Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memotret profil dan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) bidang
Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) dan Kehumasan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Maluku, dan Papua. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey pada 280 responden, wawancara pada 50 informan
dan Focus Group Discission (FGD) di empat provinsi pada Tahun 2018. Data dikumpulkan, disajikan,
dan dideskripsikan dengan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
ASN bidang TIK dan Kehumasan pada wilayah yang diteliti memiliki jenjang pendidikan S1 dan
berusia relative muda. Mayoritas mereka adalah Pejabat Fungsional Umum, bukan Pejabat Fungsional
Tertentu. Pengalaman kerja mereka dalam bidang masing-masing beragam, yakni: kurang dari 1 tahun
hingga lebih dari 10 tahun. ASN Bidang TIK mengerjakan pekerjaan Perkantoran, dengan
menggunakan aplikasi pengolah kata dan angka dan presentasi. ASN kehumasan dominan
menggunakan aplikasi pengolah kata. Lebih dari setengah ASN dalam dua bidang tersebut belum
pernah mengikuti pelatihan dalam bidangnya, sehingga hanya sedikit yang memiliki sertifikat
kompetensi. Kemampuan ASN yang diteliti berada rentang level ‘pemula’ hingga ‘mampu’. Upaya-
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah provinsi belum banyak, namun masing-masing ASN telah
berusaha untuk dapat bekerja dengan baik dengan cara belajar secara otodidak. Pemerintah Provinsi
yang diteliti mengaku membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat dalam rangka meningkatkan
kemampuan TIK dan Kehumasan ASN.
Abstract
This study aims to capture the profile and competence of functionaries in the fields of Information and
Communication Technology (ICT) and Public Relations in South Sulawesi, Southeast Sulawesi,
Maluku, and Papua Provinces. Current research uses quantitative and qualitative approaches. Data
collection was carried out by survey methods on 280 respondents, interviews with 50 informants and
FGD in four provinces in 2018. Data were collected, presented, and described using interactive
analysis techniques. The results showed that on average, the functionaries studied had an
undergraduate education level and were relatively young. The majority of them are General Functional
Officials, not Specific Functional Officials. Their work experience in their respective fields varies from
less than 1 year to more than 10 years. ICT functionaries do office work, using word, numbers, and
presentation processing applications. Public relations functionaries, predominantly use word
processing applications. More than half them have never attended training in their respective fields, so
68
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
only a few of them who have competency certificates. Their competencies have been measured in the
range of 'beginner' to 'capable' levels. The efforts that have been made by the provincial government
have not been many, but each the functionaries has tried to be able to work well by self-taught learning.
The Provincial Governments’ person in charge admitted that they need support from the central
government in order to improve the ICT and Public Relations competencies of the functionaries.
69
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
70
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
71
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
Data yang di hasilkan dari ASN yang dimaksud tidak terbatas pada
penelitian ini dapat digunakan sebagai PNS dengan Jabatan fungsional Pranata
fondasi dalam membuat kebijakan- Humas ataupun Pranata Komputer,
kebijakan yang bersifat afirmatif untuk melainkan jabatan apapun yang
meningkatkan kemampuan ASN di bidang mengerjakan pekerjaan bidang TIK dan
TIK dan Kehumasan. Penelitian ini juga bidang Kehumasan dalam instansi yang
dapat menjadi acuan program diteliti. ASN yan menjadi
pengembangan dan rekruitmen ASN di responden/Informan berasal dari 9-10
bidang TIK dan Kehumasan. Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
Pemerintah Provinsi yang diteliti.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di 4
Penelitian ini menggunakan pendekatan provinsi, yakni: Maluku (Zona 1), Papua
campuran kualitatif dan kuantitatif paralel (Zona 2), Sulawesi Selatan (Zona 3), dan
konvergen, yaitu penelitian kualitatif dan Sulawesi Tenggara (Zona 4).
kuantitatif yang dilakukan secara Informasi yang dikumpulkan dari ASN
bersamaan untuk memperoleh analisis yang bidang TIK, antara lain: tingkat kompetensi
menyeluruh (Creswell, 2015). SDM TIK untuk ASN Provinsi pada
Obyek penelitian pada kajian ini keahlian-keahlian khusus, seperti Jaringan,
dikelompokkan atas ASN Bidang TIK dan Web, Pemrograman, Desain Grafis,
ASN Bidang Kehumasan. Multimedia dan sebagainya. Termasuk
ASN Bidang TIK adalah ASN yang didalamnya informasi seberapa besar
bekerja pada SKPD Provinsi yang sehari- kebutuhan pemerintah provinsi akan
hari diberi tanggungjawab dalam keahlian-keahlian tersebut, kendala-
pengoperasian komputer, mendesain kendala yang dihadapi oleh ASN bidang
dan/atau memelihara web, jaringan, TIK dan harapan mereka akan
multimedia, keamanan jaringan dan lain- pengembangan kemampuan TIK.
lain sejenisnya, dengan latar belakang Informasi yang dikumpulkan dari ASN
pendidikan TIK maupun bukan. bidang Kehumasan, antara lain: tingkat
ASN Bidang Kehumasan adalah ASN kemampuan SDM kehumasan dalam
yang bekerja pada SKPD Provinsi yang mengumpulkan, mengelola dan
sehari-hari bertugas sebagai dalam bidang menyebarluaskan informasi yang berasal
kehumasan dengan latar belakang dan atau melalui media cetak, media
Pendidikan terkait kehumasan maupun elektronik, media sosial, media online dan
bukan media lainnya.
72
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
Informasi yang dikumpulkan dari pengelola masalah penelitian. Peserta FGD adalah
pemerintah daerah berupa rencana strategis Bappeda, Diskominfo dan Badan
pemerintah provinsi dalam pengembangan Kepegawaian Daerah, Biro Humas
TIK dan Kehumasan ke depan, kendala Sekretariat Daerah ditambah 5 (lima)
yang dihadapi, upaya yang telah dilakukan, perwakilan SKPD lainnya yang diperoleh
dan harapan-harapan. secara random. Sementara itu, data
Data yang dikumpulkan merupakan kuantitatif diperoleh melalui survei
data primer yang diperoleh langsung dari terhadap 200 responden ASN TIK dan 80
responden baik melalui riset kuantitatif responden Kehumasan.
maupun kualititatif. Data primer untuk riset Penentuan responden menggunakan
kuantitatif diperoleh melalui survei multi stage stratified random sampling,
sedangkan untuk data kualitatif diperoleh yakni pengambilan sampel melalui proses
melalui FGD dan wawancara mendalam pembagian populasi ke dalam strata,
Wawancara mendalam dilakukan memilih sampel acak sederhana dari setiap
untuk mendapatkan informasi mendalam stratum, dan menggabungkannya ke dalam
untuk mencapai tujuan penelitian. sebuah sampel untuk menduga parameter
Wawancara yang dilakukan adalah populasinya (Yamane, 1973).
wawancara semi terstruktur dengan Data yang diperoleh kemudian
menggunakan panduan wawancara, namun dibersihkan sebelum dianalisis. Data
tidak tertutup kemungkinan pengembangan cleaning dilakukan untuk mengantisipasi
pertanyaan selama wawancara kesalahan yang masih terjadi dalam proses
berlangsung. Wawancara dilakukan secara pengimputan data. Pendekatan analisis data
tatap muka terhadap 50 informan yang juga yang digunakan adalah analisis data
merupakan bagian dari responden interaktif, dan analisis statistika deskriptif.
kuantitatif. Mereka yang dipilih menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
informan dinilai memiliki pengetahuan dan Berdasarkan hasil FGD, terungkap
kemauan untuk menberikan informasi lebih bahwa ASN yang bertugas di bidang TIK
dalam terkait masalah penelitian. dan Kehumasan tidak terdata dengan baik
FGD dilakukan dengan maksud oleh BKD di semua wilayah provinsi yang
mendapatkan informasi mengenai rencana diteliti, sebab penugasan ASN tergantung
strategis pemerintah daerah dalam perintah dari pimpinan masing-masing
pengembangan ASN bidang TIK dan SKPD. Perwakilan BKD Provinsi Maluku
Kehumasan, kendala-kendala yang mengungkapkan dalam FGD: “... setiap
dihadapi, serta harapan mereka terkait
73
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
tahun, kami prioritaskan CPNS bidang TIK seharusnya dapat kategorikan sebagai
TIK, namun masalahnya, kebanyakan orang-orang yang kompeten, sebab
alumni TIK yang direkrut menjadi PNS setidaknya mereka adalah para sarjana.
malah ditempatkan di bidang administrasi. Sayang, banyak dari mereka yang
Untuk bidang kehumasan, saat (kami) ini ditugaskan pada bidang tersebut yang
tidak bisa memberikan data pasti. Secara bukan sarjana TIK. Dari 200 ASN bidang
umum, pelaksanakan kehumasan di setiap TIK yang menjadi responden, hanya 29
OPD sudah berjalan, hanya saja belum orang (14,5%) yang berlatar belakang
dapat kami petakan." pendidikan TIK. Hal tersebut juga
ASN sendiri merasakan minimnya terungkap dalam FGD dan wawancara yang
jumlah ASN bidang TIK dan kehumasan. dilaksanakan di seluruh provinsi yang
Sebanyak 11 informan yang merupakan menjadi lokasi penelitian. Salah satu
ASN bidang TIK mengungkapkan hal narasumber FGD di Sulawesi Selatan
tersebut. Salah satu informan dari Porvinsi mengakui bahwa dari 105 PNS di instansi
Maluku menyatakan bahwa 20 orang ASN tempat ia bekerja, tidak ada satupun yang
bidang TIK dari total 128 pegawai yang berlatar belakang pendidikan TIK.
bekerja pada instansinya, belum mencukupi Akibatnya, kemampuan TIK mereka sangat
kebutuhan institusi. Sebagian lainnya, minim. Menurutnya, ASN yang memiliki
misalnya salah satu informan dari Provinsi kemampuan TIK yang cukup memadai
Sulawesi Tenggara, berpendapat bahwa kebanyakan dari unsur PTT atau honorer.
jumlah ASN secara kuantitatif sudah relatif Informan dari Dinas PUPR Provinsi
banyak, namun kompetensi mereka masih Maluku beralasan bahwa latar belakang
kurang. pendidikan TIK tidak terlalu diperhatikan
ASN Bidang TIK dalam sebuah penugasan/penempatan
Berdasarkan survey yang dilakukan pekerjaan TIK, karena kemampuan teknis
pada 200 ASN bidang TIK di empat bidang (sesuai fungsi institusi) lebih
provinsi, ASN bidang TIK didominasi oleh diutamakan. Alasan tersebut semakin kuat
ASN yang berlatar pendidikan S1, yakni dengan pernyataan Informan dari Dinas
sebesar 129 orang (64,5%). Sisanya, yang Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku:
berlatar belakang S2 berjumlah 37 orang “100% ASN TIK di DKP dapat
(18,5%), SLTA berjumlah 20 orang (10%), mengoperasikan komputer, walaupun yang
Diploma berjumlah 14 orang (7%), dan berlatar belakang pendidikan TIK hanya 1
belum ada yang S3 (0%). Jika dilihat dari orang, itupun masih berstatus honorer.”
kondisi ini, ASN yang menangani bidang
74
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
75
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
76
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
ASN pada wilayah yang diteliti kemampuan rata-rata ASN Bidang TIK
menyatakan dalam FGD bahwa belum dalam mengerjakan jenis-jenis pekerjaan
sanggup memenuhi kebutuhan Diklat. TIK. Rata-rata skor kemampuan mereka
Pelatihan yang paling banyak diinginkan berkisar antara 1,4 – 2,6. Hal tesebut
oleh ASN bidang TIK adalah pelatihan menunjukkan bahwa secara rata-rata,
System Administration, yakni 83 responden mereka berada pada level pemula (level 1),
(41,5%), diikuti dengan yang hingga sedikit di atas level mampu (level
menginginkan pelatihan Web Design 2). Mereka memiliki skor kemampuan
sebanyak 58 responden (29%), Database sekitar 2,5 dalam jenis keahlian operasi
Developer sebanyak 56 responden (28%), komputer dan aplikasi perkantoran.
Network Administration sebanyak 54 Sebaliknya, mereka paling lemah dalam
responden (27%), Web Programmer jenis pekerjaan software development dan
sebanyak 50 responden (25%), Graphic multimedia dengan memiliki skor dibawah
Design sebanyak 48 responden (24%), 2,0. Secara rinci, sebenarnya ada beberapa
Desktop Programming sebanyak 42 ASN yang memiliki kemampuan level ahli
responden (21%), Video Production (level 4) maupun master (level 5) dalam
sebanyak 28 responden (14%), dan jenis kompetensi TIK, namun sayang,
pelatihan lainnya sebanyak 8 responden jarang dari mereka yang berkenan membagi
(4%). pengetahuan, sebagaimana diungkap oleh
Gambar 1. Kompetensi rata-rata ASN salah satu narasumber FGD: “Orang sudah
bidang TIK (sumber: hasil olah data).
terlatih tidak bersedia meng-share ilmunya
2,46252,564 ke rekan-rekan yang lain.” Hal lain yang
2,121 2,031
1,9475 mempengaruhi adalah pelatihan yang
1,4625 belum memenuhi harapan, sepeti yang
diungkapkan oleh salah seorang
narasumber FGD: “Sudah banyak
mengikuti pelatihan, akan tetapi belum
bisa diaplikasikan, karena model pelatihan
r
n
ta
em ent
Ja Mu ter
te
di
as tora
Da
pu
pu
So inga ime
an opm
en
n
m
on
lt
Ko
el
iK
ev
e
aj
iP
D
er
as
r
ftw
nm
Ap
te
Sis
77
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
78
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
(36%) mampu dan 13 (26%) pemula. Zona Master Ahli Cakap Mampu Pemula
79
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
77, tanpa seorang pun master dan ahli, 7 (0%), 7 (14%) ahli, 7 (14%) cakap, 11
(14%) cakap, 13 (26%) mampu, serta 30 (22%) mampu dan 25 (50%) pemula.
(60%) pemula.
Gambar 5. Kompetensi Multimedia ASN
bidang TIK (sumber: hasil olah data).
Gambar 4. Kompetensi Multimedia ASN
bidang TIK (sumber: hasil olah data).
30 28
35 25
25 24 24
30
29
30 28
27
25 20
16
20 14
15
15
15 14 13 11 11
11
10 8 8 8
10 7 7 7 77
5
5 3 2 5
11 3
0 0 00 2
0 1 1 11
0
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 0
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Master Ahli Cakap Mampu Pemula
Master Ahli Cakap Mampu Pemula
80
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
yang cakap, 10 (20%) yang mampu dan 38 Master Ahli Cakap Mampu Pemula
81
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
82
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
83
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
2,5
2,42 responden (36,25%) ASN Bidang
2,21 2,22
1,91 1,85 Kehumasan menyatakan berada pada level
2
mampu mengerjakan jenis pekerjaan
1,5 1,31
operasi komputer, sementara 26 responden
1
(32,5%) masih pemula. Responden yang
0,5
memandang dirinya cakap mengerjakan
0
jenis pekerjaan tersebut mencapai 18
si
si
r
si
isu
ris
te
ta
ta
na
gg
responden (22,5%), sementara yang ahli
pu
n
en
en
di
aa
In
m
or
es
ol
sa
Ko
ku
Ko
Pr
el
ha
ng
as
Ba
Pe
er
Op
komputer. Untuk keahlian dokumentasi dan Master Ahli Cakap Mampu Pemula
84
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
Zona 1 menyusul dengan bobot 44. ahli, 6 (30%) cakap, 5 (25%) mampu dan 8
Zona 1 memiliki 1 (5%) master, 1 (5%) (40%) pemula. ASN pada Zona 3 memiliki
ahli, 5 (25%) cakap, 7 (35%) mampu dan 6 bobot kemampuan aplikasi perkantoran 38.
(30%) pemula. ASN pada Zona 2 memiliki Zona 3 tidak memiliki master (0%),
bobot kemampuan aplikasi perkantoran 42. terdapat 1 (5%) ahli, 3 (15%) cakap, 9
Zona 2 tidak memiliki master (0%), 1 (5%) (45%) mampu dan 7 (35%) pemula. Bobot
ahli, 8 (40%) cakap, 3 (15%) mampu dan 8 kemampuan koordinasi ASN Bidang
(40%) pemula. Bobot kemampuan operasi Kehumasan yang paling rendah adalah
komputer ASN Bidang Kehumasan yang zona 1 yang hanya mencapai 36, tanpa
paling rendah adalah zona 3 yang hanya seorang pun master (0%), memiliki 1 (5%)
mencapai 38, tanpa seorang pun master ahli, 4 (20%) cakap, dan masing-masing 5
(0%), 1 (5%) ahli, 2 (10%) cakap, dan (25%) mampu dan 10 (50%) pemula.
masing-masing 11 (55%) mampu dan 6
(30%) pemula. Gambar 10. Kompetensi Koordinasi ASN
Kehumasan (sumber: hasil olah data).
Berdasarkan hasil pengukuran
kompetensi koordinasi, sebanyak 34 12
10 10
responden (42,5%) ASN bidang 10 9
8
kehumasan menyatakan berada pada level 8 7
mampu, sementara 31 responden (38,75%) 6 6
6 5 5
masih pemula. Responden yang 4
4 3
memandang dirinya cakap mengerjakan 2
2 1 1 1 11
jenis pekerjaan tersebut mencapai 10
0 0 0
0
responden (12,5%), sementara yang ahli
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
hanya 4 responden (5%) dan yang master Master Ahli Cakap Mampu Pemula
hanya 1 responden (1,25%).
Jika dirinci berdasarkan zona
sebagaimana disajikan dalam Gambar 10, Berdasarkan survey, sebanyak 32
kehumasan yang tertinggi ada di pada Zona menyatakan berada pada level mampu
(50%) mampu dan 6 (30%) pemula. Zona 2 pemula. Responden yang memandang
menyusul dengan bobot 40. Zona 2 tidak dirinya cakap mengerjakan jenis pekerjaan
memiliki seorang pun master (0%), 1 (5%) tersebut mencapai 14 responden (17,5%),
85
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
sementara yang ahli hanya 5 responden Kehumasan yang paling rendah adalah
(6,25%) dan tidak ada yang mengaku Zona 3 yang hanya mencapai 36, tanpa
master (0%). Jika dirinci berdasarkan zona seorang pun master dan ahli (0%), memiliki
sebagaimana disajikan dalam Gambar 11, 3 (15%) yang cakap, dan masing-masing 10
kemampuan dokumentasi ASN bidang (50%) yang mampu dan 7 (35%) yang
Kehumasan yang tertinggi ada di pada Zona pemula.
2 dengan bobot 42. Tidak ada master Sebanyak 44 responden (55%) ASN
dokumentasi dalam zona ini, namun Bidang kehumasan menyatakan masih
terdapat 3 (15%) ahli, 4 (20%) cakap, 5 pemula dalam melakukan pekerjaan
(25%) mampu dan 8 (40%) pemula. presentasi, sementara responden yang
memandang dirinya mampu mengerjakan
Gambar 11. Kompetensi Dokumentasi ASN jenis pekerjaan tersebut mencapai 25
Kehumasan (sumber: hasil olah data).
responden (31,25%), sementara yang cakap
12 mencapai 9 responden (11,25%), dan yang
10 ahli hanya 2 responden (2,5%) dan tidak
10
9
ada yang mengaku master (0%).
8 8
8 Jika dirinci berdasarkan zona
7 7
6 sebagaimana disajikan dalam Gambar 12,
6
5 5
kemampuan presentasi/publikasi ASN
4
4
3 3 3 bidang Kehumasan yang tertinggi ada di
2
2 pada Zona 4 dengan bobot 34. Tidak ada
00 0 00 0
master presentasi/publikasi dalam zona ini,
0
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
namun terdapat 1 (5%) ahli, 2 (10%) cakap,
7 (35%) mampu dan 10 (50%) pemula.
Zona 4 menyusul dengan bobot 41.
Zona 2 dan 3 menyusul dengan bobot 33.
Zona 4 juga tidak memiliki seorang pun
Zona 2 juga tidak memiliki seorang pun
master (0%), namun ada 2 (10%) ahli, 3
master (0%), bahkan tidak ada yang ahli,
(15%) cakap, 9 (45%) mampu dan 6 (30%)
namun ada 4 (20%) cakap, 5 (25%) mampu
pemula. ASN pada Zona 1 memiliki bobot
dan 11 (55%) pemula. Zona 3 tidak
kemampuan dokumentasi 39. Zona 1 tidak
memiliki master (0%), namun ada 1 yang
memiliki master dan ahli (0%), namun ada
ahli (5%), 2 (10%) yang cakap, 6 (30%)
7 (35%) yang cakap, 5 (25%) yang mampu
yang mampu dan 11 (55%) yang pemula.
dan 8 (40%) yang pemula. Bobot
Bobot kemampuan
kemampuan dokumentasi ASN Bidang
presentasi/publikasi ASN Bidang
86
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
Kehumasan yang paling rendah adalah 4 dengan bobot 35. Tidak ada master
Zona 1 yang hanya mencapai 29, tanpa pengelolaan isu dalam zona ini, namun
seorang pun master dan ahli (0%), ada 1 terdapat 1 (5%) ahli, 2 (10%) cakap, 8
(5%) yang cakap, 7 (35%) yang (40%) mampu dan 9 (45%) pemula. Zona 2
menyatakan mampu, dan 12 (60%) yang menyusul dengan bobot 33. Zona 2 juga
pemula. tidak memiliki seorang pun master dan ahli
Sebanyak 44 responden (55%) ASN (0%), namun ada 5 (25%) yang cakap, 3
Bidang Kehumasan menyatakan masih (15%) yang mampu dan 12 (60%) pemula.
pemula dalam melakukan pekerjaan Selanjutnya, ASN pada Zona 3 memiliki
pengelolaan isu, sementara responden yang bobot kemampuan pengelolaan isu 32.
memandang dirinya mampu mengerjakan
jenis pekerjaan tersebut mencapai 23 Gambar 13. Kompetensi Pengelolaan Isu
ASN Kehumasan (sumber: hasil olah data).
responden (28,75%), yang cakap mencapai
11 responden (13,75%), dan yang ahli 14
12 12
hanya 2 responden (2,5%) dan tidak ada 12 11
yang mengaku master (0%).
10 9
8
8
Gambar 12. Kompetensi Presentasi ASN
Kehumasan (sumber: hasil olah data). 6 6
6 5
12
4 3 3
10 2
10 2
9 11 1
8 8 0 00 00 0
8 0
7 7
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
6
6
5 5 Zona 3 tidak memiliki master dan
4
4
3 3 3
ahli (0%), namun ada 3 (15%) yang cakap,
2 6 (30%) yang mampu dan 11 (55%) yang
2
pemula. Bobot kemampuan pengelolaan isu
00 0 00 0
0 ASN Bidang Kehumasan yang paling
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
rendah adalah Zona 1 yang hanya mencapai
Jika dirinci berdasarkan zona 31, tanpa seorang pun master (0%),
sebagaimana disajikan dalam Gambar 13, memiliki 1 (5%) yang ahli, 1 (5%) yang
kemampuan pengelolaan isu ASN bidang cakap, 6 (30%) yang mampu dan 12 (60%)
Kehumasan yang tertinggi ada di pada Zona yang pemula.
87
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
Bahasa Inggris ASN bidang Kehumasan memiliki bobot kemampuan Bahasa Inggris
yang tertinggi ada di pada Zona 3 dengan 23. Zona 2 juga tidak memiliki master, ahli
bobot 28. Tidak ada yang menilai dirinya dan yang cakap (0%), namun ada 3 (15%)
sebagai master maupun ahli Bahasa Inggris yang mampu dan 17 (85%) yang pemula.
dalam zona ini, namun terdapat 2 (10%) Bobot kemampuan Bahasa Inggris ASN
yang cakap, 4 (20%) yang mampu dan 14 Bidang Kehumasan yang paling rendah
(70%) pemula. Zona 4 menyusul dengan adalah pada Zona 1 yang hanya mencapai
bobot 26. Zona 4 juga tidak memiliki 22, tanpa seorang pun master, ahli dan yang
seorang pun master maupun ahli (0%), cakap (0%), memiliki 2 responden (10%)
namun ada 1 (5%) yang cakap, 4 (20%) yang mampu dan 18 (80%) yang pemula.
88
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
belum ada. Ada dari kalangan pengelola dibentuk dalam forum humas ekspo.
ASN di provinsi yang lebih mengharapkan Sebagai langkah awal, diadakan
pegawai baru atau mutasi pegawai yang perlombaan humas terbaik melalui humas
mumpuni dibandingkan meningkatkan ekspo bagi OPD propinsi maupun
kapasitas pegawai yang sudah ada, kabupaten kota. Rencananya akan
narasumber tersebut mengatakan: “Perlu dilakukan diklat kehumasan dalam waktu
menyiapkan SDM melalui perekrutan dekat.” Sayang, hampir semua informan
pegawai yang memiliki kompetensi merasa tidak pernah diberi apresiasi
khusus.” Narasumber lainnya mengatakan: terhadap kinerja mereka. Ketika ditanyakan
“Belum ada rencana strategis terkait tentang reward, ada informan yang
pengembangan SDM TIK. Berdasarkan mengatakan: “big no!” Di sisi lain, salah
informasi, (Ada Dinas yang) sudah satu ASN dari Papua yang pernah
meminta penambahan SDM yang punya menerima sertifikat sudah merasa
kemampuan di bidang TIK ke BKD kinerjanya telah diapresiasi oleh
setempat, namun belum ada juga. BKN pemerintah. Informan lain mengaku bahwa
menyampaikan bahwa SDM TIK yang diberi tugas perjalanan dinas juga termasuk
berstatus ASN/PNS tersebar tidak merata apresiasi kinerja. Ada pula yang merasa
di beberapa OPD/Satker. Ada kendala saat semangat karena diberikan ucapan selamat.
ingin memindahkan seseorang ke satker Rangsangan agar pegawai
lainnya, yaitu keengganan PNS dan semangat, juga merupakan salah satu cara
kendala lainnya. Sementara untuk meningkatkan kompetensi ASN, sebab
penambahan (pegawai), memang masih dengan semangat yang dimiliki, walaupun
menunggu kabar terkait kuota yang di dengan fasilitas yang minim, ASN berusaha
berikan. Diharapkan, OPD segera belajar mandiri untuk dapat mengerjakan
mengusulkan kebutuhan SDM nya agar tugas dengan baik. Hal tersebut dibuktikan
bisa terakomodir secepatnya untuk dengan pengakuan para informan yang
perekrutan pegawai di tahun 2019.” banyak belajar secara otodidak untuk
Meskipun demikian, sebenarnya menyelesaikan pekerjaan yang
sudah sedikit rencana upaya untuk ditanggungjawabkan pada mereka.
merangsang kinerja baik ASN, seperti
forum, apresiasi, dan diklat, sebagaimanan Kebutuhan Peningkatan Kompetensi
diungkapkan oleh Narasumber FGD di ASN
Sulawesi Selatan:” Telah diadakan rapat Pemerintah provinsi memerlukan
koordinasi para petugas humas yang telah peta ASN yang telah mengikuti pelatihan,
89
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
sebab telah terungkap dalam FGD di dapat dijadikan rujukan bagi ASN di
Provinsi Papua, salah satu narasumber provinsi masing-masing.
menyatakan: “Belum ada data yang jelas
KESIMPULAN
pegawai yang sudah mengikuti pelatihan
Kebanyakan ASN bidang TIK dan
TIK.” Narasumber yang sama juga
Kehumasan Provinsi yang diteliti memiliki
mengungkapkan bahwa ia menemukan
jenjang pendidikan S1. Sayang, jurusan
ASN yang sudah terlatih tidak bersedia
kesarjanaan mereka banyak yang tidak
membagi ilmunya ke rekan-rekan yang
sejalan dengan tugas bidang TIK dan
lain, oleh karena itu mungkin pemerintah
kehumasan. ASN bidang TIK didominasi
provinsi memerlukan tenaga-tenaga
yang berusia muda, yakni di bawah 40
pembimbing bidang TIK dan Kehumasan
tahun, sementara sebararan usia ASN
untuk seluruh ASN bidang tersebut. Selain
kehumasan relatif merata dari yang
itu, dalam FGD di Papua juga terungkap
berumur 31 hingga 50 tahun atas.
bahwa sudah banyak ASN mengikuti
Mayoritas, ASN yang bertugas di bidang
pelatihan, tetapi belum bisa
TIK maupun kehumasan adalah Fungsional
mengaplikasikan hasil pelatihannya, sebab
Umum. Jumlah ASN TIK yang memiliki
model pelatihan yang diikuti sangat singkat
pengalaman 1-2 tahun, 3-5 tahun dan 6-10
dan sifatnya masih pengenalan. Hal ini
tahun adalah mayoritas dengan porsi yang
menunjukkan bahwa pemerintah provinsi
relatif merata, sementara jumlah ASN
memerlukan perencanan serta pelaksanaan
Kehumasan yang mayoritas adalah yang
pendidikan dan latihan yang bertahap dan
memiliki pengalaman 1-2 tahun dan 3-5
berkelanjutan. Selain itu, permasalahan
tahun. Kebanyakan ASN TIK mengerjakan
anggaran sangat sering menjadi alasan bagi
pekerjaan Perkantoran, dengan
pemerintah provinsi atas permasalahan
menggunakan aplikasi pengolah kata dan
rendahnya kompetensi ASN. Menurut
angka dan presentasi. Sementara itu, ASN
beberapa narasumber FGD, Pemerintah
yang mengerjakan pekerjaan kehumasan
Pusat sangat diharapkan untuk membantu
dominan menggunakan aplikasi pengolah
menyelesaikan permasalahan tersebut,
kata. Lebih dari setengah ASN dalam dua
misalnya dengan menambah frekuensi
bidang tersebut belum pernah mengikuti
Diklat dan Bimtek di daerah-daerah dengan
pelatihan dalam bidang masing-masing,
biaya Pemerintah Pusat, memberikan
sehingga minim dari mereka yang memiliki
beasiswa kepada ASN daerah, atau
sertifikat kompetensi.
menyediakan tenaga-tenaga
pendamping/perwakilan di daerah yang
90
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
Kemampuan TIK dan kehumasan ASN serba cepat dan tepat. Usia ASN yang
Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi relatif masih muda menyimpan potensi-
Tenggara, Maluku dan Papua cukup potensi untuk menjawab tantangan jaman,
merata, yakni rata-rata berada di level maka ASN tersebut perlu dibina, tidak
pemula hingga sedikit di atas level mampu. hanya kompetensi, namun juga semangat
Meskipun demikian, jika dirinci, ada juga kerjanya. Pemerintah Pusat dapat
puluhan yang mengaku master, ahli, dan membantu meningkatkan kompetensi ASN
cakap dalam suatu jenis keahlian. Jumlah provinsi bidang TIK dan Kehumasan
yang terbanyak adalah yang pemula, dengan cara memberikan diklat dan bimtek
kemudian yang mampu, yang cakap, yang dengan biaya pemerintah pusat,
ahli, dan yang tersedikit adalah yang menyediakan pendamping/trainer sebagai
master. Upaya-upaya peningkatan rujukan ASN di daerah, membantu
kompetensi ASN bidang TIK dan perencanaan dan realisasi diklat, dan
kehumasan telah dilakukan oleh pengelola kegiatan peningkatan kompetensi lain.
ASN pemerintah provinsi yang diteliti ASN juga dapat didorong agar melakukan
dalam bentuk perlombaan bidang Humas, pengembangan diri dan tidak sunkan untuk
dan beberapa pelatihan, namun jumlah dan berbagi pengetahuan agar kinerja institusi
cakupannya masih minim. ASN bidang masing-masing semakin baik.
TIK dan humas telah berusaha untuk dapat
bekerja dengan baik. Mereka bahkan REFERENSI
Rencana Aksi Nasional Keterbukaan
belajar secara otodidak untuk hal-hal yang Pemerintah 2016-2017, (2016).
belum dikuasai sebelumnya. Pemerintah http://www.opengovpartnership.org/sit
es/default/files/31102016_Renaksi OGI
Provinsi yang diteliti mengaku 2016-2017.pdf
membutuhkan dukungan dari pemerintah
Batita, A., Nayoan, H., & Tompodung, J.
pusat dalam rangka meningkatkan (2017). Peranan Badan Kepegawaian
kemampuan TIK dan Kehumasan ASN. Daerah dalam Penempatan Jabatan
Aparatur Sipil Negara di Lingkungan
Pemerintah pusat dapat mendukung dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Halmahera Barat. Jurnal Eksekutif,
segi pengelolaan, maupun anggaran.
2(2), 1–9.
ASN yang mayoritas adalah para https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j
urnaleksekutif/article/view/17407
sarjana, namun tidak sejalan dengan tugas
TIK maupun Kehumasan perlu Creswell, J. W. (2015). A Concise
Introduction to Mixed Methods
ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan Research (V. Knight (ed.)). Sage.
TIK dan kehumasannya untuk menjawab
Haryati, H. (2017). Studi Literasi Informasi
tantangan jaman yang menuntut kinerja
91
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
Lauranti, M., Afrina, E., Mawesti, D., Siswanto, E. (2020). Persepsi Kesesuaian
Cahyanto, A., Handoko, A. S., Huda, A. Penempatan Pegawai Dalam
S., Nurrahmah, B., Ariadi, E., Surianto, Menunjang Peningkatan Kinerja BBPK
F., Maulana, M., Vonika, N., Maarif, S., Ciloto Tahun 2020. JARTIKA Jurnal
& Zulkifli. (2017). Open Government : Riset Teknologi Dan Inovasi
Mengkaji Penggunaan e-Government Pendidikan, 3(2), 312–321.
Pemerintah Daerah di Indonesia https://doi.org/10.36765/jartika.v3i2.26
(Sebuah Laporan untuk Advokasi 9
Kebijakan Implementasi e-Government
). Suroto, H. (2017). Menumbuhkembangkan
http://theprakarsa.org/new/in/reports/de Budaya Literasi Kalangan Pegawai
tail/17/Open-Government-Mengkaji- Negeri Sipil di Papua. Jurnal Jarlitbang
Penggunaan-e-Government- Pendidikan, 3(2), 319–327.
Pemerintah-Daerah-di-Indonesia http://www.journal.kelitbanganwonogir
i.org/index.php/jjp/article/view/79
Maryati, S. (2015). Dinamika Pengangguran
Terdidik: Tantangan Menuju Bonus Syahputra, I. (2017). Demokrasi Virtual dan
Demografi di Indonesia. Economica, perang Siber di Media Sosial: perspektif
3(2), 124–136. Netizen Indonesia. Jurnal ASPIKOM,
https://doi.org/10.22202/economica.20 3(3), 457–475.
15.v3.i2.249 https://doi.org/10.24329/aspikom.v3i3.
141
Mukhroman, I., Gumelar, R. G., & Ahmad, I.
92
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93
93