Anda di halaman 1dari 4

Pemimpin Bijaksana Pembawa Perdamaian

Pemimpin merupakan seseorang yang menjadi contoh sekaligus panutan bagi setiap
rakyatnya. Apalagi di zaman yang serba digital ini, tentu mencari seseorang pemimpin yang
tau akan masalah kemodernan merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Kita tidak bisa
serta-merta mencari pemimpin asal-asalan yang tidak tau akan hal yang berbau peradaban
dan kemodernan. Sudah pastinya kita harus memilih pemimpin visioner yang mempunyai
niatan untuk memajukan negara dengan sebaik-baiknya.
Sebagai warga negara, tentunya harus memiliki pandangan dan kejelasan. pemimpin
seperti apa yang cocok untuk mengelola sebuah negara yang memiliki berbagai macam suku,
ras, budaya, dan agama didalamnya. Seseorang pemimpin harus tau betul substansi dari
keanekaragaman itu sendiri, dengan meminimalisir sekecil mungkin segala hal yang berbau
keributan agar tidak terjadi pertengkaran.
Di dalam proses menuju kesitu, peran pemimpin amatlah besar. Tentu saja bukan
sembarang pemimpin, melainkan pemimpin yang memiliki karakter kepemimpinan. Karena
kalau kita lihat bahwasanya yang memiliki kuasa besar dalam hal kebijakan pemerintahan,
kekuasaan, dan juga politik adalah seorang pemimpin. Tapi ada satu hal yang harus diperbaiki
oleh seorang pemimpin yaitu harus mempunyai sifat kebijaksanaan.
Kenapa seorang pemimpin harus memiliki sifat kebijaksanaan? Karena kebijaksanaan
dapat memberikan kedamaian kepada setiap makhluk hidup yang ada di muka bumi.
Kejadian-kejadian sangat memprihatinkan terjadi di negeri ini, mulai dari krisis moral,
agama, dan logika. Semua itu bisa terminimalisir jika pemimpinnya mempunyai sifat
kebijaksanaan.
Jangan sampai ada pemimpin yang sebelumnya antipati terhadap perdamaian
mengubah prilakunya seratus delapan puluh derajat menjadi pro perdamaian. Setiap
pembicaraannya membuat legitimasi dengan sering menyerukan pesan perdamaian dan
kebijaksanaan, tetapi hanya dalam taraf kulit saja tanpa dibarengi dengan cinta disetiap
perkataan dan perbuatannya. kebijaksanaan seharusnya menjadi tolak ukur seseorang
pemimpin dalam menyebarkan kebahagiaan di penjuru bumi, jangan sampai kata
“perdamaian” hanya menjadi pelengkap disetiap kepentingan yang ada tanpa ada rasa
tanggung jawab untuk merealisasikannya.
Arus pergolakan pemaknaaan perdamaian selalu saja diboncengi oleh kepentingan bias
serta berpotensi membawa setiap orang ke dalam caci maki dan rasa ingin benar sendiri
disetiap masalah yang ditampilkan di depannya. Dengan munculnya pandangan seperti itu,
maka semangat perdamaian dan kebijaksanaan harus berada disetiap pemimpin yang
menginginkan sebuah perubahan bagi kemaslahatan manusia itu sendiri.
Fenomena yang terjadi beberapa tahun terakhir ini memungkinkan akan meningkatnya
rasa benci di kemudian hari, dikarenakan pandangan berbeda disetiap individu. Apalagi yang
sering menjadi pelaku utama goyahnya perdamaian adalah dari kalangan menengah ke atas
dan orang-orang berpendidikan. Maka dari itu, untuk menghindari masyarakat khususnya
kelas menengah dan berpendidikan, kita perlu pemimpin yang mampu membaca kembali
teks-teks mengenai semangat dalam perdamaian dan kebijaksanaan.
Kata-kata perdamaian dan prilaku bijaksana telah memberikan sinyal positif bagi
kehidupan masyarakat luas di seluruh dunia. Tidak memandang jenis suku, budaya, agama
dan lain sebagainya. Sifat kebijaksanaan dan perdamaian telah menjadi magnet tersendiri
dalam memberikan rasa aman dan tentram bagi manusia.
Kalau dalam filsafat Yunani ada istilah lain dalam memahami perdamaian yaitu
pronesis, yang manifestasinya tertuju pada orang berbicara ilmu dan amal. Jadi
pengetahuannya tidak hanya sebatas teori, tapi juga dibarengi dengan praktek. Semua itu
akan menjadikan seorang pemimpin ideal, karena menggabungkan antara keilmuannya
dengan amalannya.
Mungkin kita mengatahui banyak orang-orang pintar di pemerintahan entah itu
eksekutif atau legislatif. Tapi, kebanyakan dari mereka kurang tepat atau kurang bijak dalam
hal praktek dan mengambil keputusan. Maka dari itu, kunci seorang pemimpin adalah dapat
menghasilkan kebijaksaaan dari pemikiran dan perbuatannya. Karena memang kebijaksanaan
ditakdirkan untuk bersama-bersama menebarkan kebahagiaan dan kebaikan di muka bumi.
Pemimpin yang memiliki sifat kebijaksanaan tinggi, berperan besar membantu
manusia lain mencari jati diri dan eksistensi. Peran seperti itu menjadi arah untuk memilih
secara akurat dan menolak secara cermat, serta memberi pelajaran kehidupan bagi manusia.
Pelajaran kehidupan yang membuka mata serta pikiran terhadap petunjuk, penilaian
mengenai ilmu pengetahuan dan kemaslahatan bersama. Karena bagaimanapun juga,
kebijaksanaan mampu memperoleh sesuatu yang jelas disetiap masalah yang diselesaikannya.
Namun di dalam prakteknya, kebanyakan pemimpin tidak melaksanakan sifat
kebijaksaan. Mereka kurang mempunyai perhatian besar terhadap kondisi masyarakat yang
serba kompleks dengan berbagai masalah yang ada di setiap individunya. Maka dari itu,
pemimpin ideal mempunyai tiga tahap untuk masuk dalam ruangan yang disebut sebagai
kebijaksanaan.
Pertama komunal, tahap ini digunakan oleh kebanyakan pemimpin karena disetiap hal
yang di pikirkan dan dilakukan adalah baik menurut kebanyakan pemimpin lakukan. Jadi
segala masalah yang ada, jalan keluarnya mengikuti pendapat pemimpin kebanyakan. Dan
biasanya diakhir, jika memang sudah buntu akan dikembalikan semuanya kepada rakyat.
Kedua saintifik, tahap ini biasanya digunakan oleh pemimpin yang senang mengajak
rakyatnya pada kebaikan melalu teori atau pengalaman. Dibungkus dengan cara yang
menarik, membuat rakyat termotivasi dan dipenuhi oleh rasa optimisme untuk melaksanakan
segala hal yang ingin dicapai dalam kehidupan.
Ketiga nisbi, tahap ini hanya digunakan oleh pemimpin yang memang memiliki daya
analisis yang sangat tajam. Segala tindakannya selalu hati-hati dan tidak sembarangan dalam
mengambil keputusan. Karena dalam memutuskan harus melihat seberapa besar aspek moral,
ilmu, budaya, persoalan dan lain sebagainya. Semuanya itu harus di analisis secepat mungkin
agar tidak menimbulkan cheos dikemudian hari.
Jadi untuk membuat negara menjadi aman dan tentram, solusinya harus mempunyai
pemimpin yang ideal untuk dijadikan panutan. Dan pemimpin harus memiliki sifat
Kebijaksanaan dalam diri serta memberikan semangat menebarkan kedamaian kepada setiap
makhluk hidup di bumi. Karena sejatinya tujuan dari kebijaksanaan adalah untuk
kemaslahatan bersama.

REFERENSI

Bertrand Russell., Sejarah Filsafat Barat., Yogyakarta: Pustaka Pelajar., 2015.

Almakin., Keragaman dan Perbedaan., Yogyakarta: Suka-Press., 2016.

Friedrich Nietzsche., Zarathustra., Yogyakarta: Cakrawala., 2017.


BIODATA

NAMA : Muhammad Setiawan Yusup

ALAMAT : RT/RW 027/010 Dsn Ngeluk, Ds Gambyok, Kec Grogol, Kab Kediri

NO HP & WHATSAAP : 089654080589 & 085788813250

EMAIL : yosepsetiawan169@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai