Anda di halaman 1dari 23

“MAKALAH”

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT(MTBS) DAN

MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA(MTB)

DISUSUN: OLEH KELOMPOK 7

 RAMLAWATI
 RESTI SURYAWATI
 RETNO HANDAYANI
 REZKI AMELIA
 PUTRI SRIYANTI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karuniaNyalah,
makalah yang berjudul “Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM)” ini bisa diselesaikan. Tujuan dari penulisan makalah ini
ialah untuk menambah pengetahuan tentang asfiksia pada bayi baru lahir dan
penanganannya agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada
neonatus. Sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar, seorang
tenaga kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan neonatus yang optimal.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah
terlibat dalam proses penulisannya, yang senantiasa memotivasi.

Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis
telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis
menyadari makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapakan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila angka ini
dikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari atau 17
kematian bayi setiap 1 jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita
(AKBAL) sebesar 44/1000 kelahiran hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari atau 22
kematian balita setiap jamnya. Bila kita mencoba menghitung lebih jauh lagi, berarti terjadi
lebih dari 15.000 kematian balita setiap bulannya.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada beberapa penyakit utama
yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua
penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4% dan
pneumonia 24%, sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia
15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.

Berdasarkan data diatas WHO dan UNICEF terdorong ubtuk mengembangkan suatu strategi
yang disebu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Dalam
pelayanan dengan pendekatan MTBS selain upaya kuratif juga dilakukan sekaligus upaya
promotif dan preventif. MTBS diracang terutama untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh para medis dengan mengintegrasikan kegiatan manajerial
seperti pelatihan, supervisi, komunikasi, monitoring dan evaluasi.

B. Tujuan

1. Untuk memahami Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM).

2. Untuk mengetahui definisi MTBS dan MTBM.

3. Untuk mengetahui proses manajemen kasus balita sakit

4. Untuk mengetahui tatalaksana bayi sakit


BAB II

PEMBAHASAN

A. MTBS (Manajemen Terpadu Bayi Sakit)

MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia
0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan
tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya
yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll.

Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-
penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap karena
meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan
konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan
MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan
kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

1. Definisi MTBS

Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan,dilaksanakan secara


terpadu mengenai klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan konseling yang
diberikan. MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian
balita dan menurunkan angka kesakitan.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam


tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian
vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah
lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1,
2004).

2. Tujuan MTBS

Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang terkait dengan
penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di
unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberikan konttribusi terhadap pertumbuhan
perkembangan kesehatan anak.

Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini,
memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan
pengetahuan bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan
system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai
rujukan. ( Modul MTBS 1, 2008 )

3. Proses Manajemen Kasus Balita Sakit

Proses manajemen kasus disajikan dlam suatu bagan yang memperlihatkan urutan langkah –
langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Langkah – langkahnya yaitu :

a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.

Menilai anak maksudnya adalah melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik.

b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan.

Membuat klasifikasi diartikan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit


atau masalah serta tingkat keparahannya.Memilih suatu kategori atau klasifikasi untuk setiap
gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Klasifikasi merupakan
suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnose spesifik penyakit.
Menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan
klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara
memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah.

c. Memberi konseling bagi ibu.

Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, member
anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya
kembali ke fasilitas kesehatan.

d. Manajemen terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan, memberi pelayanan tindak
lanjut.

Manajemen terpadu bayi muda meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan
tindakan dan memberi pengobatan, konseling, dan tindak lanjut pada bayi umur kurang dari 2
bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi muda
umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan tidak berbeda
dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Memberi pelayanan tindak lanjut berarti
menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.

Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu :

a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita


sakit (selain dokter, petugas kesehatan non dokter, dapat pula memeriksa danmenangani
pasien apabila sudah dilatih ).

b. Memperbaiki system kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan


dalam 1 kali pemeriksaan MTBS)

c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat alam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan).

4. Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 tahun

Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun
tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan tahap
penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan
pengobatan, tahap pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara
jelas dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Penilaian Tanda & Gejala

Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang dinilai
adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah,kejang, letargis atau
tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare, lemah, masalah
telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain.

a. Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan
dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi pernapasan adalah pada
anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan 50 atau lebih permenit sedangkan
frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali permenit.

b. Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar, atau
cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek, gelisah, rewel, haus
atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak campur darah).

c. Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku kuduk,
dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata,luka pada mulut,mata bernanah
adanya tanda presyok seperti nadi lemah,ektremitas dingin,muntah darah,berak
hitam,perdarahan hidung,perdarahan bawah kulit,nyeri ulu hati dan lain-lain.

d. Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya


pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari,dan lain-lain

e. Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus,bengkak pada
kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa garis merah pada pemeriksaan berat badan
menurut umur.

2. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan


Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan
gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat
kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut.

a. Klasifikasi pneumonia

Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1) Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan dinding


dada kedalam,adanya stridor

2) Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat cepat

3) Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya keluhan
batuk

b. Klasifikasi dehidrasi

Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi menjadi 3
kelompok yaitu:

1) Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar,mata
cekung,turgor kulit jelek sekali,

2) Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata


cekung,haus,turgor jelek

3) Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi

c. Klasifikasi diare persisten

Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari dengan
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan adanya tanda
dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi.

d. Klasifikasi disentri

Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan tetapi apabilah
diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darah

e. Klasifikasi resiko malaria

Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi rendah atau tampak
resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan resiko terhadap malaria
ataukah pernah kedaerah yang beresiko,maka apabila terdapat hasil klasifikasi maka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi
dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya
umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi malaria apabila hanya demam ditemukan
suhu 37,5 derajat celcius atau lebih.

2) Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu


penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk dan
kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak dan klasifikasi demam
mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan flek atau adanya campak atau juga adanya
penyebab lain dari demam. Klasifikasi tanpa resiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta
klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada
kaku kuduk.

f. Klasifikasi Campak

Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya umum terjadi
kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut yang dalam & luas serta adanya
tanda umum campak seperti adanya ruang kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya
batuk, pilek, atau mata merah.

2) Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda mata
bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila hanya khas campak yang
tidak disertai tanda klasifikasi diatas.

g. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu :

1) DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit (ptkie)
adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau tidak teraba, muntah
bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya tourniquet positif.

2) Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik
perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie

3) Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila tidak ada
tanda seperti diatas hanya ada demam.

h. Klasifikasi Masalah Telinga

Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :

1) Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di belakang


telinga,

2) Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga
dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga
3) Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang keluar
dari telinga dan terjadi 14 hari lebih

4) Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di atas

i. Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1) Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada kedua kaki
serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucatan.

2) Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda sebagai berikut:
apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur di bawah garis merah

3) Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti di
atas.

3. Penentuan Tindakan & Pengobatan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah
diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.

a. Pneumonia

Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit
sebagai berikut.

Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama
adalah :

1) Berikan dosis petama antibiotika

Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim + sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah


amoksilin

2) Lakukan rujukan segera

b. Dehidrasi

Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari dehidrasi,
apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:

1) Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit melalui
mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau NaCl

2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik
berikan tetesan intravena

3) Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
4) Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3 jam
dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi dan lakukan
sesuai dengan derjat dehidrasi

5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI

c. Klasifikasi diare pesisten

Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila ditemukan
adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah : pilihan pertama antibiotika
kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.

d. Klasifikasi Resiko Malaria

Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat ditentukan dari
tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb :

1) Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muskular

2) Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama adalah
klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin + primakuin (untuk
anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan)

3) Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian


klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian
klorokuin

e. Klasifikasi Campak

Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :

Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai
kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat
celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan
gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain
maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.

f. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain apabila
ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah, apabila
dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau oralit apabila
dilakukan rujukan selama perjalanan.

Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah


1) Benrikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam ringer
laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan peroaral selama
perjalan.

2) Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit

3) Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra vena
dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba berikan cairan 15-20
ml/kgbb dalam /1 ja

g. Klasifikasi masalah telinga

Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain
berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol apabila kronis
ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap.

h. Klasifikasi status gizi

Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa anak
kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai aadanya anemia
maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko tinggi malaria dapat
diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak berumur 4 bulan atau lebih
dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif

4. Pemberian Konseling

Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan
sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:

a. Konseling pemberian makan pada anak

1) Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan cara
meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek, kemudian anak
mendapat makan atau minum lain, apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat rendah
menyatakan berapa banyak makan atau minum yang diberikan pada anak apakah anak dapat
makan sendiri dan bagaimana caranya apakah selama sakait makan ditambah dan lain-lain.

2) Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu

b. Konseling pemberian cairan selama sakit

Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan ibu agar
memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta meningkatkan kebututhan
cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin atau air matang.

c. Konseling kunjungan ulang


Pada pemberian konseling tentang kunjungan ulang yang harus dilakukan pada ibu atau
keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam waktu yang ditentukan ibu
harus segera ke petugas kesehatan.

5. Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut

a. Pnemonia

Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan
pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan tanda bahaya umum
atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis antibiotika pilihan kedua atau
suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan, namun apabila frekuensi nafas atau nafsu
makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika pilihan ketiga kemudianapabila
nafas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan pemberian antibiotika sampai 5 hari.

b. Diare persistem

Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi diare
apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan obat yang
diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai umur.

c. Disentri

Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi jumlah
darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila anak masi mengalami disentri
maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan derajatnya.

d. Resiko malaria

Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam lagi dalam
14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan malaria oral pilihan
kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan sesuai protap.

e. Campak

Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari dengan
mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya apabila mata masi
bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara
mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan dan apabila kurang benar maka
ajari dengan benar.

f. Demam berdarah

Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan evaluasi
tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya umum dan adanya kaku kuduk
maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman tindakan pada penyakit demam berdarah
dengan penyakit berat,akan tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah
maka berikan pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka
lakukan tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi
ditemukan demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.

g. Masalah telinga

Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan
mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktukunjungan
didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka segera
lakukan rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan atau nana maka
lakukan pengobatan antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan bagian telinga,apabila
sudah benar anjurkan tetap mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara
mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau tidak
keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis.

B. MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda)

Dalam perkembangannya mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda umur kurang dari 2
bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 tahun tidak termasuk pada Bayi Muda
tapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun. Bayi Muda mudah sekali menjadi sakit,
cepat menjadi berat dan serius bahkan meninggal terutama pada satu minggu pertama
kehidupan bayi. Penyakit yang terjadi pada 1 minggu pertama kehidupan bayi hampir selalu
terkait dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut merupakan karakteristik
khusus yang harus dipertimbangkan pada saat membuat klasifikasi penyakit. Pada bayi yang
lebih tua pola penyakitnya sudah merupakan campuran dengan pola penyakit pada
anak.Sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa Bayi Muda ke fasilitas
kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan.

Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan didekteksi dini. Jika
ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari ibu untuk melakukan
Asuhan Dasar Bayi Muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera.

Proses penanganan Bayi Muda tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur 2
bulan sampai 5 tahun.

1. Pelaksanaan MTBM pada bayi umur kurang dari 2 bulan

Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan langkahlangkah
dan penjelasan cara pelaksanaannya:

a. Penilaian dan klasifikasi

b. Tindakan dan Pengobatan

c. Konseling bagi ibu

d. Pelayanan Tindak lanjut


Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatan” untuk Bayi Muda dan untuk
kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini mempunyai cara
pengisian yang sama yaitu :

a. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik

b. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta


tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan bukan
sebagai diagnosis spesifik penyakit

c. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan


difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.

d. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya, mendengar


jawaban ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu memecahkan masalah dan
mengecek pemahaman

e. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak
datang untuk kunjungan ulang.

