Anda di halaman 1dari 4

NOMOR 1A : Apakah pembatasan kewenangan perusahaan agen dalam perjanjian

keagenan tersebut diperbolehkan ? Jelaskan dasar pemikirannya !


Diperbolehkan, Perjanjian yang didasarkan pada kekuatan kebebasan berkontrak dalam ranah
perjanjian keagenan, baru dapat diwujudkan apabila telah memenuhi persyaratan dalam peraturan
perundang-undangan dalam hal ini yaitu Permenperindag No 11 Tahun 2006.

NOMOR 1B : Apakah tujuan utama diberlakukan pembatasan kewenangan bagi


perusahaan agen dalam melakukan transaksi-transaksi bisnisnya ? Jelaskan !

Tujuan utama dalam perjanjian keagenan yaitu agen bertindak untuk kepentingan prinsipal. Selain itu
Agen tidak bertanggunggugat terhadap kerugian yang timbul di pihak konsumen yang diakibatkan
pemakaian barang dan jasa yang diproduksi oleh prinsipal.

NOMOR 2A
Franchise pekerjaan
Franchise usaha
Franchise investasi
Ciri Ciri apa saja yang melekat pada 3 jenis franchise tersebut?
- Pekerjaan : Membeli dukungan untuk usahanya sendiri, misalnya bisnis penjualan jasa penyetelan
mesin mobil dengan merek waralaba tertentu. Dan bentuknya cenderung paling mudah dan
umumnya membutuhkan modal yang kecil karena tidak menggunakan tempat dan perlengkapan
yang berlebihan.
- Usaha : Merupakan bisnis waralaba yang berkembang paling pesat, bentuknya berupa toko eceran
yang menyediakan barang/ jasa atau restoran cepat saji (fast food). Dan biaya yang dibutuhkan untuk
waralaba format ini lebih besar dari waralaba format pekerjaan karena dibutuhkan tempat usaha dan
peralatan khusus.
- Investasi : Terlihat pada besarnya usaha, khususnya besarnya investasi yang dibutuhkan, Perusahaan
yang mengambil waralaba format investasi biasanya ingin melakukan diversifikasi atau
penganerkaragaman pengelolaan, tetapi karena manajemennya tidak berpengalaman dalam
mengelola usaha baru sehingga ia memilih jalan dengan mengambil waralaba format ini. Contohnya
adalah usaha hotel dengan

NOMOR 2B : Jenis Franchise manakah yang di dalamnya mengandung unsur-unsur


Penanaman Modal Asing? Jelaskan!

Franchise investasi, dalam hal menentukan jenis waralaba apa yang sesuai, ada baiknya
mempertimbangkan hal-hal seperti lokasi, syarat dan ketentuan, sistem waralaba, produk, peluang
keberhasilan dan biayanya. Adapun Jenis Franchise yang mengandung unsur-unsur Penanaman Modal
Asing.
NOMOR 3A : Perikatan dasar apa sajakah yang melandasi munculnya konstruksi
hubungan hukum para pihak di dalam bisnis Leasing tersebut di atas? Jelaskan!
PPT SLIDE 20

NOMOR 3B : Dimanakah letak integrasinya konstruksi-konstruksi hubungan


hukum tersebut di atas dalam bisnis Leasing? Jelaskan!
PPT SLIDE 20

NOMOR 4A : Indikator-indikator apa sajakah yang dapat digunakan untuk


mengklasifikasikan masing-masing kontruksi hukum factoring tersebut diatas ?
Jelaskan !
Indikator yang mengklasifikasikan masing-masing kontruksi :
1. Objek anjak piutang
2. Subjek
3. Hubungan anjak piutang
4. Jangka waktu

Pihak-pihak yang dalam factoring :


1. Perusahaan Factoring
2. Klien/Penjual : pengguna jasa perusahaan factoring
3. Customer/Pembeli : pihak yang berhutang kepada klien

NOMOR 4B : Perikatan dasar apakah yang melandasi masing-masing konstruksi


hukum Factoring di atas, dan konstruksi hukum Factoring manakah yang
berkembang di Indonesia sebagai bisnis Lembaga Pembiayaan? Jelaskan!
PPT SLIDE 30

NOMOR 5A : Bentuk bentuk perjanjian yang bagaimanakah yang dilarang oleh


UU Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat? Jelaskan!
Perjanjian yang dilarang bagi pelaku usaha sehubungan dengan praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat diatur dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Adapun bentuk perjanjian yang dilarang tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Oligopoli
2. Penetapan harga
3. Pembagian wilayah.
4. Pemboikotan.
5. Kartel.
6. Trust.
7. Oligopsoni.
8. Integrasi vertikal.
9. Perjanjian tertutup.
10. Perjanjian dengan pihak luar negeri.
NOMOR 5B : Bagaimana akibat hukumnya jika larangan membuat perjanjian bisnis
tersebut dihubungkan dengan asas kebebasan berkontrak sebagai asas yang
mendasari pembuatan perjanjian pada umumnya?
Hukum perjanjian di Indonesia menganut asas kebebasan dalam hal membuat perjanjian. Asas ini dapat
disimpulkan dari Pasal 1338 KUH Perdata yang menerangkan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Sebenarnya yang dimaksudkan oleh pasal tersebut tidak lain dari pernyataan bahwa setiap perjanjian
mengikat kedua belah pihak. Tetapi dari pasal ini kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa orang
leluasa untuk membuat perjanjian apa saja asal tidak melanggar ketertiban umum atau kesusilaan. Orang
tidak saja leluasa untuk mebuat perjanjian apa saja, bahkan pada umumnya juga diperbolehkan
mengeyampingkan peraturan-peraturan yang termuat dalam KUH Perdata. Sistem tersebut lazim disebut
dengan sistem terbuka (openbaar system).
Dengan adanya openbaar system tersebut yang mana Hukum Perjanjian (Buku III BW) menganut sistem
terbuka dalam pengertian Perjanjian memberikan kebebasan yang seluasluasnya kepada masyarakat
untuk mengadakan perjanjian ⇒ akan tetapi perlu diketahui bahwasannya perjanjian yang dibuat harus
disesuaikan dengan kepentingan para pihak ⇒ yang mana kepentingan tersebut dibatasi dengan adanya
kepentingan umum yang telah diatur lebih lanjut (lex spesialis) dalam UU 5/1999.
Akibat hukumnya, pelaku usaha dapat dikenakan sanksi yang diatur dalam UU 5/1999.
Hal tersebut dikarenakan agar implementasi undang-undang ini serta peraturan pelaksananya dapat
berjalan efektif sesuai asas dan tujuannya, maka perlu dibentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha ⇒
KPPU RI, yaitu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh pemerintah dan pihak lain, yang
berwenang melakukan pengawasan persaingan usaha dan menjatuhkan sanksi. ⇒ Sanksi tersebut berupa
tindakan administratif, sedangkan sanksi pidana adalah wewenang pengadilan.
Tindakan Administratif dapat berupa:
- penetapan pembatalan perjanjian
- penetapan pembayaran ganti rugi
- perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal
- perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek
monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat
- perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan
- penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham
- pengenaan denda serendah-rendahnya satu miliar rupiah dan setinggi-tingginya dua puluh lima
miliar rupiah
Pidana Pokok dapat berupa:
- pidana denda serendah-rendahnya 25 miliar rupiah dan setinggi-tingginya 100 miliar rupiah atau
pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
- pidana denda serendah-rendahnya 5 miliar rupiah dan setinggi-tingginya 25 miliar rupiah atau
pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
- pidana denda serendah-rendahnya 1 miliar rupiah dan setinggi-tingginya 5 miliar rupiah atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
Pidana Tambahan dapat berupa:
- pencabutan izin usaha
- larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap UU 5/1999
untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2 tahun dan selama-lamanya 5
tahun
- penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai