Bu Deasy perempuan berusia 35 tahun dan suaminya Bapak Kiri berusia 40 tahun telah
menikah sejak tujuh tahun lalu namun belum mendapatkan keturunan. Pasangan ini datang ke
dokter umum untuk berkonsultasi terkait dengan keinginan mereka untuk segera punya anak.
Pada tahun pertama perkawinan mereka menunda kehamilan dengan menggunakan alat
kontrasepsi secara bergantian, yaitu pil KB dan kondom. Pada tahun kedua mereka sudah
merencanakan untuk punya anak. Pasangan ini menginginkan dua orang anak saja dan
selanjutnya mereka berencana memakai alat kontrasepsi guna mendukung program pemerintah
karena melihat kakak Bu Deasy yang berdomisili di New York juga mengikuti program KB di
negaranya.
I. Terminologi
1. Alat kontrasepsi
2. Pil KB
3. Kondom
4. Program KB
5. Coitus
6. Inseminasi interauterine
7. Bayi Tabung
8. Chlamydia Trachomatis
9. Aborsi : pengeluaran hasil konsepsi dari uterus sebelum janin viabel
II. Identifikasi Masalah
1. Mengapa Ibu Deasy usia 35 th dan suaminya usia 40 tahun beum mendapat
keturunan meskipun sudah menikah sejak 7 tahun?
Kaitan usia dengan kondisi fertilitas
Bu desy : 35 tahun usia tua untuk hamil
Suami : 40 tahun fertilitas mulai berkurang fertilitas nya
- Semakin tua, fertilitas pada perempuan mulai menurun sejak lahir
perempuan punya stok ovum selama hidup, maka semakin tua semakin sedikit
stok nya, kalau udah habis stok nya, maka akan menopause.
- Proses repair dan mekanisme homeostasis tubuh akan terganggu jika makin
tua, pada perempuan, jika semakin tua akan meningkat resiko terkena
penyakit, terutama pada alat genitalia seperti fibroid uterus, endometriosis
yang aman kedua ini akan mengganggu proses kehamilan
- Pada laki-laki, semakin tua kualitas sperma mulai menurun, terutama diatas
usia 40 tahun
Faktor Pria :
Analisis semen (Normal range) paling dianjurkan
o pH : 7,2-7,8
o Volume semen : 2-5 ml
o Motilitas total >= 50%
o Jumlah sperma 10 jt/ml
Dilakukan 2-3x
Klo pertama normal, tidak perlu pem. Ulang
Klo abnormal, dilakukan pem. Ulang min 3 bualn kemudian
karena siklus pembentukan normalnya 100 hari
Hormonal dan gonad
Gonadotropin : FSH LH liat N/↑/↓
Testosteron : N/↑/↓
Testis : sudah turun ke skrotum atau perjalanan turun atau sudah ada
gangguan seperti Torseau testis
Gangguan ejakulasi
Anejakulasi : tidak terjadi pengeluaran semen
Retrograde ejakulasi : harusnya semen dikeluarkan di uretrakan, tapi
ini semennya naik ke kandung kemih
Obstruktif saluran sperma
Faktor pada wanita
Ovarium
o Gangguan ovulasi liat siklus menstruasi apakah N, teratur/tidak
o Cadangan ovum stok
Tuba atau uterus : apakah ada endometriosis atau gangguan lainnya
Faktor Ovarium
Kadar prolactin : dilakuakn jika ada galaktorea (keluar cairan dari mammae diluar
fase menyusui) atau tumor pituitary
Fungsi tiroid : jika ada gejala tiroid
Histerosalfingografi (HSG)
Lebih diutamakan dibanding laparoskopi
Untuk skrinning jika tidak ada riwayat infeksi pelvis syarat utama
Laparoskopi
Dilakukan jika ada riwayat infeksi
Konfirmasi jika ada abnormal pada pemeriksaan HSG, baru dilakukan
USG pelvis USG Transvaginal
Faktor Infeksi
HIV
HBV dan HCV
Rubella
Chlamidia trachomatis
Efek : nyeri abdomen kronik, kehamilan ektopik, dan infertilitas
Pemeriksaan : HSG, Lebih sensitive/akurat dengan pemeriksaan DNA
Terapi : diberikan doksisiklin dan azitromisin untuk terapi dan profilaks infeksi
chlamidia.
Alat Kontrasepsi
Kondom
Pil :
Pil kombinasi
Mini Pil
Program KB
Keluarga Berencana merupakan program skala nasional untuk menekan angka kelahiran dan
mengendalikan pertambahan penduduk di suatu Negara. Di AS namanya Planned Parenthood.
Dirancang demi menciptakan kemjuan, kestabilan, dan kesejahteraan ekonomi, social serta
spiritual setiap penduduk.
Program KB diatur dalam UU No. 10 th 1992 yang dijalankan dan diawasi oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
- Kondom
- Pil KB
- IUD
- Suntik
- KB Implan/susuk
- Vasektomi/tubektomi (KB permanen)
Program Pemerintah
Kampung KB CARI
Paragraf 2
Dokter menanyakan kebiasaan, riwayat penyakit dan gangguan reproduksi termasuk frekuensi
coitus dan kemungkinan terdapat gangguan seksual kepada pasangan ini
Ibu Deasy memiliki riwayat menstruasi tidak teratur dan nyeri saat haid.
PUA Etiologi : PALM COEIN diperiksa klo pasien nya ga gravid/tidak hamil
Karena penyebabnya tadi peningkatan prostaglandin, maka terapi nya adalah NSAID
Bapak Kiri memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, kebiasan merokok dan minum alkohol.
- Kualitas sperma menurun karena penurunan kadar testosterone akibat kadar gula yang
tinggi
- Bisa terjadi retrograde : terjadi krn neuropati perifer (otonom) akibat DM shg semen
yang dihasilkan bukan keluar melalui uretra tapi malah masuk ke vesika urinaria
- Disfungsi ereksi : gg dalam mempertahankan ereksi terjadi krn neuropati perifer dan
penurunan suplai darah ke jaringan akibat DM
IUI : pemasukan sperma yang sudah dipilah menggunakan kateter atau spet ke dalam uterus
Tahapan :
1. Terapi stimulasi ovarium dengan hormone : agar oosit matang, biasanya berkembang
ebberapa liat yg mana kualitas nya bagus itu yang dipake
2. Persiapan sperma : klo factor infertile pria ringan, sperma diambil dengan cara
masturbasi, tapi klo berat, spt obstruksi di sal. Semen sperma diambil lgsg di testis
3. Dilakukan fertilisasi
4. Pantau perkembangan embrio, biasanya morula, lebih bagus lagi udh sampe blastula
5. Injeksi ke uterus
III. Brainstorming
IV. Skema
1. Mengapa Ibu deasy usia 35 th dan suaminya usia 40 tahun belum mendapat
keturunan meskipun sudah menikah sejak 7 tahun? ngella
2. Mengapa ibu deasy dan suami memilih alat kontrasepsi berupa pil KB dan kondom
untuk menunda kehamilan, apa keuntungan dan efek sampingnya? Fenty
3. Kenapa pasangan bu Deasy dan bapak kiri menanyakan tentang inseminasi
intrauterine dan program bayi tabung ke dokter? Dan apaa saja yang menjadi indikasi
inseminasi intrauterine dan bayi tabung? helen
4. Bagaimana aspek medikolegal seorang ibu yang melakukan aborsi pada kasus
diatas? Shaydi
5. Bagaimana manfaat pemeriksaan laboratorium seperti analisis sperma dan
Chlamydia trachomatis pada kondisi pasangan tersebut? lannnnn
6. Bagaimana hubungan DM, kebiasaan merokok, dan minum alkohol dengan
keadaan Bapak saat ini?
V. Belajar Mandiri
Gangguan ovulasi terjadi pada sekitar 15% pasangan infertilitas dan menyumbang sekitar 40%
infertilitas pada perempuan.
a. Pemeriksaan ovulasi
Rekomendasi B :
Frekuensi dan keteraturan menstuasi harus ditanyakan kepada seorang
perempuan. Perempuan yang mempunyai siklus dan frekuensi haid yang teratur
setiap bulannya, kemungkinan mengalami ovulasi (Rekomendasi B)
Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah mengalami infertilitas
selama 1 tahun, dianjurkan untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan cara
mengukur kadar progesteron serum fase luteal madya (hari ke 21-28)
(Rekomendasi B)
Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada perempuan yang
memiliki siklus haid panjang (oligomenorea). Pemeriksaan dilakukan pada akhir
siklus (hari ke 28- 35) dan dapat diulang tiap minggu sampai siklus haid
berikutnya terjadi
Pengukuran temperatur basal tubuh tidak direkomendasikan untuk
mengkonfirmasi terjadinya ovulasi (Rekomendasi B)
Biopsi endometrium untuk mengevaluasi fase luteal sebagai bagian dari
pemeriksaan infertilitas tidak direkomendasikan karena tidak terdapat bukti
bahwa pemeriksaan ini akan meningkatkan kehamilan. (Rekomendasi B)
Rekomendasi C :
Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur disarankan untuk melakukan
pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).
Pemeriksaan kadar hormon prolaktin dapat dilakukan untuk melihat apakah ada
gangguan ovulasi, galaktorea, atau tumor hipofisis (Rekomendasi C)
Penilaian cadangan ovarium menggunakan inhibin B tidak direkomendasikan
(Rekomendasi C)
Pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien dengan infertilitas hanya dilakukan jika
pasien memiliki gejala (Rekomendasi C)
Biopsi endometrium untuk mengevaluasi fase luteal sebagai bagian dari
pemeriksaan infertilitas tidak direkomendasikan karena tidak terdapat bukti
bahwa pemeriksaan ini akan meningkatkan kehamilan. (Rekomendasi B)
Pemeriksaan pada laki-laki