Menanyakan kepada ibu mengenai masalah bayi muda. Tentukan pemeriksaan ini merupakan
kunjungan atau kontak pertama dengan bayi muda atau kunjungan ulang untuk masalah yang
sama. Jika merupakan kunjungan ulang akan diberikan pelayanan tindak lanjut yang akan
dipelajari pada materi tindak lanjut.

Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut :

a. Periksa bayi muda untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri.selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda dan gejalanya yang ditemukan.

b. Menanyakan pada ibu apakah bayinya diare, jika diare periksa tanda dan gejalanya yang
terkait. klasifikasikan bayi muda untuk dehidrasi nya dan klasifikasikan juga untuk diare
persisten dan kemungkinan disentri.

c. Periksa semua bayi muda untuk ikterus dan klasifikasikan berdasarkan gejala yang ada.

d. Periksa bayi untuk kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian asi.
selanjutnya klasifikasikan bayi muda berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan.

e. Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi?. tentukan status imunisasi
bayi muda.

f. Menanyakan status pemberian vit k1.

g. Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir,
perdarahan tali pusat dan sebagainya.
h. Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan kesehatan bayinya.
Jika Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan pemeriksaan secara cepat.
Tidak perlu melakukan penilaian pemberian ASI karena akan memperlambat rujukan.

2. Penilaian Dan Klasifikasi Bayi Muda Umur Kurang 2 Bulan

a. Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri

Infeksi pada Bayi Muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal. Infeksi sistemik gejalanya
tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan gangguan fungsi organ seperti : gangguan
kesadaran sampai kejang, gangguan napas, bayi malas minum, tidak bisa minum atau
muntah, diare, demam atau hipotermi

Pada infeksi lokal biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah. Infeksi
lokal yang sering terjadi pada Bayi Muda adalah infeksi pada tali pusat, kulit, mata dan
telinga.

Memeriksa gejala kejang dapat dilakukan dengan cara (TANYA, LIHAT, RABA).

1) Kejang

Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan merupakan kegawat daruratan.
Kejang pada Bayi Muda umur ≤ 2 hari berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir, dan
kelainan bawaan dan jika lebih dari 2 hari dikaitkan dengan tetanus neonatorium.

a) Tanya : adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan bahasa atau istilah lokal
yang mudah dimengerti ibu

b) Lihat : apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? Tremor atau
gemetar adalah gerakan halus yang konstan, tremor disertai kesadran menurun menunjukkan
kejang. Kesadaran menurun dapat dinilai dengan melihat respon bayi pada saat baju bayi
dibuka akan terbangun.

c) Lihat : apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat berupa gerakan berulang pada
mulut, gerakan bola mata cepat, gerakan tangan dan kaki berulang pada satu sisi.

d) Lihat : apakah mulut bayi mencucu?

e) Lihat dan raba : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan. Mulut
mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas pada tetanus neonatorum

f) Dengar : apakah bayi menangis melengking tiba-tiba?

Biasanya menunjukkan ada proses tekanan intra kranial atau kerusakan susunan saraf pusat
lainnya

2) Bayi tidak bisa minum dan memuntahkannya

Bayi menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika bayi terlalu lemah untuk
minum atau tidak bisa mengisap dan menelan.
Bayi mempunyai tanda memuntahkan semua jika bayi sama sekali tidak dapat menelan
apapun.

3) Gangguan Napas

Pola napas Bayi Muda tidak teratur (normal 30-59 kali/menit) jika <30 kali/menit atau ≥ 60
kali/menit menunjukkan ada gangguan napas, biasanya disertai dengan tanda atau gejala bayi
biru(sianosis), tarikan dinding dada yang sangat kuat (dalam sangat kuat mudah terlihat dan
menetap), pernapasan cuping hidung serta terdengar suara merintih (napas pendek
menandakan kesulitan bernapas)

4) Hipotermia

Suhu noramal 36,5 -37,5 C jika suhu < 35,5C disebut hipotermi berat yang
mengidentikasikan infeksi berat sehingga harus segera dirujuk, suhu 35,5-36,0 C disebut
hipotermi sedang dan suhu ≥ 37,5 disebut demam

Mengukur suhu menggunakan termometer pada aksiler selama 5 menit tidak dianjurkan
secara rektal karena dapat mengakibatkan perlukaan rektal.

5) Infeksi Bakteri Lokal

Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit, mata dan pusar. Pada kulit
apakah ada tanda gejala bercak merah, benjolan berisi nanah dikulit. Pada mata terlihat
bernanah, berat ringannya dilihat dari produksi nanah dan mata bengkak. Pusar kemerahan
atau bernanah (kemerahan meluas ke kulit daerah perut berbau , bernanah) berarti bayi
mengalami infeksi berat.

b. Menilai Diare

Ibu mudah mengenal diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya dan
frekuensi beraknya lebih sering dibandingkan biasanya. Biasanya bayi dehidrasi rewel dan
gelisah dan jika berlanjut bayi menjadi letargis atau tidak sadar, karena bayi kehilangan
cairan matanya menjadi cekung dan jika dicubit kulit akan kembali dengan lambat atau
sangat lambat. Cubit kulit perut dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk lihat apakah kulit
itu kembali lagi dengan sangat lambat (lebih dari 2 detik), lambat atau segera.

c. Ikterus

Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan sebagian
besar(80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah merah) sebagian lagi
karena ketidak cocokan gol.darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat
diakibatkan oleh pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan pengeluaran.

Ikterus dapat berupa fisiologis dan patologis (hiperbilirubin mengakibatkan gangguan saraf
pusat)
Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan bagian tubuh mana
yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan
tindakan khusus hanya pemberian ASI. Ikterus muncul setelah 14 hari berhubungan dengan
infeksi hati atau sumbatan aliran bilirubin pada empedu. Lihat tinja pucat seperti dempul
menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin pada sistem empedu.

Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER

· Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher

· Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)

· Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku

· Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki

· Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

d. Kemungkinan Berat Badan Rendah dan atau masalah Pemberian ASI

Pemberian ASI merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pada bayi
6 bulan pertama kehidupannya, jika ada masalah pemberian ASI maka bayi dapat kekurangan
gizi dan mudah terkena penyakit.

Tanyakan : apakah IMD dilakukan, apakah ada kesulitan menyusui, apakah bayi diberi ASI
dan berapa kali dalam 24 jam, apakah bayi diberi selain ASI.

Lihat : apakah ada bercak putih dimulut, adakah celah bibir /dilangit-langit

Timbang dan menentukan BB menurut umur dipakai standar WHO 2005 yang berbeda untuk
laki-laki dan perempuan. Bayi muda dengan berat badan rendah yang memiliki BB menurut
umur < -3 SD (dibawah garis merah), antara -2 SD dan -3 SD (BB pada pita kuning), >-2 SD
(tidak ada masalah BB rendah)

Penilaian Cara pemberian ASI (jika ada kesulitan pemberian ASI/ diberi ASI kurang dari 8
jam dalam 24 jam, diberi selain ASI, BB rendah menurut umur)

1. Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir jika tidak sarankan ibu untuk menyusui, jika
iya menunggu bayi mau menyusu lagi, amati pemberian ASI.

2. Lihat bayi menyusu dengan baik (posisi bayi benar, melekat dengan baik, mengisap
dengan efektif)

e. Memeriksa Status /Penyuntikan Vitamin K1

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna maka semua bayi yang
berisiko untuk mengalami perdarahan (HDN= haemorrhagic Disease of the Newborn).
Perdarahn bisa ringan atau berat berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi
ataupun perdarahan intrakranial dan untuk mencegah diatas maka semua bayi diberikan
suntikan vit K1 setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hb O
f. Memeriksa Status Imunisasi

Penularan Hepatitis pada bayi dapat terjadi secara vertikal (ibu ke bayi pada saat persalinan)
dan horizontal (penularan orang lain). Dan untuk mencegah terjadi infeksi vertikal bayi harus
diimunisasi HB sedini mungkin.

Imunisasi HB 0 diberikan (0-7 hari) di paha kanan selain itu bayi juga harus mendapatkan
imunisasi BCG di lengan kiri dan polio diberikan 2 tetes oral yang dijadwalnya disesuaikan
dengan tempat lahir

g. Memeriksa masalah/keluhan Lain

1) Memeriksa kelainan bawaan/kongenital

Adalah kelainan pada bayi baru lahir bukan akibat trauma lahir dan untuk mengenali jenis
kelainan lakukan pemeriksaan fisik (anensefalus, hidrosefalus, meningomielokel dll)

2) Memeriksa kemungkinan Trauma lahir

Merupakan perlukaan pada bayi baru lahir yang terjadi pada proses persalinan (kaput
suksedanium, sefal hematome dll)

3) Memeriksa Perdarahan Tali pusat

Perdarahan terjadi karena ikatan tali pusat longgar setelah beberapa hari dan bila tidak
ditangani dapat syok

h. Memeriksa masalah ibu

Pentingnya menanyakan masalah ibu adalah memanfaatkan kesempatan waktu kontak


dengan Bayi Muda untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu. Masalah yang
mungkin berpengaruh kepada kesehatan bayi

1) Bagaimana keadaan ibu dan apakah ada keluhan (misalkan : demam, sakit kepala, pusing,
depresi)

2) Apakah ada masalah tentang (pola makan-minum, waktu istirahat, kebiasaan BAK dan
BAB)

3) Apakah lokea berbau, warna dan nyeri perineum

4) Apakah ASI lancar

5) Apakah ada kesulitan merawat bayi

6) Apakah ibu minum tablet besi, vit A dan menggunakan alat kontrasepsi

3. Tindakan dan Pengobatan


Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah memerlukan rujukan segera ke fasilitas
pelayanan yang lebih baik dan sebelum merujuk lakukan pengobatan pra rujukan dan minta
Informed Consent. Klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan.

a. Memerlukan Rujukan.

Klasifikasi berat (warna merah muda) memerlukan rujukan segera, tetap lakukan
pemeriksaan dan lakukan penanganan segera sehingga rujukan tidak terlambat, contoh :

1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat

2) Ikterus berat

3) Diare dehidrasi berat

Tindakan/Pengobatan Pra Rujukan

1) Kejang

a) Bebaskan jalan nafas dan memberi oksigen

b) Menangani kejang dengan obat anti kejang (pilihan 1 fenobarbital 30 mg = 0,6 ml IM,
pilihan 2 diazepam 0.25 ml dengan berat <2500 gr dan 0,5 ml dengan berat ≥ 2500 gr per
rektal)

c) Jangan memberi minum pada saat kejang akan terjadi aspirasi

d) Menghangatkan tubuh bayi (metode kangguru selama perjalanan ke tempat rujukan

e) Jika curiga Tetanus Neonatorum beri obat Diazepam bukan Fenobarbital

f) Beri dosis pertama antibiotika PP

2) Gangguan Nafas pada penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat

a) Posisikan kepala bayi setengah mengadah jika perlu bahu diganjal dengan gulungan
kain

b) Bersihkan jalan nafas dan beri oksigen 2 l per menit

c) Jika apnoe lakukan resusitasi

3) Hipotermi

a) Menghangatkan tubuh bayi

b) Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa menyusu dan beri ASI
perah atau air gula menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu) dapat menyebabkan
kerusakan otak

c) Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
d) Rujuk segerta

4) Ikterus

a) Cegah turunnya gula darah

b) Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat

c) Rujuk segera

5) Gangguan saluran cerna

a) Jangan berikan makanan /minuman apapun peroral

b) Cegah turunnya gula darah dengan infus

c) Jaga kehangatan bayi

d) Rujuk segerta

6) Diare

a) Rehidrasi (RL atau NaCl 100 ml/kg BB

30 ml/kg BB selama 1 jam

70 ml/ kg BB selama 5 jam

Jika memungkinkan beri oralit 5 ml/kg BB/jam

b) Rehidrasi melalui pipa nasogastrik 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam (120 ml/kg BB)

c) Sesudah 6 jam periksa kembali derajat dehidrasi

7) Berat tubuh rendah dan atau gangguan pemberian ASI

a) Cegah penurunan gula darah dengan pemberian infus

b) Jaga kehangatan bayi

c) Rujuk segera

b. Tidak Memerlukan Rujukan

Klasifikasi yang berwarna kuning dan hijau, misalnya infeksi bakteri lokal, Mungkin bukan
infeksi, Diare dehidrasi ringan/sedang, diare tanpa dehidrasi, ikterus, berat badan rendah
menurut umur dan atau masalah pemberian ASI, Berat badan tidak rendah dan tidak ada
masalah pemberian ASI

Dibawah ini beberapa tindakan /pengobatan pada Bayi Muda yang tidak memerlukan rujukan
:

1) Menghangatkan tubuh bayi segera


2) Mencegah gula darah tidak turun

3) Memberi antibiotik per oral yang sesuai

4) Mengobati infeksi bakteri lokal

5) Melakukan rehidrasi oral baik diklinik maupun dirumah

6) Mengobati luka atau bercak putih di mulut

7) Melakukan asuhan dasar Bayi Muda (mencegah infeksi, menjaga bayi tetap hangat,
memberi ASI sesering mungkin, imunisasi

4. Konseling Bagi Ibu

Konseling diberikan pada Bayi Muda dengan klasifikasi kuning dan hijau

a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah (macam obat, dosis, cara
pemberian )

b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal (tetes mata /salep
tetraciklin/kloramfenikol, mengeringkan telinga dengan bahan penyerap, luka dimulut dengan
gentian violet)

c. Mengajari pemberian oralit

d. Menasehati ibu tentang pemberian ASI : pemberian ASI eksklusif, cara meningkatkan
produksi ASI, posisi yang benar saat meneteki, cara menyimpan ASI

e. Mengajari ibu cara merawat tali pusat dan menjelaskan jadwal pemberian imunisasi

f. Menasehati ibu kapan harus segera membawa bayi ke petugas kesehatan dan kapan
kunjungan ulang

g. Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya

5. Kunjungan Ulang Untuk Pelayanan Tindak Lanjut

Pada kunjungan ulang petugas dapat menilai apakah anak membaik setelah diberi obat atau
tindakan lainnya. Apabila anak mempunyai masalah lain gunakan penilaian awal lengkap
pada kunjungan awal.

Kunjungan ulang :

a. Dua hari

1) Infeksi bakteri lokal

2) Gangguan pemberian ASI

3) Luka atau bercak putih di mulut


4) Hipotermi sedang

5) Diare dengan dehidrasi ringan /sedang

6) Ikterus fisiologik jika tetap kuning

b. 14 hari

Berat Badan Rendah menurut umur

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan terhadap balita
sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi
kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara
integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu
sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
anak.Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi dan dapat dan dapat membatasi
beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaya pengobatan.Melihat keunggulan
tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa Indonesia termasuk salah satu pengguna dini
dari pendekatan MTBS ini, bahkan Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan
implementasi.

B. Saran

Dengan mempelajari makalah mengenai manajemen terpadu balita sakit (MTBS), diharapkan
mahasiswa khususnya perawat dapat mengurangi angka kematin anak mengetahui hal-hal
apa saja yang perlu diperhatikan jika seorang dan memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan kebutuhan anak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aprilia Asri R, S. Kep, Ners. Diktat Kuliah Keperawatan Anak 1. 2011

2. Dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, 2009, Materi presentase pada “Pelatihan Program
Kesehatan Balita Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak”. Bogor. 2009.
Stimulasi , Deteksi dan Intervensi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita.

3. Soetjiningsih, (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai