Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “STROKE HEMORAGIK”. Perkenankanlah kami menyampaikan
terima kasih kepada Ibu Dosen Mata Kuliah Farmakologi atas tugas yang
diberikan sehingga menambah wawasan kami,demikian pula kepada teman-teman
yang turut memberi sumbang saran dalam penyelesaian makalah sebagaimana
yang kami sajikan.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak


terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami yang memohon saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 20 Mei 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau


ruangan pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf.
Karena, selain menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya,
Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.

Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih


merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada
umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini diperlukan strategi
penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan
promotif.

Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi
sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihatangka penderita Stroke yang terus
meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang
cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk
itulah penulis menyusun makalah mengenai Stroke yang menunjukan masih
menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di Indonesia.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka beberapa


masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:

1. Pengertian Stroke Hemoragik


2. Penyebab Stroke Hemoragik
3. Patofisiologis
4. Tanda dann Gejala
5. Diagnosis
6. Penaktalaksanaan
7. Komplikasi
8. Tindakan Pencegahan
9. Pengobatan

1. 3. TUJUAN

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi.


2. Untuk mengetahui Aspek Farmakologi Stroke Hemoragik.
3. Untuk mengetahui Management Stroke yang dilakukan.
BAB II

PEMBAHASAN

ASPEK FARMAKOLOGI

2.1 PENGERTIAN

Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan karena


tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel otak harus selalu
mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup agar tetap hidup dan dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Oksigen dan nutrisi ini dibawa oleh darah
yang mengalir di dalam pembuluh-pembuluh darah yang menuju sel-sel otak.
Apabila karena sesuatu hal aliran darah atau aliran pasokan oksigen dan nutrisi ini
terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat terjadi stroke.

Stroke Hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh


darah di otak, sehingga terjadi perdarahan di otak. Hemoragik stroke umumnya
terjadi karena tekanan darah yang terlalu tinggi. Hampir 70 persen kasus
haemorrhagic stroke terjadi pada penderita hipertensi (tekanan darah tinggi).
Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah,
sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan
pecah. 2. Stroke Hemoragik meliputi pendarahan di dalam otak (intracerebral
hemorrhage) dan pendarahan di antara bagian dalam dan luar lapisan pada
jaringan yang melindungi otak (subarachnoid hemorrhage) yang dapat
mengeluarkan darah. Stroke Hemorrhagic meliputi pendarahan di dalam otak
(intracerebral hemorrhage) dan pendarahan di antara bagian dalam dan luar
lapisan pada jaringan yang melindungi otak (subarachnoid hemorrhage).
2.2 PENYEBAB STROKE HEMORAGIK

Penyebab stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di dalam otak.

a. Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicunya, antara lain adalah:


- Tekanan darah tinggi (hipertensi).
- Cedera kepala berat.
- Ketidaknormalan pembuluh darah di otak sejak lahir (cacat bawaan
berupa malformasi pembuluh darah arteri dan vena).
- Aneurisma otak.
- Penyakit liver.
- Kelainan darah, contohnya penyakit anemia sel sabit dan hemofilia.
- Tumor otak.
- Efek samping penggunaan obat antikoagulan atau pengencer darah,
seperti warfarin.
b. Faktor-faktor risik Stroke Hemoragik adalah :
- Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat
keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi
atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria.
- Yang dapat diubah : hypertensi, diabetes mellitus, merokok,
penyalahgunaan obat dan alcohol, hematokrit meningkat, bruit
karotis asimtomatis, hyperurisemia dan dislidemia.

2.3 PATOFISIOLOGI

Otak sendiri merupakan 2% dari berat tubuh total. Dalam keadaan istirahat
otak menerima seperenam dari curah jantung. Otak mempergunakan 20% dari
oksigen tubuh. Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti
yang terjadi pada CVA di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan
kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif
total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri
karotis Interna.

Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada
otak melalui empat mekanisme, yaitu :

1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau


penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak
tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan
iskemik otak. Bila hal ini terjadi sedemikian hebatnya, dapat menimbulkan
nekrosis.
2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke
kejaringan (hemorrhage).
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan
jaringan otak.
4. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial
jaringan otak.

Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan


pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas
kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak
akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya
yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah
melalui jalur-jalur anastomosis yang ada.

Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah
adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit
dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini.
Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga
aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Di
samping itu reaktivitas serebrovaskuler terhadap PCO2 terganggu. Berkurangnya
aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan
fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.

Skema :

- Perdarahan arteri / oklusi


- Penurunan tekanan perfusi vaskularisasi distal
- Iskemia Pelebaran kontara lateral
- Anoksia Aktivitas elektrik terhenti
- Metabolisme Anaerob Pompa natrium dan kalium gagal
- Metabolisme Asam Natrium dan air masuk ke sel
- Asidosis lokal Edema intra sel
- Pompa natrium gagal Edema ekstra sel
- Edema dan nekrosis jaringan Perfusi jaringan serebral
- Sel mati secara progresif (defisit fungsi otak) ( Satyanegara, 1998)

2.4 TANDA DAN GEJALA STROKE HEMORAGIK

Gejala yang muncul karena serangan stroke hemoragik dapat berbeda-


beda, tergantung seberapa besar jaringan yang terganggu, lokasi, serta tingkat
keparahan perdarahan yang terjadi. Gejala stroke hemoragik intraserebral
(perdarahan otak), di antaranya adalah:

a. Vertebro basilaris, sirkulasi posterior, manifestasi biasanya bilateral :


- Kelemahan salah satu dari empat anggota gerak tubuh
- Peningkatan refleks tendon
- Ataksia
- Tanda babinski
- Tanda-tanda serebral
- Disfagia
- Disartria
- Sincope, stupor, koma, pusing, gangguan ingatan.
- Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralysis satu
mata)
- Muka terasa baal.
b. Arteri Karotis Interna
- Kebutaan Monokular disebabkan karena insufisiensi aliran darah
arteri ke retina
- Terasa baal pada ekstremitas atas dan juga mungkin menyerang
wajah.
c. Arteri Serebri Anterior
- Gejala paling primer adalah kebingungan
- Rasa kontralateral lebih besar pada tungkai
- Lengan bagian proksimal mungkin ikut terserang
- Timbul gerakan volunter pada tungkai terganggu
- Gangguan sensorik kontra lateral
- Dimensi reflek mencengkeram dan refleks patologis
d. Arteri Serebri Posterior
- Koma
- Hemiparesis kontralateral
- Afasia visual atau buta kata (aleksia)
- Kelumpuhan saraf kranial ketiga – hemianopsia, koreo – athetosis
e. Arteri Serebri Media
- Mono paresis atau hemiparesis kontra lateral (biasanya mengenai
lengan)
- Kadang-kadang heminopsia kontralateral (kebutaan)
- Afasia global (kalau hemisfer dominan yang terkena)
- Gangguan semua fungsi yang ada hubungannya dengan percakapan
dan komunikasi
- Disfagia
MANAGEMENT STROKE

2.5 DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK

Seorang pasien dapat didiagnosis mengalami stroke hemoragik


berdasarkan gejala, yang ditunjang dengan pemeriksaan. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan adalah :

- CT scan atau MRI untuk mengetahui seberapa besar kerusakan jaringan


pada otak, serta angiografi otak untuk mengetahui perkembangan
perdarahan yang terjadi.
- Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan mengambil cairan dari area otak
dan tulang belakang. Pemeriksaan ini hanya dilakukan jika hasil CT scan
atau MRI masih tidak memadai.

2.6 PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan umum 5 B dengan penurunan kesadaran :


1. Breathing (Pernapasan)
- Usahakan jalan napas lancar.
- Lakukan penghisapan lendir jika sesak.
- Posisi kepala harus baik, jangan sampai saluran napas
tertekuk.
- Oksigenisasi terutama pada pasien tidak sadar.
2. Blood (Tekanan Darah)
- Usahakan otak mendapat cukup darah.
- Jangan terlalu cepat menurunkan tekanan darah pada masa
akut.
3. Brain (Fungsi otak)
- Atasi kejang yang timbul.
- Kurangi edema otak dan tekanan intra cranial yang tinggi.
4. Bladder (Kandung Kemih)
- Pasang katheter bila terjadi retensi urine
5. Bowel (Pencernaan)
- Defekasi supaya lancar.
- Bila tidak bisa makan per-oral pasang NGT/Sonde.
b. Menurunkan kerusakan sistemik.
Dengan infark serebral terdapat kehilangan irreversible inti sentral
jaringan otak. Di sekitar zona jaringan yang mati mungkin ada jaringan
yang masih harus diselamatkan. Tindakan awal yang harus difokuskan
untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik. Tiga unsur yang
paling penting untuk area tersebut adalah oksigen, glukosa dan aliran
darah yang adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau melalui gas-gas arteri
dan oksigen dapat diberikan pada pasien jika ada indikasi. Hypoglikemia
dapat dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaan glukosa darah.
c. Mengendalikan Hypertensi dan Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Kontrol hypertensi, TIK dan perfusi serebral dapat membutuhkan
upaya dokter maupun perawat. Perawat harus mengkaji masalah-masalah
ini, mengenalinya dan memastikan bahwa tindakan medis telah dilakukan.
Pasien dengan hypertensi sedang biasanya tidak ditangani secara akut. Jika
tekanan darah lebih rendah setelah otak terbiasa dengan hypertensi karena
perfusi yang adekuat, maka tekanan perfusi otak akan turun sejalan dengan
tekanan darah. Jika tekanan darah diastolic diatas kira-kira 105 mmHg,
maka tekanan tersebut harus diturunkan secara bertahap. Tindakan ini
harus disesuaikan dengan efektif menggunakan nitropusid.
Jika TIK meningkat pada pasien stroke, maka hal tersebut biasanya
terjadi setelah hari pertama. Meskipun ini merupakan respons alamiah otak
terhadap beberapa lesi serebrovaskular, namun hal ini merusak otak.
Metoda yang lazim dalam mengontrol PTIK mungkin dilakukan seperti
hyperventilasi, retensi cairan, meninggikan kepala, menghindari fleksi
kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan yang dapat membahayakan
aliran balik vena ke kepala. Gunakan diuretik osmotik seperti manitol dan
mungkin pemberian deksamethasone meskipun penggunaannya masih
merupakan kontroversial.
d. Terapi Farmakologi
Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragik,
meskipun heparinisasi pada pasien stroke iskemik akut mempunyai potensi
untuk menyebabkan komplikasi haemoragik. Heparinoid dengan berat
molekul rendah (HBMR) menawarkan alternatif pada penggunaan heparin
dan dapat menurunkan kecendrungan perdarahan pada penggunaannya.
Jika pasien tidak mengalami stroke, sebaliknya mengalami TIA, maka
dapat diberikan obat anti platelet. Obat-obat untuk mengurangi perlekatan
platelet dapat diberikan dengan harapan dapat mencegah peristiwa
trombotik atau embolitik di masa mendatang. Obat-obat antiplatelet
merupakan kontraindikasi dalam keadaan adanya stroke hemoragi seperti
pada halnya heparin.
e. Pembedahan
Beberapa tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani
penderita stroke. Sulit sekali untuk menentukan penderita mana yang
menguntungkan untuk dibedah. Tujuan utama pembedahan adalah untuk
memperbaiki aliran darah serebral.
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran
darah otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita beberapa penyulit seperti hypertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskuler yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum
sehingga saluran pernapasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.

2.7 KOMPLIKASI
- TIK meningkat
- Aspirasi
- Atelektasis
- Kontraktur
- Disritmia jantung
- Malnutrisi
- Gagal napas

2.8 TINDAKAN PENCEGAHAN


Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan
memakan makanan tanpa garam atau makanan bayi rendah garam.
2. Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk
mempertahankan tekanan darah selama tindakan pembedahan.
Cegah jangan sampai penderita diberi obat penenang berlebihan
dan istirahat ditempat tidur yang terlalu lama.
3. Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari
program kebugaran.
4. Penurunan berat badan apabila kegemukan
5. Berhenti merokok
6. Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang
merokok, karena resiko timbulnya serebrovaskular pada wanita
yang merokok dan menelan kontrasepsi oral meningkat sampai 16
kali dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok dan tidak
menelan pil kontrasepsi.

