Pertemuan 3 - HK Perlind - Kons.
Pertemuan 3 - HK Perlind - Kons.
PENDAHULUAN
a. Deskripsi
Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum di dalamnya ada dua
segi. Dua segi itu adalah disatu pihak adalah hak, sedangkan dipihak lain ada
Ada beberapa hal penting yang terkait dengan masalah hak dan kewajiban
konsumen antara lain : iktikad baik, informasi yang benar dan hak-hak yang diatur
hal lain yang berkaitan dengan perlindungan hak konsumen yaitu tentang
b. Relevansi
Bab ini membahas hak dan kewajiban, serta hal-hal lainnya yang sangat
haknya dan sekaligus juga sebaliknya bagaimana secara yuridis pelaku usaha
konsumen.
dilindungi.
21
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hak dan kewajiban konsumen dan
pelaku usaha.
pelaku usaha.
Tatanan yang diciptakan oleh hukum itu baru menjadi kenyataan apabila
kepada subyek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban. Setiap hubungan
hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua segi yang isinya disatu
pihak hak, sedang di pihak lain kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban,
sehingga yang menonjol ialahsegi aktif dalam hubungan hukum itu, yaitu hak.
Kita lihat juga bahwa yang pada umumnya ditonjolkan adalah hak-hak asasi,
masyarakat boleh dikatakan tidak pernah disinggung. Apakah dalam hal ini hak
Hukum itu disebut “Hak” atau “Wewenang”. Sedangkan pada alinea berikutnya
22
dikatakan, untuk membedakan Hak dan Hukum dalam bahasa Belanda
dipergunakan istilah “subjectief recht” untuk “Hak” dan “objectief recht” untuk
2000:27)
gezendheid en veilegheid).
economische belangen).
2004:40)
keamanannya;
23
c. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan
kebutuhan pribadi;
d. Pendidikan konsumen;
masing pihak yaitu konsumen dan pelaku usaha diberikan hak dan kewajiban
yang diharapkan dapat untuk dilaksanakan secara seimbang, tidak hanya memberi
perlindungan hukum bagi pihak yang lemah saja yaitu pihak konsumen, tetapi
b. Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan
c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang
digunakan.
24
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
f. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
g. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau jasa yang diterima
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif pada huruf g. diatas, maksudnya adalah hak untuk diperlakukan atau
dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif berdasarkan suku, agama,
b. Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/ atau jasa.
secara patut.
konsumen saja yang mempunyai hak, tetapi pelaku usaha juga diberi hak-hak
kondisi dan nilai tukar barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan.
25
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/ atau jasa yang
diperdagangkan.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
d. Menjamin mutu barang dan/ atau jasa yang diproduksi dan/ atau
yang berlaku.
e. Mencoba barang dan/ atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/ atau
f. Memberi kompensasi; ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian akibat
diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian apabila barang dan/
atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Beberapa hal yang perlu dicermati dalam membahas masalah hak dan
a. Iktikad baik
26
ad a. Iktikad baik
Iktikad baik ini merupakan suatu asas di dalam hukum, yang mempunyai
arti yang sama dengan asas kejujuran. Hal ini terlihat pada pendapat Subekti
(1979:41) yang menyatakan bahwa, dalam Hukum Benda, istilah iktikad baik
yang berarti kejujuran atau bersih. Dalam Hukum Perdata dapat diketemukan
dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menentukan semua perjanjian itu
harus dilaksanakan dengan iktikad baik. Menurut Subekti (1979:41), norma yang
dituliskan di atas tersebut merupakan salah satu sendi yang terpenting dari Hukum
Perjanjian.
Dalam UUPK asas iktikad baik dapat diketahui dari 2 pasal yaitu :
Asas iktikad baik ini jika dilihat 2 pasal diatas adalah suatu kewajiban
yang harus ditunaikan oleh kedua belah pihak konsumen maupun pihak pelaku
usaha, tetapi tidak boleh dilupakan bahwa, pihak pemerintah yang membuat
peraturan yang tidak memihak dan bersifat netral serta dapat berbuat adil terhadap
(konsumen) tetapi ternyata di dalam peraturan itu banyak pasal yang mempunyai
umumnya lemah juga diwajibkan untuk beriktikad baik. Pertanyaan yang muncul
selanjutnya apakah pihak konsumen dapat beriktikad tidak baik? Untuk menjawab
27
ini penulis memberikan contoh fiktif yang merupakan ilustrasi saja, misalnya
seorang pembeli sebuah truk pada dealer mobil dengan perjanjian syarat
tahun pihak konsumen mengalami kemacetan pembayaran maka truk yang dibeli
tersebut akan dicabut oleh dealer atau dikembalikan. Pihak konsumen setelah
mengangsur selama satu tahun beriktikad tidak baik yaitu konsumen dicabut oleh
dealer mobil. Dari contoh di atas jelas bahwa pihak konsumen juga dapat
Pihak pelaku usaha sebagai pihak yang kuat diwajibkan pula beriktikad
bak. Pertanyaan akan muncul pula, apakah pelaku usaha sering beriktikad tidak
keuntungan semata? Untuk menjawab ini penulis tidak perlu memberikan ilustrasi
sebagai contoh, karena sudah sering kali terlihat pada mass media bahwa pihak
penjualan produk yang menyentuh kebutuhan sekunder dan tersier, di samping itu
Iklan ini juga dipergunakan untuk memadukan suatu ide atau gagasan
supaya masuk “di bawah kesadaran” orang untuk mempergunakan suatu produk
yang setiap hari ditawarkan melalui beberapa media baik radio, TV dan koran,
barang maka langsung teringat kepada produk iklan yang dimasukkan ke “bawah
sadar” pikiran orang, misalnya orang terkena sakit kepala maka orang tersebut
konsumen, namun dapat juga iklan dipergunakan secara salah atau dipergunakan
28
dengan iktikad tidak baik oleh pelaku usaha apabila iklan tersebut digunakan
secara tidak benar, menyesatkan dan tidak memuat aspek risiko dari barang yang
yang berisi sesuatu informasi dan janji-janji tentang apa-apa yang akan dijamin
oleh perusahaan.
konsumen.
terlepas dari masalah tentang periklanan. Iklan ini merupakan segala bentuk pesan
tentang suatu produk yang disampaikan lewat suatu media, dan dibiayai oleh
masyarakat. Menurut “ Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia” dalam
29
mempunyai data yang lengkap tentang media, agar dapat memberi usul yang baik
meliputi :
sirkulasi, oplah, profil pembacanya, tarif iklan, tehnik cetak, kala terbit, dan
sebagainya.
jam pertunjukan, kapasitas tempat duduk, tarif iklan, golongan bioskop dan
sebagainya.
dari kehidupan media komunikasi yang vital bagi pengembangan dunia usaha
1. iklan harus jujur dan bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan
Dalam memperjelas asas-asas umum tersebut adi atas, perlu kiranya diberi
sedikit keterangan yang bersumber dari Tata Krama dan Tata Periklanan di
Indonesia.
1. Iklan harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan hukum
yang berlaku.
a. Jujur :
30
Iklan tidak boleh menyesatkan, antara lain dengan memberikan
berlebihan.
b. Bertanggung jawab :
masyarakat.
yang berlaku.
tepat.
b. Agama / kepercayaan :
kepercayaan.
Iklan tidak boleh melanggar norma-norma tata susila, adat dan budaya
bangsa.
31
b. Perbandingan langsung :
c. Merendahkan :
produk-produk lain.
d. Peniruan :
menimbulkan penyesatan.
Hal ini meliputi merk dagang, logo, komposisi huruf dan gambar, slogan-
konsumen adalah :
b. Pelaku periklanan wajib menyadari, bahwa iklan yang tidak baik atau tidak
c. Konsumen wajib menyadari, bahwa sikap kritis dan terbuka merupakan kunci
utama untuk tercapainya periklanan yang sehat, jujur dan bertanggung jawab.
32
dikeluarkan. Oleh karenanya kontrol dan pengawasan periklanan dilakukan oleh
hukum yang harus ditaati oleh pelaku usaha periklanan, yaitu yang terdapat dalam
Bab IV tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, terutama dalam Pasal
mempromosikan barang dan atau jasa tertentu, serta ketentuan Pasal 17 yang
berkompeten didalamnya menyusun dan menetapkan suatu kode etik dan kode
praktek periklanan Indonesia, yang dikenal dengan Tata Krama dan Tata Cara
Periklanan Indonesia (TKTCPI). TKTCPI ini dibentuk pertama kali pada tahun
SPS);
33
5) Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI). (A.Z. Nasution,
1995:84)
Selain aturan dalam UUPK dan kode etik TKTCPI yang demi hukum
mengikat para pelaku usaha periklanan, sebagai bagian dari media promosi dan
penerangan, sebagai bagian dari media promosi dan penerangan, berikut ini
dikutip berbagai kode etik yang berlaku dalam dunia public relation atau
kehumasan yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum bagi dunia periklanan
Dalam IPRA Code of Conduct butir (c) tentang perilaku terhadap publik dan
Dalam salah satu butir ketentuan Pasal III KEKI tentang perilaku terhadap
34
bagaimanapun iklan yang negatif dapat mempengaruhi konsumen sehingga
35