Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA BIDANG PSIKIATRI


RESIKO BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
VIONI HANERA SAFITRI (19143010)
MIA NISKA INDRIYANA (19143010)
ISMA YUNITA SARI (19143010)
DELVI TRESIA LONA (19143010)
UMMI SALAMAH (1914301017)
AMBAR PUSPITANINGRUM (1914301016)
SALSABILA INDAH (19143010)
SONI ARIFAN JAYA (19143010)
PERNANDO HENDRAWAN (19143010)
SONIA PARAMITA (19143010)
KRISTANTI WULANDARI ( 19143010

POLITEKNIK KEMENKES TANJUNG KARANG


SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TINGKAT 3 REGULER 1
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun masalah yang dibahas
dalam makalah ini mengenai konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada bidang psikiatri
resiko bunuh diri
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan. Untuk
itu, kami memohon maaf. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
agar untuk kedepannya kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penulisan makalah ini tidak
terulang lagi. Semoga apa yang kami tulis pada makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
pembaca.

Bandar Lampung, 27 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................
2.1 Pengertian resiko bunuh diri................................................................................
2.2 etiologi resiko bunuh diri.....................................................................................
2.3 tanda dan gejala dari resiko bunuh diri................................................................
2.4 jenis jenis dari resiko bunuh diri .........................................................................
2.5 merumuskan asuhan keperawatan resiko bunuh diri........................................................
BAB III PENUTUP ....................................................................................................
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kondisi pada keadaan kegawat daruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh
diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi,
kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan
signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul
dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart
dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009. Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang
jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez,
Delicious, 2009).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu pengertian resiko bunuh diri ?
2. Apa etiologi dari resiko bunuh diri?
3. Apa tanda dan gejala dari resiko bunuh diri?
4. Apa jenis – jenis dari bunuh diri?
5. Merumuskan asuhan keperawatan resiko bunuh diri ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari resiko bunuh diri
2. Untuk mengetahui etiologi dari resiko bunuh diri
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari resiko bunuh diri
4. Untuk mengetahui jenis jenis bunuh diri
5. Untuk mengetahui perumusan asuhan keperawatan resiko bunuh diri
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RESIKO BUNUH DIRI

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika
tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup
setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini
sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).

Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku
bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan
mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri. (Clinton, 1995, hal. 262).

Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan sengaja
(DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar dalam
psikiatri. Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan bunuh diri 10
kali lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari pasien
medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab
terbanyak.

Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang kelas
sosial disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri cenderung
dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai dengan depresi besar
dan bersifat impulsif.

2.2 ETIOLOGI RESIKO BUNUH DIRI


A. faktor predisposisi
1. lingkungan psikososial

Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah


pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
2. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
3. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).

B. Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca
melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

2.3 TANDA DAN GEJALA RESIKO BUNUH DIRI


1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan unt .
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis
dan menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
12. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
13. Pekerjaan.
14. Konflik interpersonal.
15. Latar belakang keluarga.
16. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

2.4 JENIS JENIS BUNUH DIRI

Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :


a) Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa
mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan mereka yang menikah.
b) Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri
karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut
sangat mengharapkannya.
c) Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang
biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak
memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan
terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
2.5 Masalah keperawatan yang muncul pada resiko bunuh diri
1. Resiko bunuh diri
2. Gangguan konsep diri : HDR
3. Keputusasaan
4. Gangguan citra tubuh
5. Berduka disfungsional
ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI
A. PENGKAJIAN
a) Pengkajian primer
1) Airway dan cervical control Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran
airway. Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat
disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila,
fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau
“jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus
diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari
leher.
2) Breathing dan ventilation Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang
baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran
oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik
meliputi:fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
3) Circulation dan hemorrhage control
Volume darah dan Curah jantung Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan
hipotensi harus dianggap disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang
dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan
hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi.
4) Disability Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran
dan reaksi pupil.
5) Exposure dan Environment control
Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa lebih jelas
b) Pengkajian sekunder
1) Identitas
nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan, tinggi badan,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, anggota keluarga, agama.
2) Riwayat kesehatan
waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat
kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian
3) Riwayat masa lalu
Mengetahui Adanya riwayat keluarga yang bunuh diri, adanya riwayat
percobaaan bunuh diri, klien mengalami gangguan kepribadian, klien
mengalami kehilangan atau dalam proses berduka dan adanya penyalah
gunaan NAPZA.
4) Aktivitas/istirahat Gejala
Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan, Perubahan kesadaran,
letargi, hemiparese, puandreplegia, ataksia, cara berjalan tidak tegang.
5) Pernafasan
Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi nafas
berbunyi) dan adanya bunyi nafas tambahan seperti mengi, whezing
6) Kaji adanya faktor resiko bunuh diri
Tujuan klien melakukan bunuh diri, adanya rencana bunuh diri, Keadaan jiwa
klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah, keparahan gangguan
mood.
7) Riwayat pengobatan
Obat obatan yang dikonsumsi klien selama klien sakit atau sebelum sakit baik
itu obat tradisional ataupun obat yang diberikan dokter dan terapi yang
dijalani.

B. ANALISA DATA

Data Masalah Keperawatan Penyebab/etiologi


Ds : Resiko bunuh diri  gangguan prilaku
1. Mengatakan hidupnya tak mis prilaku mencarai
berguna lagi ingin mati senjata berbahaya
2. Menyatakan pernah mencoba  masalah sosial mis.
bunuh diri Berduka, putus asa
3. Mengatakan lebih baik mati  gangguan psikologis
saja mis. Riwayat bunuh
4. Mengatakan sudah bosan diri sebelumnya
hidup
Do :
1. Ekpresi murung
2. Tak bergairah
3. Perubahan kebiasaan hidup
4. ada bekas percobaan bunuh
diri
Ds : Harga diri rendah  Gangguan psikiatri
1. Menilai diri negatif  Kegagalan berulang
2. Merasa malu/bersalah  Terpapar situasi
3. Merasa tidak mampu melakukan traumatik
apapun  ketidakefektifan
4. Merasasulit berkonsentrasi mengatasi masalah
5. Sulit tidur kehilangan
6. Mengungkapkankeputusasaan
Do :
1. Enggan mencoba hal baru
2. Berjalan menunduk
3. Lesu dan tidak bergairah
4. Berbicara pelan dan lirih
5. Bergantung pada pendapat
orang lain
6. Sulit membuat keputusan
Ds : keputusasaan  Stress jangka
1. mengungkapkan keputusasaan panjang
2. sulit tidur  Penurunan kondisi
3. selera makan menurun fisiologis
do :  Kehilangan
1. berprilaku pasif kepercayaan diri
2. kurang inisiatif
3. meninggalkan lawan berbicara
4. mengangkat bahu sebagai respon
pada lawan bicara

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan gangguan psikologis mis. Riwayat bunuh
diri sebelumnya
2. Gangguan konsep diri : HDR berhubungan dengan gangguan psikiatri
3. Keputusasaan berhubungan dengan stress jangka panjang

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi


Resiko bunuh diri Setelah dilakukan asuhan
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam
gangguan psikologis diharapkan kontrol diri
mis.riwayat bunuh diri meningkat dengan
sebelumnya kriteria hasil :
 Prilaku melukai diri
sendiri menurun
 Keinginan bunuh diri
menurun
 Prilakuagresif menurun
Gangguan konsep diri : Setelah dilakukan asuhan
HDR berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam
gangguan psikiatri diharapkan harga diri
meningkat dengan
kriteria hasil :
 Penilaian diri positif
meningkat
 Berjalan menampakan
wajah
 Perasaan tidak mampu
melakukan apapun
menurun

Keputusasaan Setelah dilakukan asuhan


berhubungan dengan stress keperawatan 3 x 24 jam
jangka panjang diharapkan harapan
meningkat dengan
kriteria hasil :
 Keterlibatan dalam
aktivitas keperawatan
meningkat
 Prilaku pasif menurun
 Verbalisasi
keputusasaan menurun

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri,
niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang
diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).
Tanda Dan Gejala Resiko Bunuh Diri yaitu Mempunyai ide untuk bunuh
diri, Mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri, Mengungkapkan rasa bersalah
dan keputusasaan, Impulsif, Menunjukkan perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh), Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
Jenis Jenis Bunuh Diri Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu : Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang) yaitu Individu
tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah
tidak berkepribadian. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang) yaitu
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya. Bunuh diri anomik (faktor
lingkungan dan tekanan) Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan
integrasi antara individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut
meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan
dan tujuan.
3.2 SARAN
Diharapkan pembaca bisa memahami yang disampaikan penulis mengenai konsep
asuhan keperawatan gawat darurat pada bidang psikiatri resiko bunuh diri

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/248799179/ASUHAN-KEPERAWATAN-JIWA-
DENGAN-RESIKO-BUNUH-DIRI-docx
file:///C:/Users/User/Downloads/docdownloader.com-pdf-askep-bunuh-diridoc-
dd_bca5e837a531446498a76b33ec7868ea.pdf
http://repo.stikesperintis.ac.id/965/1/69%20DESI%20DIANA%20SARI.pdf
https://www.scribd.com/doc/134312932/Askep-Bunuh-Diri-doc

Anda mungkin juga menyukai