungsi atas dasar gaya berat, tidak memberi keluwesan operasional.
Karena itu memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak
pengendap. Bak penjernih bulat yang dirancang dengan baik dapat menghilangkan 80% zat padat
yang tersuspensi dan 50-995 BOD. Beberapa contoh Limbah atau proses-proses yang menggunakan
pengolahan unit ini ialah :
Hasil pemasakan merupakan serat yang masih berwarna coklat dan mengandung sisa cairan
pemasak aktif. Serat ini masih mengandung mata kayu dan serat-serat yang tidak dikehendaki
(reject). Sisa cairan pemasak dalam serat dibersihkan dengan mengguna- kan washer, sedangkan
pemisahan kayu dan reject dipakai screen.
Larutan hasil pencucian bubur pulp di brown stock washers dinamai weak black liquor yang
disaring sebelum dialirkan ke unit pemekatan.
b. Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang sukar mengendap, senyawa fosfor, logam-logam berat, dan zat organik beracun. Dinamakan
secara kimia karena pada proses ini dibutuhkan bahan kimia yang akan mengubah sifat bahan
terlarut tersebut dari sangat terlarut menjadi tidak terlarut atau dari ukuran sangat halus menjadi
gumpalan (flok) yang dapat diendapkan maupun dipisahkan dengan filtrasi.
Beberapa limbah-limbah atau proses-proses yang menggunakan pengolahan unit ini ialah :
Cairan sisa dari hasil proses pemutihan yang menggunakan bahan kimia chlorine dioksida, ekstraksi
caustic soda, hidrogen peroksida. Dalam proses pemutihan, setiap akhir satu langkah dilakukan
pencucian untuk meningkatkan efektivitas proses pemutihan. Sebelum bubur kertas yang diputihkan
dialirkan ke unit pengering, sisa klorin dioksida akan dinetralkan dengan injeksi larutan sulfur
dioksida.
Jika pengambilan air dilakukan dari sungai, maka biasanya industri pulp seharusnya memberikan
bahan pengendap secukupnya dan sedikit larutan hypo untuk membunuh bakteri dan jamur sebelum
mengalami proses pengendapan di dalam settling basin dan penyaringan sehingga dihasilkan air
proses yang bersih dan bebas jamur.
Pemasakan menggunakan bahan larutan kimia, seperti NaOH (sodium hidroksida) dan NaS (sodium
sulfida) yang berfungsi untuk memisahkan serat selulosa dari bahan organik. Cairan yang
dihasilkan dari proses pemasakan diolah dan menghasilkan bahan kimia, dengan daur ulang. Pada
proses daur ulang terjadi limbah cair.
Proses pemutihan menggunakan zat-zat kimia, utamanya ClO2 dan cairan yang masih tertinggal
berubah menjadi limbah dengan kandungan berbagai bahan kimia berupa organoklorin yang
umumnya beracun.
c. Biologi
Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah
Menggumpalkan dan menghilangkan/menguraikan padatan organik terlarut yang
biodegradable dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Pengolahan secara biologis
mengurangi kadar racun dan meningkatkan mutu estetika buangan (bau, warna, potensi yang
menggangu dan rasa air). Apabila terdapat lahan yang memadai, laguna fakultatif dan laguna aerasi
bisa digunakan. Laguna aerasi akan mengurangi 80% BOD buangan pabrik dengan waktu tinggal
10 hari.
Pabrik-pabrik di Amerika Utara sekarang dilengkapi dengan laguna aerasi bahkan dengan waktu
tinggal yang lebih panjang, atau kadang-kadang dilengkapi dengan kolam aerasi pemolesan dan
penjernihn akhir untuk lebih mengurangi BOD dan TSS sampai di bawah 30mg/1.
Prinsip dasar pengolahan secara biologi sebetulnya mengadopsi proses pertumbuhan
mikroorganisme di alam, mikroorganisme yang tumbuh membutuhkan energi berupa unsure karbon
(C) dimana unsure karbon (C) tersebut dengan mudah diperoleh dari senyawa organic dalam air
limbah, sehingga senyawa organic tersebut terurai menjadi CO2 dan H2O. Salah satu limbah yang
menggunakan pengolahan unit ini ialah hasil perasan sludge yang berasal dari primary clarifier
yang berupa larutan. Larutan ini didinginkan di 6 unit menara pendingin sebelum dialirkan ke deep
tank air activated sludge untuk mengurangi kandungan organik secara biologi dengan
memanfaatkan bakteri dan gas oksigen dari udara yang diinjeksikan dan bantuan dari pupuk fosfor
dan nitrogen.
Setelah penjelasan mengenai tiga unit operasi Instalasi Pengelolaan Air Limbah diatas, maka satu
hal yang penting untuk diketahui ialah standar baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan
pemerintah untuk pabrik pulp. Standar baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan pemerintah
berdasarkan Keputusan Menteri LH No 51 Tahun 1995 untuk pabrik pulp, yakni toleransi PH
dikisaran 6,0-9,0, BOD5: 150 mg/l, COD: 350 mg/l, dan TSS 150 mg/l.
