Anda di halaman 1dari 26

Jurnal Administrasi Negara Volume 26 Nomor 1, April 2020

KOMPETENSI TIK DAN KEHUMASAN ASN PEMERINTAH


PROVINSI SULAWESI SELATAN, SULAWESI TENGGARA,
MALUKU, DAN PAPUA

ICT AND PR COMPETENCIES OF FUNCTIONARIES OF SOUTH


SULAWESI, SOUTH EAST SULAWESI, MALUKU, AND PAPUA
PROVINCIAL GOVERNMENTS

Darman Fauzan Dhahir


Balai Besar Pengembangan SDM dan Penelitian Komunikasi dan Informatika Makassar
email: darm007@kominfo.go.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memotret profil dan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) bidang
Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) dan Kehumasan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Maluku, dan Papua. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey pada 280 responden, wawancara pada 50 informan
dan Focus Group Discission (FGD) di empat provinsi pada Tahun 2018. Data dikumpulkan, disajikan,
dan dideskripsikan dengan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
ASN bidang TIK dan Kehumasan pada wilayah yang diteliti memiliki jenjang pendidikan S1 dan
berusia relative muda. Mayoritas mereka adalah Pejabat Fungsional Umum, bukan Pejabat Fungsional
Tertentu. Pengalaman kerja mereka dalam bidang masing-masing beragam, yakni: kurang dari 1 tahun
hingga lebih dari 10 tahun. ASN Bidang TIK mengerjakan pekerjaan Perkantoran, dengan
menggunakan aplikasi pengolah kata dan angka dan presentasi. ASN kehumasan dominan
menggunakan aplikasi pengolah kata. Lebih dari setengah ASN dalam dua bidang tersebut belum
pernah mengikuti pelatihan dalam bidangnya, sehingga hanya sedikit yang memiliki sertifikat
kompetensi. Kemampuan ASN yang diteliti berada rentang level ‘pemula’ hingga ‘mampu’. Upaya-
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah provinsi belum banyak, namun masing-masing ASN telah
berusaha untuk dapat bekerja dengan baik dengan cara belajar secara otodidak. Pemerintah Provinsi
yang diteliti mengaku membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat dalam rangka meningkatkan
kemampuan TIK dan Kehumasan ASN.

Kata Kunci: ASN, Kawasan Timur Indonesia, kompetensi, kehumasan, TIK.

Abstract
This study aims to capture the profile and competence of functionaries in the fields of Information and
Communication Technology (ICT) and Public Relations in South Sulawesi, Southeast Sulawesi,
Maluku, and Papua Provinces. Current research uses quantitative and qualitative approaches. Data
collection was carried out by survey methods on 280 respondents, interviews with 50 informants and
FGD in four provinces in 2018. Data were collected, presented, and described using interactive
analysis techniques. The results showed that on average, the functionaries studied had an
undergraduate education level and were relatively young. The majority of them are General Functional
Officials, not Specific Functional Officials. Their work experience in their respective fields varies from
less than 1 year to more than 10 years. ICT functionaries do office work, using word, numbers, and
presentation processing applications. Public relations functionaries, predominantly use word
processing applications. More than half them have never attended training in their respective fields, so

68
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

only a few of them who have competency certificates. Their competencies have been measured in the
range of 'beginner' to 'capable' levels. The efforts that have been made by the provincial government
have not been many, but each the functionaries has tried to be able to work well by self-taught learning.
The Provincial Governments’ person in charge admitted that they need support from the central
government in order to improve the ICT and Public Relations competencies of the functionaries.

Keywords: Government officials, Eastern Indonesia, competence, public relations, ICT.

kelola elektronik juga diharapkan dapat


PENDAHULUAN
memberikan energi kepada birokrat agar
Kehadiran TIK membawa perubahan
bertindak lebih gesit, lincah dan merubah
pada seluruh aspek kehidupan manusia.
pola pikir lama karena selama ini disinyalir
Pesatnya perekembangan inovasi di bidang
birokrasi yang ada bersifat lambat dan
TIK telah menyebabkan iklim kehidupan
hanya menjalankan business as usual
semakin kompetitif, terbuka, cepat, tepat,
semata (Lauranti et al., 2017).
efisien dan efektif melalui e-life seperti e-
E-government adalah hal mutlak
commerce, e-government, e-education, e-
yang diperlukan untuk mencapai sukses
learning, e-library, e-procurement, e-
pemerintahan terbuka. Hal ini tercermin
journal, e-medicine, e-bodiversity, e-
dari upaya pemerintah melalui peraturan:
budgeting, e-planning, e-musrenbang, e-
(a). UU No. 12 tahun 2008 tentang
kinerja, e-kemiskinan, e-reporting, e-
Keterbukaan Informasi Publik, (b). UU no.
spacial dan lainnya.
37 tahun 2008 tentang Ombudsman
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Republik Indonesia, (c). UU Nomor 25
berperan sebagai enabler technology dalam
tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, (d).
upaya pemerintah untuk meningkatkan
Peraturan Kementerian Dalam Negeri No.
kualitas hidup dan pembangunan
35 tahun 2010 tentang Pedoman
masyarakat yang dilakukan melalui e-
Pengelolaan Informasi di Kemendagri dan
government. Sachs dalam artikel Data for
Pemda serta (e). Peraturan Pemerintah No.
Development menyatakan bahwa melalui
61 tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU No.
GIS (Geographic Information System),
14 tahun 2008.
perkembangan pemerintah daerah di
Inovasi yang dikembangkan dalam
wilayah pinggiran dan terpencil pun dapat
praktik e-government seharusnya dapat
dimonitor secara real time. Teknologi juga
menyelesaikan persoalan khas yang
mampu meningkatkan kemampuan
dimiliki oleh setiap daerah (Lauranti et al.,
pemerintah untuk memberikan pelayanan
2017), tentunya hal ini disesuaikan dengan
yang prima dan memangkas birokrasi yang
potensi dan kapasitas Aparatur Sipil Negara
rumit (Sachs, 2015). Perkembangan tata
yang ada di daerahnya tersebut, merujuk

69
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

pada Undang-undang Nomor 25 tahun Pencapaian tujuan strategis e-


2004 tentang Sistem Perencanaan government dilaksanakan melalui enam
Pembangunan Nasional (SPPN) yaitu strategi yang tertuang dalam Inpres No. 3
membentuk tata kelola pemerintah yang tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
transparan, akuntabel, partisipatif, inovatif, Nasional Pengembangan E-Government
serta merujuk pada RPJMN 2015-2019 salah satunya yaitu mengembangkan
yang mengamanatkan dua strategi utama Kapasitas SDM baik pemerintah maupun
yaitu (1) membangun keterbukaan pemerintah daerah otonom disertai dengan
informasi public dan (2) mendorong meningkatkan e-literacy masyarakat
masyarakat untuk dapat mengakses (Widowati, 2017).
informasi public dan memanfaatkannya Pentingnya pengembangan kapsitas
(Rencana Aksi Nasional Keterbukaan SDM baik di pemerintah pusat maupun
Pemerintah 2016-2017, 2016). pemerintah daerah dalam rangka
Jika melihat pada capaian EGDI (E- mendukung e-government sangat
Government Development Index) yaitu dibutuhkan karena manusia adalah kunci.
pemeringkatan yang dilakukan oleh Terdapat urgensi untuk melakukan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam rangka pemetaan kompetensi TIK ASN saat ini
penilaian yang mencakup 3 dimensi yaitu dikarenakan banyaknya kendala di tataran
online service index, telecommunication praktek dalam mengembangkan program e-
infrastructure index serta the human capital government.
index untuk melihat apakah aktivitas Deputi Inovasi Lembaga
lembaga publik sudah lebih efektif, efisien, Administrasi Negara (LAN), Dr Tri
transparan dan akuntabel maka Indonesia Widodo Utomo, menyatakan bahwa
masih memiliki pekerjaan rumah yang kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN)
banyak karena Indonesia berada pada masih minim dalam penguasaan terhadap
peringkat ke 106. Bahkan peringkat TIK, selain itu Literasi IT di kalangan
Indonesia masih tertinggal ketika birokrat belum merata. ASN yang sudah
diperbandingkan dengan Negara-negara berumur, dan terutama berada di daerah
tetangga yang berada di lingkup Asia pelosok, masih cukup banyak yang
Tenggara seperti Malaysia pada peringkat mengalami gagap teknologi (digital
ke 60, Filipina pada peringkat ke 71, Brunai divided) padahal tingkat literasi TIK pada
Darussalam pada peringkat ke 83 (Sisil, ASN sangat diperlukan dalam
2017). pengembangan maupun implementasi e-

70
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

Goverment di masa yang akan datang Presiden pernah mengeluarkan Inpres


(Berita Satu, 2016). No. 9 tahun 2015 tentang Pengelolaan
Selain itu, kemampuan TIK ASN Komunikasi Publik, yang di tandatangani
yang berstatus PNS kurang memadai pada tanggal 25 Juni 2015 yang bertujuan
(Haryati, 2017; Suroto, 2017), padahal menyerap aspirasi dan mempercepat
tuntutan terhadap kemampuan TIK. penyampaian informasi tentang kebijakan
Demikian pula, ASN yang yang dan program pemerintah. Akan tetapi,
ditempatkan sebagai SDM TIK belum tentu dalam praktiknya, narasi tunggal
berlatar pendidikan TIK, sebab sering pemerintah kerap berantakan akibat tidak
terjadi ketidakserasian antara penempatan bekerja optimalnya Pranata Humas atau
ASN dan kompetensi pendidikannya Governement Public Relation yang dimiliki
(Batita et al., 2017; Siswanto, 2020). dan dioperasionalkan kementerian,
Oleh karena itu, dibutuhkan data lembaga dan pemerintah daerah (Heryanto,
secara nasional yang dapat menunjukkan 2018).
tingkat literasi TIK di kalangan Aparatur Efektifitas tata kelola komunikasi
Sipil Negara, terutama wilayah timur publik pemerintah masih dipertanyakan
Indonesia yang lebih tertinggal oleh beberapa pihak karena banyak hal
dibandingkan wilayah barat (Maryati, yang tidak tersampaikan secara sistematis,
2015; Prasetyo & Firdaus, 2009). komunikatif dan komprehensif guna
Di samping itu, akhir-akhir ini kita membangun pemahaman bersama antara
dihadapkan pada banyaknya sumber pemerintah dan khalayak luas (Kusumawati
informasi yang tidak kredibel namun et al., 2019). Hal ini tidak lepas dari
memberi pengaruh cukup besar terhadap lambatnya humas pemerintah dalam
persepsi masyarakat. Informasi-informasi koordinasi dan pengelolaan suatu isu
yang bersifat hoax dari sumber yang tidak (Mukhroman et al., 2014). Kenyataan ini
jelas kerapkali diakses oleh khalayak bisa jadi disebabkan oleh kompetensi
melalui media sosial (Juditha, 2018). humas pemerintah yang memamg belum
Informasi-informasi yang cenderung memadai untuk menjawab setiap isu yang
negatif bagi pemerintah atau bahkan muncul.
bertolak belakang dari kenyataan yang Oleh karena itu juga diperlukan
sebenarnya terlihat lebih dominan pemetaan kompetensi SDM Humas
dibanding informasi positif atas kinerja pemerintah berserta kendala-kendala yang
pemerintah yang sesungguhnya dihadapinya dalam rangka perbaikan
(Syahputra, 2017). kinerja humas pemerintah.

71
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

Data yang di hasilkan dari ASN yang dimaksud tidak terbatas pada
penelitian ini dapat digunakan sebagai PNS dengan Jabatan fungsional Pranata
fondasi dalam membuat kebijakan- Humas ataupun Pranata Komputer,
kebijakan yang bersifat afirmatif untuk melainkan jabatan apapun yang
meningkatkan kemampuan ASN di bidang mengerjakan pekerjaan bidang TIK dan
TIK dan Kehumasan. Penelitian ini juga bidang Kehumasan dalam instansi yang
dapat menjadi acuan program diteliti. ASN yan menjadi
pengembangan dan rekruitmen ASN di responden/Informan berasal dari 9-10
bidang TIK dan Kehumasan. Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
Pemerintah Provinsi yang diteliti.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di 4
Penelitian ini menggunakan pendekatan provinsi, yakni: Maluku (Zona 1), Papua
campuran kualitatif dan kuantitatif paralel (Zona 2), Sulawesi Selatan (Zona 3), dan
konvergen, yaitu penelitian kualitatif dan Sulawesi Tenggara (Zona 4).
kuantitatif yang dilakukan secara Informasi yang dikumpulkan dari ASN
bersamaan untuk memperoleh analisis yang bidang TIK, antara lain: tingkat kompetensi
menyeluruh (Creswell, 2015). SDM TIK untuk ASN Provinsi pada
Obyek penelitian pada kajian ini keahlian-keahlian khusus, seperti Jaringan,
dikelompokkan atas ASN Bidang TIK dan Web, Pemrograman, Desain Grafis,
ASN Bidang Kehumasan. Multimedia dan sebagainya. Termasuk
ASN Bidang TIK adalah ASN yang didalamnya informasi seberapa besar
bekerja pada SKPD Provinsi yang sehari- kebutuhan pemerintah provinsi akan
hari diberi tanggungjawab dalam keahlian-keahlian tersebut, kendala-
pengoperasian komputer, mendesain kendala yang dihadapi oleh ASN bidang
dan/atau memelihara web, jaringan, TIK dan harapan mereka akan
multimedia, keamanan jaringan dan lain- pengembangan kemampuan TIK.
lain sejenisnya, dengan latar belakang Informasi yang dikumpulkan dari ASN
pendidikan TIK maupun bukan. bidang Kehumasan, antara lain: tingkat
ASN Bidang Kehumasan adalah ASN kemampuan SDM kehumasan dalam
yang bekerja pada SKPD Provinsi yang mengumpulkan, mengelola dan
sehari-hari bertugas sebagai dalam bidang menyebarluaskan informasi yang berasal
kehumasan dengan latar belakang dan atau melalui media cetak, media
Pendidikan terkait kehumasan maupun elektronik, media sosial, media online dan
bukan media lainnya.

72
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

Informasi yang dikumpulkan dari pengelola masalah penelitian. Peserta FGD adalah
pemerintah daerah berupa rencana strategis Bappeda, Diskominfo dan Badan
pemerintah provinsi dalam pengembangan Kepegawaian Daerah, Biro Humas
TIK dan Kehumasan ke depan, kendala Sekretariat Daerah ditambah 5 (lima)
yang dihadapi, upaya yang telah dilakukan, perwakilan SKPD lainnya yang diperoleh
dan harapan-harapan. secara random. Sementara itu, data
Data yang dikumpulkan merupakan kuantitatif diperoleh melalui survei
data primer yang diperoleh langsung dari terhadap 200 responden ASN TIK dan 80
responden baik melalui riset kuantitatif responden Kehumasan.
maupun kualititatif. Data primer untuk riset Penentuan responden menggunakan
kuantitatif diperoleh melalui survei multi stage stratified random sampling,
sedangkan untuk data kualitatif diperoleh yakni pengambilan sampel melalui proses
melalui FGD dan wawancara mendalam pembagian populasi ke dalam strata,
Wawancara mendalam dilakukan memilih sampel acak sederhana dari setiap
untuk mendapatkan informasi mendalam stratum, dan menggabungkannya ke dalam
untuk mencapai tujuan penelitian. sebuah sampel untuk menduga parameter
Wawancara yang dilakukan adalah populasinya (Yamane, 1973).
wawancara semi terstruktur dengan Data yang diperoleh kemudian
menggunakan panduan wawancara, namun dibersihkan sebelum dianalisis. Data
tidak tertutup kemungkinan pengembangan cleaning dilakukan untuk mengantisipasi
pertanyaan selama wawancara kesalahan yang masih terjadi dalam proses
berlangsung. Wawancara dilakukan secara pengimputan data. Pendekatan analisis data
tatap muka terhadap 50 informan yang juga yang digunakan adalah analisis data
merupakan bagian dari responden interaktif, dan analisis statistika deskriptif.
kuantitatif. Mereka yang dipilih menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
informan dinilai memiliki pengetahuan dan Berdasarkan hasil FGD, terungkap
kemauan untuk menberikan informasi lebih bahwa ASN yang bertugas di bidang TIK
dalam terkait masalah penelitian. dan Kehumasan tidak terdata dengan baik
FGD dilakukan dengan maksud oleh BKD di semua wilayah provinsi yang
mendapatkan informasi mengenai rencana diteliti, sebab penugasan ASN tergantung
strategis pemerintah daerah dalam perintah dari pimpinan masing-masing
pengembangan ASN bidang TIK dan SKPD. Perwakilan BKD Provinsi Maluku
Kehumasan, kendala-kendala yang mengungkapkan dalam FGD: “... setiap
dihadapi, serta harapan mereka terkait

73
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

tahun, kami prioritaskan CPNS bidang TIK seharusnya dapat kategorikan sebagai
TIK, namun masalahnya, kebanyakan orang-orang yang kompeten, sebab
alumni TIK yang direkrut menjadi PNS setidaknya mereka adalah para sarjana.
malah ditempatkan di bidang administrasi. Sayang, banyak dari mereka yang
Untuk bidang kehumasan, saat (kami) ini ditugaskan pada bidang tersebut yang
tidak bisa memberikan data pasti. Secara bukan sarjana TIK. Dari 200 ASN bidang
umum, pelaksanakan kehumasan di setiap TIK yang menjadi responden, hanya 29
OPD sudah berjalan, hanya saja belum orang (14,5%) yang berlatar belakang
dapat kami petakan." pendidikan TIK. Hal tersebut juga
ASN sendiri merasakan minimnya terungkap dalam FGD dan wawancara yang
jumlah ASN bidang TIK dan kehumasan. dilaksanakan di seluruh provinsi yang
Sebanyak 11 informan yang merupakan menjadi lokasi penelitian. Salah satu
ASN bidang TIK mengungkapkan hal narasumber FGD di Sulawesi Selatan
tersebut. Salah satu informan dari Porvinsi mengakui bahwa dari 105 PNS di instansi
Maluku menyatakan bahwa 20 orang ASN tempat ia bekerja, tidak ada satupun yang
bidang TIK dari total 128 pegawai yang berlatar belakang pendidikan TIK.
bekerja pada instansinya, belum mencukupi Akibatnya, kemampuan TIK mereka sangat
kebutuhan institusi. Sebagian lainnya, minim. Menurutnya, ASN yang memiliki
misalnya salah satu informan dari Provinsi kemampuan TIK yang cukup memadai
Sulawesi Tenggara, berpendapat bahwa kebanyakan dari unsur PTT atau honorer.
jumlah ASN secara kuantitatif sudah relatif Informan dari Dinas PUPR Provinsi
banyak, namun kompetensi mereka masih Maluku beralasan bahwa latar belakang
kurang. pendidikan TIK tidak terlalu diperhatikan
ASN Bidang TIK dalam sebuah penugasan/penempatan
Berdasarkan survey yang dilakukan pekerjaan TIK, karena kemampuan teknis
pada 200 ASN bidang TIK di empat bidang (sesuai fungsi institusi) lebih
provinsi, ASN bidang TIK didominasi oleh diutamakan. Alasan tersebut semakin kuat
ASN yang berlatar pendidikan S1, yakni dengan pernyataan Informan dari Dinas
sebesar 129 orang (64,5%). Sisanya, yang Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku:
berlatar belakang S2 berjumlah 37 orang “100% ASN TIK di DKP dapat
(18,5%), SLTA berjumlah 20 orang (10%), mengoperasikan komputer, walaupun yang
Diploma berjumlah 14 orang (7%), dan berlatar belakang pendidikan TIK hanya 1
belum ada yang S3 (0%). Jika dilihat dari orang, itupun masih berstatus honorer.”
kondisi ini, ASN yang menangani bidang

74
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

Berdasarkan usia, kebanyakan ASN 47 responden (23,5%), yang memiliki


bidang TIK berusia muda. Usia pensiun pengalaman 6-10 tahun berjumlah 42
mereka relatif masihlama. Sebanyak 95 responden (21%), dan yang memiliki
responden (47,5%) ASN bidang TIK pengalaman di bawah 1 tahun berjumlah 21
berusia 31-40 tahun dan 48 responden responden (10,5%). Jumlah terkecil adalah
(24%) berusia dibawah 30 tahun, berarti ASN bidang TIK yang memiliki
total yang berumur 40 tahun ke bawah pengalaman lebih dari 10 tahun, yakni 24
adalah 71,5%. Sementara itu, yang berumur responden (12%).
41-50 tahun berjumlah 46 responden (23%) Pekerjaan yang paling sering
dan yang berumur 51 tahun ke atas hanya dikerjakan oleh ASN bidang TIK adalah
berjumlah 11 responden (5,5%). yang pekerjaan yang berhubungan dengan
Sebagian besar ASN yang aplikasi perkantoran dengan jumlah
ditugaskan di bidang TIK adalah mencapai 147 responden (73,5%).
Fungsional Umum, yakni sebanyak 123 Pekerjaan bidang TIK lain hanya maksimal
responden (61,5%). Pejabat Struktural yang dilakukan oleh sekitar 20% responden,
diserahi tanggungjawab bidang TIK yaitu bidang jaringan komputer sebanyak
berjumlah 65 responden (32,5%). 44 responden (22%), bidang multimedia 39
Sementara itu, Pejabat Fungsional Tertentu (19,5%), bidang lainnya 35 responden
yang bertindak sebagai tenaga TIK (17,5%), dan bidang software Development
berjumlah 11 responden (5,5%). Itupun, 13 responden (6,5%).
tidak ada saru Pejabat Fungsional Tertentu Sejalan dengan pekerjaan yang
pun yang merupakan fungsional TIK, paling sering dikerjakan oleh ASN bidang
melainkan Peneliti, Perekayasa, Arsiparis, TIK berupa pekerjaan perkantoran, aplikasi
dan Penerjemah yang diserahi tanggung yang paling sering digunakan pun adalah
jawab pekerjaan TIK. aplikasi pengolah kata, angka dan
Pengalaman para responden presentasi. Sebesar 119 responden (59,5%)
ditugaskan dalam bidang TIK beragam dan menggunakan aplikasi pengolah kata, 100
jumlahnya relatif merata. Ada yang responden (50%) menggunakan aplikasi
bertugas kurang dari satu tahun, ada pula pengolah angka, dan 62 responden (31%)
yang di atas 10 tahun. ASN yang memiliki menggunakan aplikasi pengolah presentasi.
pengalaman kerja di Bidang TIK 3-5 tahun Sementara itu, pengguna aplikasi
adalah yang terbanyak dengan jumlah 55 multimedia hanya 40 responden (20%),
responden (27,5%). Sementara itu, yang aplikasi desain sebanyak 32 responden
memiliki pengalaman 1-2 tahun berjumlah (16%), aplikasi pemrograman sebanyak 30

75
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

responden (15%), dan aplikasi lainnya, selama proses pembelajaran TIK.”


seperti sistem informasi kepegawaian, Alasannya adalah terbatasnya anggaran dan
keuangan, perencanaan, pengadaan tenaga pendidik lokal bidang TIK.
barang/jasa, dan pemetaan sebanyak 24 Narasumber tersebut mngungkapkan:
responden (12%). “Badan Diklat yang ada memang belum
Undang-Undang ASN menyentuh bidang TIK untuk (peningkatan)
mengamanatkan bahwa setiap pegawai kemampuan SDM lokal, itu dikarenakan
memiliki hak dan kesempatan untuk tenaga pengajar bidang TIK juga masih
mengembangkan kompetensi, yakni sangat sedikit di wilayah ini, sementara
meliputi kompetensi teknis yang diukur untuk memanggil (pengajar) dari luar
dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, (daerah), kami kekurangan dana.” Hal
pelatihan teknis fungsional, dan tersebut diperjelas dengan pernyataan
pengalaman bekerja secara teknis. Akan narasumber lain yang mengatakan:
tetapi, berdasarkan surbey, lebih dari “...pelatihan yang ada, biasanya hanya
separuh ASN bidang TIK pada provinsi diselenggaran dari (oleh) kementerian,
yang diteliti (65%) tidak pernah mengikuti bukan dari (oleh) pemda setempat.”
pelatihan bidang TIK. Hal ini diakibatkan Untung saja, para ASN tidak kehilangan
oleh berbagai faktor. Di dalam FGD dan akal untuk mendukung terlaksananya tugas
wawancara, banyak yang mengemukakan yang mereka emban. Seluruh informan
bahwa kesempatan ASN untuk menyatakan bahwa mereka belajar secara
mendapatkan pelatihan, terutama teknis autodidak. Di samping itu, bagi yang
bidang TIK, sangat kecil, sebab jumlah pernah mengikuti pelatihan TIK, belum
pelatihan dan kuota yang jauh lebih sedikit tentu memiliki sertifikat kompetensi.
daripada jumlah ASN yang Berdasarkan survey, yang jumlah ASN TIK
memerlukannya. Bahkan, sebagian yang memiliki sertifikat kompetensi TIK
provinsi yang selama ini hanya hanya 37 orang (18%), padahal yang
mengharapkan pemerintah pusat untuk pernah mengikuti pelatihan sebesar 71
menyelenggarakan pelatihan, sebagaimana orang (35%).
diungkapkan oleh salah satu narasumber Untuk meningkatan kompetensi
FGD: “diharapkan (pada) kementerian ASN, kegiatan pelatihan sangat diharapkan,
(Kominfo), selain memberikan pelatihan, baik oleh Pemerintah Provinsi, maupun
(sebaiknya) kami juga diberikan ASN yang diberi tugas bidang TIK. Hanya
pendampingan, misalnya kami diberi tim saja, karena beberapa kendala sebagaimana
ahli untuk beberapa bulan mendampingi telah diungkapkan sebelumnya, pengelola

76
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

ASN pada wilayah yang diteliti kemampuan rata-rata ASN Bidang TIK
menyatakan dalam FGD bahwa belum dalam mengerjakan jenis-jenis pekerjaan
sanggup memenuhi kebutuhan Diklat. TIK. Rata-rata skor kemampuan mereka
Pelatihan yang paling banyak diinginkan berkisar antara 1,4 – 2,6. Hal tesebut
oleh ASN bidang TIK adalah pelatihan menunjukkan bahwa secara rata-rata,
System Administration, yakni 83 responden mereka berada pada level pemula (level 1),
(41,5%), diikuti dengan yang hingga sedikit di atas level mampu (level
menginginkan pelatihan Web Design 2). Mereka memiliki skor kemampuan
sebanyak 58 responden (29%), Database sekitar 2,5 dalam jenis keahlian operasi
Developer sebanyak 56 responden (28%), komputer dan aplikasi perkantoran.
Network Administration sebanyak 54 Sebaliknya, mereka paling lemah dalam
responden (27%), Web Programmer jenis pekerjaan software development dan
sebanyak 50 responden (25%), Graphic multimedia dengan memiliki skor dibawah
Design sebanyak 48 responden (24%), 2,0. Secara rinci, sebenarnya ada beberapa
Desktop Programming sebanyak 42 ASN yang memiliki kemampuan level ahli
responden (21%), Video Production (level 4) maupun master (level 5) dalam
sebanyak 28 responden (14%), dan jenis kompetensi TIK, namun sayang,
pelatihan lainnya sebanyak 8 responden jarang dari mereka yang berkenan membagi
(4%). pengetahuan, sebagaimana diungkap oleh
Gambar 1. Kompetensi rata-rata ASN salah satu narasumber FGD: “Orang sudah
bidang TIK (sumber: hasil olah data).
terlatih tidak bersedia meng-share ilmunya
2,46252,564 ke rekan-rekan yang lain.” Hal lain yang
2,121 2,031
1,9475 mempengaruhi adalah pelatihan yang
1,4625 belum memenuhi harapan, sepeti yang
diungkapkan oleh salah seorang
narasumber FGD: “Sudah banyak
mengikuti pelatihan, akan tetapi belum
bisa diaplikasikan, karena model pelatihan
r
n

ta
em ent
Ja Mu ter

te
di
as tora

Da
pu
pu

So inga ime

an opm

en
n

m
on

yang diikuti, dari segi waktu sangat singkat


Op rka

lt
Ko

el
iK

ev
e

aj
iP

D
er
as

dan sifatnya masih pengenalan.”


M
ar
lik

r
ftw

nm
Ap

te
Sis

Dalam hal penguasaan aplikasi


Gambar 1 menunjukkan bahwa perkantoran, sebanyak 79 responden
tidak terdapat perbedaan signifikan (39,5%) ASN Bidang TIK menyatakan

77
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

berada pada level mampu, sementara 54 Gambar 2. Kompetensi Aplikasi


Perkantoran ASN bidang TIK (sumber:
responden (27%) mengaku masih pemula. hasil olah data).
Responden yang cakap mengerjakan jenis 25
22
21
pekerjaan tersebut mencapai 46 responden
20 19 1919
(23%), sementara yang ahli hanya 15 17
16
responden (7,5%) dan yang master hanya 6 15
11
responden (3%). Sebenarnya, kebanyakan 10 10
10 9
8
pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka, 6
dan aplikasi yang mereka gunakan sehari- 5 4
3 3
hari adalah bidang/aplikasi perkantoran. 1 1 1
0
0
Hal ini menunjukkan bahwa memampuan Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
mereka yang tidak berkembang, namun Master Ahli Cakap Mampu Pemula
mereka sudah cukup puas dengan hasil
Zona 1 menyusul dengan bobot 118.
pekerjaan yang selama ini dikerjakan.
Zona 1 memiliki 1 (2%) master, 3 (6%)
Sebagian mereka beranggapan, yang
ahli, 19 (38%) cakap, 17 (34%) mampu dan
dibutuhkan oleh instansi mereka saat ini,
10 (20%) pemula. ASN pada Zona 4
adalah kompetensi pada level tersebut.
memiliki bobot kemampuan aplikasi
Salah satu informan menyatakan: “Untuk
perkantoran 108. Zona 4 memiliki 4 (8%)
penempatan, itu telah sesuai dan
master, 3 (6%) ahli, 6 (12%) cakap, 21
memperhatikan kemampuan TIK,
(43%) mampu dan 16 (32%) pemula. Bobot
sedangkan untuk promosi (saya) belum
kemampuan aplikasi perkantoran yang
tahu, namun sejauh ini memang (telah)
paling rendah adalah zona 2 yang hanya
dianggap cukup sesuai.”
mencapai 94, tanpa seorang pun master
Jika dirinci berdasarkan zona
(0%), 1 (2%) ahli, 11 (22%) cakap, dan
sebagaimana disajikan dalam Gambar 2,
masing-masing 19 (38%) mampu dan
jumlah ASN yang berada dalam klasifikasi
pemula.
level tertentu dikali dengan bobot sesuai
Berdasatkan kompetensi
levelnya (1-5), maka kemampuan aplikasi
pengoperasian komputer, masing-masing
perkantoran ASN bidang TIK yang
sebanyak 65 responden (32,5%) ASN
tertinggi ada di pada Zona 3 dengan bobot
Bidang TIK menyatakan berada pada level
120, dengan rincian 1 (2%) master, 8 (16%)
mampu dan pemula dalam mengerjakan
ahli, 10 (20%) cakap, 22 (44%) mampu dan
jenis pekerjaan pengoperasian komputer.
9 (18%) pemula.
Responden yang cakap mengerjakan jenis

78
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

pekerjaan tersebut mencapai 43 responden 25


22
(21,5%), sementara yang ahli hanya 19
20
20
responden (9,5%) dan yang master hanya 8 18
17
responden (4%). 15
15
13 13 13
Jika dirinci berdasarkan zona 12 12

sebagaimana disajikan dalam Gambar 3, 10 9 9


8
kemampuan mengoperasikan komputer
5
5 4
ASN bidang TIK tertinggi ada di pada Zona 3 3
2 2
1 dengan bobot 118, dengan rincian 2 (4%) 0
0
master, 8 (16%) ahli, 9 (18%) cakap, 18 Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4

(36%) mampu dan 13 (26%) pemula. Zona Master Ahli Cakap Mampu Pemula

3 menyusul dengan bobot 114. Zona 3


Responden yang mampu
memiliki 3 (6%) master, 5 (10%) ahli, 12
mengerjakan jenis pekerjaan tersebut
(24%) cakap, 13 (26%) mampu dan 17
sebanyak 49 responden (24,5%), sementara
(34%) pemula. ASN pada Zona 2 memiliki
yang cakap sebanyak 30 responden (15%),
bobot kemampuan pengoperasian
yang ahli hanya 6 responden (3%) dan yang
komputer 108. Zona 2 memiliki 3 (6%)
master hanya 1 responden (0,5%).
master, 2 (4%) ahli, 13 (26%) cakap, 12
Jika dirinci berdasarkan zona
(24%) mampu dan 20 (40%) pemula. Bobot
sebagaimana disajikan dalam Gambar 4,
kemampuan pengoperasian komputer yang
kemampuan multimedia ASN bidang TIK
paling rendah adalah zona 4 yang hanya
yang tertinggi ada di pada Zona 1 dengan
mencapai 102, tanpa seorang pun yang
bobot 88, dengan tanpa master (0%), 12
master (0%), 4 (8%) yang ahli, 9 (18%)
(24%) ahli, 3 (6%) cakap, 11 (22%) mampu
yang cakap, dan 22 (44%) yang mampu dan
dan 29 (58%) pemula. Zona 2 menyusul
15 (30%) yang pemula.
dengan bobot 84. Zona 2 tidak memiliki
Berdasatkan kompetensi
master (0%), 2 (4%) ahli, 7 (14%) cakap, 14
multimedia, sebanyak 114 responden
(28%) mampu dan 27 (54%) pemula. ASN
(57%) ASN Bidang TIK menyatakan
pada Zona 3 memiliki bobot kemampuan
masih berada pada level pemula dalam
multimedia 82. Zona 3 memiliki 1 (2%)
mengerjakan jenis pekerjaan pengoperasian
master, 1 (2%) ahli, 5 (10%) cakap, 15
komputer.
(30%) mampu dan 28 (56%) pemula. Bobot
Gambar 3. Kompetensi pengoperasian
komputer ASN bidang TIK (sumber: hasil kemampuan multimedia yang paling
olah data).
rendah adalah zona 4 yang hanya mencapai

79
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

77, tanpa seorang pun master dan ahli, 7 (0%), 7 (14%) ahli, 7 (14%) cakap, 11
(14%) cakap, 13 (26%) mampu, serta 30 (22%) mampu dan 25 (50%) pemula.
(60%) pemula.
Gambar 5. Kompetensi Multimedia ASN
bidang TIK (sumber: hasil olah data).
Gambar 4. Kompetensi Multimedia ASN
bidang TIK (sumber: hasil olah data).
30 28
35 25
25 24 24
30
29
30 28
27

25 20
16
20 14
15
15
15 14 13 11 11
11
10 8 8 8
10 7 7 7 77
5
5 3 2 5
11 3
0 0 00 2
0 1 1 11
0
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 0
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Master Ahli Cakap Mampu Pemula
Master Ahli Cakap Mampu Pemula

Dalam hal kompetensi jaringan


Zona 2 menyusul dengan bobot 95. Dalam
computer, sebanyak 101 responden
Zona 2 ada 3 master (6%), 1 (2%) ahli, 8
(50,5%) ASN Bidang TIK menyatakan
(16%) cakap, 14 (28%) mampu dan 24
masih berada pada level pemula dalam
(48%) pemula. ASN pada Zona 4 memiliki
mengerjakan jenis pekerjaan pengoperasian
bobot kemampuan multimedia 89. Zona 4
komputer. Responden yang mampu
memiliki 1 (2%) master, 1 (2%) ahli, 8
mengerjakan jenis pekerjaan tersebut
(16%) cakap, 16 (32%) mampu dan 24
sebanyak 52 responden (26%), sementara
(48%) pemula. Bobot kemampuan
yang cakap berjumlah 31 responden
multimedia yang paling rendah adalah zona
(15,5%), yang ahli hanya 11 responden
3 yang berjumlah 87, dengan seorang (2%)
(5,5%) dan yang master hanya 5 responden
master, 2 ahli (4%), 8 (16%) cakap, 11
(2,5%). Jika dirinci berdasarkan zona
(22%) mampu, serta 28 (56%) pemula.
sebagaimana disajikan dalam Gambar 5,
Sesuai pengukuran kompetensi Software
kemampuan jaringan komputer ASN
Development, sebanyak 150 responden
bidang TIK yang tertinggi ada di pada Zona
(75%) ASN Bidang TIK menyatakan
1 dengan bobot 96, tanpa memiliki master
masih berada pada level pemula.
Responden yang mampu mengerjakan jenis

80
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

pekerjaan tersebut sebanyak 40 responden tersebut sebanyak 68 responden (34%),


(20%), sementara yang cakap hanya sementara yang cakap hanya berjumlah 22
berjumlah 10 responden (5%), dan tidak responden (1%), yang ahli hanya 8
ada yang ahli maupun yang master (0%). responden (4%), dan hanya 5 responden
Jika dirinci berdasarkan zona (2,5%) yang master.
sebagaimana disajikan dalam Gambar 6,
kemampuan jaringan komputer ASN
bidang TIK pemerintah provinsi di wilayah
kerja BBPSDMP Kominfo Makassar,
adalah bobot 66 pada Zona 1 dan Zona 2,
serta bobot 64 pada Zona 3 dan Zona 4.
Pada Zona 1, tidak ada master maupun ahli
dalam kompetensi Software Development,
namun ada 5 yang cakap (10%), 6 yang
mampu (12%) dan 39 yang pemula (78%). Gambar 6. Kompetensi Software
Development ASN bidang TIK (sumber:
Demikian pula pada Zona 2, tidak ada yang hasil olah data).
master maupun yang ahli, yang ada hanya 2
45
(4%) yang cakap, 12 (24%) yang mampu 39 38
40 36 37
dan 36 (72%) pemula. Tidak terdapat 35

master dan ahli pada Zona 3, melainkan 1 30


25
(2%) yang cakap, 12 (24%) yang mampu
20
dan 37 (74%) pemula. Sama dengan zona 15 12 12
10
lain, pada Zona 3 juga tidak terdapat ASN 10
56
5 2 2
bidang TIK yang master dan ahli dalam 00 00 001 00
0
software development, melainkan 2 (4%) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4

yang cakap, 10 (20%) yang mampu dan 38 Master Ahli Cakap Mampu Pemula

(76%) pemula. Jika dirinci berdasarkan zona


Sesuai pengukuran kompetensi sebagaimana disajikan dalam Gambar 7,
system manajemen data, sebanyak 97 kemampuan sistem manajemen data ASN
responden (48,5%) ASN bidang TIK bidang TIK yang tertinggi ada di pada Zona
menyatakan masih berada pada level 1 dengan bobot 92, dengan rincian 1 (2%)
pemula dalam mengerjakan jenis pekerjaan master, 2 (4%) ahli, 8 (16%) cakap, 16
sistem manajemen data. Responden yang (32%) mampu dan 23 (46%) pemula. Zona
mampu mengerjakan jenis pekerjaan

81
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

2 menyusul dengan bobot 90. Zona 2 S2 berjumlah 27 orang (33,8%), SLTA


memiliki 2 (4%) master, 1 (2%) ahli, 7 berjumlah 17 orang (21,3%), Diploma 1
(14%) cakap, 15 (30%) mampu dan 25 orang (1,3%), dan belum ada yang S3 (0%).
(5034%) pemula. ASN pada Zona 3 Jika diurutkan berdasarkan usia,
memiliki bobot kemampuan pengoperasian ASN Bidang Kehumasan yang terbanyak
komputer 88. Zona 3 memiliki 1 (2%) adalah ASN yang berusia 31-40 tahun,
master, 3 (6%) ahli, 3 (6%) cakap, 19 (38%) yakni sebanyak 28 responden (35%). Yang
mampu dan 24 (48%) pemula. Bobot terbanyak kedua adalah yang berusia 41-50
kemampuan sistem manajemen data yang tahun, yakni 24 responden (30%). Yang
paling rendah adalah zona 4 yang hanya senior, yakni yang berusia 51 tahun ke atas
mencapai 86, dengan seorang master (2%), dengan jumlah 18 responden (22,5%)
2 (4%) ahli, 4 (8%) cakap, dan 18 (36%) adalah jumlah urutan ketiga. ASN bidang
mampu dan 25 (50%) pemula. kehumasan yang paling sedikit jumlahnya
adalah yang berusia 30 tahun ke bawah,
Gambar 7. Kompetensi Sistem Manajemen yakni hanya 10 responden (12,5%).
Data ASN Bidang TIK (sumber: hasil olah
data). Berdasarkan survey, diketahui pula
bahwa sebagian besar ASN yang
30
ditugaskan untuk mengerjakan pekerjaan
25 25
25 24
23 kehumasan adalah Fungsional Umum,
20 19 yakni sebanyak 49 responden (61,25%).
18
16
15 Pejabat Struktural yang diberi tugas/fungsi
15
di bidang kehumasan berjumlah 29
10 8
7 responden (36,25%). Sementara itu,
4
5
2 2
33
2
Pejabat Fungsional Tertentu yang bertindak
1 1 1 1
0 sebagai tenaga Kehumasan hanya
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
berjumlah 2 responden (2,5%).
Master Ahli Cakap Mampu Pemula
Pengalaman para responden
ditugaskan dalam bidang kehumasan
ASN Bidang Kehumasan
beragam. Ada yang bertugas kurang dari
Berdasarkan survey yang dilakukan
satu tahun, hingga yang di atas 10 tahun.
pada sampel, yakni 80 ASN bidang
ASN yang memiliki pengalaman kerja di
kehumasan di empat provinsi, diketahui
bidang kehumasan 1-2 tahun adalah yang
bahwa SDM bidang kehumasan berlatar
terbanyak dengan jumlah 25 responden
pendidikan S1 sebesar 35 orang (43,8%),
(31,25%). Sementara itu, yang memiliki

82
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

pengalaman 3-5 tahun berjumlah 21 kepemilikan sertifikat kompetensi bidang


responden (26,25%), yang memiliki kehumasan yang baru mencapai 12,15%.
pengalaman di bawah 1 tahun berjumlah 14 Berdasarkan hasil FGD, para
responden (17,5%), lebih banyak pengelola ASN pronvisi di wilayah
jumlahnya daripada yang telah penelitian menyatakan belum sanggup
berpengalaman 6-10 tahun, yaitu 12 memenuhi kebutuhan Diklat. Berdasarkan
responden (15%) dan yang berpengalaman Survey, pelatihan yang paling banyak
lebih dari 10 tahun, yakni 8 responden diinginkan oleh ASN bidang kehumasan
(10%). adalah pelatihan Communications skill.
Berdasarkan survey, 46 responden Sebanyak 36 (45%) responden
(57,5%) menggunakan aplikasi pengolah menyampaikan keinginannya untuk
kata, 24 responden (30%) menggunakan mendapat pelatihan tersebut. Selain itu, 28
aplikasi pengolah angka dan 18 responden responden (35%) responden ingin
(22,5%) menggunakan aplikasi pengolah mendapat pelatihan public relation, 27
presentasi. Sementara itu, pengguna responden (33,75%) ingin mendapat
aplikasi desain hanya 10 responden pelatihan public speaking dan 22 responden
(12,5%), aplikasi multimedia sebanyak 8 (27,5%) ingin mendapat pelatihan
responden (10%), aplikasi pemrograman protokoler. Peminat pelatihan menulis dan
sebanyak 6 responden (7,5%), dan aplikasi media relation ada, tetapi tidak terlalu
lainnya, seperti sistem informasi banyak, hanya 17 (21,25%) dan 14 (17,5%)
kepegawaian, dan lain-lain sebanyak 9 responden. Yang berminat mengikuti
responden (11,25%). pelatihan jurnalistik berjumlah 12
UU ASN mengamanatkan bahwa responden (15%), dan 9 responden (11,25)
setiap pegawai memiliki hak dan berharap bisa mengikuti pelatihan Bahasa
kesempatan untuk mengembangkan Inggris. Sementara itu, 7 responden (8,75)
kompetensi, yakni meliputi kompetensi menginginkan pelatihan lain, seperti:
teknis yang diukur dari tingkat dan graphic desing, computer programming,
spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis kearsipan, dan administrasi.
fungsional, dan pengalaman bekerja secara Gambar 8. Kompetensi rata-rata ASN
Kehumasan (sumber: hasil olah data).
teknis. Berdasarkan survey, dua per tiga
ASN bidang Kehumasan pada pemerintah
daerah provinsi yang diteliti (66,83%) tidak
pernah mengikuti pelatihan bidang
kehumasan. Hal ini sejalan dengan

83
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

3 Berdasarkan survey, sebanyak 29

2,5
2,42 responden (36,25%) ASN Bidang
2,21 2,22
1,91 1,85 Kehumasan menyatakan berada pada level
2
mampu mengerjakan jenis pekerjaan
1,5 1,31
operasi komputer, sementara 26 responden
1
(32,5%) masih pemula. Responden yang
0,5
memandang dirinya cakap mengerjakan
0
jenis pekerjaan tersebut mencapai 18
si

si
r

si

isu

ris
te

ta
ta
na

gg
responden (22,5%), sementara yang ahli
pu

n
en

en
di

aa

In
m

or

es

ol

sa
Ko

ku
Ko

Pr

el

ha

hanya 4 responden (5%) dan yang master


Do
i

ng
as

Ba
Pe
er
Op

hanya 3 responden (3,75%).


Melalui Gambar 8, dapat dilihat Gambar 9. Kompetensi pengoperasian
bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan Komputer ASN Kehumasan (sumber: hasil
olah data).
kemampuan rata-rata ASN Bidang
Kehumasan dalam mengerjakan jenis-jenis 12 11

pekerjaan kehumasan, kecuali Bahasa 10

Inggris. Skor kemampuan mereka berkisar 8 8 8


8 7
antara 1,3 – 2,4. Hal tesebut menunjukkan 6 6 6
6 5
bahwa secara rata-rata, mereka berada pada
level pemula (level 1), hingga sedikit di atas 4 3 3
2 2
level mampu (level 2). 2 11 1 1 1
Mereka memiliki skor kemampuan 0 0
0
2,42 dalam jenis keahlian operasi Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4

komputer. Untuk keahlian dokumentasi dan Master Ahli Cakap Mampu Pemula

koordinasi mereka memiliki kemampuan


Jika dirinci berdasarkan zona
rata-rata dengan skor 2,22 dan 2,21. Dalam
sebagaimana disajikan dalam Gambar 9,
hal presentasi, skor mereka belum
kemampuan mengoperasikan komputer
memasuki level mampu, karena baru
ASN bidang kehumasan yang tertinggi ada
mencapai skor 1,91. Demikian pula
di pada Zona 4 dengan bobot 45, dengan
kemampuan rata-rata mereka dalam
rincian 2 (10%) master, 1 (5%) ahli, 3
pengelolaan isu, baru 1,85. Mereka
(15%) cakap, 8 (40%) mampu dan 6 (30%)
mengakui lemah dalam Bahasa Inggris dan
pemula.
menilai diri mereka sendiri secara rata-rata
dengan skor 1,31.

84
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

Zona 1 menyusul dengan bobot 44. ahli, 6 (30%) cakap, 5 (25%) mampu dan 8
Zona 1 memiliki 1 (5%) master, 1 (5%) (40%) pemula. ASN pada Zona 3 memiliki
ahli, 5 (25%) cakap, 7 (35%) mampu dan 6 bobot kemampuan aplikasi perkantoran 38.
(30%) pemula. ASN pada Zona 2 memiliki Zona 3 tidak memiliki master (0%),
bobot kemampuan aplikasi perkantoran 42. terdapat 1 (5%) ahli, 3 (15%) cakap, 9
Zona 2 tidak memiliki master (0%), 1 (5%) (45%) mampu dan 7 (35%) pemula. Bobot
ahli, 8 (40%) cakap, 3 (15%) mampu dan 8 kemampuan koordinasi ASN Bidang
(40%) pemula. Bobot kemampuan operasi Kehumasan yang paling rendah adalah
komputer ASN Bidang Kehumasan yang zona 1 yang hanya mencapai 36, tanpa
paling rendah adalah zona 3 yang hanya seorang pun master (0%), memiliki 1 (5%)
mencapai 38, tanpa seorang pun master ahli, 4 (20%) cakap, dan masing-masing 5
(0%), 1 (5%) ahli, 2 (10%) cakap, dan (25%) mampu dan 10 (50%) pemula.
masing-masing 11 (55%) mampu dan 6
(30%) pemula. Gambar 10. Kompetensi Koordinasi ASN
Kehumasan (sumber: hasil olah data).
Berdasarkan hasil pengukuran
kompetensi koordinasi, sebanyak 34 12
10 10
responden (42,5%) ASN bidang 10 9
8
kehumasan menyatakan berada pada level 8 7
mampu, sementara 31 responden (38,75%) 6 6
6 5 5
masih pemula. Responden yang 4
4 3
memandang dirinya cakap mengerjakan 2
2 1 1 1 11
jenis pekerjaan tersebut mencapai 10
0 0 0
0
responden (12,5%), sementara yang ahli
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
hanya 4 responden (5%) dan yang master Master Ahli Cakap Mampu Pemula
hanya 1 responden (1,25%).
Jika dirinci berdasarkan zona
sebagaimana disajikan dalam Gambar 10, Berdasarkan survey, sebanyak 32

kemampuan koordinasi ASN bidang responden (40%) ASN Bidang Kehumasan

kehumasan yang tertinggi ada di pada Zona menyatakan berada pada level mampu

4 dengan bobot 41, dengan rincian 1 (5%) melakukan pekerjaan dokumentasi,

master, 1 (5%) ahli, 2 (10%) cakap, 10 sementara 29 responden (36,25%) masih

(50%) mampu dan 6 (30%) pemula. Zona 2 pemula. Responden yang memandang

menyusul dengan bobot 40. Zona 2 tidak dirinya cakap mengerjakan jenis pekerjaan

memiliki seorang pun master (0%), 1 (5%) tersebut mencapai 14 responden (17,5%),

85
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

sementara yang ahli hanya 5 responden Kehumasan yang paling rendah adalah
(6,25%) dan tidak ada yang mengaku Zona 3 yang hanya mencapai 36, tanpa
master (0%). Jika dirinci berdasarkan zona seorang pun master dan ahli (0%), memiliki
sebagaimana disajikan dalam Gambar 11, 3 (15%) yang cakap, dan masing-masing 10
kemampuan dokumentasi ASN bidang (50%) yang mampu dan 7 (35%) yang
Kehumasan yang tertinggi ada di pada Zona pemula.
2 dengan bobot 42. Tidak ada master Sebanyak 44 responden (55%) ASN
dokumentasi dalam zona ini, namun Bidang kehumasan menyatakan masih
terdapat 3 (15%) ahli, 4 (20%) cakap, 5 pemula dalam melakukan pekerjaan
(25%) mampu dan 8 (40%) pemula. presentasi, sementara responden yang
memandang dirinya mampu mengerjakan
Gambar 11. Kompetensi Dokumentasi ASN jenis pekerjaan tersebut mencapai 25
Kehumasan (sumber: hasil olah data).
responden (31,25%), sementara yang cakap
12 mencapai 9 responden (11,25%), dan yang
10 ahli hanya 2 responden (2,5%) dan tidak
10
9
ada yang mengaku master (0%).
8 8
8 Jika dirinci berdasarkan zona
7 7
6 sebagaimana disajikan dalam Gambar 12,
6
5 5
kemampuan presentasi/publikasi ASN
4
4
3 3 3 bidang Kehumasan yang tertinggi ada di
2
2 pada Zona 4 dengan bobot 34. Tidak ada

00 0 00 0
master presentasi/publikasi dalam zona ini,
0
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
namun terdapat 1 (5%) ahli, 2 (10%) cakap,
7 (35%) mampu dan 10 (50%) pemula.
Zona 4 menyusul dengan bobot 41.
Zona 2 dan 3 menyusul dengan bobot 33.
Zona 4 juga tidak memiliki seorang pun
Zona 2 juga tidak memiliki seorang pun
master (0%), namun ada 2 (10%) ahli, 3
master (0%), bahkan tidak ada yang ahli,
(15%) cakap, 9 (45%) mampu dan 6 (30%)
namun ada 4 (20%) cakap, 5 (25%) mampu
pemula. ASN pada Zona 1 memiliki bobot
dan 11 (55%) pemula. Zona 3 tidak
kemampuan dokumentasi 39. Zona 1 tidak
memiliki master (0%), namun ada 1 yang
memiliki master dan ahli (0%), namun ada
ahli (5%), 2 (10%) yang cakap, 6 (30%)
7 (35%) yang cakap, 5 (25%) yang mampu
yang mampu dan 11 (55%) yang pemula.
dan 8 (40%) yang pemula. Bobot
Bobot kemampuan
kemampuan dokumentasi ASN Bidang
presentasi/publikasi ASN Bidang

86
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

Kehumasan yang paling rendah adalah 4 dengan bobot 35. Tidak ada master
Zona 1 yang hanya mencapai 29, tanpa pengelolaan isu dalam zona ini, namun
seorang pun master dan ahli (0%), ada 1 terdapat 1 (5%) ahli, 2 (10%) cakap, 8
(5%) yang cakap, 7 (35%) yang (40%) mampu dan 9 (45%) pemula. Zona 2
menyatakan mampu, dan 12 (60%) yang menyusul dengan bobot 33. Zona 2 juga
pemula. tidak memiliki seorang pun master dan ahli
Sebanyak 44 responden (55%) ASN (0%), namun ada 5 (25%) yang cakap, 3
Bidang Kehumasan menyatakan masih (15%) yang mampu dan 12 (60%) pemula.
pemula dalam melakukan pekerjaan Selanjutnya, ASN pada Zona 3 memiliki
pengelolaan isu, sementara responden yang bobot kemampuan pengelolaan isu 32.
memandang dirinya mampu mengerjakan
jenis pekerjaan tersebut mencapai 23 Gambar 13. Kompetensi Pengelolaan Isu
ASN Kehumasan (sumber: hasil olah data).
responden (28,75%), yang cakap mencapai
11 responden (13,75%), dan yang ahli 14
12 12
hanya 2 responden (2,5%) dan tidak ada 12 11
yang mengaku master (0%).
10 9
8
8
Gambar 12. Kompetensi Presentasi ASN
Kehumasan (sumber: hasil olah data). 6 6
6 5
12
4 3 3
10 2
10 2
9 11 1
8 8 0 00 00 0
8 0
7 7
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
6
6
5 5 Zona 3 tidak memiliki master dan
4
4
3 3 3
ahli (0%), namun ada 3 (15%) yang cakap,
2 6 (30%) yang mampu dan 11 (55%) yang
2
pemula. Bobot kemampuan pengelolaan isu
00 0 00 0
0 ASN Bidang Kehumasan yang paling
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
rendah adalah Zona 1 yang hanya mencapai
Jika dirinci berdasarkan zona 31, tanpa seorang pun master (0%),
sebagaimana disajikan dalam Gambar 13, memiliki 1 (5%) yang ahli, 1 (5%) yang
kemampuan pengelolaan isu ASN bidang cakap, 6 (30%) yang mampu dan 12 (60%)
Kehumasan yang tertinggi ada di pada Zona yang pemula.

87
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

Sebanyak 64 orang (80%) ASN 20


18
Bidang kehumasan menyatakan masih 18 17

pemula dalam melakukan Bahasa Inggris, 16 15


14
14
sementara responden yang memandang
12
dirinya mampu mengerjakan jenis
10
pekerjaan tersebut hanya 13 responden
8
(16,25%), yang cakap hanya 3 responden 6
4 4
(3,75%). Tidak ada satu pun ASN bidang 4 3
2 2
Kehumasan yang mengaku sebagai ahli 2 1
000 000 00 00
maupun master (0%) dalam Bahasa Inggris. 0
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Berdasarkan zona, sebagaimana
disajikan dalam Gambar 14, kemampuan Selanjutnya, ASN pada Zona 2

Bahasa Inggris ASN bidang Kehumasan memiliki bobot kemampuan Bahasa Inggris

yang tertinggi ada di pada Zona 3 dengan 23. Zona 2 juga tidak memiliki master, ahli

bobot 28. Tidak ada yang menilai dirinya dan yang cakap (0%), namun ada 3 (15%)

sebagai master maupun ahli Bahasa Inggris yang mampu dan 17 (85%) yang pemula.

dalam zona ini, namun terdapat 2 (10%) Bobot kemampuan Bahasa Inggris ASN

yang cakap, 4 (20%) yang mampu dan 14 Bidang Kehumasan yang paling rendah

(70%) pemula. Zona 4 menyusul dengan adalah pada Zona 1 yang hanya mencapai

bobot 26. Zona 4 juga tidak memiliki 22, tanpa seorang pun master, ahli dan yang

seorang pun master maupun ahli (0%), cakap (0%), memiliki 2 responden (10%)

namun ada 1 (5%) yang cakap, 4 (20%) yang mampu dan 18 (80%) yang pemula.

yang mampu dan 15 (75%) pemula.


Upaya Pengembangan Kompetensi ASN

Gambar 14 Kompetensi Bahasa Inggris Rencana pengembangan


ASN Kehumasan (sumber: hasil olah data). kompetensi ASN bidang TIK dan
Kehumasan tidak termasuk dalam rencana
pemerintah provinsi yang diteliti. Hal
tersebut terungkap dalam seluruh FGD
yang dilakukan. Ketika diajukan
pertanyaan mengenai keberadaan rencana
strategis pemerintah daerah dalam
pembangunan TIK dan Kehumasan, para
narasumber FGD serempak mengatakan

88
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

belum ada. Ada dari kalangan pengelola dibentuk dalam forum humas ekspo.
ASN di provinsi yang lebih mengharapkan Sebagai langkah awal, diadakan
pegawai baru atau mutasi pegawai yang perlombaan humas terbaik melalui humas
mumpuni dibandingkan meningkatkan ekspo bagi OPD propinsi maupun
kapasitas pegawai yang sudah ada, kabupaten kota. Rencananya akan
narasumber tersebut mengatakan: “Perlu dilakukan diklat kehumasan dalam waktu
menyiapkan SDM melalui perekrutan dekat.” Sayang, hampir semua informan
pegawai yang memiliki kompetensi merasa tidak pernah diberi apresiasi
khusus.” Narasumber lainnya mengatakan: terhadap kinerja mereka. Ketika ditanyakan
“Belum ada rencana strategis terkait tentang reward, ada informan yang
pengembangan SDM TIK. Berdasarkan mengatakan: “big no!” Di sisi lain, salah
informasi, (Ada Dinas yang) sudah satu ASN dari Papua yang pernah
meminta penambahan SDM yang punya menerima sertifikat sudah merasa
kemampuan di bidang TIK ke BKD kinerjanya telah diapresiasi oleh
setempat, namun belum ada juga. BKN pemerintah. Informan lain mengaku bahwa
menyampaikan bahwa SDM TIK yang diberi tugas perjalanan dinas juga termasuk
berstatus ASN/PNS tersebar tidak merata apresiasi kinerja. Ada pula yang merasa
di beberapa OPD/Satker. Ada kendala saat semangat karena diberikan ucapan selamat.
ingin memindahkan seseorang ke satker Rangsangan agar pegawai
lainnya, yaitu keengganan PNS dan semangat, juga merupakan salah satu cara
kendala lainnya. Sementara untuk meningkatkan kompetensi ASN, sebab
penambahan (pegawai), memang masih dengan semangat yang dimiliki, walaupun
menunggu kabar terkait kuota yang di dengan fasilitas yang minim, ASN berusaha
berikan. Diharapkan, OPD segera belajar mandiri untuk dapat mengerjakan
mengusulkan kebutuhan SDM nya agar tugas dengan baik. Hal tersebut dibuktikan
bisa terakomodir secepatnya untuk dengan pengakuan para informan yang
perekrutan pegawai di tahun 2019.” banyak belajar secara otodidak untuk
Meskipun demikian, sebenarnya menyelesaikan pekerjaan yang
sudah sedikit rencana upaya untuk ditanggungjawabkan pada mereka.
merangsang kinerja baik ASN, seperti
forum, apresiasi, dan diklat, sebagaimanan Kebutuhan Peningkatan Kompetensi
diungkapkan oleh Narasumber FGD di ASN
Sulawesi Selatan:” Telah diadakan rapat Pemerintah provinsi memerlukan
koordinasi para petugas humas yang telah peta ASN yang telah mengikuti pelatihan,

89
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

sebab telah terungkap dalam FGD di dapat dijadikan rujukan bagi ASN di
Provinsi Papua, salah satu narasumber provinsi masing-masing.
menyatakan: “Belum ada data yang jelas
KESIMPULAN
pegawai yang sudah mengikuti pelatihan
Kebanyakan ASN bidang TIK dan
TIK.” Narasumber yang sama juga
Kehumasan Provinsi yang diteliti memiliki
mengungkapkan bahwa ia menemukan
jenjang pendidikan S1. Sayang, jurusan
ASN yang sudah terlatih tidak bersedia
kesarjanaan mereka banyak yang tidak
membagi ilmunya ke rekan-rekan yang
sejalan dengan tugas bidang TIK dan
lain, oleh karena itu mungkin pemerintah
kehumasan. ASN bidang TIK didominasi
provinsi memerlukan tenaga-tenaga
yang berusia muda, yakni di bawah 40
pembimbing bidang TIK dan Kehumasan
tahun, sementara sebararan usia ASN
untuk seluruh ASN bidang tersebut. Selain
kehumasan relatif merata dari yang
itu, dalam FGD di Papua juga terungkap
berumur 31 hingga 50 tahun atas.
bahwa sudah banyak ASN mengikuti
Mayoritas, ASN yang bertugas di bidang
pelatihan, tetapi belum bisa
TIK maupun kehumasan adalah Fungsional
mengaplikasikan hasil pelatihannya, sebab
Umum. Jumlah ASN TIK yang memiliki
model pelatihan yang diikuti sangat singkat
pengalaman 1-2 tahun, 3-5 tahun dan 6-10
dan sifatnya masih pengenalan. Hal ini
tahun adalah mayoritas dengan porsi yang
menunjukkan bahwa pemerintah provinsi
relatif merata, sementara jumlah ASN
memerlukan perencanan serta pelaksanaan
Kehumasan yang mayoritas adalah yang
pendidikan dan latihan yang bertahap dan
memiliki pengalaman 1-2 tahun dan 3-5
berkelanjutan. Selain itu, permasalahan
tahun. Kebanyakan ASN TIK mengerjakan
anggaran sangat sering menjadi alasan bagi
pekerjaan Perkantoran, dengan
pemerintah provinsi atas permasalahan
menggunakan aplikasi pengolah kata dan
rendahnya kompetensi ASN. Menurut
angka dan presentasi. Sementara itu, ASN
beberapa narasumber FGD, Pemerintah
yang mengerjakan pekerjaan kehumasan
Pusat sangat diharapkan untuk membantu
dominan menggunakan aplikasi pengolah
menyelesaikan permasalahan tersebut,
kata. Lebih dari setengah ASN dalam dua
misalnya dengan menambah frekuensi
bidang tersebut belum pernah mengikuti
Diklat dan Bimtek di daerah-daerah dengan
pelatihan dalam bidang masing-masing,
biaya Pemerintah Pusat, memberikan
sehingga minim dari mereka yang memiliki
beasiswa kepada ASN daerah, atau
sertifikat kompetensi.
menyediakan tenaga-tenaga
pendamping/perwakilan di daerah yang

90
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

Kemampuan TIK dan kehumasan ASN serba cepat dan tepat. Usia ASN yang
Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi relatif masih muda menyimpan potensi-
Tenggara, Maluku dan Papua cukup potensi untuk menjawab tantangan jaman,
merata, yakni rata-rata berada di level maka ASN tersebut perlu dibina, tidak
pemula hingga sedikit di atas level mampu. hanya kompetensi, namun juga semangat
Meskipun demikian, jika dirinci, ada juga kerjanya. Pemerintah Pusat dapat
puluhan yang mengaku master, ahli, dan membantu meningkatkan kompetensi ASN
cakap dalam suatu jenis keahlian. Jumlah provinsi bidang TIK dan Kehumasan
yang terbanyak adalah yang pemula, dengan cara memberikan diklat dan bimtek
kemudian yang mampu, yang cakap, yang dengan biaya pemerintah pusat,
ahli, dan yang tersedikit adalah yang menyediakan pendamping/trainer sebagai
master. Upaya-upaya peningkatan rujukan ASN di daerah, membantu
kompetensi ASN bidang TIK dan perencanaan dan realisasi diklat, dan
kehumasan telah dilakukan oleh pengelola kegiatan peningkatan kompetensi lain.
ASN pemerintah provinsi yang diteliti ASN juga dapat didorong agar melakukan
dalam bentuk perlombaan bidang Humas, pengembangan diri dan tidak sunkan untuk
dan beberapa pelatihan, namun jumlah dan berbagi pengetahuan agar kinerja institusi
cakupannya masih minim. ASN bidang masing-masing semakin baik.
TIK dan humas telah berusaha untuk dapat
bekerja dengan baik. Mereka bahkan REFERENSI
Rencana Aksi Nasional Keterbukaan
belajar secara otodidak untuk hal-hal yang Pemerintah 2016-2017, (2016).
belum dikuasai sebelumnya. Pemerintah http://www.opengovpartnership.org/sit
es/default/files/31102016_Renaksi OGI
Provinsi yang diteliti mengaku 2016-2017.pdf
membutuhkan dukungan dari pemerintah
Batita, A., Nayoan, H., & Tompodung, J.
pusat dalam rangka meningkatkan (2017). Peranan Badan Kepegawaian
kemampuan TIK dan Kehumasan ASN. Daerah dalam Penempatan Jabatan
Aparatur Sipil Negara di Lingkungan
Pemerintah pusat dapat mendukung dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Halmahera Barat. Jurnal Eksekutif,
segi pengelolaan, maupun anggaran.
2(2), 1–9.
ASN yang mayoritas adalah para https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j
urnaleksekutif/article/view/17407
sarjana, namun tidak sejalan dengan tugas
TIK maupun Kehumasan perlu Creswell, J. W. (2015). A Concise
Introduction to Mixed Methods
ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan Research (V. Knight (ed.)). Sage.
TIK dan kehumasannya untuk menjawab
Haryati, H. (2017). Studi Literasi Informasi
tantangan jaman yang menuntut kinerja

91
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) (2014). Permasalahan, Solusi dan


Tenaga Pendidik. Jurnal Penelitian Model Komunikasi Humas dalam
Komunikasi, 14(2), 111–126. Pengembangan Kawasan Ekonomi
https://doi.org/10.20422/jpk.v14i2.172 Khusus Pariwisata Tanjung Lesung.
Pekommas, 17(3), 169–180.
Heryanto, G. G. (2018). Tambahan Armada https://doi.org/2502-1907
Komunikasi Istana. Media Indonesia.
http://m.mediaindonesia.com/read/detai Prasetyo, R. B., & Firdaus, M. (2009).
l/162923-tambahan-armada- Pengaruh Infrastruktur pada
komunikasi-istana Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan
Juditha, C. (2018). Hoax Communication Kebijakan Pembangunan, 2(2), 222–
Interactivity in Social Media and 236.
Anticipation (Interaksi Komunikasi
Hoax di Media Sosial serta Sachs, J. D. (2015, May). Data for
Antisipasinya). Journal Pekommas, development. Project Syndicate : The
3(1), 31–44. World’s Opinion Page, May.
https://doi.org/10.30818/jpkm.2018.20 https://www.project-
30104 syndicate.org/commentary/sustainable-
development-data-by-jeffrey-d-sachs-
Kusumawati, A., Dawud, J., & Gedeona, H. 2015-05?barrier=accesspaylog
T. (2019). Pemodelan Data Center
untuk Efektivitas Pelayanan Publik Sisil. (2017). Peringkat E-Government
Berbasis TIK di Pemerintah Kota Berdasarkan Survey PBB. Sistem
Bandung. Konferensi Nasional Ilmu Informasi IT Telkom Purwokerto.
Administrasi, 1–8. http://si.st3telkom.ac.id/2017/06/06/per
http://180.250.247.102/conference/inde ingkat-e-government-berdasarkan-
x.php/knia/index survey-pbb/

Lauranti, M., Afrina, E., Mawesti, D., Siswanto, E. (2020). Persepsi Kesesuaian
Cahyanto, A., Handoko, A. S., Huda, A. Penempatan Pegawai Dalam
S., Nurrahmah, B., Ariadi, E., Surianto, Menunjang Peningkatan Kinerja BBPK
F., Maulana, M., Vonika, N., Maarif, S., Ciloto Tahun 2020. JARTIKA Jurnal
& Zulkifli. (2017). Open Government : Riset Teknologi Dan Inovasi
Mengkaji Penggunaan e-Government Pendidikan, 3(2), 312–321.
Pemerintah Daerah di Indonesia https://doi.org/10.36765/jartika.v3i2.26
(Sebuah Laporan untuk Advokasi 9
Kebijakan Implementasi e-Government
). Suroto, H. (2017). Menumbuhkembangkan
http://theprakarsa.org/new/in/reports/de Budaya Literasi Kalangan Pegawai
tail/17/Open-Government-Mengkaji- Negeri Sipil di Papua. Jurnal Jarlitbang
Penggunaan-e-Government- Pendidikan, 3(2), 319–327.
Pemerintah-Daerah-di-Indonesia http://www.journal.kelitbanganwonogir
i.org/index.php/jjp/article/view/79
Maryati, S. (2015). Dinamika Pengangguran
Terdidik: Tantangan Menuju Bonus Syahputra, I. (2017). Demokrasi Virtual dan
Demografi di Indonesia. Economica, perang Siber di Media Sosial: perspektif
3(2), 124–136. Netizen Indonesia. Jurnal ASPIKOM,
https://doi.org/10.22202/economica.20 3(3), 457–475.
15.v3.i2.249 https://doi.org/10.24329/aspikom.v3i3.
141
Mukhroman, I., Gumelar, R. G., & Ahmad, I.

92
Darman Fauzan Dhahir/Jurnal Administrasi Negara, Volume 26 Nomor 1 (2020)/ 68-93

Widowati, D. P. D. (2017). Urgensi indonesia/


Pengembangan SDM Bidang TIK untuk
ASN di Seluruh Indonesia. BPPTIK. Yamane, T. (1973). Statistics: An
https://bpptik.kominfo.go.id/2017/04/0 introductory analysis. Third edition
3/3044/urgensi-pengembangan-sdm- Harper International edition. New York
bidang-tik-untuk-asn-di-seluruh-

93

Anda mungkin juga menyukai