DISUSUN OLEH :
NAMA : Dinda Azhari Pardede
NIM : 5191151014
KELAS : PTIK IV/C (2019)
MATA KULIAH : P. Agama Islam
DOSEN PENGAMPU : Sugianto, S.Pdi, M.Ag
FAKULTAS TEKNIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Critical
Journal Review pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam ini dengan baik.
Dalam penulisan laporan Critical Journal Review ini, Saya selaku penyusun
merasa masih banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu saya selaku penyusun
membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak yang
membaca, demi mencapai kesempurnaan pengajuan pendapat dan kesempurnaan
Mata kuliah Pendidikan Agama Islam ini.
Atas perhatian dan kerjasama yang baik, saya ucapkan banyak terimakasih.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
4.1 Kesimpulan................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 10
LAMPIRAN .......................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
RINGKASAN JURNAL
2
pengembang kurikulum IRE untuk memastikan kesiapan guru
IRE dalam menangani masalah dan perhatian terkait pertanyaan
dan penilaian tomoral. Selain itu, dalam konteks multikultural
Malaysia
Pendahuluan Artikel ini muncul dari keprihatinan bahwa ME dan IRE
keduanya diajarkan sebagai mata pelajaran wajib dalam sistem
pendidikan Malaysia untuk siswa non-Muslim dan Muslim. Kami
bertanya-tanya apakah keduanya memiliki nilai universal, teknik,
dan filosofi yang sama karena ME dan IRE diajarkan kepada
siswa Malaysia meskipun hanya untuk siswa Muslim. Lebih
lanjut, sekolah Malaysia menekankan dan mengintegrasikan
Filsafat Nasional Pendidikannya dalam setiap mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah. Selain itu, praksis kebijakan kurikulum
pendidikan nasional menekankan bahwa kedua mata pelajaran ini
harus menjadi katalisator untuk mengembangkan masyarakat
Malaysia yang bermoral tinggi dan beretika di masa depan.
Perhatian terus menerus tentang moralitas dan masalah sosial kita
ini memberikan tuntutan konstan untuk meningkatkan pengajaran
moral dan studi agama Islam di sekolah. Penelitian ini
menganalisis perspektif sembilan guru yang mengajar kelas IRE
dan ME kepada siswa. Peneliti dengan mudah memilih peserta.
Perbandingan dilakukan dengan hal-hal yang berkaitan dengan
nilai-nilai agama Islam dan mata pelajaran moral. Kedua, dari
perbandingan ini, kami berusaha untuk mempelajari apakah inti
dari IRE yang terkait dengan kebajikan berbeda dari ME,
termasuk bagaimana ia diajarkan dan diimplementasikan.
Metode Desain penelitian studi ini melibatkan sembilan guru terpilih yang
mengajarkan nilai-nilai pendidikan agama dan moral di sekolah
umum. Mereka dipilih berdasarkan hubungan saya dengan
mereka sebagai instruktur Metodologi Pengajaran ME. Mereka
3
dipilih dengan sengaja karena keenam ustadz tersebut memiliki
pengalaman mengajar kelas IRE kepada siswanya. Tiga dari
mereka mengajar AKU di sekolah. Studi ini bersifat kualitatif,
dan guru-guru terpilih dipilih untuk menggambarkan pengajaran
ME dan IRE yang mendalam, dinamis, dan kompleks, sehingga
studi kasus digunakan. 36 Enam guru yang mengajar ME di
sekolah adalah Guru Moral A, B, C, D, E, dan F. Ketiga guru IRE
tersebut adalah Guru Agama 1, Guru Agama 2, dan Guru Agama
3.
Hasil Berdasarkan temuan, kami menyarankan bahwa IRE dan ME dapat
Dan secara ekstensif mengajarkan penalaran moral. Yusoff dan Hamzah
Pembahasan telah menekankan pentingnya mengajarkan penalaran moral dalam
konteks negara multiras dan multikultural. 44 Bagi SAYA, penalaran
moral dapat diajarkan melalui studi kasus kehidupan nyata, dan untuk
IRE, konten di dalamnya ' muamalat '( elemen yang lebih luas selain
ritual dan keyakinan dalam agama Islam, termasuk tindakan sipil dan
transaksi bisnis) yang dapat membantu guru dan siswa untuk
mempraktikkan elemen pengetahuan moral dan penalaran moral. Bagi
IRE, pengetahuan moral juga bisa diajarkan oleh menggambarkan Nabi
Muhammad ' s (SAW) karakter itu multidimensi. Nabi Muhammad
(SAW) sering direpresentasikan dalam Islam sebagai manusia holistik
yang merupakan seorang nabi dan pemimpin politik, penguasa, dan
manusia yang cerdas. Pendekatan pengajaran ini sejalan dengan
metode Brady 45, di mana guru mengajarkan kualitas atau sifat yang
telah ditentukan dari kepribadian manusia yang dipilih.
Kesimpulan Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan
antara IRE dan ME dan menentukan bagaimana perbedaan tersebut
mempengaruhi pengajaran IRE dan ME. Para peneliti telah
memasukkan metode penelitian kualitatif untuk menyelidiki masalah
penelitian. Temuan penelitian Ingrained disparities yang melekat pada
kedua subjek melakukan integrasi pekerjaan yang cukup berat dan tidak
masuk akal. Meski memiliki tujuan serupa untuk meningkatkan siswa '
4
moral dan nilai-nilai (yang saling melengkapi dan universal), perbedaan
IRE dan ME membuat integrasi mereka kompleks dan kontroversial.
5
agama yang utuh dan lengkap, Islam tidak sekedar memberi atensi
terhadap satu dimensi kehidupan, katakanlah jasmani semata tapi juga
menekankan aspek rohani. Keduanya harus berada pada suatu
keseimbangan (QS.alQashash (28):27). Dari perspektif tersebut, maka
Islam senantiasa memberi tempat bagi penghayatan keagamaan yang
bersifat eksoteris (zhahir, lahiriyah) maupun esoterik (bathini)
sekaligus1 dengan tetap berpijak pada orbit keseimbangan. Artinya
sikap ekstrimitas terhadap salah satu aspek semata bisa menimbulkan
kepincangan dan menyalahi prinsip keseimbangan dimaksud.
Metode Teori naratif
Hasil Untuk mewujudkan dan sekaligus mendidik prilaku moral bagi
Dan generasi muda, yang tidak dapat kita lupakan adalah lembaga
Pembahasan pendidikan, sekolah/madrasah. Pendidikan adalah investasi masa
depan bangsa (Social Investment), termasuk investasi untuk
menancapkan prilaku sosial yang penuh dengan peraktek etika.19
Oleh karena itu, lewat sekolah anak-anak kita dididik sekaligus
dibiasakan untuk berprilaku yang etis dan menjunjun tinggi etika
sosial di Negara tercinta ini. toh untuk pembiasaan tersebut
lembaga pendidikan itu sendiri harus memberikan contoh sebagai
lembaga yang bermoral. Bagi generasi yang beragama, yang
terbaik adalah menjalankan nilainilai etika bersumber dari ajaran
agama. Dengan demikian, bagi umat Islam akan menerima
konsekwensi di dunia dan di akhirat.
Kesimpulan Dari uraian dan penjelasan di atas maka penulis diilhami untuk
membuat catatan akhir sebagai esensi pembahasan untuk
dianalisis lebih lanjut, sebagai berikut: 1. Urgensi pendidikan
Islam adalah untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia
atau manusia yang bertaqwa. Karena dengan nilai-nilai moral dan
akhlak manusia menjadi mulia. baik dalam pandangan Allah
maupun pandangan manusia. 2. Bahwa pendidikan Islam adalah
suatu keharusan mutlak bagi setiap generasi dan dilaksanakan
6
secara konsisten dengan penuh rasa tanggungjawab, guna
mencapai kesejahteraan hidup; dan menjadi fasilitas untuk
beribadah kepada Allah. Dan pendidikan Islam dapat mengubah
karakteristik jahiliyah menjadi karakteristik mahiriya, yang
dulunya biadab menjadi beradab.
BAB III
PEMBAHASAN
7
3.2 kelebihan dan kekurangan jurnal
Persamaan Jurnal Utama dengan Pembanding:
1. Pada jurnal utama tidak terdapat dalil yang diambil dari alqur’an maupun
hadist sedangkan jurnal pembanding menambahkan dalil didalamnya
sebagai penjelas topik penelitian.
2. Jurnal utama jurnalnya sudah sangat resmi bisa dilihat ISSN nya sudah ada
sedangkan jurnal ke-2 itu tidak memiliki no ISSN.
3. Dari hasil analisis saya mengenai kelebihan jurnal ini jatuh pada jurnal
utama karena isi jurnalnya sudah sesuai dengan krirteria jurnal pada
umumnya berbeda dengan jurnal pembanding itu isinya kuran begitu
sempurna karena kurang sesuai dengan jurnal pada umumnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pada kenyataannya prilaku penghayatan keagamaan umat Islam terbagi dua
kelompok, yang satu menitik beratkan penghayatan keagamaan pada ketentuan-
ketentuan luar (al-Ahkam al-Zhawair, yakni segi-segi lahiriah) dan satu kelompok lain,
lebih menitik beratkan pada ketentuan "dalam" atau segibatiniyah2 Pendidikan
mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan diakui sebagai kekuatan
yang juga dapat membantu manusia mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban.
Selain itu pendidikan memberikan bekal kepada manusia untuk menyongsong hari
esokyang lebih cerah dan lebih manusiawi
4.2 SARAN
Sebagai penulis juga menyadari bahwa laporan makalah ini masih penuh
dengan kekurangan dan masih banyak lagi harus belajar dalam membuat makalah untuk
selanjutnya. Maka apabila ada kritik dan saran yang membangun sangat
8
membutuhkannya dalam mengevaluasi tulisan ini. Karena kritik dan saran dari para
pembaca sangat membantu untuk lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
• Mohamad Ridhuan Abdullah ,Jurnal Pendidikan Islam :Volume 10, Nomor 1,
June 2021/1443, Contrasts Between Moral and Islamic Religious Education:
Dilemmas and Prospects
• Hamriah.S, jurnal PENDIDIKAN ISLAM DAN PEMBINAAN ETIKA
MORAL Jurusan Pemikiran Islam, Volume 7 Nomor 2 Tahun 2012
9
LAMPIRAN
10
11