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
Industri bubur kertas umumnya menghasilkan limbah padat berupa batu dari kapur dan
mengandung soda. Ini harus dibuang di lingkungan aman dan nyaman. Limbah padat itu harus
dibuang ke tempat pembuangan akhir yang secure land fill (aman). Jika tidak, peristiwa fatal seperti
di Love Canal, Niagara Falls (AS), bisa terulang. Daerah bekas land fill dekat Love Canal dijadikan
tempat pembuangan limbah sebuah pabrik (1940-1950). Setelah pabrik itu pindah lokasi, land fill
itu dijadikan permukiman bagi 500 keluarga. Beberapa waktu kemudian zat-zat beracun keluar dari
tanah land fill dan mengancam nyawa warga di sekitarnya. Untuk menghindari jatuhnya korban,
daerah itu dikosongkan. Pemerintah menghukum perusahaan kimia tersebut dengan denda dan ganti
rugi bagi warga yang jumlahnya ratusan juta dollar AS. Peristiwa land fill di Love Canal itu
mendorong Kongres AS menerbitkan undang-undang super fund (1970- an) untuk melindungi
penduduk dari limbah industri.
Dua jenis limbah padat lainnya, diolah dengan menggunakan Bark Boiler dan Lime Klin. Bark
Boiler digunakan untuk pembakaran kulit kayu. Sedangkan Lime Klin digunakan untuk pengolahan
lumpur kapur.
PENGELOLAAN LIMBAH EMISI UDARA
Untuk limbah berupa emisi udara yang dihasilkan dari proses produksi pulp, biasanya pabrik pulp
menggunakan alat-alat berupa blow gas treatment di unit pulping, Electro Static Dust Precipitator
pada Recovery Boiler, dan Wet Scrubber di Recausticizing Unit. Beberapa limbah atau proses yang
menghasilkan emisi udara ini, beserta penanganannya ialah :
Kondensat tercemar yang berasal dari proses digester dikumpulkan dan dialirkan ke unit
penanganan kondensat di evaporator plant.
Noncondensable gas (NCG) dibakar sebagian menjadi limbah di lime klin (tanur kapur).
Uap tekanan tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik digunakan untuk memutar
turbin dan menghasilkan listrik dan steam tekanan menengah untuk pemanasan dalam proses di
seluruh unit operasi produksi.
Sisa bahan kimia menguap karena panas di unit pencucian. Uap diisap blower dan diarahkan ke
sebuah menara penyerap yang berlangsung dua tahap. Di menara ini digunakan larutan sodium
hidroksida dan diinjeksikan dengan sulfur dioksida (reduktor) untuk menetralkan sisa bahan kimia
berupa klorin dioksida (oksidator) sehingga gas yang keluar bebas dari unsur gas klorin dioksida.
Limbah yang mengandung partikel solid dari cerobong boiler, baik dari multi fuel boiler, recovery
boiler, maupun lime kiln. Untuk tujuan ini, pabrik pulp harus memiliki alat electrostatic precipitator.
Sedangkan cerobong asap dari dissolving tank recovery boiler dilengkapi dengan scrubber yang
dialiri weak wash dari recaust plant.
REFERENSI :
www.berita-iptek.blogspot.com
http://www.KertasGrafis.com
http://www.terranet.or.id
dll.
A.
Pengertian
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industry maupun
domestic (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai sampah), yang kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Jenis
sampah ini pada umumnya berbentuk padat dan cair. Kertas adalah bahan yang tipis dan
rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang
digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.
Pabrik Kertas menghasilkan limbah cair yang mengandung logam berat jenis Hg dan Cu. Limbah
cair tersebut berupa bubur kertas encer yang apabila dibuang sembarangan akan mengakibatkan
pencemaran lingkungan.
B.
Menurut Rini (2002), kayu sebagai bahan baku dalam industri kertas mengandung beberapa
komponen antara lain :
1.
Selulosa
Selulosa merupakan komponen yang paling dikehendaki dalam pembuatan kertas karena bersifat
panjang dan kuat. Menurut Stanley (2001) dalam kayu mengandung sekitar 50 % komponen
selulosa.
2.
Hemiselulosa
Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses pulping.
3.
Lignin
Lignin berfungsi merekatkan serat serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pada proses pulping
secara kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan komponen lignin tanpa mengurangi serat
selulosa. Menurut Stanley (2001) komponen lignin dalam kayu adalah sekitar 30 %.
4.
Bahan ekstraktif
Komponen ini meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain. Komponen ini sangat
beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam limbah industri kertas.
Menurut Stanley (2001), jumlah komponen hemiselulosa dan hidrokarbon dalam kayu adalah
sekitar 20 %.
C.
Warnanya yang kehitaman atau abu-abu keruh, bau yang khas, kandungan padatan terlarut dan
padatan tersuspensi yang tinggi, COD yang tinggi dan tahan terhadap oksidasi biologis
D.
Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan
dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan
kimia
Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan
lime kiln (tanur kapur)
Uap yang mengganggu jarak pandangan
E.
Adapun dampak dari limbah industri kertas yaitu pencemaran lingkungan dan kesehatan manusia,
dan ini dampak bagi pencemaran lingkungan antara lain :
a.
b.
Memasukkan zat kimia karsinogenik dan zat pengganggu aktivitas hormon ke dalam
lingkungan
c.
d.
Menimbulkan resiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia berbahaya dari limbah
Asbes
Asbes dapat menyebabkan kanker paru paru, digunakan pada penyambungan pipa dan boiler.
Aditif kertas lainnya termasuk benzidine-base dyes, formaldehid dan epichlorohydrin yang
Senyawa ini umumnya digunakan pada pengelasan stainless steel dan dikenal sebagai karsinogenik
terhadap paru paru dan organ pernafasan lain.
Limbah industri terdiri dari limbah gas, cair dan padat. Menurut Sunu (2001),
berbagai cara untuk mencegah pencemaran udara antara lain :
v
a.
Absorbsi
Kondensasi
Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau benda gas menjadi cair
pada suhu udara di bawah titik embun.
d.
Pembakaran
Filter udara bertujuan menangkap debu atau partikel yang ikut keluar cerobong atau stack pada
permukaan filter agar tidak ikut terlepas ke lingkungan.
b.
Filter basah
Cara kerja filter basah atau scrubbers/ wet collectors adalah membersihkan udara kotor dengan
menyemprotkan air dari bagian atas alat sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat.
c.
Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan 25 100
KV sehingga terjadi pemberian muatan pada polutan dan akhirnya mengendap.
d.
Kolektor mekanis
Kolektor mekanis merupakan proses pengendapan polutan partikel berukuran besar secara gravitasi.
Contohnya adalah cyclone separators (pengendap siklon) dengan memanfaatkan gaya sentrifugal.
v
Program penghijauan
Program penghijauan bertujuan untuk menyerap hasil pencemaran udara berupa gas karbon
dioksida (CO2) dan melepas oksigen sehingga mengurangi jumlah polutan di udara.
v
Pembersih udara secara elektronik (electronic air cleaner) dapat berfungsi mengurangi polutan
udara dalam ruangan.
v
Ventilasi udara dan exhaust fan bertujuan agar kebutuhan oksigen ruangan tercukupi dan polutan
segera keluar dari ruangan sehingga ruangan bebes polutan.
v
1.
Pengolahan primer bertujuan membuang bahan bahan padatan yang mengendap atau mengapung.
Pada dasarnya pengolahan primer terdiri dari tahap tahap untuk memisahkan air dari limbah
padatan dengan membiarkan padatan tersebut mengendap atau memisahkan bagian bagian
padatan yang mengapung. Pengolahan primer ini dapat menghilangkan sebagian BOD dan padatan
tersuspensi serta sebagian komponen organik. Proses pengolahan primer limbah cair ini biasanya
belum memadai dan masih diperlukan proses pengolahan selanjutnya.
2.
Pengolahan sekunder
Pengolahan sekunder limbah cair merupakan proses dekomposisi bahan bahan padatan secara
biologis. Penerapan yang efektif akan dapat menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan
BOD. Ada 2 proses pada pengolahan sekunder yaitu :
a.
Penyaring trikle
Penyaring trikle menggunakan lapisan batu dan kerikil dimana limbah cair dialirkan melalui lapisan
ini secara lambat. Dengan bantuan bakteri yang berkembang pada batu dan kerikil akan
mengkonsumsi sebagian besar bahan bahan organik.
b.
Lumpur aktif
Kecepatan aktivitas bakteri dapat ditingkatkan dengan cara memasukkan udara dan lumpur yang
mengandung bakteri ke dalam tangki sehingga lebih banyak mengalami kontak dengan limbah cair
yang telah diolah pada proses pengolahan primer. Selama proses ini limbah organik dipecah
menjadi senyawa senyawa yang lebih sederhana oleh bakteri yang terdapat di dalam lumpur aktif.
3.
Pengolahan tersier
Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan BOD air dan meghilangkan
bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses tersebut tidak dapat menghilangkan komponen organik
dan anorganik terlarut. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan pengolahan tersier.
Pengolahan limbah cair pada industri pulp dan kertas terdiri atas tahap netralisasi, pengolahan
primer, pengolahan sekunder dan tahap pengembangan. Sebelum masuk ke tempat pengendapan
primer, air limbah masuk dalam tempat penampungan dan netralisasi. Pada tahap ini digunakan
saringan untuk menghilangkan benda benda besar yang masuk ke air limbah.
Pengendapan primer biasanya bekerja atas dasar gaya berat. Oleh karenanya memerlukan waktu
tinggal sampai 24 jam. Untuk meningkatkan proses pengendapan dapat digunakan bahan flokulasi
dan koagulasi di samping mengurangi bahan yang membutuhkan oksigen. Pengolahan secara
biologis dapat mengurangi kadar racun dan meningkatkan kualitas air buangan (bau, warna, dan
potensi yang mengganggu badan air). Apabila terdapat lahan yang memadai dapat digunakan laguna
fakultatif dan laguna aerasi. Laguna aerasi akan mengurangi 80 % BOD dengan waktu tinggal 10
hari.
Apabila tidak terdapat lahan yang memadai maka proses lumpur aktif, parit oksidasi dan trickling
filter dapat digunakan dengan hasil kualitas yang sama tetapi membutuhkan biaya operasional yang
tinggi.
Tahap pengembangan dilakukan dengan kapasitas yang lebih besar, melalui pengolahan fisik dan
kimia untuk melindungi badan air penerima (Devi, 2004). Sedangkan endapan (sludge) yang
biasanya diperoleh dari proses filter press dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut
Sunu (2001) dapat dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) atau tidak.
Pembuangan lumpur organik, termasuk pada industri pulp dan kertas, dapat dibedakan menjadi :
1.
Metode pembakaran
Metode pembakaran ini merupakan salah satu cara untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih
luas sebelum dilakukan pembuangan akhir. Beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain
adalah metode incinerator basah yang mengoksidasi lumpur organik pada suhu dan tekanan tinggi.
2.
Metode fermentasi metan dilakukan menggunakan tangki fermentasi sehingga dihasilkan gas
metan, sedangkan metode pembusukan akan diperoleh hasil akhir berupa kompos. Lumpur yang
dihasilkan dari pengolahan buangan pada masa lalu biasanya ditimbun. Akan tetapi sistem ini
menimbulkan bau karena pembusukan dan menyebabkan pencemaran air tanah dan air permukaan.
Sekarang lumpur dihilangkan airnya dan dibakar atau digunakan sebagai bahan bakar (Rini, 2002).
G.
Masyarakat juga turut andil dalam pengelolaan limbah pabrik kertas. Limbah pabrik kertas dapat
didaur ulang menjadi karton yang memiliki nilai jual tinggi. Karton hasil pengolahan limbah pabrik
kertas ini disebut dengan kertas gembos. Proses pembuatannya relative sederhana. Sludge dan
kertas pemulung diproses menjadi bubur kertas. Kemudian dicetak menjadi lembaran dengan
ukuran 66 x 78 cm. Setelah itu, dijemur di bawah terik matahari selama empat jam. Kemudian
dihaluskan dengan rol kalender. Kemudian di pak dengan berat 25 kg. Hal ini tentu saja terasa lebih
bernilai ekonomis serta dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan.
2 komentar:
widya fatimah azzahra mengatakan...
terimakasih.. ini sangat membantu sekali
17 Januari 2015 18.27
Selens Seren mengatakan...
Agen Judi | Agen Bola | Agen Sbobet
Agen Sbobet
Agen Judi
Agen Bola
Agen Judi Online
Agen Casino
Prediksi Bola
Agen Tangkas
Agen Poker
Agen IBCBET
Agen 1sCasino
1. 1 Latar Belakang
Kita semua tentu sering menggunakan kertas untuk berbagai kepentingan, baik untuk menulis,
membaca, atau untuk membungkus gorengan barangkali. Kertas yang sering kita gunakan itu
biasanya terbuat dari kayu yang diolah dengan teknologi modern sehingga sampai ke tangan kita.
Penggunaan kertas di dunia saat ini telah mencapai angka yang sangat tinggi. Menyikapi hal ini
pemerintah berencana menjadi produsen pulp dan kertas terbesar dunia (Syafii, 2000).
Permasalahannya adalah, produsen pulp dan kertas di tanah air pada umumnya menggunakan kayu
hutan sebagai bahan baku. Simajuntak (1994) mengemukakan 90% pulp dan kertas yang dihasilkan
menggunakan bahan baku kayu sebagai sumber bahan berserat selulosa. Dapat diprediksikan bahwa
akan terjadi eksploitasi hutan secara besar-besaran apabila kelak Indonesia menjadi produsen pulp
terbesar di dunia. Terganggunya kestabilan lingkungan menjadi dampak yang perlu mendapat
perhatian khusus. Untuk mengatasi hal ini pemerintah harus mencari alternatif penggunaan kayu
hutan sebagai bahan baku pembuat pulp dan kertas.
Pulp diproduksi dari bahan baku yang mengandung selulosa. Baskoro (1986) mengatakan bahwa
ampas tebu (bagase), limbah dari batang tebu setelah dilakukan pengempaan dan pemerasan, secara
umum mempunyai sifat serat yang hampir sama dengan sifat serat kayu daun lebar. Berdasarkan
pustaka (Paturau, 1982), komponen utama ampas tebu terdiri dari serat sekitar 43-52%, dan padatan
terlarut 2-3%. Panjang serat 1,43 mm dan nisbah antara panjang serat dangan diameter 138,43
(Baskoro,1986). Lampung memiliki pabrik pengolahan tebu menjadi gula yang menghasilkan
ampas tebu (bagase) sebagai limbah pengolahan, tetapi menurut pengamatan bagase yang
dihasilkan belum dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga keberadaannya yang menggunung
menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan.
Proses pembuatan pulp pada umumnya menggunakan proses kimia, yaitu proses soda, sulfat (kraft),
sulfit, dan organosolv. Hasil penelitian mengenai pembuatan pulp dengan proses soda-antraquinon
dengan bahan baku serbuk menunjukkan reaksi yang baik dalam rendemen maupun sifat lain dari
pulp yang dihasilkan. Namun produksi pulp secara kimia menimbulkan pencemaran yang cukup
serius karena hasil samping yang diproduksi. Polutan atau limbah utama yang dihasilkan adalah
komponen gas yang mengandung senyawa sulfur dan klor yang dihasilkan dari proses kraft atau
sulfit dengan larutan pemasak Na2S atau NaHSO2 (Simanjutak, 1994).
Dengan keluarnya larangan pemerintah dalam investasi baru dibidang industri menggunakan klorin
dan kepada industri yang terlanjur menggunakannya secara bertahap akan disingkirkan (Suara
Pembaruan, 3 Mei 1994 dalam Simanjutak, 1994), membuat industri pulp dan kertas dalam kondisi
terancam. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan bahan-bahan organik
dalam produksi pulp dan kertas. Penggunaan pelarut organik sebagai bahan pemasak pulp disebut
dengan proses organosolv (Young dan Akhtar, 1998).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan pada makalah ini adalah :
1. Apakah ampas tebu atau bagase bisa menjadi alternatif sebagai bahan baku pembuat pulp dan
kertas ?
2. Bagaimana proses pembuatan pulp dan kertas dari bahan baku ampas tebu dengan proses
acetosolv?
1.3 Tujuan
1. Mempublikasikan ampas tebu atau bagase menjadi alternatif sebagai bahan baku pembuat pulp
dan kertas dengan proses acetosolv.
2. Mempublikasikan proses pembuatan pulp dan kertas dari bahan baku ampas tebu dengan proses
acetosolv.
3. Memenuhi tugas mata kuliah Kimia Kayu dan Pulp
1.4 Manfaat
Hasil penyusunan makalah ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Alternatif pengganti penggunaan kayu hutan sebagai bahan baku pembuat pulp dan kertas.
2. Sebagai referensi bagi penelitian atau pembuatan makalah sejenis.
BAB II
ISI
2. 1 TEBU (SACCHARUM)
Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman
ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.
Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia
tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.
Klasifikasi ilmiah dari tebu:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Saccharum
Gambar 1. Tebu
a. Bagase
Gambar 2. Bagase
Bagase adalah hasil samping industri gula yang merupakan residu berserat dari tanaman tebu
(Saccharum officinarum) setalah dilakukan ekstraksi dan pengempaan (Casey, 1960). Menurut
Baskoro (1986) bagase mempunyai komposisi yang hampir sama dengan komposisi kimia kayu
daun lebar, kecuali kadar airnya. Misra (1980 dalam Baskoro, 1986) menyebutkan bahwa bagase
terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) kulit (rind) yang meliputi epidermis, kortek, dan perisikel, (2)
ikatan serat pembuluh, (3) jaringan dasar (parenkim) atau pith dengan ikatan yang tersebar tidak
teratur. Ampas tebu merupakan limbah lignoselulosa yang dihasilkan oleh pabrik gula setelah tebu
diambil niranya.
Komponen utama ampas tebu antara lain fiber (serat) sekitar 43 52 %, air 46 52 %, dan padatan
terlarut 2 3 %. Syarat bahan baku yang dapat dijadikan pulp dan kertas adalah bahan baku yang
mempunyai serat yang panjang, luas dengan kadar hemiselulosa tinggi dan ampas tebu memiliki
syarat tersebut
Berdasarkan penelitian tentang dimensi serat, bagase yang dipakai untuk bahan baku pulp dan
kertas oleh PT Kertas Leces, Probolinggo, rata-rata memiliki panjang serat 1,43 mm, diameter
10,33 nm, tebal dinding serat 0,68 nm, diameter lumen 8,51 nm, dan nisbah serat dengan diameter
serat 138,43 (Baskoro,1986).
Pemisahan jaringan dasar merupakan langkah penting untuk meningkatkan kualitas bagase, sebagai
bahan baku proses pulping (Ruwelih,1990). Secara umum disepakati bahwa pith (parenkim) harus
dihilangkan dari bagase, jika kelak akan digunakan untuk produksi pulp kimia yang menghasilkan
kertas dengan kualitas baik (Stephenson, 1951 dalam Baskoro 1986). Clark (1985) menyebutkan
bahwa bagase mengandung 25%-35% pith yang terdiri dari sel-sel parenkim, jika tidak dihilangkan
maka akan menyerap larutan pemasak kimia dan tidak diharapkan untuk kertas.
b. Klasifikasi kelas kualitas serat kayu untuk bahan baku pulp dan kertas
Kualitas Keterangan
Kelas I Serat panjang sampai panjang sekali, dinding sel tipis sekali dan lumen lebar. Serat akan
mudah digiling. Diduga akan menghasilkan lembaran dengan kekuatan sobek, retak dan tarik yang
tinggi.
Kelas II Serat kayu sedang sampai panjang, mempunyai dinding sel tipis dan lumen agak lebar.
Serat akan mudah menggepeng waktu digiling dan ikatan seratnya baik. Serat jenis ini diduga akan
menghasilkan lembaran dengan kekuatan sobek, retak dan tarik cukup tinggi.
Kelas III Serat kayu berukuran pendek sampai sedang, dinding sel dan lumen sedang. Dalam
lembaran pulp kertas, serat agak menggepeng dan ikatan antar seratnya masih baik. Diduga akan
menghasilkan lembaran dengan kekuatan sobek, retak dan tarik sedang.
Kelas IV Serat kayu pendek, dinding sel tebal dan lumen serat sempit. Serat akan sulit menggepeng
waktu digiling. Jenis ini diduga akan menghasilkan lembaran dengan kekuatan sobek, retak dan
tarik yang rendah.
2. 2 SELULOSA
Selulosa merupakan bagian utama susunan jaringan tanaman berkayu, bahan tersebut terdapat juga
pada tumbuhan perdu seperti paku, lumut, ganggang dan jamur. Penggunaan terbesar selulosa yang
berupa serat kayu dalam industri kertas dan produk turunan kertas lainnya.
Selulosa merupakan komponen penting dari kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
kertas. Selulosa, oleh Casey (1960), didefinisikan sebagai karbohidrat yang dalam porsi besar
mengandung lapisan dinding sebagian besar sel tumbuhan. Winarno (1997) menyebutkan bahwa
selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama hemiselulosa, pektin, dan protein membentuk
struktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman. Macdonald dan Franklin (1969)
menyebutkan bahwa selulosa adalah senyawa organik yang terdapat paling banyak di dunia dan
merupakan bagian dari kayu dan tumbuhan tingkat tinggi lainnya. Fengel dan Wegener 1995)
menyatakan bahwa selulosa terdapat pada semua tanaman dari pohon bertingkat tinggi hingga
organisme primitif seperti rumput laut, flagelata, dan bakteri.
a. Lignin
Lignin merupakan bagian terbesar dari selulosa. Penyerapan sinar (warna) oleh pulp terutama
berkaitan dengan komponen ligninnya. Untuk mencapai derajat keputihan yang tinggi, lignin tersisa
harus dihilangkan dari pulp, dibebaskan dari gugus yang menyerap sinar kuat sesempurna mungkin.
Lignin akan mengikat serat selulosa yang kecil menjadi serat-serat panjang. Lignin tidak akan larut
dalam larutan asam tetapi mudah larut dalam alkali encer dan mudah diserang oleh zat-zat oksida
lainnya.
b. Delignifikasi
Ada beberapa metode untuk pembuatan pulp yang merupakan proses pemisahan selulosa dari
senyawa pengikatnya, terutama lignin yaitu secara mekanis, semikimia dan kimia. Pada proses
secara kimia ada beberapa cara tergantung dari larutan pemasak yang digunakan, yaitu proses sulfit,
proses sulfat, proses kraft dan lain-lain.
Pembuatan pulp pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pembuatan Pulp Mekanik, merupakan proses penyerutan kayu dimana kayu gelondong setelah
dikuliti diserut dalam batu asah yang diberi semprotan air. Akibat proses ini banyak serat kayu yang
rusak.
2. Pembuatan Pulp Secara Kimia adalah proses dimana lignin dihilangkan sama sekali hingga seratserat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari bejana pemasak (digester) atau paling tidak
setelah perlakuan mekanik lunak.
a. Pembuatan Pulp Sulfit
Pulp sulfit rendemen tinggi dapat dihasilkan dengan proses sulfit bersifat asam, bisulfit atau sulfit
bersifat basa.
b. Pembuatan Pulp Sulfat(kraft)
Proses ini menggunakan natrium sulfat yang direduksi didalam tungku
pemulihan menjadi natrium sulfit, yang merupakan bahan kimia kunci yang dibutuhkan untuk
delignifikasi.
c. Pembuatan Pulp Soda
Proses soda umumnya digunakan untuk bahan baku dari limbah pertanian seperti merang, katebon,
bagase serta kayu lunak.
d. Organosolv
Organosolv merupakan proses pulping yang menggunakan bahan yang lebih mudah didegradasi
seperti pelarut organik. Pada proses ini, penguraian lignin terutama disebabkan oleh pemutusan
ikatan eter (Donough, 1993). Beberapa senyawa organik yang dapat digunakan antara lain adalah
menyebutkan bahwa keuntungan dari proses acetosolv adalah bahwa bahan pemasak yang
digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya proses pembakaran bahan bekas pemasak. Selain itu
proses tersebut dapat dilakukan tanpa menggunakan bahan-bahan organik.
2. 5 ASAM ASETAT
Gambar 3. Asam Asetat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memilikietat rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam
asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik
beku 16.7C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan
asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi
ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang
penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam
asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering
digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta
ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri
petrokimia maupun dari sumber hayati.
2. 6 PULPING PROSES DALAM SKEMA PEMBUATAN KERTAS
Gambar 4. Skema pembuatan kertas
Secara garis besar ada 2 tahapan proses pembuatan kertas, yaitu;
1. Proses membuat pulp atau bubur kertas; dari skema diatas dimulai dari "woodyard" sampai
dengan proses pemutihan atau "bleaching",
2. Proses membuat lembaran kertas; dimulai saat bubur kertas atau pulp mulai masuk ke mesin
kertas atau paper mesin sampai dengan lembaran kertas tergulung rapi dalam gelondongan atau roll.
Pada prakteknya kedua proses besar diatas tidaklah perlu menjadi satu kesatuan proses dalam suatu
pabrik kertas atau terintegrasi. Bukannya tidak umum suatu pabrik kertas harus membeli bubur
kertas dari perusahaan pulp. Pabrik kertas tersebut hanya memiliki mesin kertas saja. Demikian pula
suatu pabrik bubur kertas atas pertimbangan strategi bisnisnya, hanya mempunyai mesin "pulping"
bubur kertas saja. Walaupun proses pembuatan pulp dan kertas adalah dua proses yang berbeda,
namun mereka terkait erat satu sama lain dan saling mempengaruhi dalam proses dan produksi
lembaran kertas. Seperti air sungai dimana air di hilir dipengaruhi oleh sumber di hulu.
2. 7 PEMBUATAN PULP DAN KERTAS DARI AMPAS TEBU DENGAN PROSES
ASETOSOLV
2. 7. 1 Pelaksanaan
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah oven, rotary digester, disintegrator, hidrolic screener, centrifuge,
niagara heater hollander, canadian standar freeness, stock chest, alat pres lembaran pulp, ember,
saringan kawat, alat pembentuk lembaran pulp, tearing tester, folding tester, dan brightness tester.
Bahan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp adalah 24 kg bagase. Larutan pemasak
yang digunakan adalah asam asetat glasial (konsentrasi 96%) sebanyak 168 L dan 72 L air.
B. Persiapan Bagase
Proses pembuatan pulp dimulai dengan mencuci ampas tebu dan dijemur sampai kering, kemudian
dihilangkan empulurnya dengan menumbuk ampas tebu sampai tinggal serat-seratnya (depithing),
ditampi kemudian diambil 1000 g per satu kali masak.
C. Pemasakan Pulp
Pemasakan dilakukan dengan pelarut asam asetat dan air (proses acetosolv). Sebanyak 1000 g
ampas tebu dimasukkan ke dalam rotary digester (alat pemasak, gambar 5 ). Pemasakan
menggunakan perbedaan konsentrasi asetat yang berbeda (100%,80%, dan 60%) dan nisbah larutan
pemasak dengan bobot serpih bagase 8:1 dan 12:1. Suhu pemasakan maksimum 160 C dengan
tekanan yang terjadi pada suhu tersebut, waktu tuju ke suhu maksimum 69-90 menit, waktu pada
suhu maksimum 90 menit. Proses ini bertujuan untuk memisahkan selulosa dari lignin
(delignifikasi) melalui proses hidrolisis.
Gambar 5. Rotary digister
D. Pencucian Pulp
Pulp hasil pemasakan selanjutnya dicuci dengan menggunakan air. Proses ini bertujuan
membebaskan pulp dari larutan pemasak. Pencucian dilakukan hingga pulp tidak mengandung lagi
asam asetat yang ditandai dengan hasil cucian bening.
E. Disintegrasi
Gambar 6. Disintegrator
Disintegrasi adalah proses yang bertujuan untuk memisahkan serat. Proses ini dilakukan dengan
disintegrator yang memiliki prinsip kerja seperti blender. Pulp yang telah jenuh dimasukkan ke
dalam disintegrator dengan menggunakan air sebagai media pemisahan serat. Disintegrasi
dilakukan hingga pulp terurai menjadi serat-serat mandiri. Proses ini dilakukan selama 3-5 menit.
F. Penyaringan Pulp
Pulp disaring dengan menggunakan hidrolic screener. Hidrolic screener bekerja menyaring pulp
yang telah menjadi serat-serat yang mandiri pada kisaran 80 mesh. Setelah pulp tersaring,
dikeringkan dengan memasukkan pulp tersaring ke dalam centrifuge. Pulp hasil sentrifugasi
ditimbang untuk ditentukan rendemennya.
G. Penggilingan Pulp
Pulp digiling dengan menggunakan niagara beater hollander. Untuk membuat lembaran pulp dengan
gramatur kurang lebih 60 g/m2 atau untuk setiap lembaran dengan diameter 21,5 cm dibutuhkan
pulp sebanyak 2,1783 g pulp kering oven.
Pulp sebanyak 234 g kering oven, ditambah air hingga mencapai 15,4 L kemudian dimasukkan ke
dalam niagara beater hollander. Mesin dijalankan selama 15-20 menit. Uji derajat freeness pada
waktu 0 menit dilakukan dengan mesin dalam keadaan beroperasi. Memberi beban 5500 g dan uji
kembali derjat freeness pada waktu yang dikehendaki (sesuai penelitian). Pengujian derajat freeness
dilakukan secara duplo hingga pulp mencapai 200-300 derjat freeness. Setelah waktu giling dicapai,
angkat beban dan ambil sampel untuk pengujian derajat freeness dan untuk pembuatan lembaran.
Pengujian derajat freeness dilakukan dengan mengambil 200 mL suspensi pulp (setara dengan 3 g
pulp kering oven) masukkan ke dalam gelas ukur dan tambahkan air sampai 1000 mL.
Memasukkan ke dalam alat uji canadian standar freeness dan uji derjat freness-nya. Uji dilakukan
secara duplo dengan menggunakan alat uji derajat freeness..
Gambar 7. Canadian Standar Freeness
2. 7. 5 Ketahanan lipat
Ketahanan lipat adalah angka yang menunjukkan berapa kali kertas tersebut dapat dilipat sampai
putus pada kondisi standar (SNI 14-0491-1989). Pengujian ketahanan lipat dilakukan dengan
menggunakan alat folding tester. Menurut Casey (1981) ketahanan lipat adalah pengujian empiris
yang mengukur jumlah lipatan yang dilakukan terhadap kertas sampai kekuatannya di bawah nilai
standar (sampai kertas terbagi).
Ketahanan lipat adalah modifikasi penentuan ketahan kertas, tetapi hasilnya secara dominan
dipengaruhi oleh kemampuan lengkung kertas. Dalam pengujian ini serat tidak terputus (rusak),
tetapi ikatan serat akan berkurang secara bertahap yang menurunkan daya tahan kertas.
2. 7. 6 Derajat Putih
Derajat putih adalah perbandingan antara intensitas cahaya biru dengan panjang gelombang 457 nm
yang dipantulkan oleh permukaan lembaran pulp dengan cahaya sejenis yang dipantulkan oleh
permukaan lapisan magnesium oksida (MgO) pada kondisi sudut datang cahaya 45 dan sudut pantul
0 serta dinyatakan dalam % GE (SNI 14-0436-1989). Derajat putih diukur dengan alat brightness
tester. Nilai derajat putih pulp bisa langsung dibaca pada alat.
Gambar 8. Brightness tester
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Syarat bahan baku yang dapat dijadikan pulp dan kertas adalah bahan baku yang mempunyai serat
yang panjang, luas dengan kadar hemiselulosa tinggi dan berdasarkan penelitian tentang dimensi
serat, bagase yang dipakai untuk bahan baku pulp dan kertas oleh PT Kertas Leces, Probolinggo,
rata-rata memiliki panjang serat 1,43 mm, diameter 10,33 nm, tebal dinding serat 0,68 nm, diameter
lumen 8,51 nm, dan nisbah serat dengan diameter serat 138,43. Oleh karena itu ampas tebu
memenuhi syarat tersebut untuk menjadi alternatif sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas.
3.2 Saran
Perlu dilakukan uji aktivitas lain untuk mengetahui hasil pulp dan kertas dari ampas tebu dengan
menggunakan proses yang lain
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pembuatan Kertas dari Tebu (online).
http://pemdesjatimulyo.blogspot.com/2009/03 /pembuatan-kertas-dari-tebu.html, (Diakses pada
tanggal 2 Desember 2009)
Anonim. 2005. Industri Kertas (online). http://www.kertasgrafis.com. (Diakseses pada tanggal 2
Desember 2009)
Anonim. 2009. Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Industri Pulp & Kertas (online).
http://greenhouse-idea.blogspot.com/. (Diakses pada tanggal 2 Desember 2009)
Hidayati, Sri. 2009. Mempelajari Pembuatan Pulp Acetocell dari Ampas Tebu dan Pemutih
Terhadap Sifat Pulp yang Dihasilkan (online).
http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/06/mempelajari-pembuatan-pulp-acetocell-dari-ampastebu-dan-pemutih-terhadap-sifat-pulp-yang-dihasilkan/. (Diakses pada tanggal 2 Desember 2009)
Prades, Elki. 2009. Ilmu Pulp dan Kertas (online). http://ilmupulpdankertas.blogspot.com. (Diakses
pada tanggal 2 Desember 2009)
Setyo, Daru. 2008. Pengetahuan Tentang Kertas (online).
http://pembalutanion.multiply.com/journal/item/5/pengetahuan_tentang_kertas. (Diakses pada
tanggal 2 Desember 2009)