Kita sudah mengenal makna kata anugrah dan musibah. Ketika kita mendengar kata anugrah dalam pikiran kita terbersit hal-hal yang indah-indah, yang membahagiaan, atau yang lainnya yang bersifat positif. Sementara Ketika mendengar kata musibah tentunya pikiran kita tertuju ke hal-hal yang tidak mengenakan, mengecewakan, atau meresahkan. Tapi lain dengan yang apa saya rasakan waktu itu. Dan hal ini pun dianggap sebagai suatu hal yang dahsyat bagi diri saya. Waktu itu hari sabtu, tanggal 22 Agustus 2020. Sekitar pukul 00.00 bersama para karyawan toko dan saudara berangkat ke Pangandaran. Waktu solat subuh, tiba di sebuah rumah makan daerah Rajapolah. Mereka pada solat subuh sementara saya sendiri karena sedang tidak solat tiduran di dalam mobil. Tas di simpan di depan. Ketika itu adik masuk mobil dan duduk di kursi belakang. Pintu dibiarkan terbuka karena di dalam mobil gelap. Mata saya merem tapi sebenarnya tidak tidur. Tiba-tiba adik saya berteriak “itu apa yang diambil?” Siapa kamu?” saya mendengarnya tapi tidak menghiraukan dikira adik saya berkata-kata dengan putranya. Eh ternyata tas saya yang diambil. Adik saya mengejarnya dan pencuri itu berlari cepat menuju sebuah mobil Avanza yang sudah siap di pinggir jalan. Mobil Avanza itu melaju dengan cepatnya. Adik saya membangunkan saya yang padahal waktu itu sebenarnya saya tidak tidur beneran tapi hanya tiduran saja. Dia mengatakan tas saya ada yang mengambil. Yang saya heran mengapa tidak ada rasa kaget sedikit pun dalam diri saya Ketika saya tahu bahwa tas saya ada yang mengambil. Padahal saya orangnya paling mudah sewot. Apalagi kalau mengingat isi dalam tas itu uang sekitar 15 juta, hp 2 , modem, surat-surat berharga dan yang lainnya. Kita adalah manusia normal, apabila terjadi pencurian seperti itu pasti ada rasa kaget, kecewa, atau marah. Tapi alhamdulillah saat itu saya nyantai saja. Yang ada dalam pikiran saya bagaimana caranya saya dapat uang pinjaman supaya bisa terus melanjutkan perjalanan karena ATM saya semuanya ada di dalam tas itu. Telepon sana, telepon sisi yang akhirnya saya dapat uang pinjaman dari keponakan 10 juta. Saya bersyukur dan melanjutkan perjalanan ke Pangandaran. Alhamdulillah selama di Pangandaran pun saya merasa tidak pernah ada kejadian musibah apa pun. Kakak dan adik saya pada heran juga. Mungkin itulah yang sebenarnya dikatakan rijki yang sesungguhnya Ketika kita mendapat musibah kita ihklas menerimanya. Makanya orang lain mengatakan saya dapat musibah tapi saya sebenarnya mengatakan itu adalah anugrah. Dari kejadian tersebut saya terus tafakuri ternyata ketenangan hidup dan keindahan hidup itu berada dalam ketenangan jiwa. Seberat apapun musibah yang kita alami apabila kita terima dengan rasa syukur dan intropeksi diri mengapa musibah itu sampai terjadi pada diri kita, maka kita akan merasakan anugrah yang luar biasa yaitu ketenangan jiwa dan semakin yakin bahwa Alloh lah yang maha mengatur segalanya. Saya orangnya termasuk tipe cepat panik. Tapi berkaca dari kejadian di atas alhamdulillah sekarang saya sudah mendapat kasih sayang dari Alloh berupa ketenangan ketika mendapat musibah. Hal ini terjadi karena akhir-akhir ini saya belajar dan belajar dari kejadian yang selalu menimpa diri saya.. Segala sesuatu ada latar belakangnya. Dan Ketika kita mendapat sesuatu hal yang memukul perasaan kita janganlah menyimpulkan bahwa kita sedang ada dalam keterpurukan. Alloh memberikan rasa kasih sayang kepada setiap makhluknya dengan cara yang berbeda. Alloh pun memberikan rezeki kepada setiap makhluknya dengan cara yang berbeda juga. Rezeki tidak selalu harus berupa harta tetapi rezeki bisa berupa wujud yang lain. Apapun yang menimpa hidup kita adalah rezeki meskipun sesuatu yang sangat menyakitkan atau mengecewakan. Mengapa sesuatu yang menyakitkan atau yang mengecewakan tapi disebut rezekii? Karena dengan sesuatu yang menyakitkan itu justru sebagai hidayah supaya kita selalu dekat dengan Alloh. Ketika suatu musibah dianggap anugrah maka itu sebagai tanda rasa syukur kita terhadap Alloh Swt. Kita selalu menganggap bahwa syukur itu hanya diungkapkan ketika kita mendapatkan suatu kebahagiaanh. Itu hal yang keliru. tetapi kita pun harus bersyukur ketika berada dalam keterpurukan itu merupakan hal yang istimewa. Barang siapa yang bersyukur maka Alloh akan menambah nikmat kepada kita. Dan ingat bahwa Alloh tidak akan membebani nasib suatu kaum apabila kaum itu tidak sanggup untuk memikulknya. Dan ingat juga bahwa setiap dalam kesulitan pasti akan ada kemudahan. Jika Alloh mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji dengan suatu cobaan. Barang siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia akan mendapat keridhaan Alloh dan barang siapa berkeluh kesah (marah) makai akan mendapat murka Alloh. Merebaknya pandemic Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap tatanan sosial di masyarakat. Pendidika, ekonomi, perdagangan, hingga kehidupan social bermasyarakat mengalami pergeseran atas wabahnya Covid-19 ini. Bagi kita yang tidak paham akan hikmah dibalik semua itu maka akan beranggapan bahwa dengan adanya Copid-19 ini merupakan musibah. Tetapi bagi kita yang mengambil hikmah dari kondisi Covid-19 ini maka akan merasakan bahwa kosndisi sekarang ini merupakan anugrah. Kenapa dikatakan anugrah? Karena kita banyak waktu berkumpul dengan keluarga dan mendekatkan diri kepada Alloh Swt. Kita harus menjadi insan yang ceradas sehingga setiap musibah yang terjadi pada diri kita selalu diambil hikmahnya. Bekerja di rumah dan belajar di rumah menjadi sebuah muhasabah dari sebuah musibah. Marilah kita Bersama melihat setiap musibah sebagai anugrah yang mampu menggugurkan setiap khilaf dan salah yang telah kita perbuat.