Pengecilan ukuran merupakan salah satu proses dalam industri pengolahan bahan pertanian. Dalam dunia industri, pengecilan
dapat dibedakan menjadi pengecilan yang ekstrim dan pengecilan yang relatif masih berukuran besar misalnya hanya dengan
pemotongan yang menghasilkan bentuk khusus. Pengecilan biasanya dilakukan dengan dua operasi yaitu operasi basah dan operasi
kering. Terdapat tiga gaya yang digunakan dalam operasi pengecilan yaitu dengan penekanan, pukulan, dan sobekan atau potongan.
Ketiga cara tersebut dilakukan sesuai dengan karakteristik bahan yang akan direduksi.
Tujuan untuk mempermudah proses selanjutnya, sehingga akan lebih efektif dalam penanganan pasca panen komoditas
pertanian.
Pengecilan ukuran bertujuan untuk:
• Membantu proses ekstraksi
• Memperkecil bahan sampai dengan ukuran tertentu dengan maksud tertentu
• Memperbesar luas permukaan bahan untuk proses lebih lanjut
• Membantu proses pencampuran.
• Meningkatkan daya larut.
• Meningkatkan daya guna (mempermudah dalam penggunaan bahan ).
• Mempermudah penyimpanan dan penanganan bahan padat.
Berdasarkan bahan yang dikecilkan, operasi pengecilan ukuran dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:
Pengecilan ukuran untuk bahan padat
• Pengecilan ukuran bahan padat dapat dilakukan dengan pemotongan (cutting), penghancuran/penggilasan (crushing),
pencacahan/pencincangan (chopping), pengikisan/penyosohan (grinding), penggilingan (milling), pengkubusan (dicing),
pengirisan (slicing).
Pengecilan ukuran untuk bahan cair
• Pengecilan ukuran pada bahan cair dilakukan dengan cara emulsifikasi (emulsification), dan atomisasi (atomizing).
Berdasarkan pada produk akhir yang dihasilkan dibagi menjadi dua, yaitu:
Pengecilan ekstrim
• Pengecilan ekstrim maksudnya yaitu pengecilan ini menghasilkan produk dengan ukuran yang jauh lebih kecil daripada sebelum
dikecilkan. Contoh pengecilan ektrim adalah pengecilan ukuran dengan mesin penggiling dimana hasil produk gilingan adalah
bahan dengan ukuran yang relatif sangat kecil, misalnya tepung.
Pengecilan yang relatif masih berukuran besar
• Pengecilan dimana produk yang dihasilkan masih berdimensi besar atau nisbah produk akhir dengan awalnya tidak terlalu
signifikan.
Contoh pengecilan ektrim adalah pengecilan ukuran dengan mesin penggiling dimana hasil produk gilingan adalah bahan dengan
ukuran yang relatif sangat kecil, misalnya tepung. Sedangkan contoh opererasi yang kedua yaitu pemotongan dimana operasi ini
menghasilkan bahan dengan ukuran yang relatif besar.
Pengelompokan metode pengecilan bahan pangan ukuran tergantung partikel yang dihasilkan berikut penjelasannya.
- besar sampai sedang (potongan daging, keju, irisan buah-buahan untuk pengalengan)
- sedang sampai kecil (potongan sayuran seperti buncis dan wortel)
- kecil sampai granular (daging cincang atau abon daging, irisan kacang, parutan sayuran)
2) Penggilingan menjadi tepung atau pasta
Biasanya untuk meningkatkan kehalusan (tepung rempah-rempah, tepung-tepungan, gula halus, pasta halus)
Jenis dan fungsi alat pengecil ukuran biasanya dibedakan berdasarkan tujuan pengecilan ukuran dan bahan yang dikecilkan. Dikenal
ada 3 kelompok alat pengecil ukuran, yaitu
1. Alat pengecil ukuran bahan berserat tinggi (cutter, grater, crusher)
2. Alat pengecil ukuran bahan kering (grinder)
3. Alat pengecil ukuran bahan pembentuk bahan cair (emulsifier dan homogenizer)
Secara rinci, jenis dan fungsi alat pengecilan ukuran masing – masing dijelasskan sebagai berikut :
1. Alat pengecil ukuran bahan berserat tinggi (cutter, gratter)
Ada dua jenis cutter yaitu pisau pemotong dan pisau pengupas masing-masing mempunyai fungsi sebagai berikut :
2. Jenis dan Alat Pengecil Ukuran Pada Bahan Kering (Grinder/ Penggiling)
Dalam industri pengolahan hasil pertanian proses penggilingan merupakan proses yang paling banyak dilakukan. Mekanisme
terjadinya pemecahan bahan disebabkan karena adanya tekanan pada bahan. Pada titik kritis, tekanan yang diberikan akan
diserap oleh bahan sebagai energi penekan, sehingga mengakibatkan bahan pecah, pecahnya bahan akan mengikuti bidang
belahan sesuai dengan sifat bahan.
Faktor yang berpengaruh dalam proses penggilingan adalah :
(1) Jenis bahan yang dihancurkan
(2) Kadar air bahan
(3) Kecepatan masuknya bahan,
(4) Daya yang tersedia, dan
(5) Tingkat kehalusan bahan yang dikehendaki
Gambar 8. grinder/penggiling
Dalam industri pengolahan hasil pertanian proses penggilingan merupakan proses yang sering dilakukan. Ada beberapa jenis / tipe
alat penggilingan dan fungsinya adalah sebagai berikut
(2) Burrmill
Alat ini sering disebut dengan “disc mill”. Burr mill/disc mill yang terdiri dari dua buah piringan atau lebih. Pada burr mill
satu piringan yang berputar sedangkan piringan lain tetap, atau keduanya berputar tetapi berlawanan arah
(3) Jawcrusher
Alat ini digunakan untuk menghancurkan zat padat (bahan hasil pertanian), dengan kecepatan rendah.
Pada prinsipnya alat ini terdiri dari sebuah rahang yang statsioner dan rahang yang bergerak. Gerakan roda
disebabkan oleh perputaran roda penggerak, dan akibat adanya bahan yang dimasukan ke dalam alat, maka bahan
tersebut menjadi hancur.
(4) Gyratoricrusher
Alat ini sama dengan jaw crusher, dimana rahang penghancurnya berbentuk silinder. Rahang pencampur terletak pada
proses yang dapat berputar cepat atau lambat, sesuai dengan besarnya rongga yang terjadi antara bahan yang
dihancurkan dengan rahang penghancur
Prinsip kerja alat ini adalah : bahan dimasukan ke dalam ruang penghancur yang berbentuk V melalui lubang pemasukan.
Selanjutnya mesin dijalankan sehingga rahang penghancur “crushing head” dapat berputar, maka terjadi gesekan antara
bahan yang dihancurkan dengan rahang penghancur. Akibatnya bahan menjadi hancur. Bahan-bahan yang telah hancur,
akan jatuh ke dasar mesin dan akhirnya jatuh melalui lubang pengeluaran.
Perawatan alat ini dilakukan dengan cara membersihkan sisa- sisa bahan yang telah dihancurkan atau kotorang lain
yang menempel pada bagian mesin dan memeriksa secara berkala keadaan rahang penghancur, agar tetap bekerja dengan
baik, menyiapkan atau menempatkan mesin di tempat yang kering dan aman
Tidak semua bahan tahan terhadap suhu dingin atau suhu beku. Ketahanan bahan terhadap pendinginan atau pembekuan
sangat dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik bahan. Bahan-bahan hasil pertanian yang diproduksi di daerah sub tropis (dingin)
umumnya lebih tahan bila dibandingkan dengan yang diproduksi di daerah tropis (daerah panas).
Pendinginan dan pembekuan juga dapat menghambat proses metabolisme mikroorganisme dan reaksi-reaksi enzimatis dan
reaksi-reaksi kimia lainnya pada bahan. Pendinginan dan pembekuan sifatnya pertumbuhan mikroorganisme tersebut dimungkinkan
dapat aktif kembali apabila bahan tersebut dikeluarkan dari tempat pendinginan.
