Anda di halaman 1dari 50

PENYEARAH SETENGAH

GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL SATU FASA
BAB I

PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG TIDAK TERKONTROL SATU


FASA

1.1 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan Penyearah Setengah Gelombang Tidak
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari dioda sebagai rangkaian penyearah
setengah gelombang tidak terkontrol satu fasa.
2. Untuk mengetahui bentuk atau konstruksi dari rangkaian penyearah
setengah gelombang tidak terkontrol satu fasa.

1.2 Tinjauan Pustaka


1.2.1 Umum
Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan
arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis Vacuum
tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena itu, dioda dapat dimanfaatkan
sebagai penyearah arus listrik yaitu piranti elektronik yang mengubah arus
tegangan bolak-balik (AC) menjadi arus atau tegangan searah (DC).

Dioda terbentuk dari bahan semikonduktor tipe P dan N yang


digabungkan. Dengan demikian dioda sering juga disebut sebagai PN junction.
Tipe N merupakan bahan dengan kelebihan electron dan tipe P merupakan
bahan yang kekurangan satu electron sehingga membentuk hole. Hole dalam
hal ini berfungsi sebagai pembawa muatan. Apabila kutub P pada dioda
(anoda) dihubungkan dengan kutub positif sumber maka akan terjadi aliran
arus listrik dimana elektron bebas pada sisi N (katoda) akan berpindah mengisi
hole sehingga terjadi pengaliran arus. Sebaliknya apabila sisi P dihubungkan
dengan negatif baterai/sumber, maka elektron akan berpindah ke arah terminal
positif sumber. Di dalam dioda tidak akan terjadi perpindahan elektron.
1.2.2 Kontruksi Dioda
Dioda terbentuk dari bahan semikonduktor tipe P dan N yang
digabungkan. Dengan demikian dioda sering disebut PN junction. Dioda

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL SATU FASA
adalah gabungan bahan semikonduktor tipe N yang merupakan bahan dengan
kelebihan elektron dan tipe P adalah kekurangan satu elektron sehingga
membentuk Hole. Hole dalam hal ini berfungsi sebagai pembawa muatan.
Apabila kutub P pada dioda (anoda) dihubungkan dengan kutub positif sumber
maka akan terjadi pengaliran arus listrik dimana elektron bebas pada sisi N
(katoda) akan berpindah mengisi hole sehingga terjadi pengaliran arus.
Sebaliknya apabila sisi P dihubungkan dengan negatif baterai/sumber, maka
elektron akan berpindah ke arah terminal positif sumber. Didalam dioda tidak
akan terjadi perpindahan elektron. Konstruksi dioda daya sama dengan dioda-
dioda sinyal sambungan PN. Bedanya adalah dioda daya mempunyai kapasitas
daya (arus dan tegangan) yang lebih tinggi dari dioda-dioda sinyal biasa,
namun kecepatan penyaklarannya lebih rendah. Dioda daya merupakan
komponen semikonduktor sambungan PN yang mempunyai dua terminal
sebagaimana dioda pada umumnya, yaitu terminal anoda (A) dan katoda (K).

Gambar 1.1 Kontruksi Dioda

1.2.3 Karakteristik Dioda


Karakteristik dioda adalah adalah hubungan antara tegangan yang
diberikan pada ujung-ujung terminal dioda dan arus listrik yang mengalir
melaluinya. Karakteristik dioda ditunjukkan Gambar 5, tiap-tiap skala untuk
tegangan maju VF adalah 10 mA, untuk tegangan mundur VR adalah -10,
sedangkan IF untuk arus maju adalah 10 mA, dan untuk arus mundur iR adalah
1 A. Untuk VF = 0 sampai dengan 0,7 V pertambahan kuat arus maju iF sangat
kecil, dapat dikatakan bahwa dalam tegangan maju ini dioda belum
menghantarkan arus listrik. Jika VF sedikit melebihi 0,7 V maka iF meningkat
GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG
ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL SATU FASA
sangat tajam. Tegangan ini dikatakan bahwa dioda telah mengalirkan arus
listrik dan tegangan 0,7 V sehingga disebut dengan tegangan nyala (turn on
voltage). Nilai arus mundur iR adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan
arus maju.

Sebelum dioda menghantarkan arus dalam arah reverse terjadi arus


bocor reverse karena pembawa muatan minoritas berkisar dalam picoampere
(1 pA – 10-12 A). Apabila tegangan dioda yang polaritasnya negatif dinaikkan
terus, maka dapat menyebabkan kerusakan pada sambungan pn sehingga
dinamai tegangan rusak atau tegangan tembus (breakdown voltage).

Gambar 1. 2 Kurva Karakteristik Dioda

1.2.4 Simbol – Simbol Dioda


Adapun simbol Dioda sebagai berituk ini :

Gambar 1. 3 Simbol Dioda

1.2.5 Prinsip Kerja


a. Kondisi Tanpa Tegangan

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL SATU FASA
Pada kondisi tidak diberikan tegangan akan terbentuk suatu
perbatasan medan listrik pada daerah P-N junction. Hal ini terjadi diawali
dengan proses difusi, yaitu bergeraknya muatan elektron dari sisi N ke sisi
P. Elektron-elektron tersebut akan menempati suatu tempat di sisi P yang
disebut dengan holes. Pergerakan elektron-elektron tersebut akan
meninggalkan ion positif di sisi N, dan holes yang terisi dengan elektron
akan menimbulkan ion negatif di sisi P. Ion-ion tidak bergerak ini akan
membentuk medan listrik statis yang menjadi penghalang pergerakan
elektron pada dioda.
b. Kondisi Tegangan Positif (Bias Maju)
Pada kondisi ini, bagian anoda disambungkan dengan terminal positif
sumber listrik dan bagian katoda disambungkan dengan terminal negatif.
Adanya tegangan eksternal akan mengakibatkan ion-ion yang menjadi
penghalang aliran listrik menjadi tertarik ke masing-masing kutub. Ion-ion
negatif akan tertarik ke sisi anoda yang positif, dan ion-ion positif akan
tertarik ke sisi katoda yang negatif. Hilangnya penghalang-penghalang
tersebut akan memungkinkan pergerakan elektron di dalam dioda,
sehingga arus listrik dapat mengalir seperti pada rangkaian tertutup.
c. Kondisi Tegangan Negatif (Bias Mundur)
Pada kondisi ini, bagian anoda disambungkan dengan terminal negatif
sumber listrik dan bagian katoda disambungkan dengan terminal positif.
Adanya tegangan eksternal akan mengakibatkan ion-ion yang menjadi
penghalang aliran listrik menjadi tertarik ke masing-masing kutub.
Pemberian tegangan negatif akan membuat ion-ion negatif tertarik ke sisi
katoda (tipe N) yang diberi tegangan positif, dan ion-ion positif tertarik ke
sisi anoda (tipe P) yang diberi tegangan negatif. Pergerakan ion-ion
tersebut searah dengan medan listrik statis yang menghalangi pergerakan
elektron, sehingga penghalang tersebut akan semakin tebal oleh ion-ion.
Akibatnya, listrik tidak dapat mengalir melalui dioda dan rangkaian
diibaratkan menjadi rangkaian terbuka.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL SATU FASA
1.3 Rangkaian Percobaan
Adapun rangkaian percobaan pada Penyearah Setengah Gelombang
Tidak Terkontrol Satu Fasa adalah seperti pada Gambar 1.4 berikut.

Gambar 1. 4 Penyearah Setengah Gelombang Tidak Terkontrol Satu Fasa

1.4 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur dari percobaan Penyearah Setengah Gelombang Tidak
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.
1. Siapkan aplikasi PSIM.
2. Siapkan 2 buah voltmeter, 1 buah ammeter, 1 buah dioda , 1 buah resistor
dan 1 buah induktor dari toolbar element.
3. Susun rangkaian sedemikian rupa seperti pada Gambar 1.4.
4. Atur besar resistansi pada rangkaian sebesar 6 ohm dan beban L sebesar
0.5 mH.
5. Jalankan simulasi.
6. Catat bentuk gelombang yang terjadi.
7. Stop simulasi.
8. Atur besar resistansi pada rangkaian sebesar 6 ohm dan beban L sebesar
6.5 mH.
9. Jalankan simulasi.
10. Catat bentuk gelombang yang terjadi.
11. Stop simulasi.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL SATU FASA
1.5 Data Percobaan
Adapun data hasil percobaan penyearah setengah gelombang tidak
terkontrol satu fasa adalah sebagai berikut.
a. Untuk R= 6 ohm dan L= 0.5 mH

Gambar 1. 5 Gelombang Untuk R= 6 ohm dan L= 0.5 mH

b. Untuk R= 6 ohm dan L= 6.5 mH

Gambar 1. 6 Gelombang Untuk R= 6 ohm dan L= 6.5 mH

1.6 Analisa Data


Adapun analisa data yang diperoleh berdasarkan hasil percobaan adalah
sebagai berikut.
1. Untuk gelombang Vin1 dan Vin2 bentuk gelombang sama.
2. Untuk gelombang Vout1 bentuk gelombang tidak ada yang sampai
dibawah dari pada 0. Sedangkan Vout2 gelombangnya ada yang dibawah
dari pada 0, yaitu pada titik -100.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL SATU FASA
3. Untuk gelombang Idc1 Puncak tertinggi gelombangnya hanya berada pada
angka 44. Sedangkan pada Idc2 puncak tertingginya pada angka 88.

1.7 Kesimpulan dan Sarsan


Adapun kesimpulan dari percobaan Penyearah Setengah Gelombang
Tidak Terkontrol Satu Fasa adalah sebagia berikut.
1) Semua gelombang Vin berbantuk sama jika masukannya sama.
2) Besar dari resistor dan induktor mempengaruhi bentuk gelombang
Vout1 dan Vout 2.
3) Besar dari resistor dan induktor mempengaruhi bentuk gelombang dan
besar amplitudo dari Idc1 dan Idc 2.
Adapun saran dari percobaan Penyearah Setengah Gelombang Tidak
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.
1) Agar seluruh praktikan membaca modul terlebih dahulu sebelum
memulai praktikum.
2) Agar praktikan menyediakan aplikasi yang dipakai sebelum memulai
praktikum.
3) Agar praktikan belajar tentang materi terlebih dahulu.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI SATU FASA
BAB II

PENYEARAH GELOMBANG PENUH TIDAK TERKONTROL SATU


FASA

2.1 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan percobaan dari Penyearah Gelombang Penuh Tidak
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagia berikut.
1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari empat buah dioda sebagai rangkaian
penyearah gelombang penuh tidak terkontrol satu fasa.
2. Untuk mengetahui bentuk atau konstruksi dari rangkaian penyearah
gelombang penuh tidak terkontrol satu fasa.

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Umum

Gambar 2. 1 Selama positive half-cycles dari input, D1 dan D2 adalah forward-


biased dan conduct current. D3 dan D4 adalah reverse-biased

Gambar 2. 2 Selama negative half-cycles dari input, D3 dan D4 adalah


forward-biased dan conduct current. D1 dan D2 adalah reverse-biased
Pada Gambar diatas proses terjadinya output gelombang penuh hasil
dari penyearahan dioda yang diasumsikan ideal dengan metode bridge. Dari
gambar tersebut dapat diketahui bahwa ketika tegangan input sinusoida (Vin)
GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG
ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI SATU FASA
setengah gelombang positif, arus akan mengalir ke beban RL melalui D1 dan
D2 karena dibias forward, sedangkan dioda D3 dan D4 akan open karena
dibias reverse. Arus ini akan menghasilkan tegangan dengan bentuk
gelombang yang sama pada beban RL seperti halnya dengan setengah
gelombang positif pada tegangan input (Vin).
2.2.2 Konstruksi Dioda Bridge
Adapun konstruksi dari Dioda Bridge adalah sebagai berikut.

Gambar 2. 3 Konstruksi Dioda Bridge

Dioda Bridge atau dioda jembatan adalah salah satu jenis dioda yang
memiliki fungsi untuk menyearahkan arus bolak balik (Alternating
Current/AC) menjadi arus searah (Direct Current/DC).

Dari empat kaki yang dimiliki dioda bridge tadi, dua kaki terminal
berperan sebagai input untuk tegangan/arus listrik bolak balik (AC).
Sedangkan untuk dua kaki terminal ladi berfungsi sebagai terminal output
untuk arus DC positif dan negatif.

Rangkaian dioda ini disusun dengan empat blok dioda yang mampu
bekerja secara bergantian pada setiap fase sinyal sinus. Oleh karena itu dioda
bridge dapat menghasilkan gelombang output penuh hanya dari satu gulungan
transformator.

2.2.3 Karakteristik Dioda Bridge

1) Keadaan pertama siklus positif

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI SATU FASA
Pada kondisi pertama adalah siklus positif dari supply. Saat tegangan
AC mulai masuk, arus akan bergerak menuju dioda. Maka pada rangkaian
dioda D1 dan D2 akan berada pada posisi Forward Bias (Bias Maju)
sehingga mampu menghantarkan sinyal positif atau dilalui arus. Sementara
pada dioda D3 dan D4 berada pada posisi Reverse Bias (Bias Mundur),
dimana kedua dioda tersebut menghambat sisi negatif atau tidak bisa dialiri
arus.

2) Keadaan kedua siklus negatif

Pada kondisi selanjutnya adalah siklus negatif dari Supply. Ketika


tegangan AC masuk, adan arus akan bergerak ke arah dioda. Pada dioda D3
dan D4 pada posisi Forward Bias (Bias Maju) sehingga dapat melewatkan
sinyal positif atau dilalui arus. Sedangkan pada dioda D1 dan D2 pada posisi
Reverse Bias (Bias Mundur), yang mana akan memblok sinyal negatif atau
tidak dapat dialiri arus.

2.2.4 Simbol – Simbol Dioda Bridge

Adapun simbol – simbol dari dioda bridge adalah sebagai berikut.

Gambar 2. 4 simbol - simbol Dioda Bridge

2.2.5 Prinsip kerja Dioda Bridge

Pada dasarnya cara kerja dioda jenis bridge ini memanfaatkan prinsip
kerja dari komponen dioda yakni meloloskan dan menghambat tegangan atau
arus yang sesuai.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI SATU FASA
Pada gambar rangkaian dioda di atas tampak empat buah dioda D1, D2,
D3 dan D4 yang membentuk sebuah penyearah sistem jembatan. Keempat
dioda tersebut disusun secara seri, dimana hanya dua arus berjalan setiap
setangah siklus.

2.3 Rangkaian Percobaan


Adapun rangkaian percobaan dari Penyearah Gelombang Penuh Tidak
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.

Gambar 2. 5 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Tidak


Terkontrol Satu Fasa
2.4 Prosedur Percobaan

Adapun Prosedur percobaan dari Penyearah Gelombang Penuh Tidak


Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.

1. Siapkan aplikasi PSIM.


2. Siapkan 2 buah voltmeter, 1 buah sumber tegangan AC, 4 buah dioda, 2
buah resistor dan 1 buah induktor dari toolbar element.
3. Susun rangkaian seperti pada Gambar 2.5.
4. Atur resistansi pada rangkaian sebesar 6 ohm dan L sebesar 0,5 mH.
5. Jalankan simulasi.
6. Catat bentuk gelombang yang terjadi.
7. Stop simulasi.
8. Atur resistansi pada rangkaian sebasar 6 ohm dan L sebesar 2,5 mH.
9. Jalankan simulasi.
10. Catat gelombang yang terjadi.
11. Stop simulasi.
GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG
ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI SATU FASA
12. Ganti dioda D1 dengan R1 dan masukan resistansi sebesar 10Kohm
untuk beban dominan induktif.
13. Jalankan simulasi.
14. Catat gelombang yang terjadi.
15. Stop simulasi.

2.5 Data Percobaan

Adapun data percobaan dari Penyearah Gelombang Penuh Tidak


Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.

a. Untuk beban R = 6 ohm dan L = 0,5 mH

Gambar 2. 6 Gelombang Vin 1

Gambar 2. 7 Gelombang Vout 1

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI SATU FASA
b. Untuk beban R = 6 ohm dan L = 6,5 mH

Gambar 2. 8 Gelombang Vin 2

Gambar 2. 9 Gelombang Vout 2

c. Untuk D1 terbuka dengan R1 = 10k ohm

Gambar 2. 10 Gelombang Vin 3

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI SATU FASA

Gambar 2. 11 Gelombang Vout 3


2.6 Analisa Data

1. Untuk gelombang pada Vin 1, Vin 2 dan Vin 3 bentuk gelombangnya


sama.
2. Untuk gelombang pada Vout 1 dan Vout 2, bentuk gelombang sama yaitu
full wave ( gelombang penuh).
3. Untuk Vout 3 karena terbukanya D1 dan digantikan dengan R1 sebesar
10K ohm, maka bentuk gelombang ada yang berbentuk datar dan ada yang
mempunyai titk tertinggi ( amplitudo).

2.7 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan pada percobaan Penyearah Gelombang Penuh Tidak


Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.

1) Semua bentuk gelombang Vin berbentuk sama.


2) Besar R dan L pada percobaan kali ini jika di ubah tidak mempengaruhi
bentuk gelombang Voutnya, yaitu pada Vout1 dan pada Vout2.
3) Akibat dari pada D1 yang digantikan dengan R1 sebesar 10K ohm maka
sangat berpengaruh pada bentuk gelombang Vout3.

Adapun saran untuk percobaan Penyearah Gelombang Penuh Tidak


Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI SATU FASA
1) Praktikan agar lebih faham menggunakan PSIM.
2) Praktikan agar mencoba kembali yang sudah di praktikan.
3) Praktikan agar membaca modul sebelum memulai praktikum.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA
BAB III

PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG TIDAK TERKONTROL TIGA


FASA

3.1 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan Penyearah Setengah Gelombang Tidak


Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahuin prinsip kerja dioda pada Penyearah setengah


Gelombang Tidak Terkontrol Tiga Fasa.
2. Untuk mengetahui bentuk atau rangkaian pada Penyearah setengah
Gelombang Tidak Terkontrol Tiga Fasa.

3.2 Tinjauan Pustaka

3.2.1 Umum

Setelah melihat bahwa supply 3-fasa hanya tiga fasa tunggal


digabungkan bersama, kita dapat menggunakan properti multi-fasa ini untuk
membuat rangkaian penyearah 3-fasa.
Seperti pada penyearah satu 1-fasa, penyearah tiga 3-fasa
menggunakan Dioda, Thyristor, Transistor, atau Converter untuk
membuat setengah gelombang, gelombang penuh, tidak terkendali dan
rangkaian penyearah terkendali sepenuhnya mengubah supply tiga 3-fasa yang
diberikan menjadi tingkat output DC konstan.
Dalam sebagian besar aplikasi, penyearah tiga 3-fasa di-supply langsung dari
jaringan listrik utilitas utama atau dari transformator tiga 3-fasa jika tingkat
output DC yang berbeda diperlukan oleh beban yang terhubung.
Seperti dengan penyearah satu 1-fasa sebelumnya, rangkaian penyearah tiga 3-
fasa yang paling dasar adalah rangkaian penyearah setengah gelombang yang
tidak terkontrol yang menggunakan tiga dioda semikonduktor, satu dioda per
fasa.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA
3.2.2 Kontruksi Penyearah Setengah Gelombang Tidak Terkontrol Tiga
Fasa

Adapun konstruksi dari pada Penyearah Setengah Gelomabang Tidak


Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

Gambar 3. 1 Konstruksi Penyearah Setengah Gelombang Tidak Terkontrol Tiga


Fasa.

3.2.3 Karakteristik Penyearah Setengah Gelombang Tidak Terkontrol


Tiga Fasa

Penyearah 3-fasa adalah proses mengubah power supply 3-fasa stabil


menjadi power supply DC yang tetap menggunakan dioda solid state atau
thyristor.

Kami melihat dalam tutorial sebelumnya bahwa proses mengubah


supply input AC menjadi supply DC tetap disebut penyearah dengan rangkaian
paling populer yang digunakan untuk menjalankan proses penyearah ini adalah
yang didasarkan pada dioda semikonduktor solid-state.

Faktanya, penyearah tegangan AC adalah salah satu aplikasi dioda yang


paling populer, karena dioda tidak mahal, kecil dan kuat memungkinkan kita
untuk membuat berbagai jenis rangkaian penyearah baik menggunakan dioda

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA
yang terhubung secara individual atau hanya dengan modul jembatan
penyearah-satu terintegrasi.

Supply satu 1-fasa seperti yang ada di rumah dan kantor umumnya 120
Vrms atau 240 Vrms fasa-ke-netral, juga disebut line-to-neutral (L-N), dan
nominal tegangan tetap dan frekuensi menghasilkan tegangan atau arus bolak-
balik "AC" dalam bentuk gelombang sinusoidal.

Penyearah tiga 3-fasa, juga dikenal sebagai rangkaian penyearah fasa-


poli mirip dengan penyearah satu 1-fasa sebelumnya, perbedaan kali ini adalah
bahwa kami menggunakan tiga, supply satu 1-fasa terhubung bersama-sama
yang menghasilkan tiga-fasa generator.

Keuntungannya di sini adalah bahwa rangkaian penyearah tiga 3-fasa


dapat digunakan untuk memberi daya pada banyak aplikasi industri seperti
kontrol motor atau pengisian baterai yang membutuhkan kebutuhan daya yang
lebih tinggi daripada yang dapat disediakan oleh rangkaian penyearah satu 1-
fasa.

Supply tiga 3-fasa membawa ide ini selangkah lebih maju dengan
menggabungkan bersama tiga tegangan AC dari frekuensi dan amplitudo yang
identik dengan masing-masing tegangan AC disebut “fasa”. Tiga 3-fasa ini
adalah 120 derajat listrik diluar-fasa dari satu sama lain menghasilkan urutan
fasa, atau rotasi fasa: 360° ÷ 3 = 120° seperti yang ditunjukkan.

3.2.4 Simbol – Simbol Penyearah Setengah Gelombang Tidak


Terkontrol Tiga Fasa

Adapun simbol – simnbol pada rangkaian Penyearah Setengah


Gelombang Tidak Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA

Gambar 3. 2 Simbol - Simbol Penyearah Setengah Gelombang Tidak Terkontrol


Tiga Fasa.

Pada rangkaian yang satu ini menggunakan 3 buah dioda, dimana setiap
fasa melalui 1 dioda tersebut.

3.2.5 Prinsip Kerja Penyearah Setengah Gelombang Tidak Terkontrol


Tiga Fasa

Cara kerja rangkaian penyearah setengah gelombang tiga 3-fasa ini.


Anoda dari masing-masing dioda dihubungkan ke satu 1-fasa dari supply
tegangan dengan katoda dari ketiga dioda yang dihubungkan bersama ke titik
positif yang sama, secara efektif menciptakan pengaturan tipe dioda-“OR”.
Titik umum ini menjadi terminal positif (+) untuk beban sementara terminal
negatif (-) dari beban dihubungkan ke netral (N) supply.

Dengan asumsi rotasi fasa Merah-Kuning-Biru (VA - VB - VC) dan fasa


merah (VA) dimulai pada 0°. Dioda pertama yang akan dijalankan adalah dioda
1 (D1) karena akan memiliki tegangan yang lebih positif di anoda daripada
dioda D2 atau D3. Dengan demikian dioda D1 berjalan untuk setengah siklus
positif dari VA sementara D2 dan D3 berada dalam keadaan reverse-bias
mereka. Kawat netral menyediakan jalur balik untuk arus beban kembali ke
supply. 120 derajat listrik kemudian, dioda 2 (D2) mulai berjalan untuk
setengah siklus positif dari B (fasa kuning). Sekarang anoda nya menjadi lebih
positif dari dioda D1 dan D3 yang keduanya “OFF” karena mereka reverse-bias.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA
Demikian pula, 120° kemudian VC (fasa biru) mulai meningkat memutar “ON”
dioda 3 (D2) sebagai anoda nya menjadi lebih positif, sehingga mengubah pada
keadaan yang seperti kita ketahui yaitu “OFF” dioda D1 dan D2.

Kemudian kita dapat melihat bahwa untuk penyearah tiga 3-fasa, dioda
mana saja yang memiliki tegangan lebih positif di anoda dibandingkan dengan
dua dioda lainnya, ia akan secara otomatis mulai bekerja, dengan demikian
memberikan pola konduksi: D1 D2 D3 seperti yang ditunjukkan.

3.3 Rangkaian Percobaan

Adapun rangkaian percobaan dari Penyearah Setengah Gelombang Tidak


Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

Gambar 3. 3 RangkaianPenyearah Setengah Gelombang Tidak Terkontrol


Tiga Fasa

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA
3.4 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan Penyearah Setengah Gelombang Tidak
Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

1. Siapkan aplikasi PSIM.


2. Siapkan 3 sumber tegangan AC, 4 buah voltmeter, 3 buah amperemeter,
3. 3 buah dioda, 2 buah resistor dan 1 buah induktor dari toolbar element.
4. Susun rangkaian seperti Gambar 3.3.
5. Atur beban R 6 ohm dan L sebesar 6,5 mH.
6. Jalankan simulasi.
7. Catat hasil gelombang.
8. Stop simulasi.
9. Atur beban R 6 ohm dan L sebesar 6,5 mH, jika D1 diganti dengan R1
sebesar 10k ohm.
10. Jalankan simulasi.
11. Catat hasil gelombang yang terjadi.
12. Stop simulasi.

3.5 Data percobaan


Adapun data percobaan dari pada Penyearah Setengah Gelombang Tidak
Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

a. Untuk beban R = 6 ohm dan L = 6,5 mH.

Gambar 3. 4 Gelombang Vin 1

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA

Gambar 3. 5 Gelombang Vin 2

Gambar 3. 6 Gelombang Vin 3

Gambar 3. 7 Gelombang Vout 1

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA
b. Untuk R = 6 ohm dan L = 6,5 mH, jika D1 diganti dengan R1 dengan
hambatan 10 Kohm

Gambar 3. 8 Gelombang Vin 4

Gambar 3. 9 Gelombang Vin 5

Gambar 3. 10 Gelombang Vin 6

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA

Gambar 3. 11 Gelombang Vout 2

Gambar 3. 12 Gelombang I1

Gambar 3. 13 Gelombang I2

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA

Gambar 3. 14 Gelombang I3

3.6 Analisa data


Adapun analisa data pada percobaan Penyearah Setengah Gelombang
Tidak Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.
1. Untuk gelombang Vin 1, Vin 2, Vin 3, Vin 4, Vin 5 dan Vin 6, bentuk
gelombang sama dan berbentuk sinusoidal.
2. Untuk gelombang Vout1 , ada gelombang yang masih ke bawah dari titik
0 dan masih ada yang sejajar dengan titik 0.
3. Untuk Vout 2 dikarenakan D1 diganti dengan R1 sebar 10 K maka bentuk
gelombang masih ada yang di bawah sumbu x dan tidak ada yang sejajar
dengan titik 0.
4. Untuk I1 bentuk gelombang terpengaruhi akibat penggantian D1 dengan
R1, dan yang terjadi bentuk gelombang sejajar dengan titik 0 dan ada yang
mencapai titik puncak dibawah.
5. Untuk I2 dan I3 bentuk gelombang sama tetapi hanya amplitudo
maksimumnya saja yang berbeda I3 lebih besar di bandingkan I2.

3.7 Kesimpulan dan Saran


Adapun kesimpulan pada percobaan Penyearah Setengah Gelombang
Tidak Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.
1) Setiap Vin yang berasal dari sumber tegangan AC yang sama maka bentuk
gelombangnya sama.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TIDAK
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI TERKONTROL 3 FASA
2) D1 yang digantikan sengat mempengaruhi hasil keluaran dari Vout 1
maupun I1.
3) Pada keadaan tiga fasa gelombang tidak sama dengan satu fasa walau sama
– sasam menggunakan dioda.
Adapun sarana pada percobaan Penyearah Setengah Gelombang Tidak
Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.
1) Para praktikan jangan bermain saat melaksanakan praktikum.
2) Para praktikan mendengarkan arahan dari asisten yang bersangkutan.
3) Para praktikan menjaga jarak saat sedang dilaboratorium.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL 3
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA
BAB IV

PENYEARAH GELOMBANG PENUH TIDAK TERKONTROL TIGA


FASA

4.1 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan Penyearah Gelombang Penuh Tidak
Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui cara kerja dioda untuk Penyearah Gelombang Penuh


Tidak Terkontrol Tiga Fasa.
2. Untuk mengetahui kontruksi dari pada Penyearah Gelombang Penuh
Tidak Terkontrol Tiga Fasa.

4.2 Tinjauan Pustaka


4.2.1 Umum
Rangkaian jembatan penyearah tiga 3-fasa gelombang penuh yang tak
terkendali menggunakan enam dioda, dua per fasa dengan cara yang mirip
dengan penyearah jembatan fasa tunggal. Penyearah 3-fasa gelombang penuh
diperoleh dengan menggunakan dua rangkaian penyearah setengah gelombang.
Keuntungannya di sini adalah bahwa rangkaian menghasilkan output riak yang
lebih rendah daripada penyearah 3-fasa setengah-gelombang sebelumnya
karena memiliki frekuensi enam kali bentuk gelombang AC input.
Juga, penyearah gelombang penuh dapat diumpankan dari supply
delta 3-kawat 3-fasa seimbang yang seimbang karena tidak diperlukan kabel
netral (N) keempat.
Dioda Daya dapat dihubungkan bersama untuk membentuk penyearah
gelombang penuh yang mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC
berdenyut untuk digunakan dalam catu daya.
Dalam tutorial sebelumnya tentang Dioda daya sebagai penyearah setengah
gelombang kita membahas cara mengurangi variasi riak atau tegangan pada
tegangan DC langsung dengan menghubungkan kapasitor smoothing melintasi
resistor beban.Walaupun metode ini mungkin cocok untuk aplikasi berdaya

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL 3
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA
rendah, metode ini tidak cocok untuk aplikasi yang membutuhkan tegangan
supply DC yang “stabil dan mulus”.
Salah satu metode untuk memperbaiki ini adalah dengan menggunakan setiap
setengah siklus dari tegangan input daripada setiap setengah siklus lainnya.
rangkaian yang memungkinkan kita melakukan ini disebut Penyearah
Gelombang Penuh. Seperti rangkaian setengah gelombang, rangkaian
penyearah gelombang penuh menghasilkan tegangan atau arus keluaran yang
murni DC atau memiliki beberapa komponen DC tertentu.

4.2.2 Kontruksi Penyearah Gelombang Penuh Tidak Terkontrol Tiga


Fasa
Adapun kontruksi dari Penyearah Gelombang Penuh Tidak Terkontrol
Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

Gambar 4. 1 Gambar Kontruksi Penyearah Gelombang Penuh Tidak Terkontrol


Tiga Fasa

4.2.3 Karakteristik Penyearah Gelombang Penuh Tidak Terkontrol


Tiga Fasa
Penyearah gelombang penuh 3 fasa bahkan mempuntai riak yang
lebih rendah dibandingkan dengan penyarah setengah gelombang 3 fasa.
Penyearah itu tidak memerlukan tap pusat trafo 3 fasa hubungan
bintang. Penyearah hanya perlu dihungkan pada daya 3 fasa untuk
GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG
ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL 3
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA
mengoperasikannya.Oleh karena itu, daya dapat disuplay baik oleh
hunbungan bintang atau segitiga. Rangkaian penyearah gelombang penuh
tegangan 3 fasa. Diperlukan 6 dioda. Dua diode harus terus menerus
menghantarkan untuk menyediakan lintasan output DC yang lengkap. Dioda
dengan tegangan katoda yang sebagian besar positif akan dihantarkan.

4.2.4 Simbol – simbol Penyearah Gelombang Penuh Tidak Terkontrol


Tiga Fasa

Adapun simbol – simbol dari percobaan Penyearah Gelombang Penuh


Tidak Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

Gambar 4. 2 Simbol - Simbol Dari Penyearah Gelombang Penuh Tidak


Terkontrol Tiga Fasa

4.2.5 Prinsip Kerja Dari Penyearah Gelombang Penuh Tidak


Terkontrol Tiga Fasa

Seperti sebelumnya, mengasumsikan rotasi fasa Merah-Kuning-Biru


(VA - VB - VC ) dan fasa merah (VA) dimulai pada 0°. Setiap fasa
menghubungkan antara sepasang dioda seperti yang ditunjukkan. Satu dioda
pasangan konduktor daya sisi positif (+) beban, sedangkan dioda lainnya
daya sisi negatif (-) beban.
Dioda D1 D3 D2 dan D4 membentuk jaringan penyearah jembatan
antara fasa A dan B, demikian pula dioda D3 D5 D4 dan D6 antara fasa B dan
C dan D5 D1 D6 dan D2 antara fasa C dan A.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL 3
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA
Jadi dioda D1 D3 dan D5 mengumpankan rel positif dan bergantung
pada yang mana yang memiliki tegangan lebih positif pada terminal anoda-
nya. Demikian juga, dioda D2 D4 dan D6 mengumpankan rel negatif dan
dioda mana pun yang memiliki tegangan lebih negatif pada terminal katoda
konduksi.
Kemudian kita dapat melihat bahwa untuk penyearah tiga 3-fasa,
dioda menjalankan pasangan yang cocok memberikan pola konduksi untuk
arus beban: D1-2 D1-6 D3-6 D3-6 D3-4 D5-4 D5-2 dan D1-2 seperti yang
ditunjukkan.

4.3 Rangkaian Percobaan


Adapun rangkaian percobaan dari Penyearah Gelombang Penuh Tidak
Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

Gambar 4. 3 Rangkaian Percobaan Dari Penyearah Gelombang Penuh Tidak Terkontrol


Tiga Fasa

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL 3
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA
4.4 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada percobaan Penyearah Gelombang Penuh
Tidak Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.

1. Siapkan Aplikasi PSIM.


2. Siapka 3 buah sumber tegangan AC, 6 buah dioda, 4 buah volmeter,2 buah
resistor dan 1 buah induktor dari toolbar element.
3. Susun rangkaian sedemikian rupa seperti Gambar 4.3.
4. Atur hambatan R = 6 ohm dan L = 6,5 mH.
5. Jalankan simulasi
6. Catat bentuk gelombang yang terjadi.
7. Stop simulasi.
8. Kembali atur hambatan R= 6 ohm dan L= 6,5 mH dan D1 diganti dengan
R1 dengan besar hambatan 10K ohm.
9. Jalankan simulasi.
10. Catat bentuk gelombang yang terjadi.
11. Stop simulasi.

4.5 Data Percobaan


Adapun data percobaan pada percobaan Penyearah Gelombang Penuh Tidak
Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.
a. Untuk beban R= 6 ohm dan L= 6,5 mH

Gambar 4. 4 Gelombang Vin 1

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL 3
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA

Gambar 4. 5 Gelombang Vin 2

Gambar 4. 6 Gelombang Vin 3

Gambar 4. 7 Gelombang Vout 1

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL 3
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA
b. Untuk hambatan R= 6 ohm dan L= 6,5 mH dan D1 diganti dengan R1
sebesar 10K ohm

Gambar 4. 8 Gelombang Vin 4

Gambar 4. 9 Gelombang Vin 5

Gambar 4. 10 Gelombang Vin 6

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH TIDAK TERKONTROL 3
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA

Gambar 4. 11 Gelombang Vout 2

4.6 Analisa Data


Adapun analisa data dari percobaan Penyearah Gelombang Penuh Tidak
Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.
1. Bentuk Gelombang dari Vin 1, Vin 2, Vin 3, Vin 4, Vin 5, Vin 6 sama
yaitu benrbentuk sinusoidal.
2. Pada Vout 1 dan Vout 2 bentuk gelombang tetap sinusoidal tetapi berbeda
amplitudo maksimumnya saja, dimana Vout 2 lebih tingai amplitudo
maksimumnya.

4.7 Kesimpulan dan saran


Adapun kesimpulan pada percobaan Penyearah Gelombang Penuh Tidak
Terkontrol Tiga Fasa adalah sebagai berikut.
1) Setiap Vin yang sama dan sumber tegangan yang sama makan bentuk
gelombang juga akan sama.
2) Pada percobaan Penyearah Gelombang Penuh Tidak Terkontrol Tiga Fasa
hambatan resistor sebesar 10 Kohm yang menggantikan D1 tidak merusak
bentuk dari gelombang, melainkan membuat amplitudo maksimum pada
Vout 2 sangat tinggi di bandingkan Vout 1.

Adapun saran pada percobaan Penyearah Gelombang Penuh Tidak Terkontrol


Tiga Fasa adalah sebagai berikut.
1) Pada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan praktikum.
2) Pada praktikan dapat menjelaskan teori yang ditanyakan dari asisten.
3) Pada praktikan tetap semangat dan jangan mengeluh.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI 1 FASA
BAB V

PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG TERKONTROL SATU FASA

5.1 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui cara kerja Penyearah Setengah Gelombang Satu
Fasa dengan menggunakan SCR.
2. Untuk mengetahui rangkaian dari pada Penyearah Setengah
Gelombang Satu Fasa.

5.2 Tinjauan Pustaka


5.2.1 Umum
Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah
Dioda yang memiliki fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan Dioda pada
umumnya yang hanya mempunyai 2 kaki terminal, SCR adalah dioda yang
memiliki 3 kaki Terminal. Kaki Terminal ke-3 pada SCR tersebut dinamai
dengan Terminal “Gate” atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali
(Control), sedangkan kaki lainnya sama seperti Dioda pada umumnya yaitu
Terminal “Anoda” dan Terminal “Katoda”. Silicon Controlled Rectifier (SCR)
merupakan salah satu dari anggota kelompok komponen Thyristor.
Silicon Controlled Rectifier (SCR) atau Thrystor pertama kali
diperkenalkan secara komersial pada tahun 1956. SCR memiliki kemampuan
untuk mengendalikan Tegangan dan daya yang relatif tinggi dalam suatu
perangkat kecil. Oleh karena itu SCR atau Thyristor sering difungsikan sebagai
Saklar (Switch) ataupun Pengendali (Controller) dalam Rangkaian Elektronika
yang menggunakan Tegangan / Arus menengah-tinggi (Medium-High Power).
Beberapa aplikasi SCR di rangkaian elektronika diantaranya seperi rangkaian
Lampu Dimmer, rangkaian Logika, rangkaian osilator, rangkaian chopper,
rangkaian pengendali kecepatan motor, rangkaian inverter, rangkaian timer dan
lain sebagainya.
Pada dasarnya SCR atau Thyristor terdiri dari 4 lapis Semikonduktor
yaitu PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) atau sering disebut dengan PNPN
Trioda. Terminal “Gate” yang berfungsi sebagai pengendali terletak di lapisan

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI 1 FASA
bahan tipe-P yang berdekatan dengan Kaki Terminal “Katoda”. Cara kerja
sebuah SCR hampir sama dengan sambungan dua buah bipolar transistor
(bipolar junction transistor).

5.2.2 Kontruksi SCR

SCR (silicon controlled rectifier) merupakan salah satu jenis thyristor


dengan 3 buah pin yaitu Anoda, Katoda dan Gate. Untuk
membuat SCR menjadi ON adalah dengan memberi arus trigger lapisan P yang
dekat dengan katoda. Yaitu dengan membuat kaki gate pada thyristor PNPN
seperti pada gambar dibawah. Karena letaknya yang dekat dengan katoda, bisa
juga pin gate ini disebut pin gate katoda (cathode gate). Konstruksi SCR dan
simbol SCR digambarkan seperti gambar berikut.

Gambar 5. 1 Kontruksi SCR


Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini di trigger
menjadi ON, yaitu dengan memberi arus gate. Ternyata dengan memberi arus
gate Ig yang semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover (Vbo) sebuah
SCR. Dimana tegangan ini adalah tegangan minimum yang diperlukan SCR
untuk menjadi ON. Sampai pada suatu besar arus gate tertentu, ternyata akan
sangat mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan dengan tegangan forward
yang kecil sekalipun. Misalnya 1 volt saja atau lebih kecil lagi.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI 1 FASA
5.2.3 Karakteristik SCR
Kurva tegangan dan arus dari sebuah SCR adalah seperti yang ada pada
gambar berikut.

Gambar 5. 2 Kurva Karakteristik SCR

Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan


forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah
arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada
gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya terhadap tegangan
breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan
notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga arus
Ih yaitu arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap
ON maka arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas
parameter ini.
Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR
menjadi ON. Pada kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka
selamanya akan ON, walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda.
Satu-satunya cara untuk membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat
arus anoda-katoda turun dibawah arus Ih (holding current). Pada gambar-5
kurva I-V SCR, jika arus forward berada dibawah titik Ih, maka SCR kembali
pada keadaan OFF. Berapa besar arus holding ini, umumnya ada di dalam
datasheet SCR. Cara membuat SCR menjadi OFF tersebut adalah sama saja

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI 1 FASA
dengan menurunkan tegangan anoda-katoda ke titik nol. Karena inilah SCR
atau thyristor pada umumnya tidak cocok digunakan untuk aplikasi DC.
Komponen ini lebih banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi tegangan AC,
dimana SCR bisa OFF pada saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.
Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah
tegangan trigger pada gate yang menyebabkab SCR ON. Kalau dilihat dari
model thyristor seperti pada gambar sebelumny diatas, tegangan ini adalah
tegangan Vbe pada transistor Q2. VGT seperti halnya Vbe, besarnya kira-kira 0.7
volt. Seperti contoh rangkaian gambar dibawah ini sebuah SCR diketahui
memiliki IGT = 10 mA dan VGT = 0.7 volt.

5.2.4 Simbol – simbol dari SCR


Adapun simbol – simbol dari pada SCR sebagai berikut ini.

Gambar 5. 3 Simbol Dari SCR


5.2.5 Prinsip Kerja SCR
Pada prinsipnya, cara kerja SCR sama seperti dioda normal, namun
SCR memerlukan tegangan positif pada kaki “Gate (Gerbang)” untuk dapat
mengaktifkannya. Pada saat kaki Gate diberikan tegangan positif sebagai
pemicu (trigger), SCR akan menghantarkan arus listrik dari Anoda (A) ke
Katoda (K). Sekali SCR mencapai keadaan “ON” maka selamanya akan ON
meskipun tegangan positif yang berfungsi sebagai pemicu (trigger) tersebut
dilepaskan. Untuk membuat SCR menjadi kondisi “OFF”, arus maju Anoda-
Katoda harus diturunkan hingga berada pada titik Ih (Holding Current) SCR.
Besarnya arus Holding atau Ih sebuah SCR dapat dilihat dari datasheet SCR itu
GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG
ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI 1 FASA
sendiri. Karena masing-masing jenis SCR memiliki arus Holding yang berbeda-
beda. Namun, pada dasarnya untuk mengembalikan SCR ke kondisi “OFF”, kita
hanya perlu menurunkan tegangan maju Anoda-Katoda ke titik Nol.

5.3 Rangkaian Percobaan Penyearah Setengah Gelombang Terkontrol


Satu Fasa
Adapun rangkaian percobaan dari Penyearah Setengah Gelombang
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.

Gambar 5. 4 Rangkaian Percobaan Penyearah Setengah Gelombang Terkontrol


Satu Fasa

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI 1 FASA
5.4 Prosedur percobaan

1. Siapkan aplikasi PSIM.


2. Siapkan 1 buah sumber tegangan AC, 2 buah voltmeter, 1 buah pulse atau
trigger, 1buah amperemeter, 1 buah SCR, 1 buah Resistor, 1 buah inductor
dari tool element.
3. Susun rangkaian seperti pada Gambar 5.4.
4. Atur beban R , Vs = 220 V, R = 500 ohm, α = 30⁰.
5. Jalankan simulasi.
6. Catat hasil gelombang yang terjadi.
7. Stop simulasi.
8. Atur beban L levih dominan, Vs = 220 V, R= 500 ohm, α = 30⁰ dan L=
650 mH.
9. Jalankan simulasi.
10. Catat hasil dari gelombang yang terjadi.
11. Stop simulasi.
12. Atur beban L levih dominan, Vs = 220 V, R= 500 ohm, α = 30⁰ dan L=
650 mH. Dengan ditambahnya dioda freewheeling.
13. Jalankan simulasi.
14. Catat hasil gelombang.
15. Stop simulasi.

5.5 Data Percobaan


Adapun data percobaan dari percobaan Penyearah Setengah Gelombang
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.

a. Untuk beban R , Vs = 220 V, R = 500 ohm, α = 30⁰

Gambar 5. 5 Gelombang VTrigger 1

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI 1 FASA

Gambar 5. 6 Gelombang Idc 1

Gambar 5. 7 Gelombang Vout 1

b. Untuk beban L levih dominan, Vs = 220 V, R= 500ohm, α = 30⁰ dan


L= 650 mH

Gambar 5. 8 VTrigger 2
GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG
ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI 1 FASA

Gambar 5. 9 Gelombang Idc 2

Gambar 5. 10 Gelombang Vout 2

c. Untuk beban L levih dominan, Vs = 220 V, R= 500 ohm, α = 30⁰ dan


L= 650 mH. Dengan ditambahnya dioda freewheeling

Gambar 5. 11 Gelombang VTrigger 3


GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG
ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI 1 FASA

Gambar 5. 12 Gelombang Idc 3

Gambar 5. 13 Gelombang Vout 3


5.6 Analisa Data
Adapun analisa data dari percobaan percobaan Penyearah Setengah
Gelombang Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.
1. Setiap gelombang Vtrigger 1, Vtrigger 2, Vtrigger 3, sebagai masukan
pemicu untuk Gate di SCR mempunyai gelombang yang sama.
2. Induktor pada percobaan b sangat mempengaruhi bentuk gelombang Vout
2 dan Idc 2.
3. Vout 3 bentuk gelombangnya sama dengan Vout 1, dikarenakan ada dioda
freewheeling, dioda freewheeling Dioda Flyback juga disebut sebagai
Dioda Freewheeling. Ini juga disebut dengan banyak nama lain seperti
Dioda Snubber, Dioda Suppressor, Dioda Catch atau Dioda Calmp, Dioda
Commutating. Di sini dioda catch digunakan untuk menghilangkan

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH SETENGAH
GELOMBANG TERKONTROL
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI 1 FASA
flyback, ketika lonjakan tegangan yang tiba-tiba terlihat pada beban
induktif ketika arus supply tiba-tiba berkurang. Ini membantu rangkaian
dari kerusakan. Itu akan dicegah dari membeli rangkaian baru. Dioda
freewheeling adalah bentuk yang disederhanakan di mana sumber
tegangan dihubungkan ke induktor dengan sakelar.

5.7 Kesimpulan dan Saran


Adapun kesimpulan pada percobaan Penyearah Setengah Gelombang
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.
1) Setiap gelombang Vtigger sama sebagai pemicu dari Gate di SCR.
2) Dioda freewheeling membuat gelombang pada Vout 3 sama seperti Vout
1 walaupun dirangkaian tersebut ada induktornya yang cukup besar atau
pun dominan.
3) Induktor dominan dapat mengubah bentuk gelombang.

Adapun saran pada percobaan Penyearah Setengah Gelombang


Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.

1) Pada praktikan diharapkan tenang saat mengikuti praktikum.


2) Pada praktikan lebih giat dalam belajar materi.
3) Diharapkan pada praktikan dapat mengaplikasikan ilmu yang di beri
asisten.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH SEMI TERKONTROL 1
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA
BAB VI
PENYEARAH GELOMBANG PENUH SEMI TERKONTROL SATU FASA

6.1 Tujuan percobaan


Adapun tujuan percobaan dari Penyearah Gelombang Penuh Semi
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui cara kerja dari Penyearah Gelombang Penuh Semi
Terkontrol Satu Fasa.
2. Untuk mengetahui rangkaian dari Penyearah Gelombang Penuh Semi
Terkontrol Satu Fasa.

6.2 Tinjauan Pustaka


6.2.1 Umum
Pada penyearah bridge satu fasa semi terkendali terdapat dua buah
SCR dan dua dioda sebagai saklar dayanya. Skema penyearah bridge satu fasa
semi terkendali.
Selama setengah siklus positif, thyristor T1 terbias maju. Ketika
thyristor T1 dinyalakan pada ωt = α, beban dihubungkan dengan suplai
masukan melalui T1 dan D2 selama periode α ≤ ωt ≤ π. Selama setengah siklus
negatif tegangan masukan, thyristor T2 terbias maju dan bila thyristor T2
dinyalakan pada ωt = π + α maka arus akan mengalir ke beban melalui thyristor
T2 dan diode D1.

6.2.2 Kontruksi Penyearah Gelombang Penuh Semi Terkontrol Satu


Fasa
Adapun pada Penyearah Gelombang Penuh Semi Terkontrol Satu Fasa
memiliki rangkaian seperti jembatan dioda tapi bedanya pada rangkaian ini
memiliki dua buah SCR dan dua buah Dioda, pergatikan Gambar berikut ini.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH SEMI TERKONTROL 1
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA

Gambar 6. 1 Gambar Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Semi Terkontrol


Satu Fasa

6.2.3 Karakteristik Penyearah Gelombang Penuh Semi Terkontrol Satu


Fasa
Karakteristik pada rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Semi
Terkontrol Satu Fasa adalah dengan bergantinya dua buah dioda dengan dua
buah SCR, ini dilakukan dengan tujuan agar dapat dikendalikan walau hanya
setengah kendali, pada Gate SCR di masukan pemicu atau Trigger sebagai
masukan dari SCR di Gatenya. Konfigurasi jembatan memerlukan jumlah
elemen saklar dua kali dari konfigurasi mid point (hanya satu terminal yang
menuju ke output DC). Jembatan ini terdiri dari common katoda (katoda SCR
yang dihubung bersama) dan common anoda (anoda dioda yang dihubung
bersama).

6.2.4 Simbol – Simbol Penyearah Gelombang Penuh Semi Terkontrol


Satu Fasa
Adapun simbol – simbol Penyearah Gelombang Penuh Semi Terkontrol
Satu Fasa adalah sebagia berikut.

Gambar 6. 2 Semi Konverter 1 Fasa


GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG
ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH SEMI TERKONTROL 1
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA
6.2.5 Prinsip Kerja Penyearah Gelombang Penuh Semi Terkontrol
Satu Fasa
Pada Penyearah Gelombang Penuh Semi Terkontrol Satu Fasa
mempunyai prinsip kerja, Pada konfigurasi jembatan, arus DC mengalir secara
bersama melewati dua elemen pensaklaran; satu pada common katoda dan
lainnya pada common anoda. Hal ini tidak menguntungkan dibanding
konfigurasi mid point. Tetapi keuntungan lainnya dari konfigurasi ini adalah
tidak memerlukan transformator, yang berarti penghematan bentuk dan
ukurannya. Tetapi transformator mungkin masih diperlukan jika isolasi antara
sisi AC dan DC dibutuhkan. Transformator ini digunakan untuk menaikkan
dan menurunkan tegangan AC, yang berarti menyediakan tegangan AC yang
berbeda-beda sesuai kebutuhan tegangan Dcnya.

6.3 Rangkaian Percobaan


Adapun rangkaian percobaan dari Penyearah Gelombang Penuh Semi
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.

Gambar 6. 3 Rangkaian 1 Penyearah Gelombang Penuh Sami Terkendali Satu


Fasa

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH SEMI TERKONTROL 1
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA

Gambar 6. 4 Rangkaian 2 Penyearah Gelombang Penuh Semi Terkendali Satu


Fasa

6.4 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan dari Penyearah Gelombang Penuh Semi
Terkontrol Satu Fasa adalah sebagai berikut.
1. Siapkan aplikasi PSIM.
2. Siapkan 1 sumber tegangan AC, 2 buah trigger, 3 buah dioda, 2 buah
resistor, 1 buah voltmeter, 2 buah SCR, 1 buah induktor dari tool element.
3. Susun rangkaian seperti Gambar 6.3 dan 6.4.
4. Atru besar resitansi sebesar R = 500 ohm, L = 10mH dan picu = 45.
5. Jalankan simulasi.
6. Catat gelombang yang terjadi.
7. Stop simulasi.
8. Atru besar resitansi sebesar R = 500 ohm, L = 10mH dan picu = 45 dan
pada D1 diganti dengan resistor sebesar 100kohm.
9. Jalankan simulasi.
10. Catat gelombang yang terjadi.
11. Stop simulasi.
12. Susun rangkaian seperti Gambar 6.4.
13. Jalankan simulasi
14. Catat gelombang yang terjadi.
15. Stop simulasi.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH SEMI TERKONTROL 1
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA
6.5 Data Percobaan

Adapun data percobaaan daroi Penyearah Gelombang Penuh Semi


Terkendali Satu Fasa adalah sebagai berikut.

a. Untuk R = 500ohm, L= 10 mH dan picu = 45

Gambar 6. 5 Vout 1

b. Untuk R = 500 ohm, L= 10 mH dan picu = 45 dan D1 diganti dengan


R = 100k ohm

Gambar 6. 6 Vout 1 Dengan D1 Diganti R = 100k ohm

c. Untuk Gambar 6.4

Gambar 6. 7 Vout 2
GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG
ELEKTRONIKA DAYA 180402006
PENYEARAH GELOMBANG
PENUH SEMI TERKONTROL 1
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI FASA
6.6 Analisa Data
Adapun analisa data pada percobaan Penyearah Gelombang Penuh Semi
Terkendali Satu Fasa adalah sebagai berikut.
1. Pada picuan Gate di SCR mengakibatkan terkendalinya SCR pada
rangkaian percobaan Penyearah Gelombang Penuh Semi Terkendali Satu
Fasa.
2. Jika D1 diganti dengan R = 100k ohm maka bentuk gelombang pada
interval selang 0,01 sekon mempunyai amplitudo maksimum walaupun
hanya kecil.
3. Perbedaan pada Gambar rangkaian 6.3 dan 6.4 terletak pada adanya dioda
Dm, dimana terletak ada dioda yang diparalelkan setelah dioda bridge.
4. Topologi Gambar 6.4 tidak mempunyai dioda Dm.
5. Rangkaian 1 dan Rangakain 2 pemicunya sama.

6.7 Kesimpulan dan Saran


Adapun kesimpulan dari percobaan Penyearah Gelombang Penuh Semi
Terkendali Satu Fasa adalah sebagai berikut.
1) Bentuk gelombang picuan dari Gate jika frekuensi sama maka bentuk
gelombang sama.
2) D1 yang digantikan dengan R = 100k ohm sangat mempengaruhi bentuk
gelombang.
3) Topologi 2 lebih hemat di banging topologi 1.

Adapun saran dari percobaan Penyearah Gelombang Penuh Semi


Terkendali Satu Fasa adalah sebagai berikut.

1) Pada praktikan agar membaca modul sebelum memulai praktikum.


2) Pada praktikan agar menjadikan ilmu ini menjadi ilmu yang berguna
dalam pengembangan masa depan.
3) Pada praktikan jangan lupa berdoa sebelum memulai praktikum.

GROUP 7 MHD DIN RAPANI PLG


ELEKTRONIKA DAYA 180402006

Anda mungkin juga menyukai