Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH WAWASAN BUDAYA

MASALAH-MASALAH KESEHATAN DAN SUDUT PANDANGNYA DARI SEGI


BUDAYA DAN MEDIS

DOSEN PENDAMPING
Ns. Cindy Puspita Sari Haji, M. Kep
DISUSUN OLEH
SABRINA AULIYA MONOARFA
841419088 | KELAS B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
A. Penyebab Masalah Kesehatan
1. Contoh 1
a. Sudut pandang dari segi budaya:
Masyarakat yang meyakini bahwa penyakit HIV merupakan
penyakit kutukan dan menganggap penyebab orang menderita penyakit
tersebut merupakan hukuman dari Tuhan atas perilakunya yang tidak baik.
b. Sudut pandang dari segi Kesehatan:
Faktanya, HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus. Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral
yang disebut HIV dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang
disebut Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell
Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell
Lympanotropic Virus (retrovirus). Infeksi ini bisa ditularkan melalui
hubungan seksual tanpa pengaman, ASI, dan juga cairan darah. Namun
selain itu penyebab lain seseorang bisa terinfeksi HIV/AIDS bisa juga
melalui kecelakaan (tertusuk jarum yang mengandung darah/cairan orang
yang terinfeksi HIV/AIDS) dan berbagai cara penularan yang
berhubungan dengan transmisi darah/cairan kelamin/ASI dari seseorang
yang terinfeksi ke orang lain.
Sumber:
o Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA.
Yogyakarta : Mediaction Publishing
o Li, Z., et al. (2019). Vital Signs: HIV Transmission Along the
Continuum of Care - United States, 2016. MMWR. Morbidity and
Mortality Weekly Report, 68(11), pp. 267–272
2. Contoh 2
a. Sudut pandang dari segi budaya:
Seseorang yang mengalami demam, muntaber dan gejala-gejala
umum lainnya secara tiba-tiba diyakini sebagai “langgu”, yaitu penyakit
yang diderita karena makhluk halus.
b. Sudut pandang dari segi Kesehatan:
Dari sudut pandang kesehatan, demam dan muntaber bias
disebabkan karena berbagai factor. Demam terjadi karena proses infeksi
dari virus, bakteri, jamur, dan parasit. Seseorang dapat terinfeksi virus,
bakteri, jamur maupun parasit dari lingkungan yang tidak sehat, maupun
tertular dari orang yang terinfeksi. Muntaber pun sama, yaitu disebabkan
oleh adanya infeksi dari virus, bakteri, jamur maupun parasit. Umumnya
muntaber disebabkan oleh virus. Ada dua jenis virus penyebab muntaber
paling umum, yaitu Rotavirus dan Norovirus. Infeksi tersebut paling
banyak didapatkan dari konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi, bisa juga kontak lengsung dengan virus/bakteri melalui
lingkungan yang tidak sehat dan didukung dengan system kekebalan tubuh
yang lemah.
Sumber:
o Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: MediAction
o Zein, Umar (2012) DEMAM. Medan: USU Press 2012
B. Pengalaman yang Berkaitan Dengan Masalah Kesehatan
1. Contoh 1
a. Sudut pandang dari segi budaya:
Masyarakat yang menganggap seseorang yang tiba tiba bertingkah
aneh, berteriak-teriak atau menangis tiba-tiba tengah dirasuki makhluk
halus sehingga ia bertindak bukan seperti dirinya.
b. Sudut pandang dari segi Kesehatan:
Dunia medis (psikiater) berpendapat bahwa kesurupan sebenarnya
berasal dari tekanan yang ada di dalam diri. Tekanan itu salah satunya
dilatarbelakangi masalah sosial yang berpengaruh terhadap mental
seseorang. Gangguan tersebut akhirnya masuk ke dalam alam bawah sadar
yang menjadi penyebab kesurupan. Beberapa masalah sosial itu antara lain
bencana alam, penyakit yang diderita tidak sembuh-sembuh, sering merasa
diperlakukan tidak adil, dan kesulitan ekonomi.
Dari segi kesehatan kesurupan disebut dengan istilah Dissociative
Trance Disorder (DTD). Dissociative Trance Disorder (DTD) merupakan
sebuah gangguan tunggal ataupun berkepanjangan yang berhubungan
dengan kesadaran, identitas, serta ingatan yang berkaitan dengan lokasi
serta budaya tertentu. DTD dianggap berhubungan dengan penyakit lain
seperti Dissociative Identity Disorder, schizophrenia, mania, hysteria,
epilepsi, sindrom Tourette, dan beberapa gangguan terhadap kejiwaan
lainnya. Meski berhubungan, kamu perlu paham bahwa DTD punya
spesifikasi berbeda dari yang lainnya, yaitu kaitannya dengan kehadiran
makhluk lain yang tidak terlihat. “Trance” sendiri memiliki arti keadaan
tidak sadarkan diri. Keadaan ini dapat berupa kehilangan kesadaran seperti
halnya pingsan maupun ‘berganti’ kesadaran yang terlihat seakan ada
orang lain yang berdiam di dalam tubuh seseorang.
Penderita DTD akan perlahan kehilangan kesadaran akan hal-hal
yang berada di sekitarnya. Kemudian, penderita tersebut akan mulai
mengubah identitasnya dengan identitas lain yang biasanya berhubungan
dengan pengaruh dari luar. Pengaruh inilah yang seringkali dianggap
datang dari makhluk halus.
Sumber:
o www.hipewee.com. Apriliani, Dita (2018) Bukan Sulap Bukan
Sihir, Ini Pendapat Medis Soal Kesurupan. Ternyata Jauh dari Hal-
hal Mistis
o PsychCentral (2021) Dissociative Disorder: Not Otherwise
Specified (NOS)
2. Contoh 2
a. Sudut pandang dari segi budaya:
Ketika tidur seseorang bisa terbangun dan mendapati dirinya
diduduki/ ditindih/dicekik oleh makhluk halus sehingga orang tersebut
akan sulit bernafas maupun bergerak dan bahkan bisa melihat makhluk
halus tersebut.
b. Sudut pandang dari segi Kesehatan:
Dari segi kesehatan, ketindihan mempunyai istilah yaitu sleep
paralysis, yaitu merupakan kondisi dimana seseorang berada dalam
keadaan sadar namun tidak dapat menggerakkan tubuhnya yang umumya
terjadi pada saat seseorang berada pada masa transisi antara tertidur dan
terjaga. Tidur pada dasarnya terbagi dalam empat fase, yang pertama
adalah NREM (Non-Rapid Eye Movement): tidur ayam. Fase ini disebut
tidur ayam karena tubuh, mental, dan pikiran berada di ambang realita dan
bawah sadar. Pada tahap ini mata masih bergerak perlahan namun
aktivitas otot mulai menurun. Tahap kedua adalah NREM: menurju tidur
pulas. Pada tahap ini seseorang akan semakin kurang sadar akan
lingkungan sekitar. Pada tahap ini gerakan bola mata berhenti, detak
jantung akan melambat, dan suhu tubuh akan menurun. Tahap selanjutnya
adalah NREM: tidur pulas. Pada tahap ketiga ini ditandai dengan tidak ada
gerakan mata dan aktivitas otot sama sekali. Pada tahap ini terjadi
perbaikan dan pertumbuhan jaringan dan pembangunan kekuatan tulang
dan otot oleh tubuh. Selama fase ini seseorang akan menjadi kurang
responsive dengan suara sekitar. Tahap terakhir adalah tahap REM (Rapid
Eye Movement). Pada tahap ini mata akan bergerak cepat,, pernapasan
akan menjadi lebih cepat, tidak teratur, dan dangkal. Aktivitas otak dan
denyut jantung pun meningkat, dan terjadilah mimpi, namum otot-otot
menjadi lebih rileks. Jadi disamping terjadi peningkatan aktivitas otak,
dilain sisi otot mengalami kelumpuhan sementara pada fase ini.
Pada kondisi sleep paralysis, beberapa tahapan tidur terlewati,
yakni menuju tidur pulas dan tidur pulas. Hal ini menyebabkan gelombang
pada otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya karena kondisi
tubuh yang terlalu lelah ataupun kurang tidur. Akibatnya, otak mendadak
terbangun di tahap REM, sedangkan tubuh masih dalam keadaan tidur
paling dalam yang membuat seseorang bisa merasa sangat sadar, tetapi
tubuh tidak bisa bergerak atau digerakkan. Otak yang tiba-tiba sadar pun
mengalami halusinasi yang diwujudkan dalam bentuk bayangan
menyeramkan seperti makhluk yang sedang menindih ataupun mencekik
di leher. Pada kondisi ini tubuh masih dalam keadaan tidur paling dalam
hanya bisa mengalami kesadaran pada tubuh bagian atas yakni mata dan
telinga, sementara tubuh bagian bawah terasa sulit digerakkan.
Sumber:
o Larasaty, R. (2012). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian
Sleep Paralysis Pada Mahasiswa Fik Ui Angkatan 2008 Hubungan
Tingkat Stres Dengan Kejadian Sleep Paralysis Pada Mahasiswa
Fik Ui Angkatan 2008. Universitas Indonesia.
C. Ungkapan Yang Berkaitan Dengan Masalah Kesehatan
1. Contoh 1
a. Sudut pandang dari segi budaya:
Masyarakat yang mengucilkan orang yang terkena COVID-19 dan
orang-orang disekitarnya dan bahkan menolak pasien COVID-19 untuk
dikuburkan di sekitar tempat tinggal mereka karena takut tertular.
b. Sudut pandang dari segi Kesehatan:
Dari segi Kesehatan, Coronavirus merupakan keluarga besar virus
yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia
biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu
biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan
pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada
Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit
Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
Penyakit ini tidak menular melalui udara, namun menular melalui
orang-orang melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada
saat batuk, bersin, atau berbicara. Bisa juga seseorang terinfeksi COVID-
19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Droplet tersebut
dapat juga jatuh pada benda di sekitarnya, kemudian jika ada orang lain
menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut dan
orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka
orang itu dapat terinfeksi COVID-19. Jadi, selama kita rajin mencuci
tangan, menjaga jarak dan memakai masker, kita tidak akan tertular
COVID-19.
Sumber:
o Covid19.kemenkes.go.id (2020) Pertanyaan dan Jawaban Terkait
COVID-19
2. Contoh 2
a. Sudut pandang dari segi budaya:
Masyarakat yang masih menganggap penderita mental illness
sebagai hal yang tabu. Mereka menganggap penderita penyakit tersebut
merupakan orang yang aneh, harus dihindari, dan memalukan.
b. Sudut pandang dari segi Kesehatan:
Dari segi Kesehatan, Mental Illness merupakan kumpulan penyakit
gangguan kejiwaan yang mempengaruhi pikiran, perasaaan dan perilaku
seseorang. Kesehatan mental meliputi kondisi emosional, psikologis, dan
kesejahteraan sosial. Mental illness dapat menyerang siapapun tanpa
pandang bulu, mau itu orang yang alim, petinggi agama, dokter, atau
siapapun itu, semua orang dapat mengalaminya. Ada lebih dari 200 jenis
mental illness yang telah diketahui, dengan gejala dan tingkat keparahan
yang beragam. Dari total tersebut, jenis-jenis mental illness yang lebih
umum meliputi: depresi, gangguan kecemasan, gangguan makan,
gangguan psikotik, gangguan bipolar, gangguan stress pasca trauma, dan
lain-lain. Ada beberapa penyebab seseorang bisa terkena mental illness,
antara lain faktor genetic, faktor biologis, seperti ketidakseimbangan
kimiawi di otak, cedera otak traumatik, atau epilepsy, faktor psikologis
dari trauma yang signifikan, seperti pelecehan, pertempuran militer,
kecelakaan, kejahatan dan kekerasan yang pernah dialami, atau isolasi
sosial atau kesepian, faktor paparan lingkungan saat di dalam kandungan,
seperti zat kimia, alkohol, atau obat-obatan, serta faktor lingkungan
lainnya, seperti kematian seseorang yang dekat dengan Anda, kehilangan
pekerjaan, atau kemiskinan dan terlilit utang. Mental illness dapat diobati
dengan terapi, obat-obatan, perawatan di rumah sakit jiwa, bahkan
perawatan di rumah bila tidak terlalu parah.
Sumber:
o Savitri, Tania (2021) Mental Illness (Gangguan Mental)
D. Perawatan Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Masalah Kesehatan
1. Contoh 1
a. Sudut pandang dari segi budaya:
Ibu hamil yang memiliki kepercayaan untuk tidak melilitkan
handuk di leher agar anak yang lahir lehernya tidak terlilit tali pusar
b. Sudut pandang dari segi Kesehatan:
Dari sudut pandang Kesehatan, melilitkan handuk di leher sama
sekali tidak berhubungan dengan kejadian bayi terlilit tali pusar. Hal yang
dapat memicu kejadian tersebut dari segi Kesehatan yaitu kerena
pergerakan janin itu sendiri di dalam kandungan, Memiliki sedikit jumlah
Jeli Wharton. Jeli Whartom merupakan jeli yang berfungsi untuk menjaga
tali pusar agar tidak mudah melilit tubuh meski janin bergerak aktif.
Penyebab ketiga adalah jenis kandungan yaitu bayi kembar dua atau lebih,
dan tali pusar yang terlalu Panjang.
Sumber:
o Halodoc.com. Fadli, Rizal (2020) Ketika Bayi Terlilit Tali PUsar,
5 Hal Ini Mungkin Penyebabnya
o Parenting First Cry. Diakses pada 2020. Umbilical Cord around
Neck: Causes, Signs & Remedies
2. Contoh 2
a. Sudut pandang dari segi budaya:
Ibu hamil yang lebih memilih melahirkan di rumah dan ditangani
dukun beranak disbanding melahirkan di puskesmas terdekat atau fasilitas
Kesehatan lainnya dengan alasan lebih nyaman jika dibantu dukun
beranak .
b. Sudut pandang dari segi Kesehatan:
Dari segi Kesehatan, bersalin tanpa menggunakan fasilitas
Kesehatan yang mumpun sama saja mengambil risiko untuk ibu dan bayi,
bahkan untuk ibu hamil yang dalam keadaan sehat. Saat bersalin di
fasilitas Kesehatan, masalah lain yang timbul dapat segera tertangani
misalnya jika terjadi perdarahan tiba-tiba. Selain itu, kondisi Kesehatan
ibu juda lebih terpantau di fasilitas Kesehatan. Jadi, dapat segera diketahui
apabila tekanan darah ibu naik drastis. Di fasilitas Kesehatan ibu juga
menerima asupan cairan yang cukup melalui intravena dan obat-obatan
tertentu, dan bila bayi tiba-tiba mengalami asfiksia dapat segera ditangani.
Tentu saja dari hal-hal tersebut dapat diketahui bahwa bersalin di fasilitas
Kesehatan lebih aman untuk ibu hamil dibandingkan pada dukun beranak
yang selain pengetahuan tentang kesehatannya yang minim, juga alat-alat
pembantu persalinan yang minim juga.
Sumber:
o Kurniawan, Renaldi, dkk (2018) HUBUNGAN PARITAS
PENOLONG PERSALINAN DAN JARAK KEHAMILAN
DENGAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR. Vol.
7 No. 2:113-121

Anda mungkin juga menyukai