Anda di halaman 1dari 3

ANUGRAH BUKAN MUSIBAH

Oleh: Aan Nurhayati,M.Pd.


Kita sudah mengenal makna kata anugrah dan musibah. Ketika kita mendengar kata
anugrah dalam pikiran kita terbersit hal-hal yang indah-indah, yang membahagiaan, atau yang
lainnya yang bersifat positif. Sementara Ketika mendengar kata musibah tentunya pikiran kita
tertuju ke hal-hal yang tidak mengenakan, mengecewakan, atau meresahkan. Tapi lain dengan
yang apa saya rasakan waktu itu. Dan hal ini pun dianggap sebagai suatu hal yang dahsyat bagi
diri saya.
Waktu itu hari sabtu, tanggal 22 Agustus 2020. Sekitar pukul 00.00 bersama para
karyawan toko dan saudara berangkat ke Pangandaran. Waktu solat subuh, tiba di sebuah rumah
makan daerah Rajapolah. Mereka pada solat subuh sementara saya sendiri karena sedang tidak
solat tiduran di dalam mobil. Tas di simpan di depan. Ketika itu adik masuk mobil dan duduk di
kursi belakang. Pintu dibiarkan terbuka karena di dalam mobil gelap. Mata saya merem tapi
sebenarnya tidak tidur. Tiba-tiba adik saya berteriak “itu apa yang diambil?” Siapa kamu?” saya
mendengarnya tapi tidak menghiraukan dikira adik saya berkata-kata dengan putranya. Eh
ternyata tas saya yang diambil. Adik saya mengejarnya dan pencuri itu berlari cepat menuju
sebuah mobil Avanza yang sudah siap di pinggir jalan. Mobil Avanza itu melaju dengan
cepatnya. Adik saya membangunkan saya yang padahal waktu itu sebenarnya saya tidak tidur
beneran tapi hanya tiduran saja. Dia mengatakan tas saya ada yang mengambil. Yang saya heran
mengapa tidak ada rasa kaget sedikit pun dalam diri saya Ketika saya tahu bahwa tas saya ada
yang mengambil. Padahal saya orangnya paling mudah sewot. Apalagi kalau mengingat isi
dalam tas itu uang sekitar 15 juta, hp 2 , modem, surat-surat berharga dan yang lainnya.
Kita adalah manusia normal, apabila terjadi pencurian seperti itu pasti ada rasa kaget,
kecewa, atau marah. Tapi alhamdulillah saat itu saya nyantai saja. Yang ada dalam pikiran saya
bagaimana caranya saya dapat uang pinjaman supaya bisa terus melanjutkan perjalanan karena
ATM saya semuanya ada di dalam tas itu. Telepon sana, telepon sisi yang akhirnya saya dapat
uang pinjaman dari keponakan 10 juta. Saya bersyukur dan melanjutkan perjalanan ke
Pangandaran. Alhamdulillah selama di Pangandaran pun saya merasa tidak pernah ada kejadian
musibah apa pun. Kakak dan adik saya pada heran juga. Mungkin itulah yang sebenarnya
dikatakan rijki yang sesungguhnya Ketika kita mendapat musibah kita ihklas menerimanya.
Makanya orang lain mengatakan saya dapat musibah tapi saya sebenarnya mengatakan itu adalah
anugrah.
Dari kejadian tersebut saya terus tafakuri ternyata ketenangan hidup dan keindahan hidup
itu berada dalam ketenangan jiwa. Seberat apapun musibah yang kita alami apabila kita terima
dengan rasa syukur dan intropeksi diri mengapa musibah itu sampai terjadi pada diri kita, maka
kita akan merasakan anugrah yang luar biasa yaitu ketenangan jiwa dan semakin yakin bahwa
Alloh lah yang maha mengatur segalanya.
Saya orangnya termasuk tipe cepat panik. Tapi berkaca dari kejadian di atas
alhamdulillah sekarang saya sudah mendapat kasih sayang dari Alloh berupa ketenangan ketika
mendapat musibah. Hal ini terjadi karena akhir-akhir ini saya belajar dan belajar dari kejadian
yang selalu menimpa diri saya.. Segala sesuatu ada latar belakangnya. Dan Ketika kita mendapat
sesuatu hal yang memukul perasaan kita janganlah menyimpulkan bahwa kita sedang ada dalam
keterpurukan.
Alloh memberikan rasa kasih sayang kepada setiap makhluknya dengan cara yang
berbeda. Alloh pun memberikan rezeki kepada setiap makhluknya dengan cara yang berbeda
juga. Rezeki tidak selalu harus berupa harta tetapi rezeki bisa berupa wujud yang lain. Apapun
yang menimpa hidup kita adalah rezeki meskipun sesuatu yang sangat menyakitkan atau
mengecewakan. Mengapa sesuatu yang menyakitkan atau yang mengecewakan tapi disebut
rezekii? Karena dengan sesuatu yang menyakitkan itu justru sebagai hidayah supaya kita selalu
dekat dengan Alloh.
Ketika suatu musibah dianggap anugrah maka itu sebagai tanda rasa syukur kita terhadap
Alloh Swt. Kita selalu menganggap bahwa syukur itu hanya diungkapkan ketika kita
mendapatkan suatu kebahagiaanh. Itu hal yang keliru. tetapi kita pun harus bersyukur ketika
berada dalam keterpurukan itu merupakan hal yang istimewa. Barang siapa yang bersyukur maka
Alloh akan menambah nikmat kepada kita. Dan ingat bahwa Alloh tidak akan membebani nasib
suatu kaum apabila kaum itu tidak sanggup untuk memikulknya. Dan ingat juga bahwa setiap
dalam kesulitan pasti akan ada kemudahan.
Jika Alloh mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji dengan suatu cobaan. Barang
siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia akan mendapat keridhaan Alloh dan barang siapa
berkeluh kesah (marah) makai akan mendapat murka Alloh.
Merebaknya pandemic Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap tatanan
sosial di masyarakat. Pendidika, ekonomi, perdagangan, hingga kehidupan social bermasyarakat
mengalami pergeseran atas wabahnya Covid-19 ini. Bagi kita yang tidak paham akan hikmah
dibalik semua itu maka akan beranggapan bahwa dengan adanya Copid-19 ini merupakan
musibah. Tetapi bagi kita yang mengambil hikmah dari kondisi Covid-19 ini maka akan
merasakan bahwa kosndisi sekarang ini merupakan anugrah.
Kenapa dikatakan anugrah? Karena kita banyak waktu berkumpul dengan keluarga dan
mendekatkan diri kepada Alloh Swt. Kita harus menjadi insan yang ceradas sehingga setiap
musibah yang terjadi pada diri kita selalu diambil hikmahnya. Bekerja di rumah dan belajar di
rumah menjadi sebuah muhasabah dari sebuah musibah. Marilah kita Bersama melihat setiap
musibah sebagai anugrah yang mampu menggugurkan setiap khilaf dan salah yang telah kita
perbuat.

Anda mungkin juga menyukai