A. PENDINGINAN
Pendinginan merupakan salah satu pengolahan bahan pangan yang bertujuan untuk mencegah kerusakan hasil pertanian oleh bakteri
dan mikro organisme lainnya. Kerusakan yang terjadi oleh bakteri akan terjadi dengan cepat apabila lingkungan untuk tumbuh dan
berkembangnya bakteri tersebut mendukung.
TEKNIK PENDINGINAN
Kecepatan bahan menjadi dingin dikenal dengan laju pendinginan yaitu waktu yang dibutuhkan dalam
pendinginan/pembekuan bahan sehingga suhu bagian tengah bahan sama dengan suhu pendiginan/beku. Kualitas berhasilnya proses
pendinginan suatu bahan tergantung pada beberapa faktor. Faktor – faktor yang mempengaruhi laju pendinginan antara lain :
1. Kecepatan pindah panas dari bahan ke medium pendingin
2. Perbedaan suhu antara bahan dengan medium pendingin
3. Kecocokan antara medium pendingin dengan bahan
4. Kecepatan medium pendingin
5. Sifat medium pendingin
Untuk proses pendinginan, terdapat beberapa teknik pendinginan yang dilkaukan terhadap bahan pangan. Beberapa teknik
pendinginan yang umum dilakukan adalah di antaranya :
1. Pendinginan alami (natural cooling)
Pendinginan alami adalah pendinginan dengan menggunakan es sebagai bahan pendingin atau penyerap panas (refrigant).
Cara ini banyak digunakan dalam pengangkutan buah, sayur dan daging. Beberapa teknik pendinginan alami :
a. Hidro cooling yaitu pencelupan atau perendaman bahan kedalam air dingin
b. Ice toping yaitu pendinginan dengan cara meimbun bahan menggunakan kristal es
c. Spray cooling yaitu pendinginan dengan cara menghembuskan udara dingin pada bahan yang didinginkan.
Prinsip pendinginan yaitu udara yang berada didekat es akan dingin, karena udara dingin mempunyai berat jenis lebih besar,
maka udara akan bergerak ke bawah dan kontak dengan bahan yang didinginkan. Udara dingin tersebut selanjutnya akan mendapat
panas dari bahan. Sebaliknya udara dingin yang telah membawa panas dari bahan berat jenisnya menjadi lebih kecil sehingga udara
tersebut akan bergerak keatas dan berhubungan lagi dengan es. Demikian proses ini berulang-ulang sampai bahan menjadi dingin.
2. Pendinginan secara mekanis (mechanical cooling)
Pendinginan secara mekanis dilakukan menggunakan cairan pendingin (refrigant) untuk menyerap panas bahan. Penyerapan
panas terjadi pada saat cairan refrigant tersebut menguap.
Sifat-sifat refrigant :
a. Memiliki titik didih
b. Tidak bersifat racun atau tingkat keracunan rendah
c. Tidak mudah terbakar
d. Biaya murah
e. Daya serap terhadap minyak pada kompresor rendah
B. PEMBEKUAN
Pembekuan merupakan unit operasi dimana suhu penyimpanan yang digunakan di bawah titik beku bahan makanan. Suhu
yang digunakan biasanya adalah sama atau lebih rendah dari -18°C, karena pada suhu antara -10°C sampai -12°C ternyata bahan
makanan kurang tahan lama. Pembekuan yang baik umumnya dilakukan pada suhu antara -12°C sampai -24°C. sedangkan
pembekuan cepat (quick freezing) dilakukan pada suhu -24°C sampai -40°C. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai
beberapa bulan, bahkan kadang-kadang sampai beberapa tahun.
TEKNIK PEMBEKUAN
1. Pembekuan dengan penghembusan udara dingin
Proses pembekuan bahan dilakukan dengan menggunakan media pendingin berupa udara dingin yang berusuhu -10 sampai -
40OC. udara dingin akan membawa panas yang dikeluarkan oleh bahan. Pembekuan dengan hembusan udara dingin dapat diterapkan
untuk segala bentuk produk. Kelemahan teknik ini bahan yang didinginkan kadang-kadang dapat menjadi kering akibat udara dingin
yang digunakan harus menjangkau keseluruh permukaan bahan.
METODE PASTEURISASI
2. STERILISASI
Sterilisasi merupakan proses mematikan mikroorganisme. Proses pemanasan yang digunakan dalam proses sterilisasi tidak
menghasilkan produk yang steril atau terbebas dari mikroorganisme karena tidak semua mikroba mati pada proses sterilisasi. Akan
tetapi pengaturan pH atau kondisi penyimpanan produk seperti pengemasan vakum dan pendinginan dapat mencegah pertumbuhan
baketri pembususk dan penyebab keracunan makanan.
Proses termal yang digunakan dalam pengalengan merupakan metode untuk mengawetkan makanan, yaitu produk pangan dan
kemasannya dinyatakan sebagai steril secara komersial. Keadaan steril tersebut tercapai dengan menggunakan panas saja atau dengan
kombinasi pH, aktivitas air atau pengawetan kimiawi. Kemasan yang dikemas secara hermetis (tidak memungkinkan udara, mikroba,
atau bahan-bahan lain masuk) dapat menjaga produk tetap steril.
Sterilisasi komersial merupakan proses sterilisassi dengan tujuan membunuh semua mikroba yang dapat tumbuh pada produk
pangan pada suhu ruang. Produk yang diproses melalui sterilisasi komersial, aseptis dan dikemas secara hermetis biasa dikategorikan
sebagai produk kaleng walaupun kemasan yang digunakan tidak terbatas pada kaleng saja melainkan dapat breupa kemasan yang lain,
seperti retort pouch dan gelas jar.
3. PENGERINGAN
Prinsip Pengeringan
Pengeringan didefinisikan sebagai suatu metode untuk menghilangkan sebagian air dari suatu bahan hingga tingkat kadar
air yang setara dengan nilai aktivitas air (Aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologi. Pada proses pengeringan, pengaturan
dilakukan terutama terhadap suhu dan volume udara yang dihembuskan. Kualitas hasilnya akan tergantung dari beberapa faktor,
antara lain suhu, kelembaban dan volume udara yang dihembuskan, tebal lapisan bahan yang dikeringkan, dan pengadukan bahan.
4. PEMANGGANGAN
Pemanggangan atau baking merupakan salah satu dari beberapa proses pengolahan yang menggunakan udara panas untuk
mengubah mutu makanan. Pemanggangan banyak digunakan untuk proses pengolahan produk berbasis tepung atau buah. Biasanya
pemanggangan merupakan rangkaian proses atau lanjutan dari proses pengolahan yang lain misalnya pada pembuatan roti dimana
sebelum pemanggangan terlebih dahulu dilakukan fermentasi.
Proses pemanggangan merupakan proses yang melibatkan tranfer panas dan massa dimana perpindahan panas terjadi terhadap
makanan melalui udara panas dan permukaan dalam oven dan uap air berpindah dari bahan pangan ke udara di sekitar dan akan
dihilangkan di dalam oven.
Berbeda dengan pengeringan yang bertujuan untuk mengeringkan permukaan dengan meminimalkan terjadinya perubahan
rasa, panas pada proses pemanggangan akan menginduksi perubahan pada permukaan dan menahan kelembaban di bagian dalam
sebagai perubahan karakteristik yang diharapkan misalnya pada produk roti, cake, daging dan lain-lain. Sedangkan pada produk lain
misalnya biskuit, produk yang diharapkan adalah produk yang kering bagian dalam.
Gambar 5. Oven
Tujuan Pemanggangan
Proses pemanggangan pada proses pengolahan bahan misalnya pada pembuatan roti memiliki tujuan untuk:
Mengubah tingkat kematangan bahan (eating quality)
Membunuh mikroba yang terdapat pada bahan sehingga akan memperpanjang umur simpan bahan
Menurunkan aW pada permukaan bahan
5. PENYANGRAIAN
Penyangraian merupakan proses pindah pans, baik tanpa media maupun menggunakan media seperti pasir. Pasir digunakan
pada pengolahan beberapa produk makanan tradisional seperti kerupuk. Penyangraian digunakan pada pengolahan kopi, cokelat,
kacang-kacangan dan lain-lain dengan tujuan tertentu.
Tujuan penyangraian adalah mempermudah pengupasan kulit dan membentuk aroma seperti pada penyangraian kacang-
kacangan, membentuk cita rasa dan bau seperti pada penyangraian kopi dan cokelat atau membentuk tekstur ynag diinginkan seperti
pada penyangraian kerupuk pasir. Pada proses penyangraian terjadi inaktivasi enzim, mikroba dan senyawa-senyawa antinutrisi
seperti antitrypsin. Inaktivasi senyawa antinutrisi akibat penyangraian terjadi pada kacang-kacangan.
Di Industri, penyangraian dilakukan dengan cara menghembuskan gas/udara pada silinder yang berputar seperti pada
penyangraian kopi dan cokelat. Biji kopi dan cokelaat dapat menyerap panas sehingga air menguap. Ketika suhu biji meningkat, biji
membengkak, menyebabkan kulit biji menjadi pecah. Pada proses penyangraian terjadi reaksi kimia yang kompleks. Senyawa-
senyawa aroma terbentuk dari sejumlah senyawa precursor. Variassi kondisi penyangraian seperti suhu dan waktu penyangraian
menyebabkan perbedaan aroma, cita rasa dan warna yang terbentuk. Oleh karena itu, pada proses pengolahan kopi dn cokelat,
penyangraian merupakan suatu seni yang prosesnya dapat berbeda antar tempat. Hal itu menyebabkan perbedaan cita rasa dan aroma
kopi dan cokelat yang dihasilkan.
6. PENGGORENGAN
Masyarakat Indonesia dalam kesehariannya biasa mengkonsumsi makanan yang dibuat melalui proses penggorengan. Lauk
yang biasa diolah dengan cara penggorengan misalnya tempe, tahu, telur, ayam, dan lain lainnya. Di samping karena mudah
dilakukan, minyak goreng mudah didapat. Indonesia adalah negara produsen minyak sawit terbesar di dunia sehingga ketersediaan
minyak di masyarakat mudah dijumpai selain itu banyak juga minyak kelapa yang diproduksi secara tradisional oleh masyarakat.
Proses penggorengan merupakan proses pengolahan makanan dengan cara merendam bahan makanan dalam minyak pada
temperatur di atas titik didih air. Proses penggorengan dilakukan untuk meningkatkan citarasa dan tekstur bahan yang spesifik
sehingga bahan menjadi kenyal dan renyah. Proses penggorengan terjadi pada suhu minyak antara 130- 190 °C tetapi pada umumnya
suhu penggorengan mencapai 170-190 °C.
Gambar 7. alat penggorengan
Penggorengan merupakan proses yang komplek yang melibatkan transfer panas secara simultan dan transfer massa yang
berlawanan antara minyak dan air di permukaan dan di dalam bahan dan terjadi secara difusi. Proses ini akan terus berlangsung
selama penggorengan hingga proses pendinginan bahan dan minyak akan menempati ruang yang ditinggalkan oleh air tersebut.
Tujuan penggorengan
Penggorengan merupakan salah satu proses dalam pengolahan makanan memiliki tujuan utama yaitu untuk pemasakan bahan
pangan disamping juga berfungsi untuk pengawetan bahan pangan. Sedangkan tujuan lain dari proses penggorengan adalah untuk
mendapatkan citarasa yang spesifik, menginaktivasi enzim, menurunkan aktivitas air pada permukaan atau di dalam produk pangan
serta membunuh bakteri terutama bakteri patogen yang ada pada bahan pangan, sehingga penggorengan juga berfungsi untuk
mengawetkan makanan.
Prinsip dasar penggorengan
Proses penggorengan merupakan proses pengolahan menggunakan minyak sebagai penghantar panas. Bahan yang dimasukkan
ke dalam minyak yang panas, suhu permukaan akan meningkat dengan cepat dan air yang ada pada bahan akan berubah menjadi uap
air. Bagian permukaan bahan akan mengering dan bidang penguapan akan semakin ke dalam sehingga membentuk lapisan kerak pada
bahan. Suhu permukaan bahan meningkat hingga suhunya sama dengan suhu minyak dan suhu dalam bahan akan meningkat hingga
100 °C.
a. Teknik/metode penggorengan
Proses penggorengan dilakukan dengan beberapa metode tergantung dari bahan dan tujuannya. Pada dasarnya, teknik/metoda
penggorengan dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu : Shallow Frying, Deep-Fat Frying, Spry Frying dan Vacum Frying.
1. Shallow frying
merupakan metode penggorengan sederhana yang umum dilakukan. Produk yang dihasilkan umumnya tidak kering dan
tidak renyah karena sebagian besar uap air tidak keluar dari bahan. Metode ini tepat dilakukan terhadap bahan yang
memiliki rasio luas permukaan dan volume yang cukup besar misalnya pada penggorengan telur dan burger. Transfer panas
biasanya berlangsung secara konduksi dari permukaan wajan yang dilapisi minyak yang tipis.
2. Deep fat frying
Proses penggorengan dengan metode deep fat frying terjadi proses panas secara konveksi di dalam minyak dan secara
konduksi di dalam bahan. Pada metode ini minyak yang digunakan volumenya cukup besar. Bahan terendam sempurna
dalam minyak sehingga seluruh permukaan bahan mendapatkan perlakuan suhu yang sama selama proses penggorengan.
Bahan yang terendam sempurna akan mengakibatkan pengeluaran atau penguapan air dalam bahan akan lebih cepat dan
bahan menjadi kering, renyah dan mekar. Penggunaan metode ini juga akan menghasilkan keseragaman warna dan
penampilan pada bahan.
3. Spray Frying
Proses penggorengan dengan sistem Spray merupakan cara penggorengan modern, sehingga hanya dioperasikan pada
industri- industri makanan/perusahaan besar. Kelebihan dari metode spray frying adalah waktu penggorengan menjadi
singkat, kebersihan terjamin dan kualitas produk akhir sempurna. Hal ini terjadi karena pengoperasian penggorengan
dilakukan dengan system machinal dan electrical.
Pada penggorengan sistem spray minyak dipanaskan pada tempat/unit mesin yang terpisah hingga mencapai suhu antara
180- 270oC atau sesuai dengan jenis produk. Bahan diletakkan diatas konveyor berjalan dalam ruangan tertutup/vakum.
Selanjutnya minyak panas disemprotkan mengenai bahan, sehingga tejadilah penggorengan/pematangan bahan dalam waktu
yang relatif singkat. Produk yang dihasilkan tidak terlalu banyak mengalami perubahan warna, tetapi sifatnya lebih kering
dan renyah dengan kadar minyak yang tertinggal pada produk hampir tidak kentara/nyata, seperti pada berbagai produk mie
instan, kripik kentang/singkong.
4. Vacuum frying
Vacuum frying merupakan metode penggorengan dengan menerapkan prinsip “pressure and temperature” dimana pada
tekanan yang rendah, titik didih minyak akan dicapai pada suhu yang rendah. Pada kondisi vakum, minyak akan mendidih
pada suhu 70 °C. Prinsip kerja dari vacuum fryer yaitu memanaskan minyak di dalam suatu tempat atau wadah dan di dalam
wadah tersebut udara disedot hingga mencapai kondisi vakum. Setelah kondisi vakum tercapai, bahan dimasukkan ke dalam
minyak yang telah mendidih. Vacuum fryer selanjutnya menghisap kadar air dalam bahan dengan kecepatan tinggi agar
pori-pori tidak cepat menutup sehingga air diserap dengan sempurna hingga mencapai tingkat kematangan tertentu sesuai
dengan yang diharapkan.
Proses penggorengan dengan metode ini banyak digunakan untuk mengolah bahan makanan yang memiliki sifat fisik dan
kimia tertentu dimana jika dikenai perlakuan suhu tinggi, bahan tersebut akan menjadi rusak. Sifat bahan tersebut misalnya
buah-buahan yang banyak mengandung gula-gula sederhana dan mengandung bahan volatil/esteris misalnya buah-buahan.
Nangka atau apel merupakan contoh buah yang banyak mengandung gula sehingga metode ini tepat untuk digunakan pada
proses pengolahan buah menjadi keripik. Proses penggorengan dengan metode ini memerlukan alat penggorengan khusus
yang disebut vacuum fryer