Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PROSES MENUA PADA LANSIA

DOSEN PEMBIMBING:
Ferry Efendi, S.Kep.,Ns, MSc, PhD

OLEH:
MUTIARA DUMALANGGA SAWITRI
132023143065

STASE KEPERAWATAN GERONTIK


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organization (WHO) lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
Ayat 2 menyebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60
tahun.
Pengertian lansia (lanjut usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian meninggal. (Darmojo,
2004 dalam Psychologymania, 2013).

2. Teori Proses Menua


Ada empat teori pokok dari penuaan menurut Klatz dan Goldman (2007), yaitu :
a. Teori Wear and Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah banyak digunakan (Overuse)
dan disalah gunakan (abuse)
b. Teori Neuroendokrin
Teori ini bberdasarkan peranan berbagai hormone bagi fungsi organ tubuh yaitu
dimana hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh
hipotalamus telah menurun.
c. Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus ada genetic memprogram genetic DNA, dimana kita dilahirkan
dengan kode genetic yang unik, dimana penuaan dan usia hidup telah ditentukan
secara genetic.
d. Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organism menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal
bebas sendiri merupakan suattu molekul yang memiliki electron yang tidak
berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi, karena
kecenderungan menarik electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi
suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu electron pada
molekul lain.

3. Proses Menua
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti akan
dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley and Patricia, 2006).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan
tua (Kholifah, 2016)

4. Masalah Kesehatan Pada Lansia


Kane, Ouslander, dan Abrass (1999) menjabarkan permasalahan yang sering dihadapi
lansia ke dalam 14 masalah atau yang sering disebut 14i Sindrom Geriatri (Geriatric
Syndrome). Keempat belas masalah tersebut adalah:
1) Immobility (penurunan/ketidakmampuan mobilisasi);
2) Instability (ketidakseimbangan, risiko jatuh);
3) Incontinence (inkontinensia urin/alvi, tidak mampu menahan buang air
kecil/besar);
a. Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan
masalah sosial dan atau kesehatan.
b. Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila penyakit
yang mendasarinya diatasi misalnya infeksi saluran kemih, gangguan
kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
c. Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensiya itu keinginan
berkemih yang tidak bias ditahan penyebanya over aktifitas/kerja otot detrusor
karena hilangnya control neurologis, terapi dengan obat-obatan anti
muskarinik prognosis baik, tipe stress kerena kegagalan mekanismes
fingter/katup saluran kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan
intra abdomen mendadak seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan
otot dasar panggul prognosis baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya
kandung kemih melebihi volume normal, post void residu> 100 cc terapi
tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensiurin.
d. Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan
untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera
panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
e. Pada inkontinensia urin untuk menghindari sering mengompol pasien sering
mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
4) Intelectual Impairment (penurunan fungsi kognitif, demensia);
5) Infection (rentan mengalami infeksi);
6) Impairment of Sensory/Vision (penurunan penglihatan, pendengaran);
7) Impaction (sulit buang air besar);
8) Isolation (rentan depresi/stres sehingga lebih sering menyendiri);
9) Inanition (kurang gizi); Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-70
tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap,
pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia)
dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan
asupan makanan.
10) Impecunity (penurunan penghasilan);
11) Iatrogenesis (efek samping obat-obatan);
12) Insomnia (sulit tidur);
a. Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan
seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat
menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar
thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang
sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
b. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansiaya itu sulit
untuk masuk ke dalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah
terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu
setelah bangun di pagi hari.
c. Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati
waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat
sore hari, batasi asupan cairan setelah jam makan malam dan okturia, batasi
tidur siang 30 menit atau kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk
menonton tv, menulis tagihan dan membaca.
13) Immunedeficiency (penurunan daya tahan tubuh)
14) Impotence (impotensi)

B. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN (TEORI)