2.9 PENGOBATAN

Pengobatan stroke hemoragik dilakukan berdasarkan penyebab, tingkat


keparahan, serta lokasi di mana perdarahan tersebut terjadi. Penderita stroke
hemoragik akan dirawat di unit rawat intensif agar dapat dipantau kondisinya
secara ketat. Penanganan stroke hemoragik bertujuan untuk mengendalikan
perdarahan dan mencegah terjadinya komplikasi. Penanganan dilakukan dengan
pemberian obat. Dalam kasus stroke hemoragik, pasien yang rutin
mengonsumsi obat pengencer darah, akan dihentikan sementara, karena akan
memperparah perdarahan. Bahkan bila perlu, diberikan obat untuk membantu
pembekuan darah. Di antaranya adalah pemberian vitamin K, transfusi darah
trombosit, atau faktor pembekuan. Obat pereda nyeri juga bisa diberikan pada
pasien guna meredakan sakit kepala. Namun, obat antiinflamasi nonsteroid tidak
dianjurkan untuk pasien stroke hemoragik karena hanya akan memperburuk
perdarahan. Selain itu, obat pencahar juga dapat diberikan guna mencegah pasien
mengejan terlalu keras saat BAB, yang dapat meningkatkan tekanan pada
pembuluh darah di rangka kepala. Untuk mencegah perkembangan perdarahan
yang lebih parah, dokter dapat memberi obat seperti antagonis kalsium.
Pengobatan ini bertujuan untuk menjaga tekanan darah tetap rendah agar tidak
terjadi perdarahan kembali. Jika pasien mengalami kejang, maka obat
antikonvulsan akan diberikan.

Pada penderita perdarahan subarachnoid, dapat dilakukan pemasangan


selang dalam otak untuk mengeluarkan cairan serebrospinal. Tindakan ini
bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mencegah hidrosefalus. Untuk
kasus stroke hemoragik yang sangat parah, dibutuhkan tindakan operasi guna
memperbaiki pembuluh darah dan menghentikan perdarahan, terutama jika stroke
terjadi karena malformasi (kelainan) arteri-vena. Namun demikian, tindakan ini
perlu diperhitungkan baik-baik karena operasi sendiri dapat menyebabkan
kerusakan otak lebih lanjut.

Setelah menjalani pengobatan, pemulihan pasien tergantung dari tingkat


keparahan stroke dan kerusakan jaringan otak yang terjadi. Bagi penderita stroke
hemoragik yang tidak mengalami komplikasi, dapat pulih dalam waktu beberapa
minggu setelah pulang dari rumah sakit. Tapi bagi pasien stroke hemoragik di
mana telah terjadi kerusakan jaringan, dibutuhkan terapi tambahan, seperti terapi
fisik, kegiatan, atau terapi bicara. Terapi-terapi tersebut dimaksudkan untuk
mengembalikan fungsi jaringan yang rusak sehingga dapat bekerja secara normal
kembali.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Stroke Hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh


darah di otak, sehingga terjadi perdarahan di otak. Strok hemoragik memiliki 2
faktor yaitu faktor penyebab dan faktor resiko. Pemeriksaan diagnosis penunjang
yang dilakukan adalah :

- CT scan atau MRI untuk mengetahui seberapa besar kerusakan jaringan


pada otak, serta angiografi otak untuk mengetahui perkembangan
perdarahan yang terjadi.
- Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan mengambil cairan dari area otak
dan tulang belakang. Pemeriksaan ini hanya dilakukan jika hasil CT scan
atau MRI masih tidak memadai.

Stroke hemoragik ini memiliki beberapa komplikasi yaitu TIK meningkat,


Aspirasi, Atelektasis, Kontraktur, Disritmia jantung, Malnutrisi, dan Gagal napas
Stroke. Hemoragik dapat dicegah dengan pembatasan makan garam, jangan
memakan obat penenang, peningkatan kegiatan fisik, dan berhenti merokok.

3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

J, Iskandar (2007), Stroke A-Z. PT BIP-Gramedia, Jakarta.

http://tutiiskandar.wordpress.com/2009/01/30/makalah-stroke/

Anda mungkin juga menyukai