1. Konsep Carrol A Miller
Model teori yang diperkenalkan oleh Carol disebut teori konsekuensi fungsional
untuk promosi kesehatan bagi lansia (Functional Consequences Theory for Promoting
Wellness in Older Adults). Perawat dapat menggunakanv model keperawatan ini di
berbagai situasi dimana tujuan dari keperawatannya ialah promosi kesehatan bagi
lansia. Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan pertanyaan seperti: apakah
keunikan dari promosi kesehatan untuk lansia? Dan bagaimana penerapan
keperawatan untuk kebutuhan kesehatan bagi lansia?.
Premis dasar Teori Konsekuensi Fungsional adalah sebagai berikut:
1. Perawatan keperawatan holistik membahas keterkaitan tubuh-pikiran-roh dari
setiap orang dewasa yang lebih tua dan mengakui hal itu kesehatan mencakup
lebih dari fungsi fisiologis.
2. Meskipun perubahan terkait usia tidak dapat dihindari, sebagian besar masalah
yang mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua disebabkan oleh faktor risiko.
3. Orang dewasa yang lebih tua mengalami fungsional positif atau negative
konsekuensi karena kombinasi terkait usia perubahan dan faktor risiko tambahan.
4. Intervensi dapat diarahkan untuk mengurangi atau memodifikasi konsekuensi
fungsional negatif dari faktor risiko.
5. Perawat dapat meningkatkan kesehatan pada orang dewasa yang lebih tua melalui
intervensi promosi kesehatan dan tindakan keperawatan lainnya yang membahas
konsekuensi fungsional negatif.
6. Intervensi keperawatan menghasilkan konsekuensi fungsional positif, juga
disebut hasil kesehatan, yang memungkinkan orang tua berfungsi pada level
tertinggi mereka meskipun adanya perubahan terkait usia dan faktor risiko.

2. Fokus Pengkajian (inkontinensia)


a. Riwayat keperawatan
i. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat ini.
Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului
inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi
fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi.
Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum terjadi
inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
ii. Riwayat kesehatan masa lalu.
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya,
riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi trauma/cedera
genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran kemih dan apakah dirawat
dirumah sakit.
iii. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit
ginjal bawaan/bukan bawaan.
b.Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena respon dari
terjadinya inkontinensia.
2) Pemeriksaan fisik persistem
Sistem Temuan Normal
Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda diarea yang terpajan sinar
matahari, pucat meskipun tidak anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin, penurunan perspirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan, kondisi berlipat, kendur
Distribusi lemak Penurunan jumlah lemak pada ekstremitas, peningkatan
jumlah diabdomen
Rambut Penipisan rambut
Kuku Penurunan laju pertumbuhan
Kepala dan leher Kepala Tulang nasal, wajah menajam, & angular
Mata Penurunan ketajaman penglihatan, akomodasi, adaptasi
dalam gelap, sensivitas terhadpa cahaya
Telinga Penurunan menbedakan nada, berkurangnya reflek
ringan, pendengaran kurang
Mulut, faring Penurunan pengecapan, aropi papilla ujung lateral lidah
Leher Kelenjar tiroid nodular
Thoraxs & paru-paru Peningkatan diameter antero-posterior, peningkatan
rigitas dada, peningkatan RR dengan penurunan
ekspansi paru, peningkatan resistensi jalan nafas
Sist jantung & Peningkatan sistolik, perubahan DJJ saat istirahat, nadi
vascular perifer mudah dipalpasi, ekstremitas bawah dingin
Payudara Berkurangnnya jaringan payudara, kondisi
menggantung dan mengendur
Sist pencernaan Penurunan sekresi keljar saliva, peristatik, enzim
digestif, konstipasi
Sist reproduksi Wanita Penurunan estrogen, ukuran uterus, atropi vagina
Sist perkemihan Penurunan filtrasi renal, nokturia, penurunan kapasitas
kandung kemih, inkontenensia
wanita Inkontenensia urgensi & stress, penurunan tonus otot
perineal
Inspeksi: Periksa warna, bau, banyaknya urine
biasanya bau menyengat karena adanya aktivitas
mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta
disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder,
pembesaran daerah supra pubik lesi pada meatus
uretra,banyak kencing dan nyeri saat berkemih
menandakan disuria akibat dari infeksi, apakah klien
terpasang kateter sebelumnya.
Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik /
pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu
kencing / dapat juga di luar waktu kencing.
Sist muskoloskeletal Penurunan masa & kekuatan otot, demineralisasi
tulang, pemendekan fosa karena penyempitan rongga
intravertebral, penurunan mobilitas sendi, rentang gerak
Sist neorologi Penurunan laju reflek, penurunan kemampuan berespon
terhadap stimulus ganda, insomia, periode tidur singkat

3) Pengkajian Fungsi Sosial


Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh
tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Instrument disesuaikan untuk
digunakan pada klien yang mempunyai hubungan social lebih intim dengan
teman-temannya atau dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi
keluarga sangat tinggi, nilai 4-6 disfungsi keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
4) Pengkajian status fungsional :
a) Tingkat Kemandirian Lansia :
A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi,
berpakaian dan mandi
B: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tambahan
C: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan
D: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil
G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
b) Perubahan Kognitif
a) SPMSQ (Short Portable Mental Status Quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan
intelektual terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam
hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh dan
kemampuan matematis.
b) MMSE (Mini Mental State Exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,
registrasi,perhatian dank kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan nialu 21 atau
kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang
memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
c) Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang
behubungan dengan depresi. Setiap hal direntang dengan
menggunakan skala 4 poin untuk menandakan intensitas gejala

3. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul antara lain:
a. Inkontinensia urine urgensi berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih ditandai dengan keinginan berkemih yang kuat disertai dengan
inkontinensia (D.0047)
b. Defisit perawatan diri : berpakaian, makan, eliminasi berhubungan dengan
kelemahan ditandai dengan tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara mandiri (D.0109)
c. Gangguan persepsi sensori (tipe penglihatan, pendengaran, taktil, olfaktori)
berhubungan dengan usia lanjut ditandai dengan disorientasi waktu, tempat, orang
atau situasi (D. 0085)
d. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis
(keengganan untuk makan) ditandai dengan cepat kenyang setelah makan (D.0019)
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif ditandai
dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran (D.0111)
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan kekuatan otot menurun (D.0054)
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan ditandai dengan
mengeluh sulit tidur (D.00550
h. Nyeri akut berhubungan dengan proses agen pencedera fisik ditandai dengan
proses berpikir terganggu (S.0077)
i. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan menjalin hubungan yang
memuaskan ditandai dengan menarik diri (D.0121)

4. Intervensi Keperawatan
Diagnosis keperawatan : Inkontinensia urine urgensi berhubungan dengan penurunan
kapasitas kandung kemih ditandai dengan keinginan berkemih yang kuat disertai
dengan inkontinensia (D.0047)
SLKI :
1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 jam diharapkan pola
kebiasaan buang air kecil normal
2) Kriteria hasil :
1. Kontinensia Urine (L.04036) :
a. Kemampuan berkemih meningkat (5)
b. Residu volume urine setelah berkemih menurun (5)
c. Distensi kandung kemih menurun (5)
d. Frekuensi berkemih membaik (5)
e. Sensasi berkemih membaik (5)
2. Eliminasi Urine (L.04034)
a. Sensasi berkemih meningkat (5)
b. Desekan berkemih (urgensi) menurun (5)
c. Berkemih tidak tuntas menurun (5)
d. Frekuensi membaik (5)
e. Karakteristik urine membaik (5)
SIKI :
1. Perawatan inkontinensia urine
a. Observasi
1) Identifikasi penyebab inkontinensia urine (usia)
2) Identifikasi perasaan dan persepsi terhadap inkontinensia urine yang
dialaminya
3) Monitor kebiasaan BAK
b. Edukasi
1) Jelaskan definisi, jenis inkontinensia, penyebab inkontinensia urine
2) Jelaskan jenis pakaian dan lingkungan yang mendukung proses berkemih
3) Anjurkan membatasi konsumsi cairan 2-3 jam menjelang tidur
4) Anjurkan minum minimal 1500 cc/hari, jika tidak kontraindikasi
5) Anjurkan menghindari kopi, minuman bersoda, the dan coklat
6) Anjurkan konsumsi buah dan sayur untuk menghindari konstipasi
DAFTAR PUSTAKA

Kholifah, S. N. (2016) Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: BPPSDMK


Kemenkes RI.
Alligood, M. R., 2014. Nursing Theorist and Their Work. USA: Elsevier Health Sciences.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba
Medika.
B, Pribakti. (2011). Dasar-dasar Uroginekologi.Jakarta : Sagung Seto.
Darmojo B. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.Edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Ermawati & Sudarji, S., 2013. Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lanjut Usia.
Psibernetika Universitas Bunda Mulya, 6(1).
Jayanti, Sedyowinarso & Madyaningrum, 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Depresi Lansia di Panti Werdha Wiloso Wredho Purworejo. Jurnal Ilmu Keperawatan,
3(2), pp. 133-138.
Kane, R. L., Ouslander, J. G. & Abrass, I. B., 1999. Essentials of Clinical Geriatrics. 4th ed.
New York: McGraw-Hill, Health Professions Division
Klatz, R. & Goldman, R., 2007. The Official Anti Aging Revolution: Stop the Clock, Time is
on Your Side for a Younger, Stronger, Happier You. 4th ed. United States: Basic Health
Publications, Inc
Maryam, R. S., 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Miller, C. A., 2009. Nursing for Wellness in Older Adults. US: Lippincott Williams & Wilkins
Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic ed.8; alih
bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC.
Potter, Patricia A. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Proses dan praktik. Ed. 4.
Jakarta: EGC
Psychologymania. (2012). Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Senin, 27 April,
2020. http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-lansia-lanjut-usia.html
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.
Uliyah, Musfiratul. 2008. Ketrampilan Dasar praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai